Disusun oleh:
Denma Iskadar Hermawan
NIM. 131130006
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
KAMPUS A
Jl. Jatiwaringin Raya No.278 Pondok Gede 17411 Jakarta
Telp.(021) 8481155, Fax.(021) 8483069
Email: enquiry@itkj.ac.id
Website: www.itkj.ac.id
2019
Laporan Praktikum Teknologi & Material Beton
LEMBAR ASISTENSI
Kelompok : 3 ( Tiga )
Asistensi : Praktikum Teknologi & Material Beton
( ……………………….….. ) ( ……………………….. )
LEMBAR PENGESAHAN
( ……………………….….. ) ( ……………………….. )
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga kami dari kelompok 3 dapat
melaksanakan sebuah praktikum dan menyelesaikannya ddengan baik.
Dengan selesainya laporan praktikum ini, maka kami tidak lupa
mengucapkan banyak terima kasih. Kami juga menyampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan praktikum Teknologi
Beton ini. Khususnya kepada
Kepada Ibu R. Nawang Sari, ST, MT, Selaku Ketua Program Studi
Teknik Sipil STT Jakarta.
Kepada para Dosen yang senantiasa sabar menghadapi kelompok
kami selama praktikum.
Orang tua kami yang telah mendoakan kelancaran kuliah kami.
Seluruh teman-teman yang berkenan saling membantu
menyelesaikan laporan Praktikum Teknologi Beton ini.
Demikian ini Praktikum Teknologi Beton yang telah kami buat. Kami
mohon kritik dan sarannya apabila terdapat kekurangan dalam penyusunan
laporan ini. Semoga laporan Praktikum ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Juga bermanfaat bagi kami selaku penulis.
Jakarta, 2019
Penyusun
Kelompok 3
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
Beton yang digunakan sebagai struktur dalam konstruksi dalam teknik sipil,
dapat dimanfaatkan untuk banyak hal. Dalam teknik sipil, struktur beton
digunakan untuk bangunan pondasi, kolom, balok, pelat atau pelat cangkang.
Dalam teknik sipil, beton digunakan untuk bangunan air, seperti bending,
bendungan, saluran, dan drainase perkotaan. Beton juga digunakan dalam teknik
sipil transportasi untuk pengerjaan rigid pavement (lapis keras permukaan yang
kaku), saluran samping, gorong-gorong, dan lainnya. Jadi beton hampir digunakan
dalam semua aspek ilmu teknik sipil. Artinya semua struktur dalam teknik sipil
akan menggunakan beton, minimal dalam pekerjaan pondasi.
Struktur beton sangat dipengaruhi oleh komposisi dan kualitas bahan-bahan
pencampuran beton, yang dibatasi oleh kemampuan daya tekan beton seperti yang
tercantum dalam perencanaannya. Hal tersebut bergantung juga pada kemampuan
daya dukung tanah, kemampuan struktur yang lain atau kemampuan struktur
atasnya.
Agar hasil yang diperoleh memuaskan, dibutuhkan pengenalan yang
mendalam mengenai sifat-sifat yang berkaitan dengan suatu bahan yakni bahan-
bahan penyusun beton tersebut.
