Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Daya Air Vol. 04 No.

01 (2024) 312-322
© Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

JTRESDA
Journal homepage: https://jtresda.ub.ac.id/
p-ISSN : 2798-3420 I e-ISSN : 2477-6068

Studi Optimasi Alokasi Air Irigasi pada Daerah Irigasi Sewu


Kabupaten Madiun Menggunakan Program Dinamik
Study on Optimization of Irrigation Water Allocation in Sewu Irrigation Area
with Dynamic Program
Kingkin Pinesthi Palupi1*, Lily Montarcih Limantara2, Sri Wahyuni3
123
Departemen Teknik Pengairan. Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, Jl. MT Haryono No. 167,
Malang, 65145, Indonesia

Korespondensi Email : Abstrak: Permasalahan yang ada di Daerah Irigasi


kingkinpal@gmail.com Sewu untuk kondisi eksisting yaitu pada Musim
Kemarau II debit menjadi berkurang sehingga
DOI: petak sawah yang berada di hilir menerima sedikit
https://doi.org/10.21776/ub.jtresda.2024.004.01.026
air. Dari permasalahan tersebut dilakukan teknik
Kata kunci: dinamik deterministik, optimasi dengan program dinamik deterministik.
program dinamik, optimasi, irigasi Tujuan dari optimasi dinamik deterministik yaitu
dapat memaksimalkan keuntungan hasil tani dengan
Keywords: deterministic dynamic, cara menguraikan beberapa tahap/stage kemudian
dynamic program, optimization, diperoleh keuntungan pada tiap tahap berdasarkan
irrigation pemberian air. Fungsi tujuan optimasi yaitu
keuntungan maksimum dengan fungsi kendala yaitu
Article history: luas lahan dan ketersediaan debit. Hasil optimasi yang
Received: 10-08-2023 telah dikaji didapatkan peningkatan tiap musim tanam
Accepted: 13-09-2023 masing- masing musim tanam sebesar 9,18%, 9,18%,
dan 64,39%. Keuntungan yang didapat untuk masing-
masing musim tanam adalah Rp. 19.084.716.944, Rp.
19.062.029.272, dan Rp. 13.668.164,917.
.
Abstract: The problems that exist in the Sewu
Irrigation Area for existing conditions are that in Dry
Season II the discharge is reduced so that the rice
fields downstream receive less water. From these
problems, optimization techniques are carried out
with deterministic dynamic programs. The purpose of
deterministic dynamic optimization is to maximize the
profit of farming by decomposing several stages and
then obtaining profits at each stage based on water
supply. The optimization objective function is
maximum profit with constraint functions, namely land
area and discharge availability. The optimization
results that have been studied obtained an increase in
each growing season of each growing season of
9.18%, 9.18%, and 64.39%. The profit obtained for
each growing season is Rp. 19,084,716,944, Rp.
19,062,029,272, and Rp. 13,668,164,917.

*Penulis korespendensi: kingkinpal@gmail.com


Kingkin Pinesthi Palupi 1 et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 04 No. 01 (2024) p. 312-322

1. Pendahuluan
Pertanian memainkan peran penting dalam perekonomian Indonesia dan menyediakan pasokan
pangan nasional. Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi dilakukan sesuai dengan prinsip
sistem irigasi, satu kesatuan sistem irigasi. pembangunan dan pengelolaan, dengan memperhatikan
kepentingan pengguna air irigasi dan pengguna jaringan irigasi di bagian hulu, tengah, dan hilir
sebagaimana tercantum dalam Pasal 6 ayat 2 Peraturan PUPR Nomor 30/PRT/M/2015.
Berdasarkan pernyataan tersebut, perlu dilakukan optimalisasi pengalokasian air irigasi agar
diperoleh manfaat sebesar-besarnya dari penyediaan air yang tersedia. Daerah Irigasi Sewu yang
berlokasi di Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun yang memiliki luas luas DI 1.332 Ha dibangun
guna dapat memberikan pengairan yang optimal bagi lahan-lahan pertanian masyarakat. Permasalahan
di Daerah Irigasi Sewu sendiri diantaranya adalah pada Musim Kemarau II (MK II) debit berkurang
sehingga ada sedikit kekurangan pada petak sawah yang berada di hilir yang menyebabkan para
petani mengandalkan sumur dalam. Serta permasalahan persentase periode terpenuhi kebutuhan air
irigasi dalam 1 tahun pada Daerah Irigasi Sewu hanya sebesar 13,3% dengan total periode terpenuhi
yaitu 12 dari 36 periode berdasarkan perhiutngan neraca air sebelum dilakukan optimasi.

