Anda di halaman 1dari 110

MODUL

PEMBINAAAN PETUGAS

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K)

DI TEMPAT KERJA

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN


DI TEMPAT KERJA
Berdasarkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI. Nomer.PER.15/MEN/VIII/2008, jo.
Kepdirjen Binwasnaker No.KEP. 53/DJPPK/VIII/2009

Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3

KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI

JAKARTA

2020

1
TUJUAN PEMBELAJARAN

A. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM (TPU)


Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan dapat melakukan Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan Di Tempat Kerja.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS (TPK)


Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan dapat memahami dan
menjelaskan :
1. Dasar-dasar kesehatan kerja dan Peraturan Perundangan P3K di Tempat Kerja
2. Dasar-dasar Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) di Tempat Kerja
3. Anatomi dan Fisiologi tubuh manusia
4. Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) di Tempat Kerja terhadap gangguan
lokal dan praktek
5. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) di Tempat Kerja Pada Gangguan
Umum (Pernafasan, Peredaran Darah, dan Kesedaran) dan Praktek
6. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) di Tempat Kerja Terhadap
Gangguan Khusus
7. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) di Tempat Kerja pada Sengatan
Panas, Kejang dan paparan bahan kimia.
8. Resusitasi Jantung Paru (RJP) dan Praktek

2
DASAR-DASAR KESEHATAN KERJA DAN PERATURAN
PERUNDANGAN P3K DI TEMPAT KERJA

I. PENDAHULUAN

Keselamatan dan kesehatan kerja sebagai salah satu unsur perlindungan tenaga
kerja bertujuan untuk menjamin para pekerja dan orang lain yang berada disekitar
tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat, dan menjaga agar sumber-
sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien, serta menjamin kelancaran
proses produksi yang merupakan faktor penting dalam meningkatkan produktivitas
perusahaan.
Sedangkan ditempat kerja terdapat berbagai sumber bahaya seperti keberadaan
mesin-mesin, pesawat, alat kerja bahan-bahan serta energi yang digunakan yang
makin hari semakin rumit dan beraneka ragam, cara kerja yang kurang baik karena
pengalaman keterampilan dapat memperbesar risiko kerja berupa kecelakaan dan
penyakit akibat kerja, yang dapat berakibat kerugian materi dan gangguan kesehatan
tenaga kerja.
Adanya kompleksitas mulai penggunaan bahan sampai proses produksi, maka
pelaksanaan syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja, sebagaimana yang diatur
dalam pasal 3 Undang-undang No.1 Tahun 1970, dimana lebih dari 50% terdapat
syarat-syarat kesehatan kerja. Salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan adalah
pelaksanaan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K).
Untuk itu maka dipandang perlu adanya pengetahuan tentang P3K yang
nantinya dapat diterapkan di tempat kerja. P3K merupakan upaya yang sangat penting
dan menentukan dalam upaya kuratif selanjutnya. Pelaksanaan P3K di tempat kerja
dimaksudkan untuk memberikan perawatan darurat kepada korban kecelakaan
maupun sakit mendadak di tempat kerja, sebelum pertolongan yang lebih lengkap
diberikan oleh dokter atau petugas kesehatan lainnya.

3
Sehubungan dengan hal tersebut pemerintah telah mengeluarkan beberapa
peraturan perundangan yang menyangkut masalah pelaksanaan P3K di tempat kerja.

II. PENGETAHUAN KESEHATAN KERJA FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI KESEHATAN DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA

