ELECTROPLATING
Disusun oleh :
Muhammad Rizki Rifaldy Sofyan
2102311048
Mprod – 5D
Segala puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia nya kepada kita semua. Shalawat serta salam marilah kita haturkan ke junjungan nabi
besar kita Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan umatnya yang telah menuntun kita dari
zaman yang gelap hingga ke zaman yang terang benderang ini. Dengan rahmat dan karunia-Nya
pulalah saya mampu menyusun “Laporan Praktikum Anodizing dan Electroplating”.
Dalam kesempatan kali ini, saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Ibu Isnanda Nuriskasari, S.Si., M.T. selaku dosen dan pembimbing mata kuliah “Praktek
Anodizing dan Electroplating” yang telah memberikan bimbingannya selama ini. Juga saya ingin
menyampaikan terima kasih kepada kedua orang tua, saudara, juga segenap teman-teman
seperjuangan yang telah ikut menyumbangkan bantuan moril dan spiritual. Semoga Allah SWT
membalas semua kebaikan.
Pada penulisan laporan tugas ini, saya meyakini bahwasanya masih banyak kesalahan dan
kekurangan yang terdapat pada laporan ini. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan banyaknya
kritik dan saran yang membangun agar kelak dikemudian hari saya mampu untuk membuat kriteria
laporan yang lebih baik lagi.
Semoga pada akhirnya laporan yang saya buat ini mempu memberikan manfaat kepada
siapapun yang membacanya.
Rizki Rifaldy
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktikum ................................................................................................................ 1
1.3 Batasan Masalah.................................................................................................................. 1
ii
3.3.2 Langkah Kerja Electroplating .......................................................................................14
BAB IV DATA PENGAMATAN DAN ANALISA DATA .........................................................16
4.1 Gambar Pengamatan.............................................................................................................16
4.1.1 Gambar Pengamatan Proses Anodizing .........................................................................16
4.1.2 Gambar Pengamatan Proses Electroplating ..................................................................17
4.2 Analisa Data .........................................................................................................................19
4.2.1 Analisa Data Benda Kerja Proses Anodizing.................................................................19
4.2.2 Analisa Data Benda Kerja Proses Electroplating ..........................................................21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
DASAR TEORI
2
2.1.1 Alumunium
Aluminium merupakan salah satu material logam yang banyak dimanfaatkan dan
dikembangkan dalam berbagai macam aplikasi khususnya dalam industri manufaktur dan
otomotif. Kelebihan logam alumunium dibandingkan dengan logam non ferrous lainnya yaitu
ringan, memiliki sifat konduktivitas yang baik, mudah ditempa dan dibentuk, dan memiliki
ketahanan karat yang tinggi. Agar kualitas fisik maupun mekanis dari aluminium semakin
baik dalam segi ketahanan dan nilai dekoratif, maka diperlukan sebuah treatment khusus
untuk meningkatkan kualitas dari aluminium, salah satu metode yang digunakan yaitu dengan
menggunakan proses anodizing.
Metode anodizing adalah sebuah proses surface treatment untuk meningkatkan
ketebalan lapisan protektif alami pada logam aluminium. Lapisan oksida alumunium (Al2O3)
adalah bagian dari logam aluminium yang dilapisi, namun memiliki struktur berpori yang
memberikan reaksi untuk proses pewarnaan, proses anodizing dapat mengubah permukaan
aluminium menjadi lebih dekoratif dan tahan terhadap korosi. Aluminium adalah logam yang
paling sesuai untuk proses anodizing. Logam non ferrous lainya yang dapat digunakan untuk
anodizing adalah magnesium dan titanium.
Lapisan oksida yang terbentuk dari proses anodizing terhadap alumunium akan
meningkatkan katahanan abrasive, kemampuan insulator elektrik logam, serta kemampuan
untuk menyerap zat pewarna untuk menghasilkan variasi tampilan warna pada permukaan
hasil anodizing. Aluminium serta paduan-paduannya mempunyai sifat tahan terhadap korosi
karena adanya lapisan oksida protektif. Struktur lapisan aluminium oksida (Al2O3) pada
alumunium ditunjukkan oleh Gambar 2.1 berikut ini.
