Anda di halaman 1dari 22

TEKNIK PONDASI Prof. Dr. ANAS PURI, S.T., M.T.

FUNGSI PONDASI DAN Prodi Teknik Sipil (S1)

PENYELIDIKAN TANAH
Universitas Islam Riau

ISI

A.FUNGSI PONDASI
B.PENYELIDIKAN TANAH

PRODI S1 TS UIR 2022 2


2

1
A. FUNGSI PONDASI

• Analisis kapasitas dukung tanah untuk mempelajari


kemampuan tanah dalam mendukung beban fondasi
yang bekerja di atasnya.
• Fondasi adalah bagian dari struktur yang berfungsi
meneruskan beban akibat berat struktur secara
langsung ke tanah yang terletak di bawahnya.
• Perancangan yang seksama diperlukan agar beban
fondasi tidak mengakibatkan timbulnya tekanan yang
berlebihan ke tanah di bawahnya, karena tekanan
yang berlebihan dapat mengakibatkan penurunan yang
besar bahkan dapat mengakibatkan keruntuhan
fondasi.
PRODI S1 TS UIR 2022 3

FUNGSI PONDASI
Menyalurkan/ mentransfer beban bangunan secara aman ke tanah/
batuan pendukung

Beban dapat berupa:


1.Beban mati Mengingat pondasi berada di dalam
tanah, maka pondasi harus dibuat
2.Beban hidup
kuat, aman, stabil, dan awet, serta
3.Beban angin mampu menyalurkan beban dengan
4.Beban gempa baik, karena kerusakan pada pondasi
5.Beban uplift akan sulit untuk diperbaiki.

PRODI S1 TS UIR 2022 4


4

2
B. PENYELIDIKAN TANAH
Sifat-sifat fisik tanah dapat dipelajari dari hasil uji laboratorium
pada contoh-contoh tanah yang diambil dari pengeboran.
Hasil-hasil pengujian yang diperoleh dapat digunakan untuk
menghitung kapasitas dukung dan penurunan. Kecuali itu, data
laboratorium dapat pula memberikan informasi mengenai
besarnya debit air yang mengalir ke dalam lubang galian
fondasi, perilaku tanah dalam mengalami tekanan, dan
kemungkinan penanggulangan air pada penggalian tanah
fondasi.
Perlu diingat bahwa kondisi lapisan tanah di lapangan bervariasi.
Karena itu, jumlah contoh tanah yang terlalu sedikit akan
memberikan analisis data yang hasilnya meragukan.

PRODI S1 TS UIR 2022 5

PENGUJIAN YANG SERING DILAKUKAN


UJI LABORATORIUM: UJI LAPANGAN:
Pengujian dari pengamatan langsung
1) Pengujian dari pengamatan
Kadar air langsung
Grafitas khas/ berat spesifik 2) Penetrasi standar (Standart
Penetration Test)/ SPT.
Analisis butiran 3) Penetrasi konus/ sondir (Cone
Batas konsistensi tanah pentrometer test)/ CPT.
Uji pemadatan tanah 4) Uji Geser Kipas/ Baling-baling
5) Dilatometer Test
Uji berat volume tanah
6) Pressuremeter Test (PMT)
Triaksial
7) Becker Penetration Test (BPT)
Tekan-bebas
Geser-langsung
Geser kipas
Konsolidasi
Permeabilitas
Analisa bahan kimia dan lain-lain.
6

3
PENGUJIAN DARI PENGAMATAN
LANGSUNG
Pengujian ini dilakukan untuk mencatat warna, bau, konsistensi dari
contoh tanah terganggu dan tak terganggu yang diperoleh dari
lapangan.

INSITU GEOTECHNICAL TEST

CPT dan DMT tidak dibantu dengan pengeboran JURUSAN TEKNIK SIPIL UIR 8

4
UJI PENETRASI STANDAR/ SPT
Sewaktu melakukan pengeboran
inti, jika kedalaman pengeboran
telah mencapai lapisan tanah yang
akan diuji, mata bor dilepas dan
diganti dengan alat yang disebut
tabung belah standar (standard split
barrel sampler).
(c)
Setelah tabung ini dipasang,
bersama-sama dengan pipa bor,
alat diturunkan sampai ujungnya
menumpu lapisan tanah dasar, dan
kemudian dipukul dari atas. Pukulan
diberikan oleh alat pemukul yang
beratnya 63,5 kg (140 pon), yang
ditarik naik turun dengan tinggi
jatuh 76,2 cm (30”).

