Modul Rencana Pemodelan Alokasi Air ini merupakan salah satu bahan ajar
bidang River Basin Water Allocation Management di DUWRMT, yang termasuk
pada kompetensi tingkat-3.
Modul ini memberikan pembelajaran dan bekal kepada peserta pelatihan tentang
konsepsi Model Rencana Alokasi Air, sesuai dengan Peraturan dan Pedoman/
Modul Pelatihan ini, yaitu antara lain:
a). Membatasi ruang lingkup Pemodelan Perencanaan Alokasi Air Rinci,
b). Mengumpulkan data dan masalah sesuai ruang lingkup Pemodelan
Perencanaan Alokasi Air Rinci.
c) Dapat melaksanakan pembuatan model perencanaan alokasi air rinci/
tepat waktu pada satu sumber air.
Semoga modul ini dapat bermanfaat, terutama bagi peningkatan kapasitas SDM
Lembaga Pengelola Wilayah Sungai Di Indonesia.
Setelah mempelajari modul dan mengikuti pelatihan ini, maka para Peserta-
Pelatihan diharapkan dapat memahami konsep Pemodelan Perencanaan
Alokasi Air, sehingga dapat meningkatkan kegiatan pelaksanaan pengelolaan
alokasi air, khususnya dalam proses pemodelan perencanaan alokasi air
permukaan di Satuan Wilayah Sungai, sesuai dengan tingkat
kewenangannya.
Skematisasi sistem tata air perlu dibuat lebih dahulu sebelum mulai
pemodelan, sedemikian rupa sehingga cukup sederhana akan tetapi dapat
menggambarkan kondisi infrastruktur pengairan dalam kaitannya untuk
Simpul-simpul terdiri atas tiga jenis, yaitu simpul biasa, simpul aktivitas, dan
simpul kendali, dengan uraian sebagai berikut :
a) Simpul biasa merupakan unsur dalam tata air yang tidak mengatur aliran
air, terdiri atas:
1. Simpul aliran (inflow node), menyatakan lokasi dimana air memasuki
sistem, misalnya dapat berupa aliran dari Daerah Aliran Sungai di
bagian hulu, air dari sumber mata air atau air tanah;
2. Simpul akhir (terminal node): menyatakan batas akhir dari wilayah
sungai, biasanya berupa laut namun dapat juga berupa transfer ke
wilayah sungai lain;
3. Simpul pertemuan (confluence node): menyatakan lokasi pertemuan
dua buah atau lebih anak sungai;
4. Simpul listrik mikrohidro (run-of-river node): menyatakan pembangkit
listrik tenaga air yang terletak pada sungai atau saluran (tanpa
tampungan seperti pada waduk) misalnya listrik mikrohidro di saluran
irigasi;
5. Simpul semu (dummy node): menyatakan lokasi tertentu di dalam
sistem yang misalnya dapat digunakan untuk kalibrasi aliran terukur
dan perhitungan; dan
Agar dapat melakukan alokasi pembagian air di bendung atau waduk, maka
terlebih dahulu harus diketahui berapa jumlah kebutuhan air di hilir bendung
atau waduk tersebut. Untuk itu perlu dijumlahkan semua kebutuhan air dari
hilir ke hulu sampai dengan bangunan pembagi air tersebut, sehingga dapat
diketahui berapa jumlah kebutuhan air secara kumulatif dari hilir ke hulu.
Alokasi pembagian air dilakukan pada setiap bendung dan waduk. Untuk
setiap bendung dapat dilakukan berbagai kebijaksanaan alokasi air sebagai
berikut:
1. Prioritas pada air yang dibelokkan (diverted), sehingga hilir sungai
mendapat sisanya. Sistem ini dapat digunakan pada pengambilan air
minum yang menurut undang-undang merupakan prioritas tertinggi, atau
pada bendung yang dibagian hilir sungainya tidak atau belum
dimanfaatkan lagi.
2. Proporsi yang konstan berdasarkan air yang tersedia, misalnya air yang
dipergunakan untuk irigasi, dari bendung dibelokkan volumenya ± 60%
dari air yang tersedia, dan 40% volume sisanya ke hilir sungai.
3. Cara sederhana ini dapat dilakukan antar pengguna air yang sama,
misalnya irigasi.
4. Proporsional dengan air yang dibutuhkan. Metode yang paling adil ini
memerlukan perhitungan kebutuhan air di hilir bendung, dan sebaiknya
digunakan bilamana memungkinkan.
Berikut ini diberikan beberapa contoh aplikasi lembar kerja Ms-Excel untuk
alokasi pembagian air, mulai dari yang sangat sederhana yaitu suatu sistem
tata air yang hanya terdiri atas dua buah daerah irigasi dan sebuah inflow.
5.1 Permasalahan
Pada Gambar 1, terdapat dua buah daerah irigasi, yaitu DI 601 dan di bagian
hilirnya adalah DI 603. Kedua DI tersebut mendapat pasokan air dari
catchment atau Daerah Aliran Sungai (DAS) di hulu yaitu pada simpul Inflow
401.