Dari permasalahan yang ada, diperlukan solusi salah satunya adalah perencanaan penggunaan air
yang optimal untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal terutama dengan teknik optimasi.
Optimasi dalam penelitian ini adalah rencana pengelolaan distribusi air irigasi untuk mencapai
produktivitas pertanian yang optimal. Untuk penelitian ini digunakan teknik optimisasi, yaitu dengan
dinamika yang ditentukan. Program dinamik atau pemrograman dinamik adalah metode untuk
mengoptimalkan proses pengambilan keputusan multi-langkah [9]. Hasil yang diperoleh dapat
membantu menetapkan kebijakan pengelolaan sumber daya air dengan cara memaksimalkan
keuntungan dan meminimalkan risiko yang mungkin timbul [4].

2. Bahan dan Metode


2.1 Bahan
2.1.1 Lokasi Studi
Lokasi penelitian berada di Daerah Irigasi Sewu yang terletak di Kecamatan Wungu
Kabupaten Madiun. Tempat ini dapat dicapai dari kota Madiun dengan perjalanan sekitar ±40 menit.
Dan untuk keperluan irigasi, Daerah Irigasi Sewu dikelola oleh UPT PSDA WS Korwil Madiun
Bengawan Solo. Pekerjaan utama Daerah Irigasi Sewu adalah Bendungan Sewu yang berfungsi
memanfaatkan aliran air Sungai Catur. Pengelolaan Aset Jaringan Irigasi Sewu di Kabupaten Madiun
seluas 1.332 Ha termasuk 8 wilayah desa. Selain itu, terbagi menjadi 5 jaringan irigasi, yaitu 1 saluran
primer dan 4 saluran sekunder. Jumlah bangunan pengatur sebanyak 46 dan bangunan pelengkap
sebanyak 139.

Gambar 1: Peta Daerah Irigasi Sewu

313
Kingkin Pinesthi Palupi 1 et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 04 No. 01 (2024) p. 312-322

2.1.2 Data Penelitian


Beberapa data yang digunakan merupakan data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait,
antara lain:
1. Data Curah Hujan (2012-2021)
2. Data Klimatologi
3. Data Debit (2012-2021)
4. Data Rencana Tata Tanam Global (RTTF)
5. Skema Jaringan Irigasi
6. Data Hasil Usaha Tani
7. Peta-Peta Pendukung

2.2 Metode

2.2.1 Tahap Penyelesaian Studi


Berikut adalah langkah-langkah untuk melakukan penelitian ini.
1. Pengolahan data curah hujan
2. Pengolahan data klimatologi
3. Perhitungan jumlah kebutuhan air tanaman padi, tebu dan palawija
4. Peritungan jumlah air yang dibutuhkan di sawah
5. Pengolahan data debit intake selama 10 Tahun
6. Perhitungan jumlah air yang dibutuhkan di intake
7. Perhitungan neraca air sebelum optimasi
8. Optimasi alokasi air irigasi dengan program dinamik deterministik

2.2.2 Program Dinamik Deterministik


Tujuan mendasar dari program dinamik adalah menemukan solusi untuk masalah
tertentu, terutama yang melibatkan strategi pengoptimalan. Pemrograman dinamik adalah
seperangkat metode pemrograman matematis yang dapat digunakan sebagai strategi
pengoptimalan untuk mencapai penilaian multi-langkah [8]. Ide inti di balik sistem ini adalah
memecah masalah menjadi bagian-bagian yang lebih mudah dikelola. Ada dua jenis program
dinamik yaitu dinamik deterministik dan dinamik stokastik [9].
Untuk mengatasi model alokasi program dinamik dan model jaringan, penelitian ini
menggunakan program dinamik deterministik [10]. Mengalokasikan hingga X sumber daya
ke N tujuan, model program dinamik deterministik ini berupaya memaksimalkan
profitabilitas [11]. Dalam pemrograman dinamik, masalah direpresentasikan sebagai
serangkaian fase, yang masing-masing melibatkan variabel keputusan. Optimalisasi
pengalokasian air pada skema jaringan irigasi berdasarkan pada Gambar 2.

