PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang tereletak pada garis khatulistiwa
sehingga negara ini beriklim tropis yang hanya memiliki dua musim saja, yaitu
musim kemarau dan penghujan. Dikarenakan negara ini adalah negara agraris
maka tentu saja mayoritas mata pencaharian rakyatnya adalah petani. Sektor
pertanian merukapan sektor strategis untuk peningkatan pendapatan nasional
serta merupakan sektor yang sangat penting dalam sistem upaya perwujudan
ketahanan pangan negara. Ketahanan pangan adalah keadaan di mana
kebutuhan pangan untuk rumah tangga tercukupi dengan adanya pasokan
pangan yang mencukupi dalam jumlah dan kualitas yang memadai, serta
tersedia secara aman, merata, dan terjangkau. Dimana pasokan atau kuantitas
pangan tersedia untuk memenuhi kebutuhan rerata masyarakat. Upaya
pemerintah dalam meindaklanjuti ketahanan pangan terlihat dalam Kebijakan
Strategis ketahanan pangan 2020-2024 yang mana target Luas lahan produksi
beras sebesar 200.000 hektar serta target pembangunan jaringan irigasi baru
pada tahun 2024 sebesar 500.000 hektar. Dengan itu untuk memenuhi
ketahanan pangan maka diperlukan juga terkait pengembangan sistem irigasi.
Seperti yang tertera dalam regulasi pemerintah yaitu Peraturan Pemerintah
nomor 20 tahun 2006 mengenai sistem irigasi, ketangguhan pangan dapat
diwujudkan dengan memastikan kelangsungan sistem irigasi dari tahap
pengembangan hingga operasional, termasuk pemeliharaan jaringan irigasi.
Pelaksanaan operasional sistem irigasi terletak pada operasi jaringan irigasi
dimana hal ini mencakup upaya pengaturan air irigasi dan pembuangannya agar
air irigasi dapat dimanfatkan secara efektif, efisien, dan merata melalui kegiatan
membuka-menutup pintu bangunan irigasi, menyusun rencana tata tanam,
menyusun sistem golongan, menyusun rencana pembagian air, melaksanakan
kalibrasi pintu/ bangunan, mengumpulkan data, memantau, dan mengevaluasi.
Pembagian dan pengaturan air disusun berdasarakan rencana tata tanam dengan
mempertimbangkan ketersediaan dan kebutuhan air pada suatu daerah irigasi di
masa tanam tertentu.
Namun, seringkali ketersediaan air pada musim kemarau tidak mencukupi
untuk memenuhi kebutuhan air yang ada di lahan, begitupun sebaliknya. Ketika
musim hujan kebutuhan air sangat mencukupi atau bahkan terjadi luapan air.
Banyak sekali faktor penyebab terjadinya permasalahan di bidang irigasi seperti
perubahan tata guna lahan daerah sekitar, curah hujan yang berubah-ubah, dan
faktor pola tanam yang mempengaruhi debit kebutuhan. terdapat berbagai
faktor yang menjadi penyebab terjadinya masalah dalam bidang irigasi, antara
lain perubahan dalam penggunaan lahan di sekitar wilayah, fluktuasi curah
hujan, dan pola tanam yang berpengaruh pada kebutuhan air. Begitu juga pada
Daerah Irigasi Cawak, Kecamatan Kepohbaru, Kabupaten Bojonegoro.
Kecamatan Kepohbaru memiliki potensi pertanian berupa tanaman
tembakau, padi dan palawija (kacang tanah, kedelai dan jagung). Dalam
mengolah lahannya petani sangat bergantung terhadap air pada musim hujan.
Selain untuk pertanian, kebutuhan untuk air bersih dan ternak juga hanya
memanfaatkan air hujan. Saat ini untuk pemanfaatan air di sungai masyarakat
harus menampung dengan menggunakan pompa air dan jaringan perpipaan
sederhana. Untuk itu perlu adanya pengoptimalan prasarana dasar dan sarana
bidang sumber daya air seperti embung/bendung yang ada di Desa Simorejo
Kecamatan Kepohbaru. Salah satunya adalah Bendung Cawak yang berfungsi
untuk menampung air dari limpasan daerah aliran sungai Cawak pada musim
penghujan dan dimanfaatkan pada musim kemarau untuk berbagai
keperluan baik di bidang pertanian maupun kepentingan masyarakat
banyak. Luas DTA (Daerah Tangkapan Air) Bendung Cawak 2,15 km2 .