DR. ANAS PURI, S.T., M.T. PROGRAM SARJANA TEKNIK SIPIL UIR 9

NILAI SPT DIPEROLEH DENGAN CARA


Tahap pertama, tabung belah standar dipukul hingga sedalam 15
cm (6”). Kemudian dilanjutkan dengan pemukulan tahap kedua
sedalam 30,48 cm (12”). Jumlah pukulan pada tahap kedua ini,
yaitu jumlah pukulan yang dibutuhkan untuk penetrasi tabung belah
standar sedalam 30,48 cm, didefinisikan sebagai nilai-N.
Pengujian yang lebih baik dilakukan dengan menghitung pukulan
pada tiap-tiap penembusan sedalam 7,62 cm (3 inci) atau setiap
15 cm (6 inci). Dengan cara ini, kedalaman sembarang jenis tanah
di dasar lubang bor dapat ditaksir, dan elevasi di mana gangguan
terjadi dalam usaha menembus lapisan yang keras seperti batu,
dapat dicatat.
Pada kasus-kasus umum, uji SPT dilakukan setiap penetrasi bor 1,5
- 2 m atau paling sedikit pada tiap-tiap pergantian jenis lapisan
tanah di sepanjang kedalaman lubang bornya. Untuk fondasi
dangkal interval pengujian dapat lebih rapat lagi.

DR. ANAS PURI, S.T., M.T. PROGRAM SARJANA TEKNIK SIPIL UIR 10

10

5
Jenis Hammer

c (t/m2) = 0,6 x N
c = kohesi tanah.

N-SPT = Jumlah pukulan untuk memasukkan split spoon sampler sedalam 30 cm

DR. ANAS PURI, S.T., M.T. PROGRAM SARJANA TEKNIK SIPIL UIR 11

11

NSPT dapat ditentukan dengan menggunakan metode SNI 03-4144 atau ASTM D
1586, dengan penjelasan sebagai berikut.

a) Secara teoritis nilai NSPT dapat dikoreksi (dinormalisasi) pada tenaga


efektif yang disalurkan ke batang bor sebesar 50 % - 60 % dari tinggi tenaga jatuh
bebas, dengan persamaan

(N1)60 = NM x CN x CE x CB X CR X CS

(N1) 60 = nilai SPT terkoreksi karena pengaruh efisiensi tenaga 60%,


NM = hasil uji SPT = NSPT,
CN = faktor koreksi terhadap tegangan vertikal efektif (Tabel 4a),
CE = faktor koreksi terhadap rasio tenaga palu (Tabel 4a),
CB = faktor koreksi terhadap diameter bor (Tabel 4a),
CR = faktor koreksi untuk panjang batang SPT (Tabel 4a),
CS = koreksi terhadap tabung contoh (samplers) dengan atau tanpa pelapis

DR. ANAS PURI, S.T., M.T. PROGRAM SARJANA TEKNIK SIPIL UIR 12

12

6
KOREKSI-KOREKSI YANG DIGUNAKAN DALAM UJI SPT

Faktor Jenis alat Parameter Koreksi


Tegangan vertikal (Pa / σ’vo)0,5 atau
CN
efektif 2,2 /(1,2+σ’vo/Pa)
Tegangan vertikal CN CN £ 1,7
efeftif
Rasio tenaga Donut hammer CE 0,5 – 1,0
Rasio tenaga Safety hammer CE 0,7 – 1,2
Rasio tenaga Automatic-trip
hammer Donut-type CE 0,8 – 1,3
Diameter bor 65 - 115 mm CB 1,0
Diameter bor 150 mm CB 1,05
Diameter bor 200 mm CB 1,15
Panjang batang <3 m CR 0,75
Panjang batang 3-4m CR 0,8
Panjang batang 4-6m CR 0,85
Panjang batang 6 - 10 m CR 0,95
Panjang batang 10 - 30 m CR 1,0
Sampling method tabung standar CS 1,0
Sampling method tabung dengan pelapis (liner) CS 1,1 – 1,3