314
Kingkin Pinesthi Palupi 1 et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 04 No. 01 (2024) p. 312-322

Gambar 2 : Jalur Optimasi Alokasi Air Irigasi Daerah Irigasi Sewu Berdasarkan Elemen

Langkah-langkah perhitungan program dinamik untuk memecahkan masalah alokasi air di DI Sewu
adalah sebagai berikut.
1. Perhitungan volume air tersedia sesuai debit andalan yang didistribusikan di daerah irigasi
2. Menghitung volume air yang dibutuhkan untuk setiap bangunan yang dikaji
3. Analisa unit volume air sesuai air irgasi yang tersedia
4. Hitung luas irigasi yang bisa diairi pada setiap periode tanam untuk setiap bangunan
5. Menentukan keuntungan lahan irigasi
6. Tentukan keuntungan maksimum yang dapat diairi dengan menggunakan prosedur rekursif.

2.3 Persamaan

2.3.1 Curah Hujan Efektif


Curah hujan efektif suatu wilayah adalah jumlah curah hujan yang bermanfaat bagi kehidupan
tanaman lokal dengan mengganti kehilangan air irigasi yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti
evaporasi dan perkolasi [5]. Penting untuk mempertimbangkan jenis tanaman saat memperkirakan
curah hujan efektif. Untuk padi, tebu, dan palawija, persamaan curah hujan efektif adalah sebagai
berikut [9].
𝑅𝑒𝑝𝑎𝑑𝑖 = 𝑅80 × 70% Pers. 1
𝑅𝑒𝑡𝑒𝑏𝑢 = 𝑅80 × 60% Pers. 2
𝑅𝑒𝑝𝑎𝑙𝑎𝑤𝑖𝑗𝑎 = 𝑅80 × 50% Pers. 3
Keterangan:
Re = Curah Hujan efektif
R80 = Curah hujan andalan

2.3.2 Kebutuhan Air Irigasi


Kebutuhan air irigasi adalah jumlah atau volume air yang diperlukan untuk memenuhi semua
kebutuhan yang ada pada suatu daerah irigasi mulai dari kebutuhan evapotranspirasi, kehilangan air,
hingga kebutuhan air irigasi tanaman dengan memperhitungkan jumlah air yang diperlukan untuk
irigasi, yang diperoleh baik dari air hujan maupun air tanah [14]. Kebutuhan air pada lahan sawah
merupakan total kebutuhan air yang dibutuhkan selama masa tanam sampai akhir musim tanam.
Persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan air sawah dijelaskan sebagai berikut
[14].
𝑁𝐹𝑅 = 𝐸𝑡𝑐 + 𝑃 − 𝑅𝑒 + 𝑊𝐿𝑅 Pers. 4

315
Kingkin Pinesthi Palupi 1 et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 04 No. 01 (2024) p. 312-322

Keterangan:
NFR = kebutuhan air di sawah untuk tanaman padi (mm/hari)
Etc = kebutuhan air tanaman
P = perkolasi (mm/hari)
Re = curah hujan
WLR = penggantian lapisan air (mm/hari)

2.3.3 Debit Andalan


Debit andalan adalah definisi debit yang tersedia sepanjang tahun dengan risiko kegagalan
berdasarkan probabilitas yang terjadi dalam rentang waktu tertentu [4]. Dalam penelitian ini,
digunakan tingkat kepercayaan 80% dan probabilitas kegagalan sebesar 20%. Metode yang digunakan
adalah metode Basic Year dengan persamaan Weibull yaitu [10]:
𝑚
𝑃= × 100% Pers.5
𝑛+1
Keterangan:
P = Probabilitas (%)
m = Nomor urut data debit
n = Banyaknya data debit

2.3.4 Volume Air yang Dibutuhkan


Volume air yang dibutuhkan dihitung untuk setiap petak tersier dalam satu periode.
Persamaan untuk volume air yang dibutuhkan ditunjukkan di bawah ini.
𝑞×𝑛×24×60×60
𝑉𝑘 = Pers. 6
1000
Keterangan:
Vk = volume air irigasi yang dibutuhkan (m3/ha)
q = kebutuhan air irigasi tiap periode (l/dt/ha)
n = jumlah hari tiap periode (10 hari)