Areal potensial yang di layani oleh DI cawak adalah 1773 ha (semua
kemantren). Dibawah naungan Dinas PU SDA Provinsi Jawa Timur UPT PSDA
Bengawan Solo
Ketersediaan air dari Sungai Cawak saat musim penghujan cukup
melimpah, namun karena kapasitas tampungan Bendung Cawak yang relatif
kecil, masih banyak air yang terbuang dan tidak dapat dimanfaatkan secara
optimal. Dalam pengelolaan sistem jaringan irigasi, pemeliharaan menjadi
kunci untuk meningkatkan kondisi dan fungsi jaringan irigasi. Kerusakan
jaringan irigasi dapat disebabkan oleh kesalahan operasional dan kondisi alam
yang memengaruhi penurunan kondisi serta fungsi jaringan irigasi.
Diperlukan suatu analisis optimalisasi pengelolaan air untuk memberikan
manfaat yang optimal dalam upaya memenuhi kebutuhan air baku irigasi di
masyarakat Kecamatan Kepohbaru, terutama di wilayah Kemantren Nglumber.
Hal ini juga bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat sekitar
Bendung dalam mengelola dan mengawasi operasional jaringan irigasi, sejalan
dengan program yang diharapkan oleh pemerintah dan masyarakat Kecamatan
Kepohbaru.
Berdasarkan gambaran di atas, diperlukan kajian analisis optimasi
pemanfaatan air di Daerah Irigasi Cawak. Studi optimasi ini akan membahas
cara optimal memanfaatkan air berdasarkan ketersediaan, kebutuhan, dan pola
sebaran air di Daerah Irigasi Cawak menggunakan Program Dinamik. Melalui
optimasi ini diharapkan dapat meningkatkan pembagian air irigasi terutama saat
musim kemarau, sehingga lebih banyak lahan yang mendapatkan pasokan air,
yang pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Berapa besar ketersediaan debit air Bendung Cawak untuk
memenuhi kebutuhan air irigasi di Daerah Irigasi Cawak di wilayah
Kemantren Nglumber?
2. Bagaimana pola tanam dan awal tanam yang sesuai untuk
Daerah Irigasi Cawak di wilayah Kemantren Nglumber?
3. Bagaimana hasil Maksimum (Optimasi) Bendung Cawak yang dapat
dimanfaatkan untuk keperluan air baku irigasi pada daerah layanan Sungai
Cawak Kemantren Nglumber?
2.2.1.1.Penyiapan data
Data yang dimaksudkan harus merupakan data yang dapat
dikumpulkan secara teratur dan teramati, sehingga dapat memberikan
data yang benar-benar mengandung informasi yang tepat. Pengumpulan
informasi yang tepat. Pengumpulan data ini hendaknya dilakukan dengan
instansi tertentu yang terkait dengan pengelolaan lokasi yang akan di
Analisis.
d. Untuk daerah yang lebih besar dari 500.000 Ha, maka dapat
digunakan cara isohiet atau cara potongan antara ( inter –section
method).
=1 + + + ⋯+ (2.1)
Dengan :
⋯
= ⋯
(2.2)
Dengan :
= Curah hujan rata-rata (mm),
A = Luas total Areal ,
R ,R ,..,R = Curah hujan di stasiun N (mm)
9
⋯
= ⋯
(2.3)
Dengan :
= Curah Hujan rata-rata DAS,
A = Luas total areal ,
A ,A ,..,A = Luas daerah yang diwakili oleh kontur hujan N,
R ,R ,..,R = Curah hujan di stasiun N (mm).
= 100% (2.4)
Dengan :
P = Peluang curah hujan yang terjadi (%),
m = Nomor urut (rangking),
n = Banyaknya pengamatan.
10
Qa = (Dro +Bf) x F
Dro = Ws - 1 = 0.6 x Ws
Bf = 1 - Vn
11
Ws = R - Ep
EI = Et - E
Dimana,
Qa = debit andalan
Dro = Direct Run Off
Bf = Base flow
F = Cacthment area
Ws = water surplus
I = Infiltrasi
Vn = Penyiapan air tanah
R = Curah hujan
Ep = Evapotranspirasi potensial (Et = Ep - E)
Et = Evapotranspirasi terbatas (E= Ep x (m/20) x (18-n))
n = Jumlah Hari Hujan
m = tutupan lahan
a. Evapotranspirasi
Peristiwa perubahan air menjadi uap dan bergerak dari
permukaan tanah dan permukaan air ke udara disebut evaporasi
(penguapan). Peristiwa penguapan tanaman disebut transpirasi.