DR. ANAS PURI, S.T., M.T. PROGRAM SARJANA TEKNIK SIPIL UIR 13

13

KEPADATAN RELATIF VERSUS N60


( JAMIOLKOWSKI ET AL. 1988)
Pasir Kepadatan relatif Dr (%) (N1)60
sangat lepas 0 – 15 0–3
lepas 15 – 35 3–8
sedang 35 – 65 8 – 25
padat 65 – 85 25 – 42
sangat padat 85 – 100 42 – 58

Kepadatan relatif pasir dapat ditaksir dari nilai NSPT (data dari Gibbs dan Holtz, 1957) dengan persamaan

Dr = 100 [NSPT / (12 s’vo+17)]0,5

Dr dalam %, dan s’vo = tekanan overburden vertikal efektif dalam (ksf, 1 ksf= 0,48824 kg/cm2).

Kepadatan relatif pasir juga dapat ditaksir dari nilai N60 (Jamiolkowski dkk, 1988, Skempton, 1986) dengan
persamaan

Dr = 100 [(N1)60 / 60)]0,5

yang berlaku untuk Dr = 35%. Nilai (N1)60 harus dikalikan dengan 0,92 untuk pasir kasar, dan 1,08 untuk pasir halus.

Kuat geser tidak terdrainase Cu (ksf, 1 ksf = 0,48824 kg/cm2) dapat ditaksir sebesar (Bowles, 1988)

Cu = 0,12 NSPT
DR. ANAS PURI, S.T., M.T. PROGRAM SARJANA TEKNIK SIPIL UIR 14

14

7
UJI PENETRASI KONUS/ SONDIR
Penetrometer yang di Indonesia dipakai secara luas hanyalah alat
sondir (Dutch Penetrometer, juga disebut Dutch deep sounding
aparatus),
Sondir adalah alat uji sederhana yang dipakai untuk lempung lunak
dan pasir halus sampai pasir setengah kasar.
Pengujian ini tidak diterapkan pada tanah berkerikil dan lempung
kaku/keras. Pengujian ini dilakukan dengan mendorong kerucut standar
ke dalam tanah dengan kecepatan 10 sampai 20 mm/detik. Kerucut
baku (menurut ASTM D 3441) mempunyai ujung 602o dan diameter
dasar = 35,7 mm dengan luas irisan lintang 10 cm .
Pengujian ini secara periodis dapat dihentikan untuk memasang batang
1 meteran guna menambah kedalaman (Bowles, 1988).
Ada dua macam ujung penetrometer yang biasa dipakai yaitu
”standard type” (mantel konus) dan ”fiction type” atau ”adhesion jacket
type (bikonus).

JURUSAN TEKNIK SIPIL UIR 15

15

ALAT SETENGAH-BERAT (MEDIUM WEIGHT) & ALAT YANG BERAT (HEAVY WEIGHT
DEVICE).

qc <= 400
qc <=150
kg/cm2 kg/cm2

JURUSAN TEKNIK SIPIL UIR 16

16

8
KONUS &
BIKONUS

Konus

JURUSAN TEKNIK SIPIL UIR 17


17

JURUSAN TEKNIK SIPIL UIR 18

18

9
KEGUNAAN UJI SONDIR
1. Untuk menentukan stratigrafi (susunan lapisan tanah)
2. dan evaluasi awal parameter geoteknik tanah (Robertson dan
Campanella, 1989)

Pengujian in situ lainnya atau sampling dan uji laboratorium, dapat


dilakukan mengiringi uji sondir untuk area kritis yang diketahui dari
data sondir. Dalam hal ini, sondir digunakan untuk menentukan lokasi
dan elevasi di mana uji in situ lainnya dan/atau sampling harus
dilakukan.