2.3.5 Volume Air yang Tersedia


Volume air yang tersedia dihitung untuk setiap perubahan debit selama musim tanam.
Persamaan untuk volume air yang tersedia ditunjukkan di bawah ini [12].
𝑉𝑡 = 𝑄80 × 𝑛 × 24 × 60 × 60 Pers. 7
Keterangan:
Vt = volume air irigasi yang tersedia (m3)
Q80 = debit andalan (m3/dt)
n = jumlah hari dalam satu musim tanam

2.3.6 Luas Lahan yang Dapat Ditanami


Luas lahan yang dapat ditanami dihitung berdasarkan debit air yang tersedia dan volume yang
dibutuhkan. Persamaan luas tanam dijelaskan sebagai berikut [12].
𝑉𝑡
𝐿= Pers. 8
𝑉𝑘

L = luas lahan yang dapat ditanami (Ha)


Vt = volume air irigasi yang tersedia (m3)
Vk = volume air irigasi yang dibutuhkan (m3/ha)

2.3.7 Fungsi Tujuan


Pada penelitian ini fungsi tujuannya adalah untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal
sesuai dengan pembagian alokasi air. Keuntungan musim tanam dalam setahun adalah sebagai berikut
[6].
∗ ∗ ∗
∑𝑓 ∗ = 𝑓𝑀𝑇 𝐼 + 𝑓𝑀𝑇 𝐼𝐼 + 𝑓𝑀𝑇 𝐼𝐼𝐼 Pers. 9
Persamaan forward recursive untuk tiap musim tanam:
𝑓𝑆𝑖∗ = max 𝑑𝑖 [𝑅𝑖 + 𝐹(𝑆𝑖−1)

] Pers. 10

316
Kingkin Pinesthi Palupi 1 et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 04 No. 01 (2024) p. 312-322

Keterangan:
𝑓𝑆𝑖∗ = target yang dicapai dalam hal keuntungan total dari pengalokasian air ke setiap tahap
selama satu musim tanam(satuan rupiah)
𝑅𝑖 = keuntungan dari pengalokasian air ke bangunan (satuan rupiah)

𝑓(𝑠𝑖−1) = keuntungan total dari alokasi ke tahap/bangunan sebelumnya (satuan rupiah)

2.3.8 Fungsi Kendala


Pada penelitian ini fungsi kendala yang ada adalah jumlah air irigasi yang tersedia dan luas
lahan pada daerah irigasi dengan persamaan di bawah ini [6].
• Volume air yang tersedia:
V1 + V2 + V3 + V4 + V5 ≤ A Pers. 11
• Luas lahan setiap musim tanam:
X1 ≤ (Lp + Lpl + Lt) ≤ L1L1 = 1332 ha Pers. 12
X2 ≤ (Lp + Lpl + Lt) ≤ L2L2 = 1332 ha Pers. 13
X3 ≤ (Lp + Lpl + Lt) ≤ L3L3 = 1332 ha Pers. 14
• Luas lahan setiap bangunan:
Lp, Lpl, Lt > 0 Pers. 15
Y1 ≤ L 1 ≤ 7 Pers. 16
Y2 ≤ L2 ≤ 659 Pers. 17
Y3 ≤ L3 ≤ 237 Pers. 18
Y4 ≤ L4 ≤ 312 Pers. 19
Y5 ≤ L5 ≤ 117 Pers. 20
Keterangan:
A = volume air yang ada pada satu masa tanam (unit volume)
V = volume air yang didistribusikan ke tiap bangunan/stage pada masa tanam
(unit volume)
1,2,3,4,5 = bangunan/stage
L = luas lahan daerah irigasi saat masing-masing masa tanam (ha)
Lp = luas tanam tanaman padi saat masing-masing masa tanam (ha)
Lt = luas tanam tanaman tebu saat masing-masing masa tanam (ha)
Lpl = luas tanam tanaman palawija saat masing-masing (ha)
X = luas tanam sesuai jumlah unit volume pengalokasian air pada setiap masa
tanam (ha)
Y = luas tanam sesuai jumlah unit volume pengalokasian air pada setiap bangunan (ha)

3. Hasil dan Pembahasan


3.1 Kebutuhan Air Irigasi
Pada sebuah daerah irigasi terdapat beberapa faktor yang memengaruhi kebutuhan irigasi salah
satunya adalah pola tata tanam. Di Daerah Irigasi Sewu sendiri menggunakan pola tata tanam
berdasarkan RTTG 2021-2022 yaitu padi-padi-padi/palawija-tebu. Berdasarkan pola tata tanam yang
ada dengan perbandingan antara kebutuhan air irigasi dan ketersediaan air yang ada pada DI Sewu
didaptkan grafik neraca air pada gambar 4 yang disimpulkan mengalami kekurangan air.