1.2. Referensi
SNI 03 – 4142 – 1996
ℎ1
% 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑙𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟 = 𝑥 100%
ℎ1 + ℎ2
Dimana :
h1 = Tebal lumpur
h2 = Tebal Pasir
- Menit ke 30
Tebal lumpur (h1) = 0,80 cm
Tebal pasir (h2) = 18,7 cm
0,80
Kadar lumur = 0,80 + 18,7 𝑥 100% = 4,10 %
3,62 + 4,10
Hasil Rata-rata = = 3,86 %
2
Percobaan 2
- Menit ke 15
Tebal lumpur (h1) = 0,60 cm
Tebal pasir (h2) = 18,4 cm
0,60
Kadar lumur = 0,60 + 18,4 𝑥 100% = 3,15 %
- Menit ke 30
Tebal lumpur (h1) = 0,60 cm
Tebal pasir (h2) = 18,6 cm
0,60
Kadar lumur = 0,60 + 18,6 𝑥 100% = 3,12 %
3,15 + 3,12
Hasil Rata-rata = = 3,13 %
2
Percobaan 3
- Menit ke 15
Tebal lumpur (h1) = 0,40 cm
Tebal pasir (h2) = 14,4 cm
0,40
Kadar lumur = 𝑥 100% = 2,70 %
0,40 + 14,4
- Menit ke 30
Tebal lumpur (h1) = 0,60 cm
Tebal pasir (h2) = 14,6 cm
0,60
Kadar lumur = 0,60 + 14,6 𝑥 100% = 3,94 %
2,70 + 3,94
Hasil Rata-rata = = 3,32%
2
3,36+ 3,13 +3,32
Presentase = =3,43 %
3
- Menit ke 30
Tebal lumpur (h1) = 15,0 cm
Tebal pasir (h2) = 49,0 cm
15,0
Kadar lumur = 15,0 + 49,0 𝑥 100% = 23,44 %
Percobaan 2
- Menit ke 15
Tebal lumpur (h1) = 18,0 cm
Tebal pasir (h2) = 54,0 cm
18,0
Kadar lumur = 18,0 + 54,0 𝑥 100% = 25 %
- Menit ke 30
Tebal lumpur (h1) = 15,5 cm
Tebal pasir (h2) = 54,0 cm
15,5
Kadar lumur = 15,5 + 54,0 𝑥 100% = 22,31 %
Percobaan 3
- Menit ke 15
Tebal lumpur (h1) = 17,0 cm
Tebal pasir (h2) = 52,0 cm
17,0
Kadar lumur = 17,0 + 52,0 𝑥 100% = 24,64 %
- Menit ke 30
Tebal lumpur (h1) = 14,0 cm
Tebal pasir (h2) = 53,0 cm
14,0
Kadar lumur = 14,0 + 53,0 𝑥 100% = 20,89 %
3) Pasir Cimalaka
Percobaan 1
- Menit ke 15
Tebal lumpur (h1) = 1,40 cm
Tebal pasir (h2) = 20,10 cm
1,40
Kadar lumur = 1,40 + 20,10 𝑥 100% = 6,51 %
- Menit ke 30
Tebal lumpur (h1) = 1,80 cm
Tebal pasir (h2) = 20,50 cm
1,80
Kadar lumur = 1,80 + 20,50 𝑥 100% = 8,07 %
6,51 + 8,07
Hasil Rata-rata = = 7,29 %
2
Percobaan 2
- Menit ke 15
Tebal lumpur (h1) = 1,20 cm
Tebal pasir (h2) = 15,60 cm
1,20
Kadar lumur = 𝑥 100% = 7,14 %
1,20 + 15,60
- Menit ke 30
Tebal lumpur (h1) = 1,60 cm
Tebal pasir (h2) = 15,80 cm
1,60
Kadar lumur = 1,60 + 15,80 𝑥 100% = 9,15 %
7,14 + 9,15
Hasil Rata-rata = = 8,16 %
2
Percobaan 3
- Menit ke 15
Tebal lumpur (h1) = 1,80 cm
Tebal pasir (h2) = 20,00 cm
1,80
Kadar lumur = 1,80 + 20,00 𝑥 100% = 8,25 %
- Menit ke 30
Tebal lumpur (h1) = 1,50 cm
Tebal pasir (h2) = 20,00 cm
1,50
Kadar lumur = 1,50 + 20,00 𝑥 100% = 6,97 %
8,25+ 6,97
Hasil Rata-rata = = 7,61 %
2
7,29 + 8,16 + 7,61
Presentase = = 7,68 %
3
4) Pasir Pontianak
Percobaan 1
- Menit ke 15
Tebal lumpur (h1) = 0,90 cm
Tebal pasir (h2) = 19,00 cm
0,90
Kadar lumur = 0,90 + 19,00 𝑥 100% = 4,52 %
- Menit ke 30
Tebal lumpur (h1) = 0,90 cm
Tebal pasir (h2) = 19,00 cm
0,90
Kadar lumur = 0,90 + 19,00 𝑥 100% = 4,52 %
4,52 + 4,52
Hasil Rata-rata = = 4,52%
2
Percobaan 2
- Menit ke 15
Tebal lumpur (h1) = 0,90 cm
Tebal pasir (h2) = 13,40cm
0,90
Kadar lumur = 0,90 + 13,40 𝑥 100% = 6,29 %