A. PENGERTIAN KESEHATAN KERJA

Menurut Joint ILO/WHO Committee on Occupational Health tahun 1995


pengertian kesehatan kerja adalah :
“Kesehatan kerja bertujuan pada promosi dan pemeliharaan derajat yang setinggi-
tingginya dari kesehatan fisik, mental dan sosial dari pekerja pada semua pekerjaan;
pencegahan gangguan kesehatan pada pekerja yang disebabkan oleh kondisi kerja
mereka; perlindungan pekerja dalam pekerjaan mereka dari resiko akibat faktor-faktor
yang mengganggu kesehatan; penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu
lingkugan kerja yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikologisnya; dan sebagai
kesimpulan, penyesuaian pekerjaan, terhadap manusia dan setiap manusia terhadap
pekerjaannya.
Fokus utama dari kesehatan kerja terletak pada tiga obyek yang berbeda : (i)
pemeliharaan dan promosi kesehatan kerja dan kapasitas kerja; (ii) perbaikan
lingkungan kerja dan pekerjaan sehingga kondusif terhadap keselamatan dan
kesehatan; (iii) pengembangan organisasi dan budaya kerja kerja dalam arah yang
mendukung kesehatan dan keselamatan kerja dan dalam pelaksanaannya. Juga
mempromosikan iklim sosial yang positif dan operasi yang lancar dan dapat
meningkatkan produktivitas perusahaan. Konsep dari budaya kerja dalam konteks ini
adalah refleksi dari sistem-sistem nilai yang essensial yang diterapkan dalam
perusahaan. Budaya tersebut tercermin dalam praktek sistem manajemen, kebijakan
personalia, prinsip-prinsip partisipasi, kebijakan pelatihan dan manajemen mutu dari
perusahaan”.
Berdasarkan paradigma baru diatas, di dunia international telah dikembangkan
beberapa sistem manajemen seperti Sistem Manajemen Mutu (ISO 9000), Sistem
Manajemen Lingkungan (ISO 14000) dan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3).
4
Di dalam upaya kesehatan kerja mempunyai tujuan utama menciptakan tenaga
kerja yang sehat dan produktif. Tujuan utama tersebut terdapat korelasi yang erat
antara derajat kesehatan yang tinggi dengan produktivitas yang didasarkan atas
kenyataan beban pekerjaan yang dilakukan dengan cara dan dalam lingkungan kerja
yang memenuhi syarat-syarat kesehatan serta dengan derajat kesehatan tenaga kerja
yang baik akan dicapai efisiensi kerja dan produktivitas kerja yang optimal.
Dalam usaha mencapai tujuan kesehatan tenaga kerja guna mendapatkan
tenaga kerja yang produktif dan mempunyai derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya perlu dilaksanakan berbagai upaya antara lain melalui pembinaan pelayanan
kesehatan kerja (Per. Men 03/1982) yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan
secara promotif, preventif, kurativ dan rehabilitatif.

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN DAN


PRODUKTIVITAS PEKERJA.

Agar seseorang pekerja dapat terjamin keadaan kesehatan dan produktivitas


pekerja yang setinggi-tingginya, maka perlu adanya keseimbangan yang serasi
diantara faktor-faktor yaitu beban kerja, beban tambahan dari lingkungan kerja, dan
kapasitas kerja.

1. Beban Kerja :
Setiap pekerjaan merupakan beban dari pelakunya. Beban kerja tersebut antara
lain :
a) Beban fisik; seperti pada mengangkat, memikul, menempah (pandai besi)
dan lain-lain.
b) Beban mental; seperti pada manajer, pengusaha dan lain-lain.
Seseorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam
hubungannya dengan beban kerja. Pada umumnya mereka hanya mampu
memikul beban sampai batas tertentu, efisiensi dan produktivitas kerja
sangat ditentukan oleh tingkat beban optimal seorang tenaga kerja. Untuk
mendapatkan tingkat yang optimal, perlu menempatkan tenaga kerja pada
pekerjaan yang tepat. Tepat atau tidaknya suatu penempatan ditentukan

5
oleh faktor-faktor yang ada pada tenaga kerja seperti bakat, kecocokan,
pengalaman pengetahuan, ketrampilan, motivasi dan lain sebagainya.

2. Beban tambahan dari lingkungan kerja :


Suatu pekerjaan pada umumnya dilakukan dalam suatu lingkungan atau keadaan
yang dapat memberikan beban tambahan pada jasmani atau rohani tenaga kerja.
Secara garis besar faktor-faktor lingkungan kerja yang dapat mengganggu
kesehatan tenaga kerja adalah:
a. Faktor fisik dapat berupa: kebisingan, suhu/iklim, radiasi, tekanan udara,
penerangan, getaran.
b. Faktor kimia berupa: gas dan uap, partikel/aerosol: debu, kabut, fume,
awan, asap, cairan, dll.
c. Faktor biologi dapat berupa: bakteri, virus, jamur, cacing, parasit, dll.
d. Faktor fisiologi (Ergonimi) :
Yaitu faktor yang mempengaruhi keserasian antara tenaga kerja dan
pekerjaannya (kontruksi mesin, sikap kerja dan cara kerja). ketidakserasian
dari faktor di atas dapat menimbulkan kecelakaan kerja, sakit otot, sakit
pinggang, cedera punggung dan lain-lain.
e. Faktor mental psikologis berupa :
Hubungan kerja yang kurang baik, sifat pekerjaan yang monoton, tak sesuai
bakat, kesejahteraan yang kurang dan lain-lain. Faktor ini selain akan
menurunkan produktivitas juga dapat menimbulkan penyakit-penyakit
psikosomatik.