317
Kingkin Pinesthi Palupi 1 et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 04 No. 01 (2024) p. 312-322

Gambar 3: Neraca Air Sebelum Optimasi

3.2 Volume Air yang Tersedia


Volume air yang tersedia dihitung untuk setiap perubahan debit selama musim tanam. Input yang
digunakan dalam program dinamik menentukan nilai rata-rata untuk setiap musim tanam.
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan pada kajian terhadap jumlah satuan volume air yang tersedia
di daerah irigasi Sewu, diasumsikan 1 satuan volume = 6.000.000 m3. Pada MT I dan MT II lebih
tinggi debitnya dari musim III karena debit yang tersedia lebih besar
Tabel 1: Volume Air yang Tersedia
Volume Air Tersedia
Musim Tanam
(unit volume)
I 12
II 12
III 6

3.3 Volume Air yang Dibutuhkan


Volume air yang dibutuhkan dihitung untuk setiap petak tersier dalam satu periode. Dalam
menghitung jumlah kebutuhan air untuk setiap bangunan irigasi dihitung jumlah kebutuhan air selama
10 hari dalam satu musim tanam. Tabel 2 merupakan banyaknya volume air kebutuhan untuk ketiga
musim tanam. Hasil dari perhitungan volume air yang dibutuhkan ini untuk digunakan pada
perhitungan luas lahan yang dapat ditanami.

Tabel 2: Volume Air yang Dibutuhkan


Volume Air Kebutuhan
Musim Tanam
(m3/ha)

I 13.764,02
II 16.987,39
III 26.492,75

3.4 Keuntungan Berdasarkan Pemberian Air


Keuntungan air irigasi adalah keuntungan yang didapatkan dari penyediaan air masing-masing
bangunan Keuntungan air irigasi diperoleh atas dasar keuntungan maksimum petani per hektar dan

318
Kingkin Pinesthi Palupi 1 et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 04 No. 01 (2024) p. 312-322

luas maksimum lahan yang dapat ditanami. Keuntungan per hektar diperoleh berdasarkan perhitungan
hasil panen dikalikan dengan keuntungan berdasarkan jenis tanaman pada setiap musim tanam.
Pasokan per satuan volume air didasarkan pada lahan yang terairi maksimum di setiap bangunan
sehingga keuntungan dari setiap pasokan satu satuan volume air tidak sama. Namun, jika pemberian
unit volume air yang diterima menjadi yang terbesar untuk memberikan satuan air terkecil, lalu dapat
menghasilkan keuntungan yang sama.
Keuntungan pemberian air pada tiap musim tanam menunjukkan perbedaan pada pemberian air,
namun ketika luas lahan telah diairi secara maksimal dengan jumlah air yang disuplai seminimal
mungkin sehingga menghasilkan keuntungan yang sama.

Tabel 3: Keuntungan Irigasi Berdasarkan Pemberian Air pada MT I dalam Rupiah


Pemberian Tahap
Air (unit) 1 2 3 4 5
1 100,295,059 6,173,487,868 3,395,704,141 4,470,294,059 1,676,360,272
2 100,295,059 6,687,945,191 3,395,704,141 4,470,294,059 1,676,360,272
3 100,295,059 7,202,402,513 3,395,704,141 4,470,294,059 1,676,360,272
4 100,295,059 7,716,859,835 3,395,704,141 4,470,294,059 1,676,360,272
5 100,295,059 8,231,317,158 3,395,704,141 4,470,294,059 1,676,360,272
6 100,295,059 8,745,774,480 3,395,704,141 4,470,294,059 1,676,360,272
7 100,295,059 9,260,231,803 3,395,704,141 4,470,294,059 1,676,360,272
8 100,295,059 9,442,063,413 3,395,704,141 4,470,294,059 1,676,360,272
9 100,295,059 9,442,063,413 3,395,704,141 4,470,294,059 1,676,360,272
10 100,295,059 9,442,063,413 3,395,704,141 4,470,294,059 1,676,360,272
11 100,295,059 9,442,063,413 3,395,704,141 4,470,294,059 1,676,360,272
12 100,295,059 9,442,063,413 3,395,704,141 4,470,294,059 1,676,360,272