- Menit ke 30
Tebal lumpur (h1) = 1,30 cm
Tebal pasir (h2) = 13,70 cm
1,30
Kadar lumur = 1,30 + 13,70 𝑥 100% = 8,66 %
6,29 + 8,66
Hasil Rata-rata = = 7,47 %
2
Percobaan 3
- Menit ke 15
Tebal lumpur (h1) = 0,90 cm
Tebal pasir (h2) = 17,80 cm
0,90
Kadar lumur = 0,90 + 17,80 𝑥 100% = 4,81 %
- Menit ke 30
Tebal lumpur (h1) = 0,9 cm
Tebal pasir (h2) = 17,80 cm
0,90
Kadar lumur = 0,90 + 17,80 𝑥 100% = 4,81 %
4,81 + 4,81
Hasil Rata-rata = = 4,81 %
2
4,52+ 7,47 + 4,81
Presentase = = 5,60 %
3
5) Pasir Galunggung
Percobaan 1
- Menit ke 15
Tebal lumpur (h1) = 1,20 cm
Tebal pasir (h2) = 20,40 cm
1,20
Kadar lumur = 1,20 + 20,40 𝑥 100% = 5,5 %
- Menit ke 30
Tebal lumpur (h1) = 1,60 cm
Tebal pasir (h2) = 20,50 cm
1,60
Kadar lumur = 1,60 + 20,50 𝑥 100% = 7,22 %
5,5 + 7,22
Hasil Rata-rata = = 6,39 %
2
Percobaan 2
- Menit ke 15
Tebal lumpur (h1) = 1,40 cm
Tebal pasir (h2) = 18,6 cm
1,40
Kadar lumur = 1,40 + 18,6 𝑥 100% = 7 %
- Menit ke 30
Tebal lumpur (h1) = 1,70 cm
Tebal pasir (h2) = 18,70 cm
1,70
Kadar lumur = 1,70 + 18,70 𝑥 100% = 8,30 %
7 + 8,30
Hasil Rata-rata = = 7,66 %
2
Percobaan 3
- Menit ke 15
Tebal lumpur (h1) = 1,50 cm
Tebal pasir (h2) = 17,70 cm
1,50
Kadar lumur = 1,50 + 17,70 𝑥 100% = 5,88 %
- Menit ke 30
Tebal lumpur (h1) = 1,80 cm
Tebal pasir (h2) = 17,70 cm
1,80
Kadar lumur = 1,80 + 17,70 𝑥 100% = 9,23 %
5,88 + 9,23
Hasil Rata-rata = = 7,55 %
2
6,39 + 7,66 + 7,55
Presentase = = 7,2 %
3
1.8. Kesimpulan
Pada proses percobaan agregat halus menghasilkan data yang dapat
digunakan dalam pembuatan beton karena agregat halus tersebut di dapat
kurang dari 11 % sehingga bisa di gunakan serta dapat dilakukan dalam
proses pembuatan beton.
BAB II
PENGUJIAN KADAR LUMPUR AGREGAT HALUS
METODE KERING
2.2. Referensi
SNI 03 – 4142 – 1996, ASTM C117, PBI 1971
Percobaan 2
- Berat uji kering sebelum dicuci (W1) = 108,70 gr
- Berat benda uji kering sesudah dicuci (W2) = 104,10 gr
108,70 − 104,10
- Persentasi bahan yang lolos = 𝑥 100% = 4,23 %
108,70
Percobaan 3
- Berat uji kering sebelum dicuci (W1) = 108,60 gr
- Berat benda uji kering sesudah dicuci (W2) = 102,40 gr
108,60 − 102,40
- Persentasi bahan yang lolos = 𝑥 100% = 5,70 %
108,60
2,59 + 4,23 + 5,70
Hasil rata-rata = = 4,14 %
3
2) Pasir Cimalaka
Percobaan 1
- Berat uji kering sebelum dicuci (W1) = 540,20 gr
- Berat benda uji kering sesudah dicuci (W2) = 520,50 gr
540,20 − 520,50
- Persentasi bahan yang lolos = 𝑥 100% = 3,73 %
540,20
Percobaan 2
- Berat uji kering sebelum dicuci (W1) = 548,70 gr
- Berat benda uji kering sesudah dicuci (W2) = 532,40 gr
548,70 − 532,40
- Persentasi bahan yang lolos = 𝑥 100% = 2,97 %
548,70
Percobaan 3
- Berat uji kering sebelum dicuci (W1) = 580,20 gr
- Berat benda uji kering sesudah dicuci (W2) = 540,10 gr
580,20 − 540,10
- Persentasi bahan yang lolos = 𝑥 100% = 6,91 %
580,20
3,73 + 2,97 + 6,91
Hasil rata-rata = = 4,53 %
3
3) Pasir Pontianak
Percobaan 1
- Berat uji kering sebelum dicuci (W1) = 468,20 gr