JURUSAN TEKNIK SIPIL UIR 19

19

SONDIR DIIRINGI DENGAN BOREHOLES, DAN


PENGUJIAN IN SITU LAINNYA UNTUK SATU ATAU LEBIH
ALASAN BERIKUT (ROBERTSON DAN CAMPANELLA, 1989):

1. untuk klarifikasi tipe tanah;


2. sebagai verifikasi korelasi lokal;
3. untuk membantu interpretasi data sondir yang sulit berkaitan dengan
kondisi drainase sebagian (partial drainage) ataupun tanah bermasalah;
4. guna membantu memprediksi pengaruh perubahan di dalam tanah di
masa datang yang tidak dibaca (record) oleh sondir.

JURUSAN TEKNIK SIPIL UIR 20

20

10
PERALATAN & CARA KERJA SONDIR

Mesin sondir kekuatan sedang (2,5 ton)


Manometer 2 buah dengan kapasitas 60 dan 250 kg/cm2
Konus atau bikonus
Seperangkat pipa sondir, panjang masing-masing 1 m
4 buah angker dengan perlengkapannya termasuk besi kanal
kunci pipa, linggis, meteran dan oli
waterpass

JURUSAN TEKNIK SIPIL UIR 21

21

CARA KERJA ALAT SONDIR


Dilakukan dengan menekan hanya pada stang-dalam, yang
segera akan menekan konis tersebut ke bawah.
Seluruh tabung luar tinggal diam.
Gaya yang dibutuhkan untuk menekan kerucut tersebut ke
bawah diukur dengan suatu alat pengukur (gauge) yang
ditempatkan pada kerangka dongkrak di permukaan tanah.
Setelah pengukuran dilakukan, konus, stang-dalam dan casing
luar dimajukan sampai ke titik (kedalaman) dimana pengukuran
berikutnya dilakukan dengan hanya menekan casing-luar-nya
saja.
Hal ini secara otomatis akan mengembalikan konus tersebut
pada posisi yang siap untuk pengukuran berikutnya,
pembacaan dilakukan setiap 20 cm ( Wesley, 1997: 35).

22

11
JURUSAN TEKNIK SIPIL UIR 23

23

JURUSAN TEKNIK SIPIL UIR 24

24

12
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SONDIR
KELEBIHAN: KEKURANGAN:
1. Cepat dan profil menerus 1. Investasi modal yang besar
2. Ekonomis dan produktif 2. Perlu operator terampil dalam
3. Hasil uji tidak bergantung operator operasional
4. Dasar teoritis yang kuat dalam 3. Electronic drift, bising, dan
interpreasi kalibrasi alat
5. Khususnya sesuai untuk tanah 4. Tidak diperoleh sampel tanah
lunak 5. Tidak cocok untuk kerikil atau
kandungan bongkahan*

* Kecuali disediakan rig khusus


dan/atau tersedianya dukungan
pengeboran tambahan
JURUSAN TEKNIK SIPIL UIR 25

25

DATA HASIL UJI SONDIR Kedalaman


Perlawanan
Konus
Jumlah
Perlawanan
(M) ( Kg/ Cm 2 ) ( Kg/ Cm 2 )
qc
1 2 3
0 5 7
0,2 18 21
0,4 16 19
0,6 21 23
1. Kedalaman 0,8
1
20
45
24
49
1,2 48 51
2. Perlawanan konus, qc 1,4 52 58
1,6 48 56

3. Jumlah perlawanan 1,8


2
49
62
58
64
2,2 81 90
2,4 88 98
2,6 93 101
2,8 82 97
3 89 105
3,2 110 120
3,4 130 136
3,6 122 131
3,8 125 132
4 135 140
4,2 140 144
4,4 143 152