Tabel 4: Keuntungan Irigasi Berdasarkan Pemberian Air pada MT II dalam Rupiah


Pemberian Tahap
Air (unit) 1 2 3 4 5
1 100,175,830 6,235,652,381 3,391,667,370 4,464,979,830 1,674,367,436
2 100,175,830 6,755,290,079 3,391,667,370 4,464,979,830 1,674,367,436
3 100,175,830 7,274,927,778 3,391,667,370 4,464,979,830 1,674,367,436
4 100,175,830 7,794,565,476 3,391,667,370 4,464,979,830 1,674,367,436
5 100,175,830 8,314,203,175 3,391,667,370 4,464,979,830 1,674,367,436
6 100,175,830 8,833,840,873 3,391,667,370 4,464,979,830 1,674,367,436
7 100,175,830 9,353,478,572 3,391,667,370 4,464,979,830 1,674,367,436
8 100,175,830 9,430,838,807 3,391,667,370 4,464,979,830 1,674,367,436
9 100,175,830 9,430,838,807 3,391,667,370 4,464,979,830 1,674,367,436
10 100,175,830 9,430,838,807 3,391,667,370 4,464,979,830 1,674,367,436
11 100,175,830 9,430,838,807 3,391,667,370 4,464,979,830 1,674,367,436
12 100,175,830 9,430,838,807 3,391,667,370 4,464,979,830 1,674,367,436

319
Kingkin Pinesthi Palupi 1 et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 04 No. 01 (2024) p. 312-322

Tabel 5: Keuntungan Irigasi Berdasarkan Pemberian Air pada MT III dalam Rupiah
Pemberian Tahap
Air (unit) 1 2 3 4 5
1 82,788,373 4,964,093,659 2,802,977,761 3,689,996,040 1,383,748,515
2 82,788,373 5,377,768,130 2,802,977,761 3,689,996,040 1,383,748,515
3 82,788,373 5,791,442,602 2,802,977,761 3,689,996,040 1,383,748,515
4 82,788,373 6,205,117,073 2,802,977,761 3,689,996,040 1,383,748,515
5 82,788,373 6,618,791,545 2,802,977,761 3,689,996,040 1,383,748,515
6 82,788,373 7,032,466,016 2,802,977,761 3,689,996,040 1,383,748,515

Setelah itu masuk pada tahap optimasi dengan program dinamik. Program dinamik
pada studi yang dilakukan diselesaikan dengan forward recursive yaitu menghitung optimasi
yang dihitung dari tahap pertama sampai tahap paling akhir. Kemudian diselesaikan dengan
backward recursive yaitu menghitung optimasi yang dihitung dari tahap paling akhir sampai
tahap pertama untuk dilakukan cek kontrol.
3.5 Optimasi Program Dinamik
Berdasarkan hasil analisa optimasi alokasi air irigasi yang telah dilakukan menggunakan
program dinamik deterministik pada Daerah Irigasi Sewu, diperoleh hasil rekapitulasi yang
ditunjukkan oleh tabel 6 yaitu pada masing-masing Musim Tanam I, II, dan III keuntungan meningkat
sebanyak 9,18%, 9,18%, dan 64,39%. Selain itu berdasarkan hasil perhitungan optimasi yang
dilakukan terlihat bahwa optimasi dengan program dinamik meningkatkan intensitas tanman pula di
DI Sewu dimana sebelum optimasi adalah 236%, sedangkan setelah optimasi adalah 287%.

Tabel 6: Rekapitulasi Hasil Optimasi dengan Dinamik Deterministik


Keuntungan (Rp) Luas lahan yang terairi (ha)
Musim Jalur Pemberian Air
Tanam Optimal
sebelum optimasi setelah optimasi sebelum optimasi setelah optimasi

MT 1 12 - 12 - 3 - 2 - 1 - 0 6,147,312,280 19,084,716,944 1,220.00 1,332.00


MT 2 12 - 12 - 3 - 2 - 1 - 0 6,061,054,114 19,062,029,272 1,220.00 1,332.00
MT 3 6-6-3-2-1-0 2,176,655,787 13,668,164,917 703.00 1,155.68
Jumlah 14,385,022,182 51,814,911,134 3,143.00 3,819.68
Selisih 37,429,888,952 676.68