- Berat benda uji kering sesudah dicuci (W2) = 422,15 gr
468,20 − 422,15
- Persentasi bahan yang lolos = 𝑥 100% = 5,81 %
468,20
Percobaan 2
- Berat uji kering sebelum dicuci (W1) = 568,10 gr
- Berat benda uji kering sesudah dicuci (W2) = 548,80 gr
568,10 − 548,80
- Persentasi bahan yang lolos = 𝑥 100% = 3,39 %
568,10
Percobaan 3
- Berat uji kering sebelum dicuci (W1) = 560,00 gr
- Berat benda uji kering sesudah dicuci (W2) = 548.20 gr
560,00 − 548,20
- Persentasi bahan yang lolos = 𝑥 100% = 2,10 %
560,00
5,81 + 3,39 + 2,10
Hasil rata-rata = = 3,76 %
3
4) Pasir Galunggung
Percobaan 1
- Berat uji kering sebelum dicuci (W1) = 132,40 gr
- Berat benda uji kering sesudah dicuci (W2) = 128,20 gr
132,40 − 128,20
- Persentasi bahan yang lolos = 𝑥 100% = 3,17 %
132,40
Percobaan 2
- Berat uji kering sebelum dicuci (W1) = 124,00 gr
- Berat benda uji kering sesudah dicuci (W2) = 122,80 gr
124,00 − 122,80
- Persentasi bahan yang lolos = 𝑥 100% = 1,96 %
124,00
Percobaan 3
- Berat uji kering sebelum dicuci (W1) = 148,10 gr
- Berat benda uji kering sesudah dicuci (W2) = 136,70 gr
148,10 − 136,70
- Persentasi bahan yang lolos = 𝑥 100% = 7,69 %
148,10
3,17 + 1,96 + 7,69
Hasil rata-rata = = 4,27 %
3
2.9. Kesimpulan
Pada proses percobaan di dapat 5 % dari data yg di hasilkan sehingga,data
tersebut bisa di gunakan dalam pembuatan beton karena hasil percobaan di
dapat 5 % sesuai ketentuan yang berlaku.
BAB III
PENGUJIAN KADAR LUMPUR AGREGAT KASAR
METODE KERING
3.2. Referensi
SNI 03-4142-1996
𝑊3 − 𝑊5
% 𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝐿𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟 = 𝑥 100%
𝑊3
Keterangan :
W1 = berat material awal kering oven + wadah (gram)
W2 = berat wadah (gram)
W3 = berat kering benda uji
W4 = berat kering benda uji setalah di cuci + wadah
W5 = berat kering benda uji pencucian
W6 = material lolos ayakan No.200 (0.075mm)
3.8. Kesimpulan
Pada percobaan tersebut di dapat hasil yang didapat kadar lumpur dari hasil
pengujian split 10x20 cm persentase rata-ratanya yang di peroleh yaitu 3,02 %
sehingga dapat di gunakan.
BAB IV
PENGUJIAN KADAR AIR AGREGAT HALUS
METODE KERING
4.2. Referensi
SNI 1971:2011 dan ASTM C566
Pasir Cimalaka
- Berat Awal (W1) = 1000 gr
- Berat Akhir (W2) = 966,5 gr
1000−966,5
- Kadar Air = 𝑥 100% = 3,4 %
966,5
Pasir Galunggung
- Berat Awal (W1) = 1000 gr
- Berat Akhir (W2) = 976 gr
1000− 976
- Kadar Air = 𝑥 100% = 2,4 %
976
Pasir Pontianak
- Berat Awal (W1) = 1000 gr
- Berat Akhir (W2) = 997,5 gr
1000− 997,5
- Kadar Air = 𝑥 100% = 0,25 %
997,5
4.8. Kesimpulan
Pada hasil pengerjaan percobaan di dapatkan prresentasi kadar air kurang
dari 5 % sehingga dapat di lanjutakan pada proses selanjutnya.
BAB V
PENGUJIAN KADAR AIR AGREGAT KASAR
METODE KERING
5.2. Referensi
SNI 1971:2011
5. Masukkan oven untuk dikeringkan dengan suhu 110 ± 5°C dan waktu
pengeringan disetting selama 24 jam, setelah selesai keluarkan dari
oven dan diamkan selama 20 menit agar agregat menjadi dingin.