Gambar 2.1 Struktur Lapisan Alumunium Oksida (Al2O3) pada Alumunium (Al)
3
2.1.2 Prinsip Dasar Proses Anodizing pada Alumunium
Proses anodizing pada alumunium (Al) merupakan praktikum yang menerapkan konsep
dasar sel elektrolisis yang bertujuan untuk mengoksidasi permukaan alumunium agar
terbentuk lapisan Alumunium Oksida (Al2O3) pada permukaan tersebut. Adapun komponen
sel elektrolisis proses anodizing pada alumunium adalah sebagai berikut :
a. Anoda (+) = Logam Alumunium digunakan sebagai elektroda pada anoda agar terjadi
reaksi oksidasi pada permukaan alumunium sehingga terbentuk lapisan Alumunium
Oksida (Al2O3). Alumunium merupakan elektroda non-inert (aktif) sehingga yang
teroksidasi pada anoda adalah logam alumunium tersebut.
b. Larutan elektrolit. Larutan elektrolit yang digunakan pada proses anodizing
alumunium adalah larutan asam kuat, yaitu larutan H2SO4. Fungsi larutan asam kuat
H2SO4 adalah sebagai oksidator (agen pengoksidasi). Kation H+ pada larutan elektrolit
akan tereduksi menjadi gas H2 yang akan menempel pada katoda.
c. Katoda (-). Pada percobaan ini digunakan logam Alumunium juga sebagai elektroda
pada katoda. Fungsi katoda dalam reaksi ini hanya sebagai media transfer elektron dan
tempat menempelnya hasil reduksi kation dari larutan elektrolit. Jika ingin
menggunakan jenis logam lain seperti logam inert (Pt, C, Au) atau logam non-inert
selain Al juga diperkenankan karena fungsi katoda pada proses anodizing hanya sebagai
media transfer elektron.
d. Sumber arus listrik searah (DC) dari luar.
Gambar 2.2 berikut menunjukkan ilustrasi skema proses anodizing pada alumunium :
Adapun reaksi yang terjadi pada proses anodizing terhadap Alumunium adalah :
❖ Katoda : 2H+(aq) + 2e- → H2(g)
❖ Anoda : Al(s) →Al3+(aq) + 3e-
❖ Reaksi total : 2Al(s) + 3H2O(l) → 3H2(g) + Al2O3(s)
4
Proses anodizing akan menghasilkan pori-pori pada permukaan alumunium karena
terbentuknya Al2O3 pada permukaan alumunium tersebut (lihat Gambar 2.1). Terbentuknya
pori-pori tersebut akan menyebabkan proses pewarnaan menjadi efektif karena zat warna
terserap ke dalam pori-pori. Proses pewarnaan dilakukan dengan mencelupkan benda kerja
(Al yang sudah terlapisi Al2O3) ke dalam zat warna. Selanjutnya, dilakukan proses sealing
yang bertujuan untuk menutup pori-pori lapisan oksida yang dihasilkan dari proses anodizing.
Penutupan lapisan pori-pori oksida berfungsi untuk mencegah zat warna keluar dari
Alumunium. Proses sealing dilakukan dengan cara mencelupkan benda kerja (Al yang sudah
terlapisi Al2O3) yang telah diwarnai ke dalam air panas suhu 95°C. Penggunaan air suhu tinggi
pada proses sealing bertujuan agar terjadi hidrasi terhadap lapisan anodik, sehingga akan
terbentuk lapisan boehmite sebagai hasil reaksi antara lapisan Alumunium Oksida (Al2O3)
dengan air suhu tinggi. Berikut ini reaksi yang terjadi pada proses sealing :
Al2O3(s) + H2O(l) → 2AlOOH(s)
5
Tabel 2.1 Berbagai Manfaat Electroplating dalam Proses Manufaktur
6
2.2.1 Konsep Dasar Elektrolisis
Konsep elektrolisis adalah proses yang menggunakan energi listrik dari sumber
eksternal untuk menggerakkan suatu reaksi kimia redoks yang tidak spontan menjadi terjadi.