Tabel 7: Pola Sebaran Air Untuk Memperoleh Keuntungan Maksimum Saat Musim Tanam I
Luas terairi (ha) Debit 10 Harian (m³/dt) Keuntungan (Rp)
Bangunan
sebelum optimasi setelah optimasi sebelum optimasi setelah optimasi sebelum optimasi setelah optimasi
B.SW.1 7.00 7.00 0.01 0.00 100,295,059.02 100,295,059
B.SW.3 1,213.00 659.00 0.74 4.34 17,379,700,940.98 9,442,063,413
B.BR.5 0.00 237.00 0.27 0.48 0.00 3,395,704,141
B.BR.7 0.00 312.00 0.35 0.48 0.00 4,470,294,059
B.PR.2 0.00 117.00 0.13 0.48 0.00 1,676,360,272
Jumlah 1,220.00 1,332.00 1.49 5.79 17,479,996,000.00 19,084,716,944.26

320
Kingkin Pinesthi Palupi 1 et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 04 No. 01 (2024) p. 312-322

Tabel 8. Pola Sebaran Air Untuk Memperoleh Keuntungan Maksimum Saat Musim Tanam II
Luas terairi (ha) Debit 10 Harian (m³/dt) Keuntungan (Rp)
Bangunan
sebelum optimasi setelah optimasi sebelum optimasi setelah optimasi sebelum optimasi setelah optimasi
B.SW.1 7.00 7.00 0.09 0.00 100,175,829.51 100,175,830
B.SW.3 1,213.00 659.00 8.75 4.34 17,359,040,170.49 9,430,838,807
B.BR.5 0.00 237.00 3.15 0.48 0.00 3,391,667,370
B.BR.7 0.00 312.00 4.14 0.48 0.00 4,464,979,830
B.PR.2 0.00 117.00 1.55 0.48 0.00 1,674,367,436
Jumlah 1,220.00 1,332.00 17.69 5.79 17,459,216,000.00 19,062,029,272.13

Tabel 9. Pola Sebaran Air Untuk Memperoleh Keuntungan Maksimum Saat Musim Tanam III
Luas terairi (ha) Debit 10 Harian (m³/dt) Keuntungan (Rp)
Bangunan
sebelum optimasi setelah optimasi sebelum optimasi setelah optimasi sebelum optimasi setelah optimasi
B.SW.1 7.00 0.00 0.00 0.00 82,788,372.69 0
B.SW.3 696.00 489.68 6.75 1.45 8,231,529,627.31 5,791,442,602
B.BR.5 0.00 237.00 3.27 0.48 0.00 2,802,977,761
B.BR.7 0.00 312.00 4.30 0.48 0.00 3,689,996,040
B.PR.2 0.00 117.00 1.61 0.48 0.00 1,383,748,515
Jumlah 703.00 1,155.68 15.93 2.89 8,314,318,000.00 13,668,164,917.40

Terdapat peningkatan yang cukup signifikan berdasarkan perhitungan neraca air setelah
dilakukan optimasi menggunakan program dinamik deterministik. Peningkatan tersebut yaitu
persentase periode terpenuhinya kebutuhan air irigasi menjadi 80,6% yang awalnya sebesar 16,7%
dalam satu tahun. Hal tersebut menunjukkan optimasi yang telah dilakukan dapat memaksimalkan
luas lahan yang dapat ditanami dibandingkan dengan sebelum dilakukan optimasi. Pada umumnya,
besar persentase periode yang harus dipenuhi yaitu sebesar 100% untuk memenuhi kebutuhan air
irigasi. Namun, terdapat beberapa faktor yang bisa memengaruhi penentuan jenis tanaman yang
ditanam maupun jadwal mulai tanam yang kurang tepat.