Apabila keduanya terjadi bersama-sama disebut evapotranspirasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi adalah
suhu, kelembaban, kecapatan angin, tekanan udara dan sinar
matahari yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya.
13
Dengan :
Harga-harga :
>
== (2.10)
> ?
@ = 2 0,00738. DE + 0,8072 FE
− 0,0016 (2.11)
J
I = 0,386 . (2.12)
K
Dengan :
Sedangkan :
Dengan:
harga fungsi-fungsi:
Dengan :
U = kecepatan angin dalam km/hari.
15
Tc = T-0,006 x δE (2.26)
Dengan:
Tc = temperatur terkoreksi (ᵒC),
T = temperatur rata-rata (ᵒC),
δE = beda tinggi elevasi stasiun dengan lokasi tinjauan (m).
K1
U E = U K:
U (2.27)
Dengan:
U2c = kecepatan angina di lokasi perencanaan (km/hari),
U2 = kecepatan angin di lokasi pengukuran (km/hari),
Li = elevasi lokasi perencanaan (m),
Lp = elevasi lokasi pengukuran (m).
Koreksi terhadap lama penyinaran matahari lokasi perencanaan adalah:
= P − 0,01 δE (2.28)
PE
Dengan :
Untuk :
Untuk daerah tropik dan subtropik dapat diambil nilai untuk a = 0,28 dan
b = 0,48.
Ls Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
8 16.1 16.1 15.5 14.4 13.1 12.4 12.7 13.7 14.9 15.8 16 16
10 16.4 16.3 15.5 14.2 12.6 12 12.4 13.5 14.8 15.9 16.2 16.2
Sumber: Soemarto, 1987
Padi Palawija
Periode
tengah Varietas Varietas Kacang Jagung
Bulanan Biasa Unggul Kedelai Tanah
1 1,10 1,10 0,50 0,50 0.5
2 1,10 1,10 0,75 0,51 0.59
3 1,05 1,10 1,00 0,66 0.96
17
Tabel 2.3 Koefisien Tanaman (lanjutan)
4 1,05 1,10 1,00 0,85 1.05
5 0,95 1,00 0,82 0,95 1.02
6 0,00 1,00 0,45 0,95 0.95
7 - - - 0,95 -
8 - - - 0,55 -
9 - - - 0,55 -
Sumber : KP-01
W.; X
V = ;X# (2.30)
Y = MZ + (2.31)
WF
[= \
(2.32)
g. Efisiensi irigasi
bcd b e f g#hi
I= (2.35)
bjklki lk
bcd#hi
I = bjklki (2.36)
lk
Dengan:
sth
DR = btt
(2.40)
Dengan :
2.2.4. Optimasi
Perencanaan sumber daya air dapat diselesaikan dengan teknik
optimasi dan simulasi. Teknik optimasi adalah proses
sistematika yang tak terlepas dari alogaritma optimasi untuk
mendapatkan hasil yang terbaik tanpa mempertimbangkan
semua kemungkinan yang ada. Dalam teknik optimasi
dirancang suatu model sedemikian rupa sehingga dapat menemukan
manajemen kebijakan yang paling baik atau optimal (Jayadi, 2000).
23
a. Fungsi Tujuan
Memaksimumkan Z= u v + u v + ⋯ + u v (2.41)
b. Fungsi Kendala
w v + w v + ⋯ + w v ≤ wywz ≥ |
w v + w v + ⋯ + w v ≤ wywz ≥ |
w v + w v + ⋯ + w v ≤ wywz ≥ |
w v + w v + ⋯ + w v ≤ wywz ≥ | (2.42)
Dengan :
Z = fungsi tujuan
Cj = parameter nilai tujuan (j=1,2,...,n)
Xj = perubahan putusan (j=1,2,...,n)
aij = parameter kendala (koefisien kendala)
bi = batasan sumber daya ke-i (i=1,2,...,m)
24
Kebutuhan Air
Tanaman
Optimasi Solver
Selesai
Gambar 3.1 Bagan Alur
(Sumber : Hasil Penelitian)
25
26
1. Data DAS
2. Data Curah Hujan
3. Data Kondisi Klimatologi (iklim)
4. Data Luas Lahan Irigasi
5. Data Pola Irigasi Existing di Lapangan
g. Efisiensi irigasi
6. Analisis Optimasi
Bendung Cawak