6. Timbang agregat kasar yang sudah dingin ke dalam talam yang sama
yang digunakan saat penimbangan dan catat beratnya sebagai berat
akhir.
7. Lakukan pencatatan hasilnya pada form pengujian.
- Split 20x30 cm
Percobaan 2
- Berat talam = 213,6 gr
- Berat awal (W1) = 3000 gr
- Berat akhir (W2) = 22983,2 gr
3000 − 2983,2
- Kadar Air = 𝑥 100% = 0,56 %
2983,2
5.8. Kesimpulan
Jadi pada percobaan split 10x20 mendapatkan hasil 1,6% yang dimana
dalam ketentuan yang berlaku pada kadar agregat kasar semua harus tidak
boleh lebih dari 1% maka split 10x20cm harus di cuci.
Dan pada split 20x30cm mendapatkan hasil 0,59% yang dimana hasil
tersebut di bawah 1% sehingga dapat di gunakan dalam proses pembuatan
beton.
BAB VI
PENGUJIAN SIEVE ANALYSIS AND GRADING CURVE
AGREGAT HALUS
6.2. Referensi
SNI 1968:2010, ASTM C136
6.7. Kesimpulan
Terlihat bagaimana grafik yang tidak begtu turun tajam sehingga setiap
material yang digunakan masih bisa di gunakan untuk proses selanjutnya karena
tingkatan yang tidak begitu buruk pada setiap material.
BAB VII
PENGUJIAN SIEVE ANALYSIS AND GRADING CURVE
AGREGAT KASAR
7.2. Referensi
SNI 1968:2010
Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat.
b) Agregat kasar terdiri dari
Ukuran maks 3,5” ; Berat minimum 35,0 kg
Ukuran maks 3,0” ; Berat minimum 30,0 kg
Ukuran maks 2,5” ; Berat minimum 25,0 kg
Ukuran maks 2,0” ; Berat minimum 20,0 kg
Ukuran maks 1,5” ; Berat minimum 15,0 kg
Ukuran maks 1,0” ; Berat minimum 10,0 kg
Ukuran maks 3/4” ; Berat minimum 5,0 kg
7.7. Kesimpulan
1) Jumlah berat tertahan adalah kumulatif.
2) Modulus kehalusan untuk agregat kasar / split berkisar antara 6 – 8.
BAB VIII
PENGUJIAN ABRASI AGREGAT KASAR DENGAN
MESIN LOS ANGELES
8.2. Referensi
SNI 2417 – 2008
8.9. Kesimpulan
1) Keausan total split 10x20 cm = 26,60 % , maka pada dasar nya split
10x20cm merupakan material yang bisa di golongkan pada konstruksi
berat kelas 3 karena hasil yang di dapat berada pada kisaran 27%
2) Keausan total split 10x20 cm Lokal = 51,93 % .
BAB IX
PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT
HALUS
9.2. Referensi
SNI 1970:2008, ASTM C128
9.4. Bahan
Agregat halus
Air bersih
10) Siapkan Pycnometer berisi air sampai batas leher pycnometer, dan
timbang beratnya dan catat beratnya sebagai “Berat labu ukur + air”
(W2) pada kolom “Sampel I” pada form pengujian.
Gambar 6.6. Proses memanaskan labu ukur untuk mengeluarkan udara yang
terjebak dalam agregat halus
13) Setelah itu diamkan agar udara yang terjebak naik dan keluar semua.
14) Kemudian timbang berat Pycnometer tersebut yang sudah berisi air dan
agregat halus, catat beratnya sebagai “Berat material SSD + air +
Labu ukur” (W3) pada kolom “Sampel I” pada form pengujian.
15) Kemudian buang air yang terisi dalam Pycnometer, hingga hanya tersisa
agregat halus.
16) Agregat halus kemudian dituangkan dari Pycnometer ke sebuah talam
kosong yang sebelumnya dipakai saat penimbangan.
17) Masukkan talam berisi agregat tersebut ke dalam oven untuk
dikeringkan dengan suhu 110 ± oC dan waktu pengeringan disetting 24
jam, setelah selesai keluarkan dari oven dan diamkan selama 20 menit
agar agregat menjadi dingin.