3. Kapasitas kerja :
Kapasitas kerja seseorang sangat dipengaruhi oleh :
a. Keterampilan
b. Kesegaran jasmani
c. Keadaan kesehatan
d. Tingkat gizi
e. Jenis kelamin
f. Umur
g. Ukuran-ukuran tubuh (antropometri).
6
Kapasitas kerja akan maksimal, apabila seluruh faktor-faktor diatas dalam
keadaan optimal dan serasi dengan pekerjaan yang dihadapi. Untuk itu perlu
pembinaan terus menerus, untuk meningkatkan ketrampilan dan tingkat kesehatan
tenaga kerja.
Untuk menghindari terjadinya kecelakaan dan gangguan kesehatan para
pekerja dan selalu dalam keadaan sehat dan produktif perlu dilakukan upaya-
upaya kesehatan kerja yaitu :
a. Optimalisasi beban kerja;
b. Pengendalian lingkungan kerja;
c. Peningkatan kapasitas kerja.

III. UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA

Keselamatan dan kesehatan kerja secara filosofi adalah suatu pemikiran dan
upaya menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah
tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya , hasil karya dan budayanya
menuju masyarakat adil dan makmur.
Sedangkan keselamatan dan kesehatan kerja secara keilmuan yaitu ilmu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Dari definisi tersebut diatas dapat dinyatakan bahwa kecelakaan kerja
merupakan suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang
dapat mengacaukan proses yang telah direncanakan dari suatu aktivitas dan dapat
menimbulkan kerugian baik berupa korban manusia dan atau harta benda. Sedangkan
pengertian penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan
maupun lingkungan kerja.
Menurut organisasi perburuhan sedunia (ILO), langkah-langkah yang dapat
ditempuh untuk menanggulangi kecelakaan kerja termasuk penyakit akibat kerja
adalah :
1. Peraturan perundangan, yaitu peraturan perundang-undangan yang bertalian
dengan syarat-syarat kerja, perencanaan, konstruksi, perawatan, pengujian dan
pemakaian peralatan industri, kewajiban pengusaha dan pekerja, pelatihan,
7
pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja, pertolongan pertama pada
kecelakaan dan pemeriksaan kesehatan kerja.
2. Standarisasi
3. Pengawasan
4. Penelitian teknik
5. Penelitian medis
6. Penelitian psikologis
7. Penelitian statistik
8. Pendidikan
9. Training (latihan)
10. Persuasi
11. Asuransi
12. Penerapan butir 1 s.d 11 di tempat kerja.
Oleh karena itu maka pemerintah mengeluarkan peraturan perundang-
undangan yang mengatur tentang pertolongan pertama pada kecelakaan.

IV. PERATURAN PERUNDANGAN YANG BERKAITAN DENGAN


PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN.

Peraturan perundangan yang mengatur pembinaan kesehatan tenaga kerja adalah


1. Undang-undang No. 3 Tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi Organisasi
Perburuhan International Nomor 120 Mengenai Higiene Dalam Perniagaan dan
Kantor-kantor.
Undang-undang ini menjelaskan bahwa dalam konvensi No. 120 secara garis
besar mengatur kebersihan, ventilasi, suhu, penerangan, persediaan air minum,
kakus tempat mencuci, tempat tukar pakaian dalam tempat kerja. Selanjutnya
konvensi ini hendak melindungi pekerja terhadap bahaya getaran dan sebagainya.
Setiap badan, lembaga atau dinas pemberi jasa atau bagiannya yang tunduk
kepada konvensi ini, dengan memperhatikan besarnya dan kemungkinan bahaya
yang akan terjadi, maka harus :
a. Mempunyai Apotik atau pos P3K sendiri, atau
b. Memelihara apotik atau pos P3K bersama-sama dengan badan, lembaga atau
kantor pemberi jasa atau bagiannya.
8
c. Mempunyai satu atau lebih lemari, kotak atau perlengkapan P3K.

2. Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.


Syarat-syarat keselamatan kerja yang tertuang pada Bab III pasal 3 dalam
peraturan perundangan ini sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa
50% dari syarat-syarat tersebut merupakan syarat-syarat kesehatan kerja, yaitu :
a. Memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan.
b. Memberi alat-alat perlindungan diri kepada para pekerja.
c. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar
atau radiasi, suara dan getaran.
d. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik
maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan.
e. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
f. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
g. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup,
h. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
i. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses kerjanya.
Selain itu berdasarkan pasal 9 dinyatakan adanya kewajiban pengurus
perusahaan untuk melakukan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang
berada di bawah pimpinannya, dalam mencegah kecelakaan dan
pemberantasan kebakaran serta peningkatan keselamatan dan kesehatan
kerja, demikian pula halnya dalam pemberian pertolongan pertama pada
kecelakaan.
Pengurus berkewajiban memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat
dan ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankan.

