Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS KEGAGALAN KONSTRUKSI DAN

BANGUNAN DARI PERSPEKTIF FAKTOR TEKNIS


Yustinus Eka Wiyana

Jurusan Sipil Politeknik Negeri Semarang


Jl. Prof. Soedarto. SH. Tembalang, Semarang 50275 (024)7473417
Email : wateksi@yahoo.com dan jwahana_tspolines@yahoo.com

Abstract
Failure of construction and building may be caused by technical factors. Technical
factors due to lower bid price (less than 70 per cent of the price standard, so that
contractors tend to carry out the project does not match the technical specifications /
contract, do not prepare the necessary documents for project control and low labor
resource capabilities. This paper was to analyze the failures and failure Building
Construction from the Perspective of technical factors, the 34 building projects in
Central Java. The results of this study indicate that for building projects, construction
and building failure occurred in many elements of the structure with an average
deviation of 4.36% of the contract value, followed by the roof (2.53%), foundations
(0.15% ), utilities (0.12%) and finishing (0.07%)

Kata kunci : construction failure, building failure, the contract price, the supervisor

PENDAHULUAN deteksi kegagalan konstruksi terlambat,


Kegagalan bangunan dan kegagalan hal ini akan mengakibatkan
konstruksi dapat disebabkan oleh faktor penambahan biaya untuk pekerjaan
teknis maupun faktor non teknis. Faktor perbaikan sebesar 6 – 12% dari biaya
teknis karena adanya penyimpangan konstruksi dan 5% untuk biaya
proses pelaksanaan yang tidak perawatan. Kegagalan konstruksi
memenuhi spesifikasi teknis yang hampir 20-40% terjadi dalam tahap
disepakati dalam kontrak, sedangkan proses pelaksanaan dan kegagalan
faktor non teknis lebih disebabkan tersebut 54% diakibatkan oleh tenaga
karena proses pra kontrak (Bidding) kerja yang tidak terampil dan
maupun tidak kompetenya Badan selebihnya 12% diakibatkan oleh mutu
Usaha, tenaga kerja, tidak material (Akinci dkk., 2006). Surat
profesionalnya tata kelola manajerial Perjanjian atau Kontrak membagi resiko
antara pihak-pihak yang terlibat dalam secara adil sedemikian rupa, sehingga
proyek konstruksi serta lemahnya para pihak bersepakat (UU No.18/1999
pengawasan/supervisi. pasal 2 dan pasal 3). Kontrak
Kontrol mutu atau merupakan proses distribusi resiko dari
pengawasan/supervisi pada saat proses Ownwer/ pihak pengguna jasa ke pihak
konstruksi sering kali tidak efektif. penyedia jasa. Kontrak harus dipahami
Kegagalan konstruksi dapat diketahui dan disadari oleh para pihak agar tidak
setelah proses konstruksi selesai atau terjadi permasalahan di kemudian hari.
bahkan pada proses perawatan. Apabila
Tujuan proyek terdapat 4 target perawatan (15%), material (12%), dan
(Husen A., 2009), yaitu : biaya hal tak terduga (2%). Sementara itu,
ekonomis, kualitas terpenuhi, waktu tak Carper (1989) menyatakan bahwa
terlampui dan keselamatan kerja penyebab potensial utuk kegagalan
terpenuhi. Apabila salah satu tujuan konstruksi secara umum disebabkan
proyek tak terpenuhi maka dapat oleh: site selection and site
diartikan bahwa proyek tersebut developments errors, programing
mengalami kegagalan. Kegagalan deficienciess, construction errors,
konstruksi maupun kegagalan bangunan material deficienciesand perational
merupakan proses panjang dari suatu errors. Di samping faktor penyebab
proses pelaksanaan pekerjaan yang kegagalan konstruksi dimana terkait
dilakukan oleh kontraktor karena tidak fase fase proses pelaksanaan konstruksi
sesuai dengan kontrak, khususnya RKS (life cycle product) faktor alam juga
dan Gambar Rencana yang telah merupakan salah satu penyebab
ditetapkan. Kegagalan konstruksi dan kegagalan konstruksi yang paling sulit
kegagalan bangunan disebabkan oleh diperkirakan. Hal ini dikarenakan data
indikator kinerja proyek yang tidak atau rekaman tentang perilaku yang
tercapai. Berdasarkan fenomena- tersedia tidak akurat atau karakter dari
fenomena di atas akan dikaji “ Analisis alam yang sekarang kecenderungannya
Kegagalan Konstruksi Dan Bangunan bukan merupakan akibat tunggal, tetapi
Dari Faktor Teknis”, diharapkan hasil merupakan akibat dari resultante
dari kajian ini dapat memberikan kesalahan-kesalahan (multiple sources)
kontribusi pengetahuan kepada yang dibuat masing masing pihak yang
penyelesaian permasalahan di industri terlibat dalam proyek konstruksi (Oyfer,
konstruksi. 2002). Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa faktor-faktor
Kegagalan konstruksi dan kegagalan penyebab kegagalan konstruksi
bangunan merupakan resultante kesalahan-
Kegagalan pekerjaan konstruksi adalah kesalahan (multiple sources) yang
keadaan hasil pekerjaan konstruksi yang dibuat oleh pihak-pihak yang terlibat
tidak sesuai dengan spesifikasi dalam proyek konstruksi baik yang
pekerjaan sebagaimana disepakati bersifat teknis maupun non teknis.
dalam kontrak kerja konstruksi baik
sebagian maupun keseluruhan sebagai Tanggung jawab
akibat kesalahan pengguna jasa atau Pada pasal 11 Undang-Undang RI No.
penyedia jasa. (PP No. 29/2000 pasal 31 18 Tahun 1999 dijelaskan tentang
tentang Penyelenggaraan Jasa tanggung jawab dari perencana
Konstruksi). Kegagalan merupakan konstruksi, pelaksana konstruksi dan
akumulasi dari berbagai faktor. Oyfer pengawas konstruksi terhadap hasil
(2002) menyatakan “construction pekerjaannya. Tanggung jawab tersebut
defects” di Amerika disebabkan oleh dilandasi prinsip-prinsip keahlian sesuai
faktor manusia (54%), desain (17%), kaidah keilmuan, kepatuhan, dan