Gambar 4: Neraca Air Setelah Optimasi

321
Kingkin Pinesthi Palupi 1 et al., Jurnal Teknologi dan Rekayasa Sumber Air Vol. 04 No. 01 (2024) p. 312-322

4. Kesimpulan
1. Jalur optimal pada masing-masing Musim Tanam I, II, dan III adalah 12 - 12 - 3 - 2 - 1 – 0, 12 -
12 - 3 - 2 - 1 – 0, 6 - 6 - 3 - 2 - 1 – 0 dengan keuntungan maksimum masing-masing adalah Rp.
19.084.716.944, Rp. 19.062.029.272, dan Rp. 13.668.164.917.
2. Pemanfaatan luas lahan yang optimal untuk pertanian Daerah Irigasi Sewu berdasarkan
perhitungan optimasi pada masing-masing Musim Tanam I, II, dan III yaitu 9,18%, 9,18%,
64,39%. Sedangkan intensitas tanaman mengalami peningkatan sebesar 51% dimana sebelum
optimasi sebesar 236% dan setelah optimasi sebesar 287%.
3. Berdasarkan hasil optimasi dengan dinamik deterministik diperoleh keuntungan total pemberian
air untuk setiap tahap atau bangunan irigasi yaitu sebesar Rp. 51.814.911.134 dimana persentase
peningkatan sebesar 2,70% jika dibandingkan dengan keuntungan sebelum optimasi yang sebesar
Rp. 14.385.022.182. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa optimasi program dinamik
deterministik yang dilakukan bisa meningkatkan keuntungan yang dapat diperoleh oleh petani
dengan selisih keuntungan dengan keuntungan sebelum optimasi yaitu sebesar Rp.
37.429.888.952.

Daftar Pustaka

[1] A. A. Hoesein, J. Suparmanto, and S. Sugianto P.R, “Optimasi Irigasi Dengan Program
Dinamik DI Metro Hilir,” 2012
[2] Berbel, J. and Exposito, A, 2022. A decision model for stochastic optimization of seasonal
irrigation-water allocation, Agricultural Water Management, 262(September 2021), pp. 1–6.
doi: 10.1016/j.agwat.2021.107419.
[3] Damayanti, I. and Santosa, B, 2022. Analisis Optimasi Pola Tata Tanam Jaringan Irigasi
Daerah Irigasi Cidurian Tangerang Menggunakan Program Linier, Teras Jurnal, 12(1), pp.
281–294.
[4] Gong, X. et al, 2020. Optimization allocation of irrigation water resources based on crop
water requirement under considering e ff ective precipitation and uncertainty, Agricultural
Water Management. Elsevier, 239(126), p. 106264. doi: 10.1016/j.agwat.2020.106264.
[5] Hidayat, A. K., & Empung, E. “Analisis curah hujan efektif dan curah hujan dengan berbagai
periode ulang untuk wilayah Kota Tasikmalaya dan Kabupaten Garut”. Jurnal Siliwangi Seri
Sains dan Teknologi, 2016
[6] F. S. Dyolaksti, “Optimasi Pemberian Air Irigasi Dengan Program Dinamik (Studi Kasus:
Daerah Irigasi Candilimo Kabupaten Mojokerto Provinsi Jawa Timur),” Institut Teknologi
Bandung, 2020.
[7] Juwono, P. T. et al, 2018. Optimization of Irrigation Cropping Patern (Case Study on Karang
Anyar Irrigation Area, Malang Regency, Indonesia), International Journal of GEOMATE,
15(50), pp. 197–204.
[8] Juwono, P. T., Limantara, L. M. and Putra, A. R, 2021. Optimizing Irrigation Benefits In The
Water System Using Dynamic Programming, Journal of Southwest Jiaotong University,
56(4).
[9] K. P. Dirjen Sumber Daya Air, Standar Perencanaan Irigasi - Kriteria Perencanaan Bagian
Jaringan Irigasi KP-01. Jakarta, 2013
[10] Limantara, L. M. (2018). Rekayasa Hidrologi. Yogyakarta: Penerbit Andi.
[11] L. M. Limantara and W. Soetopo, Manajemen Air (Water Management). Yogyakarta:
Penerbit Andi, 2020
[12] Nuf’a, H., Limantara, L. M. and Soetopo, W, 2016. Optimasi Air Waduk Gondang dengan
Metode Dinamik Deterministik, Jurnal Teknik Pengairan, 7(1), pp. 25–34.
[13] Rizky, A. N. “Program Dinamik Pada Perencanaan Produksi Dan Pengendalian Persediaan
PT Ganesha Abaditama”. Jurnal Optimasi Teknik Industri (JOTI), 2021
[14] S. Nalurita, “Studi Optimasi Distribusi Air Irigasi Pada Daerah Irigasi Tengoro Kabupaten
Banyuwangi Dengan Program Dinamik Stokastik,” Universitas Brawijaya, 2016.
[15] S. S.K, Irigasi dan Bangunan Air. Jakarta: Gunadarma, 1997

322

Anda mungkin juga menyukai