Sel elektrolisis adalah perangkat yang digunakan untuk menjalankan proses elektrolisis.
Berikut ini adalah tiga komponen utama sel elektrolisis :
a. Ada larutan/lelehan elektrolit yang mengandung ion bebas. Ion-ion ini dapat
memberikan atau menerima elektron sehingga elektron dapat mengalir melalui larutan.
b. Ada sumber arus listrik dari luar, seperti baterai atau aki yang mengalirkan arus listrik
searah (DC).
c. Ada 2 elektroda dalam sel elektrolisis, yaitu katoda dan anoda. Pada sel elektrolisis,
katoda dihubungkan dengan kutub negatif (-) sumber arus listrik, dan anoda
dihubungkan dengan kutub positif (+) sumber arus listrik. Reaksi oksidasi tetap
berlangsung di anoda dan reaksi reduksi berlangsung di katoda. Padas el elektrolisis,
elektron mengalir dari elektroda positif (anoda (+) = oksidasi = lepas elektron) menuju
elektroda negatif (katoda (-) = reduksi = butuh elektron).
Untuk memperjelas skema sel elektrolisis, Gambar 1.3 menunjukkan ilustrasi rangkaian
sel elektrolisis.
7
2.2.2 Aspek Kuantitatif Elektrolisis
• Hukum Faraday
Dalam sel volta maupun sel elektrolisis terdapat hubungan kuantitatif antara jumlah zat
yang bereaksi dan muatan listrik yang terlibat dalam reaksi redoks. Michael Faraday
menemukan hubungan antara kuantitas zat produk suatu endapan dari ion logam dengan
jumlah arus listrik yang digunakan untuk mengendapkan ion logam tersebut, yang dapat
diungkapkan sebagai “Massa zat yang dihasilkan pada suatu elektrode selama proses
elektrolisis berbanding lurus dengan muatan listrik yang digunakan”. (Hukum
Faraday)
Secara aljabar, Hukum Faraday I dapat diformulasikan sebagai berikut :
e×i×t
W= Pers (1)
F ...................................................................................................
dimana :
W = Massa zat [gram]
e = Massa ekuivalen [Mr suatu unsur/valensi unsur]
i = Kuat arus yang mengalir [Ampere]
t = Waktu [detik]
F = Tetapan Faraday (96500 [Coulomb])
Muatan 1 mol elektron = 1 Faraday = 96500 Coulomb.
• Ketebalan Lapisan
Dengan menggunakan Hukum Faraday tentang elektrolisis, ketebalan lapisan yang
terbentuk menurut Lowenheim dirumuskan sebagai berikut :
W
T= Pers (2)
ρ × A .....................................................................................................
dimana :
T = Tebal lapisan yang terbentuk [cm]
W = Massa lapisan yang terbentuk [gram]
ρ = Massa jenis logam pelapis [gram/cm3]
A = Luas permukaan logam yang dilapisi [cm2]
8
2.2.3 Prinsip Dasar Proses Electroplating Besi oleh Tembaga
Proses electroplating besi (Fe) oleh tembaga (Cu) merupakan praktikum yang
menerapkan prinsip dasar sel elektrolisis. Pelapisan besi dengan tembaga berfungsi untuk
meningkatkan daya tahan korosi besi. Hal tersebut dikarenakan dalam deret volta, potensial
reduksi tembaga lebih besar daripada potensial reduksi besi (E°Cu > E°Fe).
