NAMA : PATMASARI
NIM : R0215078
KELAS B
FAKULTAS KEDOKTERAN
SURAKARTA
2015
MANAJEMEN BENCANA
Menurut Krishna, berdasarkan hasil penyidikan yang telah dilakukan polisi sekitar dua
bulan, pemasangan flexible tube yang dilakukan PT Iwatani Industrial Gas Indonesia tersebut
menyalahi prosedur yang diminta PT Mandom Indonesia. "Dari delapan buah flexible tube,
hanya empat buah yang diganti baru sedangkan empat buah lainnya bekas pindahan dari pabrik
PT Mandom Indonesia yang dulunya berada di Sunter," ujar Krishna.
Karena flexible tube bekas tidak dapat menahan tekanan gas pada pabrik yang baru,
menurut Krishna, selang gas tersebut pun bocor sehingga mengakibatkan ledakan serta
kebakaran. "Di sini, PT Iwatani bertanggung jawab. Mengapa? Karena perusahaan ini yang
menjadi vendor atau rekanan untuk memasang instalasi pipa dan gas di pabrik PT Mandom,"
tutur Krishna.
Pada 10 Juli 2015, terjadi kebakaran di ruang produksi deodorant parfum spray
packing IV PT Mandom Indonesia di Kawasan Industri MM2100, Jalan Irian, Blok PP,
Cikarang Barat, Bekasi, sekitar pukul 09.30. Akibat kelalaian tersebut, 28 orang pekerja PT
Mandom Indonesia meninggal serta 31 orang pekerja mengalami luka bakar. Bangunan ruang
produksi DPS packing IV PT Mandom juga terbakar.
Hingga kini, polisi telah memeriksa 31 orang saksi. Selain itu, polisi juga telah menyita
barang bukti berupa surat kontrak penjualan, delapan buah flexible tube atau selang gas, tiga
buah dryer atau mesin pemanas serta rekaman CCTV.
B. Pencegahan
1. Pemasangan instalasi filling machine harus ada Hazard Operability Studies (HAZOPS) yang
menginformasikan poin-poin keselamatan kerja yang adequate (mencukupi) dan reliable
(handal).
2. Instrumen keselamatan kerja termasuk Shut Down Valve (SDV) dioperasikan secara manual,
maka control panel harus ditempatkan di ruang yang ada administratornya atau sinyal
peringatan harus sampai ke ruangan kantor
3. Identifikasi bahaya dengan menggunakan HAZOP wajib dilakukan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan
4. Detektor gas mudah meledak harus selalu menyala dan dipasang dengan tepat
5. Shut down valve harus dapat ditutup dengan mudah setelah sinyal penunjuk kandungan gas
yang berlebih aktif
6. Blower dengan kapasitas yang cukup harus tersedia untuk menarik uap (vapor) yang mudah
terbakar
7. Pengontrolan system ventilasi
8. Pengontrolan sumber-sumber api penyebabnya kebakaran dan ledakan
9. Sarana mencegah penyebaran kebakaran dan ledakan, diantaranya :
C. MITIGASI
D. PERINGATAN DINI
E. TANGGAP DARURAT
1. Evakuasi pekerja dalam pabrik menuju master point (juga tempat yang aman) dan
melakukan penyelamatan korban
2. Pemberian pertolongan pertama pada korban
3. Setiap karyawan yang mengetahui adanya keadaan darurat harus melaporkannya kepada team
penanganan keadaan darurat.
4. Team penanggulangan keadaan darurat bertanggungjawab menangani keadaan darurat yang
ada. Menggunaan alat pemadam mengikuti standar penggunaan APAR, hydrant dan APAB.
5. Team penanggulangan keadaan darurat, menghubungi pihak luar yang terkait untuk meminta
bantuan (Pemadam kebakaran, Rumah Sakit, dll )
F. REHABILITASI
G. REKONTRUKSI
Rekonstruksi fisik adalah tindakan untuk memulihkan kondisi fisik melalui pembangunan
kembali secara permanen prasarana dan sarana perusahaan (kesehatan), prasarana dan sarana
ekonomi (jaringan perhubungan, air bersih, sanitasi dan drainase, , listrik dan telekomunikasi
dan lain-lain), prasarana dan sarana sosial (ibadah, budaya dan lain-lain.) yang rusak akibat
bencana, agar kembali ke kondisi semula atau bahkan lebih baik dari kondisi sebelum
bencana. Pembangunan kembali bangunan pabrikyang rusak, memperbaiki dan mengganti
alat-alat yang rusak
Rekonstruksi non fisik adalah tindakan untuk memperbaiki atau memulihkan kegiatan
pelayanan publik dan kegiatan sosial, ekonomi serta kehidupan masyarakat, antara lain sektor
kesehatan, perekonomian, pelayanan kantor perusahaan peribadatan dan kondisi mental/sosial
pekerja yang terganggu oleh bencana, kembali ke kondisi pelayanan dan kegiatan semula atau
bahkan lebih baik dari kondisi sebelumnya.