18) Timbang kembali talam yang berisi agregat halus yang sudah dingin dan
catat beratnya sebagai “Berat material dalam kondisi kering oven”
(W1) pada kolom “Sampel I” pada form pengujian.
19) Kemudian lakukan analisa berat jenis dan penyerapan dengan rumus
yang terdapat pada kolom “Sampel I” pada form pengujian.
20) Lakukan pemeriksaan, analisa berat jenis dan penyerapan pada sampel
agregat halus yang sudah disiapkan sebelumnya yang berlabel “Sampel
II” dengan mengikuti langkah-langkah diatas.
21) Catat hasilnya pada kolom “Sampel II” pada form pengujian.
= 2,52 gr/cc
𝑊1 491,9
Berat jenis semu = = = 2,58 gr/cc
𝑊2 + 𝑊1 − 𝑊3 705,2 + 491,9 − 1006,7
𝑊4 − 𝑊1 500 − 491,9
Penyerapan = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 1,65 %
𝑊1 491,9
2) Pasir Cimalaka
Sampel I
Berat material dalam kondisi kering oven W1 = 467,6 gr
Berat labu ukur + air W2 = 672,3 gr
Berat material SSD + air + Labu ukur W3 = 992,4 gr
Berat material kondisi SSD W4 = 500 gr
𝑊1 467,6
Berat jenis kering = 672,3 + 500 − 992,4 = 2,59 gr/cc
𝑊2 + 𝑊4 − 𝑊3
𝑊4 500
Berat jenis kering permukaan (SSD) = 672,3 + 500 − 992,4
𝑊2 + 𝑊4 − 𝑊3
= 2,78 gr/cc
𝑊1 467,6
Berat jenis semu = = 3,17 gr/cc
𝑊2 + 𝑊1 − 𝑊3 672,3 + 467,6 − 992,4
𝑊4 − 𝑊1 500 − 467,6
Penyerapan 𝑥 100% = 𝑥 100% = 6,93 %
𝑊1 467,6
Sampel II
Berat material dalam kondisi kering oven W1 = 471,6 gr
Berat labu ukur + air W2 = 635,3 gr
Berat material SSD + air + Labu ukur W3 = 957,6 gr
Berat material kondisi SSD W4 = 500 gr
𝑊1 471,6
Berat jenis kering 𝑊2 + 𝑊4 − 𝑊3
= 635,3 + 500 − 957,6 = 2,66 gr/cc
𝑊4 500
Berat jenis kering permukaan (SSD) = 635,3 + 500 – 957,6
𝑊2 + 𝑊4 – 𝑊3
= 2,82 gr/cc
𝑊1 471,6
Berat jenis semu = = = 3,16 gr/cc
𝑊2 + 𝑊1 − 𝑊3 635,3 + 471,6 − 957,6
𝑊4 − 𝑊1 500 − 471,6
Penyerapan 𝑥 100% = 𝑥 100% = 6,03 %
𝑊1 471,6
Hasil Rata-Rata
𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐼 + 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐼𝐼 2,59 + 2,66
Berat jenis kering = = = 2,63 𝑔𝑟/𝑐𝑐
2 2
𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐼 + 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐼𝐼 2,78 + 2,82
Berat jenis kering permukaan (SSD) = = =
2 2
2,8 𝑔𝑟/𝑐𝑐
𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐼 + 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐼𝐼 3,17 + 3,16
Berat jenisn semu = = = 3,165 𝑔𝑟/𝑐𝑐
2 2
𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐼 + 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐼𝐼 6,93% + 6,03%
Penyerapan = = = 6,48 %
2 2
3) Pasir Galunggung
Berat material dalam kondisi kering oven W1 = 476,2 gr
Berat labu ukur + air W2 = 672,5 gr
Berat material SSD + air + Labu ukur W3 = 988,3 gr
Berat material kondisi SSD W4 = 500 gr
𝑊1 476,2
Berat jenis kering = = 672,5 + 500 − 988,3 = 2,59 gr/cc
𝑊2 + 𝑊4 − 𝑊3
𝑊4 500
Berat jenis kering permukaan (SSD) = 𝑊2 + 𝑊4 – 𝑊3
= 672,5 + 500 – 988,3
= 2,72 gr/cc
𝑊1 476,2
Berat jenis semu = = = 2,97 gr/cc
𝑊2 + 𝑊1 − 𝑊3 672,5 + 476,2 − 988,3
𝑊4 − 𝑊1 500 − 476,2
Penyerapan = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 4,99 %