Perhitungan jumlah kebutuhan air dari hilir, dicatat pada setiap ruas sungai
berwarna merah dan diberi kotak . Jadi pada gambar 1 tersebut terlihat
kebutuhan air dari DI 603 yaitu sebesar 3,0 m3/detik; dan dijumlahkan
dengan DI 601 menjadi 4,0 m3/detik.
Alokasi pembagian air dari hulu, yang hanya sebesar 3,0 m3/detik harus
dibagi pada bendung pengambilan air DI 601 secara proporsional. Jadi
pembagiannya adalah sebagai berikut:
6.1 Permasalahan
Contoh ini menyangkut tiga buah daerah irigasi, yaitu DI 601, 602, dan 603.
Sumber air adalah dari sebuah DAS hulu yaitu inflow 401. Konfigurasi
skematisasi sistem tata air disajikan pada Gambar 2.
Perhitungan jumlah kebutuhan air dari hilir, dicatat pada setiap ruas sungai
berwarna merah dan diberi kotak. Jadi pada gambar 2 tersebut terlihat
kebutuhan air dari DI 603 yaitu sebesar 3,0 m3/detik; dan dijumlahkan
dengan DI 601 dan DI 602 menjadi 6,0 m3/detik.
Letak dari sel-sel lembar kerja Ms-Excel tersebut dapat diperiksa pada
Gambar 2. Perhatikan bahwa ketiga daerah irigasi tersebut mendapatkan air
dengan faktor k yang sama, yaitu dalam hal ini sebesar 0,50.
7.1 Permasalahan
Contoh ini menyangkut dua buah daerah irigasi, yaitu DI 601 dan 603; dan
sebuah PDAM diantara kedua DI tersebut. Sumber air adalah dari sebuah
DAS hulu yaitu inflow 401. Konfigurasi skematisasi sistem tata air disajikan
pada Gambar 3.
8.1 Permasalahan.
Contoh ini serupa dengan Contoh Aplikasi 2, yaitu menyangkut tiga buah
daerah irigasi, yaitu DI 601, 602 dan 603. Perbedaannya adalah bahwa
sumber air berasal dari dua anak sungai atau dua buah DAS hulu yaitu
inflow 401 dan 402.
Pada bab ini membahas implementasi model alokasi air untuk perencanaan/
tahunan, pada lembar-kerja elektronik yang mudah didapat dan, banyak
digunakan, yaitu Microsoft Excel.
Pada dasarnya model alokasi air berfungsi menelusuri perjalanan air dari hulu ke
hilir; jika ada anak sungai maka debitnya ditambahkan; dan jika ada pengambilan
maka debitnya dikurangi.
Untuk menyusun model alokasi air dengan MS-Excel ini terdiri atas tahapan-
tahapan sebagai berikut:
1. Penggambaran skematisasi;
2. Penyusunan tabel kebutuhan dan ketersediaan air;
3. Perhitungan kebutuhan air pada setiap titik;
4. Alokasi pemberian air;
5. Menjalankan simulasi;
6. Perhitungan kekurangan air; dan
7. Penyajian hasil simulasi.
Untuk menyusun model alokasi air dengan MS-Excel ini terdiri atas tahapan-
tahapan sebagai berikut:
1. Penggambaran skematisasi;
2. Penyusunan tabel kebutuhan dan ketersediaan air;
3. Perhitungan kebutuhan air pada setiap titik;
Untuk keperluan alokasi air, maka berapa jumlah kebutuhan air di hilir
bendung atau waduk harus diketahui. Untuk itu dilakukan penjumlahan
kebutuhan air dari hilir ke hulu, sehingga pada setiap titik dapat diketahui
kebutuhan airnya secara kumulatif dari hilir.
Alokasi air dilakukan pada jaringan tata air yang dinyatakan sebagai
skematisasi sistem tata air, sedangkan kekurangan air untuk seluruh waktu
simulasi berada pada tabel. Untuk dapat mengetahui kekurangan air, maka
terlebih dahulu harus diketahui realisasi pasokan air hasil simulasi dari skema
tata air yang dipindahkan ke dalam tabel dengan menggunakan makro yang
disimpan pada subprogram hitung sebagai berikut:
Sub hitung()
For i = 1 To 24
Cells(4, 3) = i
Cells(80, i - 1 + 6) = Cells(9, 4)
Hasil simulasi untuk setiap saat tertentu dapat dilihat pada gambar
skematisasi tata air. Untuk menyajikan hasil simulasi keseluruhan dapat
disajikan dalam gambar grafik antara kebutuhan air dan realisasi pasok air
selama periode simulasi, atau kriteria keandalan berupa prosentase
terpenuhinya kebutuhan air untuk seluruh simpul kebutuhan air.
8. Contoh Aplikasi
Sebagai contoh aplikasi dari model simulasi alokasi air dengan MS-Excel ini,
diterapkan pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane (gambar 5). Pada
DAS Cisadane ini terdapat bendung Empang yang mengairi 6.661 hektar
sawah dan bendung Pasarbaru yang mengairi Daerah Irigasi Pasarbaru Barat
seluas 21.783 hektar dan Daerah Irigasi Pasarbaru Timur seluas 9.143 hektar.