Logam yang memiliki nilai potensial reduksi (E°) besar maka lebih mudah untuk
mengalami reduksi (oksidator), sehingga sulit teroksidasi. Sebaliknya, jika nilai potensial
reduksi (E°) logam tersebut kecil artinya logam tersebut lebih mudah mengalami oksidasi
(reduktor), sehingga sulit mengalami reduksi. Oleh sebab itu, Fe dilapisi Cu karena Cu
memiliki sifat sulit teroksidasi sehingga Cu akan melindungi Fe dari oksidasi. Gambar 2.4
berikut ini menunjukkan deret volta berbagai unsur :
Adapun komponen sel elektrolisis pada proses electroplating Fe oleh Cu adalah sebagai
berikut :
❑ Larutan elektrolit yang digunakan adalah larutan CuSO4, karena tujuan percobaan ini
adalah melapisi Fe dengan Cu, sehingga kation pada larutan elektrolit harus Cu2+ agar
terbentuk endapan Cu pada katoda.
❑ Katoda (-) = Logam yang ingin dilapisi, dalam hal ini adalah Fe.
❑ Anoda (+) = Logam yang melapisi, dalam hal ini adalah Cu. Pada kasus ini sebenarnya
dapat digunakan elektroda inert (Pt, C, atau Au), namun akan lebih efektif bila digunakan
Cu sebagai anoda. Cu merupakan elektroda non inert sehingga penggunaan Cu sebagai
anoda akan menambah kuantitas pelapisan Fe oleh Cu karena Cu yang berperan sebagai
elektroda non inert pada anoda akan teroksidasi menjadi Cu2+, sehingga kuantitas Cu2+
dalam larutan elektrolit akan bertambah, maka endapan Cu pada batang katoda (Fe) akan
meningkat. Jika digunakan elektroda inert sebagai anoda, maka sumber pelapis Cu pada
katoda (Fe) hanya berasal dari ion Cu2+ yang ada pada larutan elektrolit.
❑ Sumber arus listrik searah (DC) dari luar.
9
Untuk memperjelas proses electroplating Fe oleh Cu, dalam hal ini adalah bagaimana
reaksi yang terjadi pada katoda dan anoda, maka akan dijelaskan skema proses tersebut pada
sub bab dibawah ini.
Skema proses electroplating Fe oleh Cu ditunjukkan pada Gambar 1.5. Ketika sumber
arus listrik dinyalakan, maka akan terjadi proses transfer elektron yaitu elektron mengalir dari
anoda menuju katoda. Proses transfer elektron tersebut akan menyebabkan terjadinya reaksi
reduksi pada katoda (yang mengalami reduksi adalah kation dari larutan elektrolit) dan reaksi
oksidasi pada anoda. Untuk dapat menjelaskan skema proses electroplating dan menentukan
reaksi yang terlibat pada katoda maupun anoda, maka perlu memahami penjelasan mengenai
konsep elektrolisis dan jenis - jenis reaksi yang terjadi pada sel elektrolisis.
Adapun reaksi yang terjadi pada proses electroplating Fe oleh Cu pada percobaan ini
adalah sebagai berikut :
▪ Katoda : Cu2+(aq) + 2e- → Cu(s)
▪ Anoda : Cu(s) → Cu2+(aq) + 2e-
Reaksi reduksi yang terjadi pada katoda berasal dari ion Cu2+ yang ada pada larutan
elektrolit CuSO4, sedangkan reaksi oksidasi pada anoda berasal dari logam Cu yang digunakan
sebagai elektroda anoda tersebut karena Cu merupakan elektroda non inert. Hasil oksidasi
pada anoda tersebut adalah Cu2+, sehingga kuantitas ion Cu2+ pada larutan elektrolit akan
bertambah dan menyebabkan peningkatan hasil endapan Cu pada katoda (Fe). Perhitungan
mengenai jumlah endapan Cu dan ketebalan endapan Cu pada Fe dilakukan dengan
menggunakan rumus yang terdapat diatas.
10
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
11
➢ Netralizing : HNO3 = 200 [ml/l]
➢ Polishing : H3PO4 = 805 [ml/l]
HNO3 = 35 [ml/l]
Tujuan dilakukannya polishing yaitu untuk membuat permukaan
alumunium mengkilap.