Contoh hasil uji (data 4,6


4,8
150
150
156
156
mentah) 5 150
JURUSAN TEKNIK SIPIL UIR
154
26

26

13
Jumlah Perlawan-
Hambat- Jumlah Hambat- Rasio friksi, fr
Perlawan- Perlawan- an Gesek
Kedalam- an an Hambat-an an (%)
an Konus, (kg/cm2) Pelekat Pelekat Setempat,
an (m)
qc (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) (kg/cm2) qs (kg/cm) (7)/(2).100
(3) - (2) Perlawanan gesek, f s
Tahanan konus, qc (kg/cm 2)
1 2 3 4 5 6 7 8 (kg/cm 2 )
0 5 7 2 3,4 3,4 0,17 3,4 0 50 100 150 200 0 5 10 15 20 25
0,2 18 21 3 5,1 8,5 0,25 1,4 0
0,4 16 19 3 5,1 13,56 0,25 1,6
0,6 21 23 2 3,4 16,95 0,17 0,8 1
0,8 20 24 4 6,8 23,73 0,34 1,7
2
1 45 49 4 6,8 30,51 0,34 0,8
1,2 48 51 3 5,1 35,60 0,25 0,5 3

Kedalaman (m)
1,4 52 58 6 10,2 45,77 0,51 1,0
1,6 48 56 8 13,6 59,33 0,68 1,4 4
1,8 49 58 9 15,26 74,59 0,76 1,6
2 62 64 2 3,4 77,98 0,17 0,3 5
2,2 81 90 9 15,3 93,24 0,76 0,9
2,4 88 98 10 17,0 110,19 0,85 1,0 6
2,6 93 101 8 13,6 123,75 0,68 0,7
7
2,8 82 97 15 25,4 149,18 1,27 1,6
3 89 105 16 27,1 176,30 1,36 1,5
8
3,2 110 120 10 17,0 193,26 0,85 0,8
3,4 130 136 6 10,2 203,43 0,51 0,4 9
3,6 122 131 9 15,3 218,69 0,76 0,6
3,8 125 132 7 11,9 230,55 0,59 0,5 10
4 135 140 5 8,5 239,03 0,42 0,3
4,2 140 144 4 6,8 245,81 0,34 0,2
4,4 143 152 9 15,3 261,07 0,76 0,5
4,6 150 156 6 10,2 271,24 0,51 0,3
4,8 150 156 6 10,2 281,41 0,51 0,3 CONTOH LAINNYA: QC DAN JHP
5 150 154 4 6,8 288,19 0,34 0,2

JURUSAN TEKNIK SIPIL UIR 27

27

CONTOH DATA CONE


PENETRATION TEST (SONDIR)

JURUSAN TEKNIK SIPIL UIR 28

28

14
HUBUNGAN qC DAN KONSISTENSI

Tahanan konus, qc (kg/cm 2) Konsistensi


<5 Sangat lunak
5 ~ 10 Lunak
10 ~ 20 Teguh
20 ~ 40 Kenyal
40 ~ 80 Sangat kenyal
80 ~ 150 Keras
> 150 Sangat keras
JURUSAN TEKNIK SIPIL UIR 29

29

KLASIFIKASI TANAH BERDASARKAN DATA SONDIR

Rasio gesekan (friction ratio) fR:


fR = (qs / qc)´100 %
qc = tahanan ujung (cone resistance)
qs = tahanan gesek selongsong

Pasir biasanya mempunyai rasio gesekan fR < 1%, lempung fR > 1% dan
gambut dapat mempunyai fR > 5% atau 6%.

JURUSAN TEKNIK SIPIL UIR 30

30

15
KLASIFIKASI DOUGLAS (1984)
Penyederhanaan Klasifikasi Douglas dan Olsen 1981 (Miran dan Briaud,
1990). Menggunakan nilai tahanan konus yang dinormalisasi qc1 untuk
tegangan overburden, dan s’ov adalah tegangan overburden efektif (satuan
t/ft2).
qc1 = qc (1-1,25 log10s’ov)
Penggunaan nilai qc1 beserta qc akan membantu untuk mengklasifikasikan tanah secara lebih
akurat.

Tahanan konus
yang
dinormalisasi,
q c1

JURUSAN TEKNIK SIPIL UIR 31

31

KLASIFIKASI ROBERTSON & CAMPANELLA


(1983)
Klasifikasi tanah yang telah disederhanakan tanpa menormalisasi
nilai qc.