Pada contoh kasus ini dikaji sampai seberapa jauh pengambilan air baku
dapat dilakukan tanpa mengganggu air irigasi untuk produksi padi. Simulasi
dengan debit andalan Q80% pada 24 tengah bulanan menunjukkan bahwa
pengambilan air bersih ternyata berpengaruh terhadap pasokan air untuk
irigasi.
D. I. PASARBARUBARAT D. I. PASARBARUTIMUR
40.0
14.0
35.0
12.0
30.0
10.0
Q (m3/de
Q (m3/de
25.0
8.0
20.0
6.0
15.0
10.0 4.0
5.0 2.0
0.0 0.0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23
Bulan Demand Supply Bulan Demand Supply
10.0 9.0
8.0
8.0
7.0
Q (m3/de
Q (m3/de
6.0
6.0
5.0
4.0
4.0
3.0
2.0
2.0
1.0
0.0 0.0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23
Bulan Demand Supply Bulan Demand Supply
Hampir seluruh kebutuhan air dapat dipenuhi, kecuali Daerah Irigasi Empang
yang terletak di hulu waduk.
Model ini dapat juga menyarankan sampai seberapa jauh air bersih dapat
diambil, atau sebaliknya berapa kapasitas minimal waduk Parungbadak agar
dapat melayani kebutuhan air di hilirnya.
14.0
35.0
12.0
30.0
10.0
25.0
Q (m3/de
Q (m3/de
8.0
20.0
6.0
15.0
4.0
10.0
5.0 2.0
0.0 0.0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23
Bulan Bulan
Demand Supply Demand Supply
10.0
9.0
8.0
8.0
7.0
6.0
Q (m3/de
Q (m3/de
6.0
5.0
4.0
4.0
3.0
2.0 2.0
1.0
0.0 0.0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23
Bulan Demand Supply Bulan Demand Supply
3. Pembiayaan
3.1. Sumber pendanaan untuk pembuatan model perencanaan berasal
antara lain dari:
a. Dana anggaran pemerintah, APBN, APBD.
b. Dana anggaran swasta, BUMN, BUMD, dan lainnya.
c. Dana hasil penerimaan biaya jasa pengelolaan sumber daya air dari
pengguna air/ Pelanggan.
3.2. Penggunaan dana dalam pelaksanaan alokasi air antara lain untuk:
a. Pengoperasian dan pemeliharaan bangunan prasarana SDA.
b. Biaya administrasi kantor, biaya gaji karyawan, biaya umum, dll.
Pada sesi modul ini kita akan mempelajari 4(empat) pokok bahasan, dengan
masing-masing sub pokok bahasannya. Berikut ini disampaikan langkah kegiatan
sebagai Fasilitator/ Trainer dan Perserta Pelatihan sebagai berikut :
1. Langkah/ tahap 1
Persiapan Pelatihan
• Kegiatan Trainer:
1. Menciptakan suasana nyaman dan memotivasi peserta untuk siap
menerima materi Pelatihan Pemodelan Perencanaan Alokasi Air.
2. Memberikan gambaran umum pentingnya materi Pelatihan Model
Rencana Alokasi Air.
3. Memberikan evaluasi awal terhadap Peserta Pelatihan.
2. Langkah/ tahap 2
Pokok Bahasan Pemodelan Perencanaan Alokasi Air Rinci.
• Kegiatan Trainer:
1. Menyampaikan pokok bahasan Pengertian dan Konsepsi Pemodelan
Perencanaan Alokasi Air Rinci. Dengan memberikan ilustrasi bidang
kerja Pemodelan Rencana Alokasi Air.
2. Meminta perserta pelatihan untuk memberikan komentar.
3. Langkah/ tahap 3:
Pokok Bahasan Pemodelan Perencanaan Alokasi Air untuk
Perencanaan/ Tahunan.
• Kegiatan Trainer:
1. Menyampaikan pokok bahasan, dengan memberikan bahan diskusi,
dan memfasilitasi kegiatan diskusi tentang masalah tang perlu
dibahas.
2. Memfasilitasi kegiatan diskusi tentang cara merumuskan masalah
dan pertanyaan Pemodelan Rencana Alokasi Air sesuai dengan
masalah yang pernah dihadapi para Peserta pelatihan.
3. Memberikan klarifikasi atas hasil diskusi kelompok para Peserta
pelatihan.
4. Meminta para Peserta pelatihan untuk menuliskan rumusan masalah
secara perorangan tentang Pemodelan Rencana Alokasi Air.
2. Model ini bersifat luwes, artinya mudah dimodifikasi dan disesuaikan dengan
kondisi setempat.
Selain untuk pengelolaan secara real-time, model ini dapat juga digunakan
untuk perencanaan. Jika digunakan untuk mengevaluasi suatu strategi
perencanaan, maka model ini harus dilengkapi dengan program makro dari
Ms-Excel yang berupa bahasa Visual Basic.
5. Jika model ini diterapkan pada DAS yang kompleks, maka akan dijumpai
beberapa kesulitan dalam penyusunan dan pelacakan program.