𝑊1 476,2
4) Pasir Pontianak
Berat material dalam kondisi kering oven W1 = 491,5 gr
Berat labu ukur + air W2 = 636,0 gr
Berat material SSD + air + Labu ukur W3 = 945,3 gr
Berat material kondisi SSD W4 = 500 gr
𝑊1 491,5
Berat jenis kering = = 636,0 + 500 − 945,3 = 2,58 gr/cc
𝑊2 + 𝑊4 − 𝑊3
𝑊4 500
Berat jenis kering permukaan (SSD) = = 636,0 + 500 –945,3
𝑊2 + 𝑊4 – 𝑊3
= 2,63 gr/cc
𝑊1 491,5
Berat jenis semu = = = 2,69 gr/cc
𝑊2 + 𝑊1 − 𝑊3 636,0 + 491,5 − 945,3
𝑊4 − 𝑊1 500 − 491,5
Penyerapan = 𝑥 100% = 𝑥 100% = 1,729 %
𝑊1 491,5
9.9. Kesimpulan
Jadi pada hasil percobaan tersebut di dapat hasil dari penyerapan 1,729%
dimana dari data di atas bisa diketahui adalah penyerapan dan berat jenis yg
sesuai ketetuan yg berlaku
BAB X
PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN AGREGAT
KASAR
10.2. Referensi
SNI 1969:2008, ASTM C-127
10.4. Bahan
Agregat kasar
Air bersih
selesai keluarkan dari oven dan diamkan selama 20 menit agar agregat
menjadi dingin.
Tuangkan agregat ke atas saringan no.4 kemudian dicuci sampai air yang
terbuang dari saringan sudah terlihat jernih.
Masukkan agegat kasar yang tertahan di atas saringan no.4 kedalam
ember yang sudah terisi air yang cukup untuk merendam seluruh agregat,
kemudian diamkan pada suhu ruangan (25oC-30oC) selama 24 jam.
= 2,31 gr
𝑊1 1892,5
Berat jenis semu = = = 2,50 gr
𝑊1 − 𝑊3 1892,5 − 1135
𝑊2 − 𝑊1 2000−1892,5
Penyerapan air = 𝑥 100 = 𝑥 100 = 5,69 %
𝑊1 1892,5
𝑊1 1924,9
Berat jenis kering = 𝑊2 − 𝑊3 = = 2,30 gr
2000 − 1165
𝑊2 2000
Berat jenis kering permukaan (SSD) = =
𝑊2 – 𝑊3 2000 – 1165
= 2,39 gr
𝑊1 1924,9
Berat jenis semu = = = 2,53 gr
𝑊1 − 𝑊3 1924,9 − 1165
𝑊2 − 𝑊1 2000−1924,9
Penyerapan air = 𝑥 100 = 𝑥 100 = 3,90 %
𝑊1 1924,9
10.9. Kesimpulan
Pada kesimpulan yang didapatkan adalah pada hasil berat jenis
yang didapatkan adah 2,53 gr dan hasil 3,90 % yang dimana hasil
teresbut tidak melebihi batas ketentuan syarat yang berlaku pada
tes pengujian material.
BAB XI
TATA CARA PEMBUATAN RENCANA CAMPURAN BETON
NORMAL
11.2. Referensi
1) SNI-03-2834-2000, Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal
2) SNI-03-1750-1990, Mutu dan Cara Uji Agregat Beton
3) SNI-15-2049-1994, Semen Portland
4) SNI 03-6861 1-2002 Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan
Bangunan Bukan Logam)
5) SNI-03-2914-1992, Spesifikasi Beton Tahan Sulfat
6) Desaign of Proportioning Concrete Mixer (Instruksi Manual JIS)
7) American Concrete Institute (ACI 1995, Building Code Requirements for
Reinforced Concrete)
8) British Standard Intitution (BSI) 1973 Spesication for Aggregates from
Natural Sources for Concrete (Including Granolitic), part 2 Metric Units
9) Development of the Environment (DOE) 1975, Desaign of Normal
Concrete Mixes, Building Research Establisment.
11.3. Bahan
1) Bahan untuk campuran coba harus mewakili bahan yang akan digunakan
dalam pekerjaan yang diusulkan.
2) Air harus memenuhi ketentuan yang berlaku.
3) Semen harus memenuhi SNI-15-2049-1994 tentang semen Portland.