JURUSAN TEKNIK SIPIL UIR 32

32

16
Klasifikasi Robertson
dkk, 1986

UNTUK STANDARD ELECTRIC


FRICTION CONE

JURUSAN TEKNIK SIPIL UIR 33

33

LANGKAH-LANGKAH KLASIFIKASI TANAH


1) Data sondir telah diplot dalam grafik qc vs. z dan fs vs. z.
2) Amati data tersebut dan nilai yang relatif sama dirata-ratakan
3) Hitung rasio friksi dan sajikan dalam bentuk grafik bersebelahan dengan
grafik qc dan fs
4) Dengan nilai qc dan fR, tentukan jenis tanah berdasarkan gambar metode
klasifikasi tanah yang ada.
5) Plot simbol jenis tanah di sebelah grafik fR

JURUSAN TEKNIK SIPIL UIR 34

34

17
LOKASI: JALAN KLASIFIKASI
Perlawanan Jumlah Perlawanan Hambatan Jumlah Hambatan Rasio friksi (%)
Kedalaman Konus Rata-rata Perlawanan Gesek Pelekat Hamb. pelekat setempat (7)/(2).100 Rata-rata
(M) ( Kg/ Cm2 ) qc ( Kg/ Cm2 ) ( Kg/ Cm2 ) ( Kg/ Cm2 ) ( Kg/ Cm ) ( Kg/ Cm ) fr
qc qs fr
1 2 3 4 5 6 7 8
0 1 2 1 1,7 1,7 0,08 8,5
0,2 1 2 2 1 1,7 3,4 0,08 8,5 6,4
0,4 2 3 1 1,7 5,09 0,08 4,2
0,6 2 3 1 1,7 6,78 0,08 4,2
0,8 31 34 3 5,1 11,87 0,25 0,8
1 35 37 2 3,4 15,26 0,17 0,5
1,2 33 34 1 1,7 16,95 0,08 0,3
1,4 29 15 31 2 3,4 20,34 0,17 0,6 0,6
1,6 27 30 3 5,1 25,43 0,25 0,9
1,8 18 19 1 1,70 27,12 0,08 0,5
2 13 16 3 5,1 32,21 0,25 2,0
2,2 12 17 5 8,5 40,69 0,42 3,5
2,4 13 19 6 10,2 50,86 0,51 3,9
2,6 13 21 8 13,6 64,42 0,68 5,2
2,8 11 16 5 8,5 72,90 0,42 3,9
3 11 17 6 10,2 83,07 0,51 4,6
3,2 14 22 8 13,6 96,63 0,68 4,8
3,4 9 11 13 4 6,8 103,41 0,34 3,8 4
3,6 8 12 4 6,8 110,19 0,34 4,2
3,8 9 15 6 10,2 120,36 0,51 5,7
4 12 18 6 10,2 130,53 0,51 4,2
4,2 11 17 6 10,2 140,70 0,51 4,6
4,4 8 12 4 6,8 147,49 0,34 4,2
4,6 8 12 4 6,8 154,27 0,34 4,2
4,8 11 16 5 8,5 162,74 0,42 3,9
5 12 17 5 8,5 171,22 0,42 3,5
5,2 15 19 4 6,8 178,00 0,34 2,3
5,4 16 20 4 6,8 184,78 0,34 2,1
5,6 15 19 4 6,8 191,56 0,34 2,3
5,8 25 32 7 11,9 203,43 0,59 2,4
6 18 23 5 8,5 211,90 0,42 2,4
6,2 25 25 31 6 10,2 222,08 0,51 2,0 2,3
6,4 28 34 6 10,2 232,25 0,51 1,8
6,6 24 29 5 8,5 240,72 0,42 1,8SIPIL UIR
JURUSAN TEKNIK 35
6,8 36 48 12 20,3 261,07 1,02 2,8

35

Lokasi : JALAN KLASIFIKASI

TITIK SONDIR S1
Jenis tanah
(Robertson dkk, 1985)
0 50 100 150 200 0 5 10 15 20 25 0 2 4 6 8 10
0

4
Kedalaman (m)

10 Tahanan konus, q c (kg/cm2) Perlaw anan gesek, f s (kg/cm2) Rasio friksi (%)

material organik lempung kelanauan pasir


lempung lunak lanau kelempungan pasir sedang
lempung sangat lunak lanau lanau kepasiran