78 Wahana TEKNIK SIPIL Vol.17 No.2 Desember 2012 77-86


kejujuran intelektual dalam analysis menggunakan statistic analysis
menjalankan profesinya dengan tetap dan pada tahap kedua dibuat pendekatan
mengutamakan kepentingan umum. graph menggunakan Direct Acryclic
Tanggung jawab dapat ditempuh Graph (DAG) sebagai aplikasi metode
melalui mekanisme pertanggungan PLS hubungan kausalitas antar variabel.
sesuai dengan ketentuan peraturan Bentuk model diwakili dengan variabel
perundang-undangan yang berlaku, yang dihubungkan dengan arah panah
yaitu sebagai hubungan satu sama lain seperti
1. Pasal 26 Undang-Undang RI No. 18 disajikan pada Gambar 1 berikut.
Tahun 1999 dipaparkan mengenai
ketentuan kegagalan bangunan JK
sebagai berikut : ( Jenis Kontrak)
2. Pasal 36 Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 29 Tahun
2000 tentang Penyelenggaraan Jasa
B
Konstruksi. (Biaya)
Sanksi atau hukuman mengenai
kegagalan bangunan ini dapat ditinjau K (Kualitas)
W (Waktu)
dari Undang-Undang RI No. 18 Tahun
1999 dalam pasal 43. Gambar 1. Pendekatan Model
Kuantitatif Kegagalan Konstruksi
METODE PENELITIAN
Metode PLS (Partial Least Squares), 2. Model Kualitatif
untuk menggambarkan korelasi antar Model kualitatif digunakan untuk
faktor sebagai suatu sistem. Oleh karena mengukur variabel yang sifatnya tidak
terdapat 2 bentuk pemodelan sebagai bisa diukur langsung tetapi
bahan validasi penelitian dapat mempengaruhi hasil. Hasil dimaksud
dijelaskan sebagai berikut: adalah kualitas suatu pekerjaan
1. Model Kuantitatif berdasarkan suatu ukuran relatif dari
Variabel pembangun sistem konstruksi pengawasan pekerjaan (internal maupun
dimodelkan dari 4 faktor utama yaitu eksternal supervisi).
Waktu, Jenis Kontrak (JK), Biaya Model digambarkan sebagai
Konstruksi (B) dan Kualitas Konstruksi suatu hubungan antar variabel dan sub
(K). Semua model dihubungkan satu- variabel. Variabel yang membangun
sama lain sehingga membentuk jaringan suatu kualitas pekerjaan digambarkan
(Path model) untuk mengukur menjadi 3 variabel utama yaitu Internal
hubungan (korelasi). Sebagai analisis Supervisi, Eksternal Supervisi dan
awal digunakan analisis korelasi antar Kualitas Pekerjaan.
variabel menggunakan correlation