➢ Pelapisan oksida : Elektrolit H2SO4 = 230 [gr/l]
➢ Zat warna : 5 [gr/l]
12
3.3 Langkah Kerja
3.3.1 Langkah Kerja Anodizing
Langkah kerja anodizing pada alumunium (Al) dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu :
tahap persiapan benda kerja, tahap elektrolisa (pelapisan oksida), tahap pewarnaan, dan tahap
sealing. Berikut ini rangkaian langkah kerja anodizing pada alumunium :
1. Tahap Persiapan Benda Kerja
a. Bentuk benda kerja sesuai dengan instruksi pembimbing.
b. Benda kerja yang sudah dibentuk kemudian dibersihkan dan dihaluskan dengan
amplas mulai dari grade yang kasar hingga grade yang halus.
c. Cuci benda kerja dengan air yang mengalir.
d. Kemudian benda kerja diproses sebagai berikut :
13
3. Tahap Pewarnaan
a. Setelah proses anodizing selesai dan benda kerja juga sudah dibilas dengan air bersih
yang mengalir, kemudian celupkan benda kerja ke dalam larutan zat warna yang sudah
disediakan.
b. Gerakkan benda kerja beberapa kali selama 1-5 menit sesuai dengan intensitas warna
yang diinginkan.
c. Bilas dengan air yang mengalir.
4. Tahap Sealing
Masukkan benda kerja yang telah diwarnai ke dalam bak sealing, yaitu bak yang berisi
air dengan suhu 95°C selama 3-5 menit.
14
10. Masukkan benda kerja ke dalam bak electroplating pertama sebagai pelapisan pertama
benda kerja dengan tembaga (Cu) dengan arus yang sudah diperhitungkan. Waktu
pelapisan tergantung dari instruksi pembimbing.
11. Bilas benda kerja dengan air yang mengalir.
12. Keringkan benda kerja setelah pelapisan pertama dengan tembaga.
13. Timbang benda kerja setelah pelapisan pertama dengan tembaga.
14. Masukkan benda kerja ke dalam bak electroplating pertama sebagai pelapisan kedua
benda kerja dengan tembaga (Cu) dengan arus yang sudah diperhitungkan. Waktu
pelapisan tergantung dari instruksi pembimbing.
15. Bilas benda kerja dengan air yang mengalir.
16. Keringkan benda kerja setelah pelapisan kedua dengan tembaga.
17. Timbang benda kerja setelah pelapisan kedua dengan tembaga.
18. Gosok benda kerja dengan autosol sampai mengkilap.
15
BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN ANALISA DATA
→ → →
1. Membentuk 2. Chemical
3. Pickling 4. Pembilasan
benda kerja degreasing
→ → →
→ → →
→ → →
4. Masukkan
1. Bersihkan 3. Timbang
2. Amplas benda kerja ke
benda kerja benda kerja
benda kerja dalam bak
(Fe) dari oli sebelum
(Fe) mulai dari chemical
dan kotoran dilapisi, lalu
grade yang degreasing
lainnya dengan catat pada
kasar hingga selama 10
cara mencuci lembar data
yang halus menit dengan
pakai sabun pengamatan
suhu 70-90°C
→ → →
5. Masukkan 7. Masukkan
6. Pembilasan 8. Pembilasan
benda ke dalam benda ke dalam
benda kerja benda kerja
bak electro bak pickling
dengan air dengan air
degreasing selama 10
yang mengalir yang mengalir
selama 5 menit menit
→ → →
11. 12.