0 2 4 6 8 10 12 14JURUSAN
16 TEKNIK SIPIL UIR 36
0 50 100 150 200
0 2 4 6 8 10
0
2
4
6
36 8
10
12

18
UJI GESER KIPAS DI LAPANGAN

Salah satu macam alatnya terdiri dari kipas baja setinggi 10 cm dan
diameter 5 cm yang berpotongan saling tegak lurus

37

37

FIELD VANE SHEAR TEST

§ ASTM D2573
§ Tanah lempung lunak
jenuh air
§ Dikerjakan dalam
lubang bor

38

38

19
FIELD VANE SHEAR TEST

39

39

Pada saat melakukan pengujian, alat ini dipasang pada


ujung batang bor.
Kipas beserta tangkainya ditekan ke dalam tanah,
kemudian diputar dengan kecepatan 6 sampai 12 o per
menit.
Besarnya torsi (tenaga puntiran) yang dibutuhkan untuk
memutar kipas diukur. Karena tanah tergeser menurut
bentuk silinder vertikal yang terjadi di pinggir baling-
baling, tahanan geser tanah dapat dihitung, jika dimensi
baling-baling dan gaya puntir diketahui.
Pengukuran dilakukan sepanjang kedalaman tanah yang
diselidiki, pada jarak interval kira-kira 30 cm.
Bila pengukuran dilakukan dengan pembuatan lubang dari
alat bor, kipas ditancapkan paling sedikit berjarak 3 kali
diameter lubang bor diukur dari dasar lubangnya. Hal ini
dimaksudkan untuk menyelidiki tanah yang benar-benar tak
terganggu oleh operasi pengeboran.
Kuat geser tanah yang telah berubah susunan tanahnya
(remoulded) dapat pula dilakukan dengan pengukuran torsi
minimum yang dibutuhkan untuk memutar baling-baling
secara cepat dan kontinu.

40

40

20
Untuk kipas berbentuk segi empat, kuat geser
tanah lempung jenuh
cu = su = kohesi tak
T
cu = s u = terdrainasi (undrained)
éd h d ù
2 3
T = gaya puntir saat terjadi
pê + ú keruntuhan tanah
êë 2 6 úû
d = diameter kipas
h = tinggi kipas

Bjerrum (1972), mengusulkan koreksi kuat geser


dari kuat geser yang diperoleh dari uji geser
kipas di lapangan

s u ( nyata ) = as u (lapangan )

41

41

FIELD VANE SHEAR TEST


Faktor Koreksi Bjerrum
Su, design = µ x Su,vane shear

42

42

21
REFERENSI
Coduto, D. P. (1994), Foundation Design: Priciples and Practices, International Ed.,
Prentice Hall, New Jersey.
Das, B.M. (1995). Mekanika Tanah ( Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis) Jilid 1,
Penerjemah N.E. Mochtar & I.B. Mochtar, 4th edition, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Hardiyatmo, H. C. (1996), Teknik Fondasi 1, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Hardiyatmo, H. C. (2002), Teknik Fondasi 1, edisi ke-2, Gama Press, Yogyakarta
Holtz, R.D. and Kovacs, W.D. (1981). An Introduction to Geotechnical Engineering,
Prentice Hall.
http://www.engs-comp.com/meyerhof/index.shtml, tanggal akses: 17 Juli 2008.
http://osp.mans.edu.eg/sfoundation/bearing.htm, tanggal akses: 17 Juli 2008.
Puri, A., dan Roni, A., 2006, Pemetaan Stratigrafi Tanah Pekanbaru Berdasarkan
Data Sondir, Laporan Penelitian, LP UIR, Pekanbaru.
Santamarina, J.C., Klein, K.A., and Fam, M.A. (2001). Soils and Waves, John Wiley &
Sons, LTD.
Suryolelono, K. B. (1997), Teknik Fondasi Bagian 1: Fondasi Telapak dan Dinding
Penahan Tanah, Cet-3, Penerbit Nafiri, Jogjakarta.
PRODI S1 TS UIR 2022 43
43

43

22

Anda mungkin juga menyukai