Analisis Kegagalan Konstruksi dan Bangunan ……………. (Yustinus Eka Wiyana) 79


pendidikan pengalaman pelatiha sertifikas Nilai proyek Teamwork
n n i
Cek komunikasi
Internal Supervisi
digunakan
Cek KEGAGALAN Kualitas
penyimpanan supervisi

Cek datang Eksternal Supervisi


Komitmen
RMK kerja
Evaluasi
mingguan Peratura kepercayaan
n
Pegawasan Briefing
pagi Tindak Acuan Hasil Gambar
lapangan
lanjut dipakai kerja kerja

Gambar 2. Pendekatan model kualitatif kegagalan konstruksi

HASIL DAN PEMBAHASAN Price dan Fixed Price/Lump Sum


Untuk mendiskripsikan adanya (Keppres No. 80 Th. 2003). Data
kegagalan konstruksi dan kegagalan Kuantitatif diperoleh dengan dua cara
bangunan, dilakukan analisis data yaitu observasi lapangan dan data
sekunder dan data primer. Data sekunder.
sekunder diambil dari dokumen 1. Kajian yang dianalisis dalam
kontrak, hasil pemeriksaan/ investigasi penelitian ini, yaitu faktor
bangunan gedung pemerintah di Jawa kegagalan konstruksi, baik faktor
Tengah dan Peta SDM dari beberapa kuantitatif maupun faktor kualitatif.
BSK dan LPJK. Data primer berupa Faktor kuantitatif dianalisis dari
kuesioner model kualitatif sebanyak 31 data sekunder (Observasi dan
responden. Pengambilan data dalam pengukuran lapangan), sedangkan
penelitian dibatasi pada proyek Faktor kualitatif dianalisis dari data
konstruksi bangunan gedung yang primer (persepsi, ukuran relatif).
pernah diduga terjadi penyimpangan 2. Pendekatan Model:
oleh kejaksaan baik di tingkat a. Model kuantitatif untuk
Kejaksaan Tinggi (Kejati) maupun mendapatkan nilai korelasi
Kejaksaan Negeri (Kejari) di Propinsi antara variabel waktu
Jawa Tengah dari tahun 1996 sampai pelaksanaan, biaya, kegagalan
dengan tahun 2008. Untuk data konstruksi, jenis kontrak dan
administrasi difokuskan pada sistem elemen bangunan dengan
kontrak sebagaimana yang digunakan menggunakan data investigasi
dalam proyek pemerintah yaitu Unit bangunan gedung pemerintah