4) Agregat harus memenuhi SNI-03-1750-1990 tentang mutu dan cara Uji
Agregat Beton.
Tabel 8.1. Faktor pengali deviasi standar bila data hasil uji yang tersedia kurang dari 30
15 1,15
20 1,08
25 1,03
30 atau lebih 1
Tabel 8.2. Perkiraan kekuatan tekan (Mpa) beton dengan faktor air semen dan agregat kasar yang
biasa dipakai di Indonesia
Tabel 8.3. Perkiraan air bebas (kg/m³) yang dibutuhkan untuk beberapa tingkat kemudahan
pengerjaan adukan beton
Catatan : koreksi suhu udara : untuk suhu diatas 25°C, setiap kenaikan 5°C
harus ditambah air 5 liter per m³ adukan beton.
Tabel 8.4. Persyaratan jumlah semen minimum dan faktor air semen maksimum untuk berbagai
macam pembetonan dalam lingkungan khusus
langsung
Beton masuk ke dalam tanah : 325 0,55
a. Mengalami keadaan basah dan kering
berganti-ganti
b. Mendapat pengaruh sulfat dan alkali dari Lihat tabel 5
tanah
Lihat tabel 5
Beton yang kontinu berhubungan :
a. Air tawar
b. Air laut
Tabel 8.5. Ketentuan untuk beton yang berhubungan dengan air tanah yang mengandung sulfat
kandungan semen
kadar faktor
minimum
konsentrasi sulfat sebagai so3
gangguan ukuran normal agregat air
sulfat maksimum (kg/m³) semen
dalam tanah tipe
sulfat
so3 dalam semen
(so3)
total
campuran dalam air
SO3
40 mm 20 mm 350
air : tanah
(%) tanah g/l
=
2 : 1 kg/l
tipe 1 dengan
1 kurang kurang kurang atau tanpa
80 300 350 0,5
dari 0,2 dari 1 dari 0,3 pozolan
(15-40%)
tipe 1 dengan
atau tanpa
290 330 350 0,5
pozolan
(15-40%)
2 0,2-0,5 1-1,9 0,3-1,2 tipe 1 pozolan
(15-40%)
atau
270 310 360 0,55
semen
portland
pozolan
tipe II atau
250 290 340 0,45
tipe V
tipe 1 pozolan
(15-40%)
atau
340 380 430 0,45
semen
3 0,5-1 1,9-3,1 1,2-2,5
portland
pozolan
tipe II atau
290 330 380 0,5
tipe V
tipe II atau
4 1,0-2,0 3,1-5,6 2,5-5,0 330 370 420 0,45
tipe V
lebih lebih lebih tipe II atau
5 dari 2,0 dari 5,6 dari 5 tipe V lapisan 330 370 420 0,45
pelindung
Tabel 8.7. Persyaratan batas-batas susunan besar butir agregat kasar (kerikil atau koral)
kekuatan yang dibutuhkan (target strength) adalah 242 kg/cm² yang akan menjaga
80% dari kuat berada diatas 210 kg/cm².
c) Menghitung air.
Berat air (WW) = 203,5 kg
𝑊𝑊 203,5
Volume air (VW) = = = 0,2035 m³.
𝐺𝑊𝑥1000 1𝑥1000
BAB XII
PENGUJIAN SLUMP BETON
12.2. Referensi
SNI – 03 – 1972 – 1990
JIS A 1101 (1975)
12.3. Peralatan
a) Cetakan kerucut terpancung (cone) diameter bawah 203 mm, atas 102
mm, tinggi 304 mm, tebal 1,2 mm.
b) Tongkat pemadat diameter 16 mm, panjang 600 mm, ujung bulat.
c) Pelat logam.
d) Sendok cekung.
e) Mistar ukur.
d) Ratakan permukaan benda uji dengan tongkat dan bersihkan semua sisa
benda uji yang jatuh disekitar cetakan.
e) Lepaskan cetakan dengan cara mengangkat cetakan ke arah vertikal
dengan waktu (5 ± 2) detik, tanpa ada gerakan lateral.
f) Setelah permukaan benda uji terjadi penurunan terlepas dari cetakan,
ukurlah slump yang terjadi dengan menentukan perbedaan tinggi cetakan
dengan tinggi rata-rata benda uji.
g) Ulangi pekerjaan di atas untuk dua kali pengujian dalam waktu tidak
lebih dari 2,5 menit.