9. Pelapisan
10. Pembilasan Pengeringan Penimbangan
pertama benda
benda kerja benda kerja benda kerja
kerja dengan
dengan air setelah setelah
Cu selama 15
yang mengalir pelapisan pelapisan
menit
pertama pertama
17
→ → →
18
4.2 Analisa Data
4.2.1 Analisa Data Benda Kerja Proses Anodizing
19
Ie = A × S = 0,244 [dm2] × 1,5 [A/dm2] = 0,366 [A]
20
II. Data Pengamatan Percobaan Anodizing
No. Bak 2.01 2.08
2.02 2.04 2.06 2.12
Chemical Pelapisan
Pickling Netralizing Polishing Sealing
Pengamatan degreasing oksida
1. Temperatur 85°C 90°C 26°C 26°C 67°C 90°C
2. Waktu 10 menit 5 menit 2 menit 10 menit 30 menit 5 menit
3. Arus - - - - 0,366 [A] -
Air
H3PO4
yang di-
Zat yang dipakai : dan H2SO4
deioni
HNO3
sasi
Catatan : Suhu ruangan = 26°C
Pembimbing, Praktikan,
21
4.2.2 Analisa Data Benda Kerja Proses Electroplating
Ketebalan : 4,25 mm
Ø 6,6
32,7mm
60,5 mm
22
3) Luas permukaan benda kerja
LP = (2(pl + pt + lt)) – (πDt + ½πD2)
= (2(60,5 . 32,7 + 60,5 . 4,25 + 32,7 . 4,25) – (π . 6,6 . 4,25 + ½π6,6)
= 4748,9 – 156,545
= 4592,355 mm²
= 0,4592 [dm2]
23
5) Menghitung massa pelapisan tembaga secara teori dan praktik
Ar Cu 63.5 [gram/mol]
e= = = 31,7 [gram/mol]
2 2
𝑊ₜ 0,40 5
Tₜₑₒᵣᵢ = 𝜌 × 𝐴 = = 1037 × 10 (𝑑𝑚)
8400 ×0,4592
𝑊ₚ 0,39 5
Tpraktik = 𝜌 × 𝐴 = = 1011 × 10 (𝑑𝑚)
8400 ×0,4592
24
II. Data Pengamatan Percobaan Electroplating
No. Bak 1.01 1.02 1.04 1.06 1.08
Chemical Electro Pickling Pelapisan Pelapisan Ket.
Pengamatan degreasing degreasing tembaga I tembaga II
1. Temperatur 90°C 26 26 26°C 26°C
2. Waktu 10 menit 5 menit 10 menit 15 menit 15 menit
3. Arus - 3,444 [A] - 0,4592 [A] 0,9184 [A]
Berat benda sebelum dilapisi : 54,37 [gr] 54,47 [gr] 54,76 [gr]
Catatan : Suhu ruangan = 26°C
Massa benda kerja awal dengan massa benda kerja pelapisan tembaga I
bernilai sama karena waktu pelapisannya yang kurang lama, sehingga
berpengaruh terhadap ketebalan lapisannya dan juga massa benda kerjanya.
Pembimbing, Praktikan,
25
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Kesimpulan Proses Anodizing
Keberhasilan proses anodizing ditandai dengan menempelnya pewarna ketika tahap
sealing pada proses anodizing. Apabila zat warna tidak menempel sama sekali dan logam
warnanya kembali ke semula (warna aluminium) maka proses anodizing dinyatakan gagal.
Umumnya kegagalan sering terjadi akibat pengait yang digunakan pada proses masih goyang
dan tidak erat.
5.2 Saran
Pada masing-masing proses sangat dibutuhkan ketelitian dan konsentrasi pada setiap
tahapnya, karena apabila salah satu tahap tidak dikerjakan dengan konsentrasi dan
ketelitian penuh, maka akan menambah resiko kegagalan yang menyebabkan harus
mengulangi kembali pada proses pengamplasan pada benda kerja.
Pada saat pengujian sebaiknya lebih berhati-hati karena menggunakan bahan kimia yang
cukup berbahaya, sehingga dapat dihindari hal-hal yang tidak diinginkan.
26
DAFTAR PUSTAKA
Isnanda Nuriskasari, S.Si., M.T.. 2019. Modul Digital Praktikum Electroplating & Anodizing.
Depok
27