80 Wahana TEKNIK SIPIL Vol.17 No.2 Desember 2012 77-86


yang dibiayai dari APBN/APBD Model Kuantitatif Kegagalan
pada 34 lokasi yang diambil Konstruksi/Bangunan
pada tahun 1996-2008. Analisis Korelasi Variabel Kuantitatif
b. Model disimulasikan dengan Model Kegagalan Konstruksi/Bangunan
metode PLS (Parsial Least digunakan untuk menguji seberapa kuat
Square) dengan pendekatan hubungan 4 variabel kuantitatif. Hasil
hubungan kausalitas antar Uji Korelasi selengkapnya seperti
variabel menggunakan program disajikan pada Tabel 1 di bawah.
TETRAD IV versi 4.3.9-18.
c. Model kualitatif digunakan Analisis Hasil Simulasi
untuk mengukur faktor yang 1. Hubungan antara variabel waktu
mempengaruhi kegagalan suatu dan biaya menunjukkan hubungan
pekerjaan menurut persepsi yang positif, dimana semakin
dengan ukuran relatif (value pendek waktu pelaksanaan biayanya
label). juga akan semakin kecil.
3. Variabel Yang Diamati: 2. Hubungan antara variabel waktu
a. Faktor Waktu (W) yaitu dan kegagalan Konstruksi
parameter keterlambatan menunjukkan hubungan yang
pelaksanaaan pekerjaan, terdapat negatif, dimana semakin pendek
2 kategori, yaitu : terlambat (1), waktu pelaksanaan maka
tepat waktu (2). kemungkinan terjadi kegagalan
b. Faktor Biaya (B) yaitu nilai konstruksi akan semakin besar.
penyimpangan antara dengan 3. Hubungan antara variabel waktu
anggaran yang terserap di dan jenis kontrak menunjukkan
pelaksanaan. Ada 3 kategori, hubungan yang kurang signifikan.
yaitu : kurang dari 70% pagu Apapun jenis kontraknya tidak
(1), antara 70%-90% pagu (2), mempengaruhi waktu penyelesaian
lebih dari 90% pagu. proyek.
c. Faktor Kegagalan (K) yaitu 4. Hubungan antara variabel waktu
ketidak sesuaian spesifikasi dan kegagalan elemen bangunan
teknis, ada 2 kategori, yaitu : menunjukkan hubungan yang
sesuai (1), tidak sesuai (2). positif, dimana semakin pendek
d. Faktor jenis Kontrak (JK) yaitu waktu pelaksanaan pada umumnya
bentuk kontrak yang kegagalan elemen bangunan
dilaksanakan. Ada 3 kategori, semakin meningkat.
yaitu : unit price (1), Fixed Cost
(2), Swakelola (3).

Analisis Kegagalan Konstruksi dan Bangunan ……………. (Yustinus Eka Wiyana) 81


Tabel 1. Tabel Korelasi Model Kegagalan nstruksi/Bangunan

Model SEM Kegagalan pengaruh 0.5655 dan berkorelasi


Konstruksi/Bangunan negatif terhadap Kegagalan (K)
Pada tahap kedua dibuat pendekatan dengan faktor pengaruh -0.5289
graph menggunakan Direct Acryclic 2. Faktor Jenis Kontrak (JK)
Graph (DAG) sebagai aplikasi metode mempengaruhi Manajemen Waktu
PLS hubungan kausalitas antar variabel. (W) sebesar 0.277 dan
Dengan pendekatan Structural Equetion mempengaruhi Kegagalan (K)
Modelling disusun dengan sistem sebesar -0.2753
analisis hubungan kausalitas antar 3. Faktor Biaya (B) mempengaruhi
variabel. Fungsi dari template berikut Kegagalan (K) sebesar -0.2081
adalah mengestimasi antar variabel 4. Namun Jenis Kontrak (JK) tidak
laten. Selengkapnya template dimaksud mempengaruhi Biaya (B) secara
seperti disajikan pada Gambar 3 di signifikan sehingga tidak
bawah. dimodelkan pada simulasi ini.

Analisis Hasil Simulasi Model


1. Faktor waktu (W) berkorelasi positif
terhadap Biaya(B), dengan faktor

82 Wahana TEKNIK SIPIL Vol.17 No.2 Desember 2012 77-86


kemudian dihubungkan secara simultan
Model kuantitatif kegagalan diperoleh hubungan seperti Gambar 4 di
konstruksi dan kegagalan bangunan bawah. Setelah dilakukan analisis dan
Ada 3 variabel utama dalam ukuran simulasi diperoleh hasil dari model
kualitatif model yaitu Kualitas, Internal kualitatif seperti disajikan pada Gambar
Supervisi dan Eksternal supervisi yang 5.

Gambar 3. Model SEM kegagalan konstruksi dan kegagalan bangunan

Analisis Kegagalan Konstruksi dan Bangunan ……………. (Yustinus Eka Wiyana) 83


Gambar 4. Variabel model kualitatif kegagalan konstruksi dan kegagalan bangunan

84 Wahana TEKNIK SIPIL Vol.17 No.2 Desember 2012 77-86


Gambar 5. Hasil analisis model kualitatif Kegagalan konstruksi kegagalan bangunan.

Hubungan antara Kualitas dan 4. Eksternal Supervisi meliputi : Cek


Supervisi (Internal/Eksternal) akan digunakan, Cek Penyimpangan,
1. Kualitas meliputi : Team Work, Cek Datang, Evaluasi Mingguan,
Komunikasi, Kualitas Supervisi, Pengawasan Lapangan, Briefing
KomitmenKerja, Kepercayaan Pagi.
2. Supervisi dibagi menjadi dua bagian, 5. Tindak Lanjut Supervisi, Acuan
yaitu Internal dan Eksternal digunakan, Hasil Pekerjaan,
Supervisi. PeraturanTerkait, Gambar Kerja,
3. Internal Supervisi meliputi : RMK.
Pendidikan, Pengalaman, Pelatihan,
Sertifikasi, Nilai Proyek.

Analisis Kegagalan Konstruksi dan Bangunan ……………. (Yustinus Eka Wiyana) 85


Hasil Simulasi Model Kualitatif pengawas, baik internal maupun
Internal Supervisi mempengaruhi eksternal dalam model yang dibangun
Eksternal Supervisi sebesar 0.4812 dan berpengaruh signifikan terhadap
mempengaruhi kualitas sebesar 0.2786. kualitas (kegagalan konstruksi dan
Kualitas tergantung pada Eksternal kegagalan bangunan) proyek yang
Supervisi dengan faktor pengaruh sedang dilaksanakan.
sebesar -1.3000 artinya jika Eksternal
Supervisi lemah maka tidak pernah UCAPAN TERIMA KASIH
akan tercapai kualitas yang baik pada Penulis mengucapkan terima kasih
suatu pekerjaan. Internal Supervisi kepada Ir. M. Agung Wibowo, M.M.,
berperan kuat bagi Eksternal Supervisi M.Sc, Ph.D dan Jati Utomo D.H, ST.,
artinya jika kondisi organisasi dalam MM, M.Sc, Ph.D atas bimbingannya
suatu pekerjaan lemah maka kontrol dalam penyelesaian tesis saya di
Eksternal Supervisi tidak bisa tercapai, Fakultas Teknik Universitas
dengan kata lain kualitas akan sulit Diponegoro (2011), serta Sdr. Ferry,
dikendalikan. S.T, M.T. yang telah banyak membantu
dalam pengolahan data.
SIMPULAN
Dalam konteks proyek gedung, DAFTAR PUSTAKA
kegagalan konstruksi dan kegagalan Carper, Kenneth L., ed., 1989, Forensic
bangunan banyak terjadi pada elemen Engineering, Elsevier Science
struktur bangunan dengan rata-rata Publishers, New York,
penyimpangan sebesar 4,36% dari nilai Husen, A., 2009, Manajemen Proyek,
kontrak, disusul oleh atap (2,53%) , Yogyakarta
pondasi (0,15%), utilitas (0,12%) dan Keppres No 80. Th 2003 Tentang
finishing (0,07%). Salah satu indikasi Pedoman Pelaksanaan
penyebab kegagalan konstruksi dan Pengadaan Barang/ Jasa
bangunan adalah nilai kontrak yang Pemerintah. Jakarta
lebih kecil dari 70% nilai pagu Oyfer, 2002, Multiple Sources
anggaran. Selisih nilai kontrak dan pagu Construction Failures and
yang terlalu besar dan cenderung tidak Defects.
rasional akan berakibat pada potensi PP No 29 Th. 2000 Tentang
terganggunya proses pelaksanaan dan Penyelenggaraan dan
tidak terpenuhinya spesifikasi teknis Pembinaan Jasa Konstruksi.
proyek. Pada kabupaten di mana Jakarta
terdapat proyek-proyek yang
bermasalah, ditengarai berkaitan dengan
masih sedikitnya sumber daya manusia
yang memiliki sertifikat keahlian dan
keterampilan. Pengawasan proyek
berperan penting dalam menjamin
kesuksesan proyek konstruksi. Peran

86 Wahana TEKNIK SIPIL Vol.17 No.2 Desember 2012 77-86

Anda mungkin juga menyukai