3. Permenaker No. Per. 03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja.


Pelayanan kesehatan kerja merupakan salah satu lembaga K3 yang ada di
perusahaan, sebagai sarana perlindungan tenaga kerja terhadap setiap gangguan
kesehatan yan Pelayanan kesehatan kerja merupakan salah satu lembaga K3 yang
ada di perusahaan, sebagai sarana perlindungan tenaga kerja terhadap setiap
9
gangguan kesehatan yang timbul karena pekerjaan atau lingkungan kerja. Oleh
karena itu, Pelayanan kesehatan kerja merupakan lembaga K3 yang sangat
strategis untuk dikembangkan, dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan dan
kesejahteraan tenaga kerja, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, yang
pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas nasional.
Dalam peraturan menteri ini diatur antara lain :
a. Pelayanan Kesehatan Kerja (PKK) adalah sarana penerapan upaya
kesehatan kerja yang bersifat komprehensif, meliputi upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif.
b. PKK ini dipimpin dan dijalankan oleh dokter yang ditunjuk berdasarkan
kompetensi
c. Bentuk / Cara penyelenggaraan PKK :
- Diselenggarakan sendiri oleh pengurus.
- Diselenggarakan pengurus dengan mengadakan ikatan dengan dokter
atau PKK lain.
- Pengurus dari beberapa perusahaan secara bersama-sama
menyelenggarakan suatu PKK.
Disebutkan bahwa Pelayanan Kesehatan Kerja adalah suatu usaha
kesehatan dengan tujuan :
1. Memberikan bantuan terhadap tenaga kerja dalam penyesuaian diri baik
fisik maupun mental terutama dalam penyesuaian dengan pekerjaannya.
2. Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul
dari pekerjaan atau lingkungan kerjanya
3. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik
tenanga kerja.
4. Memberikan pengobatan, perawatan dan rehabilitasi tenaga kerja yang
menderita sakit.

Tugas pokok pelayanan kesehatan kerja meliputi :


1. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan berkala dan
pemeriksaan kesehatan khusus.

10
2. Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga
kerja
3. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja
4. Pembinaan dan pengawasan terhadap sanitair
5. Pembinaan dan pengawasan terhadap perlengkapan kesehatan kerja
6. Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit akibat
kerja.
7. Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
8. Pendidikan kesehatan untuk tenaga kerja dan latihan untuk petugas P3K
9. Memberikan nasihat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja,
pemilihan APD yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan di
tempat kerja
10. Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat kerja
11. Pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kerja yang mempunyai
kelainan tertentu dalam kesehatannya
12. Memberika laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja kepada
perusahaan.

Dari peraturan menteri ini terlihat bahwa pelaksaaan P3K merupakan taga
pokok pelayanan kesehatan kerja, yang dalam pelaksanaannya dapat dilakukan
oleh petugas P3K yang telah mempunyai kompetensi dan kualifikasi melaui
pelatihan dan penunjukkan. Petugas P3K ini berasal dari pegawai atau pekerja
dari unut kerja tersebut yang dalam pembinaannya merupakan tanggung jawab
pimpinan pelayanan kesehatan kerja.

4. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI


NO.Per.15/Men/2008 TENTANG PERTOlONGAN PERTAMA PADA
KECELAKAAN DITEMPAT KERJA

Peraturan Menteri ini merupakan peraturan pelaksaaan dari Undang-Undang


No.1 Tahun 1970 berkaitan dengan pertolongan pada kecelakaan di tempat kerja.
di dalam peraturan ini diatur mengenai kewajiban pengusaha untuk menyediakan

11
petugas P3K ditempat kerja dan fasilitas P3K di tempat kerja. selain itu diatur pula
kewajiban pengurus perusahaan untuk melaksakan P3K di tempat kerja.
Peraturan ini mengatur ketentuan-ketentuan mengenai petugas P3K di tempat
kerja, antara lain :
a. Petugas P3K di tempat kerja harus memiliki lisensi dan buku kegiatan P3K
dari instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan.
b. Untuk mendapatkan lisensi harus memenuhi syarat-sayarat sebagai berikut :
 Bekerja pada perusahaan yang bersangkutan
 Sehat jasmani dan rohani
 Bersedia ditunjuk menjadi petugas P3K dan
 Memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar dibidang P3K ditempat
kerja yang dibutuhkan dengan sertifikat pelatihan.
c. Pedoman tentang pelatihan dan pemberian lisensi diatur lebih lanjut dengan
keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan.
d. Petugas P3K di tempat kerja mempunyai tugas :
 Melaksanakan tindakan P3K di tempat kerja
 Merawat fasilitas P3K di tempat kerja
 Mencatat setiap kegiatan P3K dalam buku kegiatan
 Melaporkan kegiatan P3K kepada pengurus.
e. Pengurus wajib memasang pemberitahuan tentang nama dan lokasi petugas
P3K di tempat kerja pada tempat yang mudah terlihat.
f. Petugas P3K di tempat kerja dapat menggunakan tanda khusus yang mudah
dikenali oleh pekerja/buruh yang membutuhkan pertolongan. Selain itu
peraturan Menteri ini juga harus mengatur ketentuan ketentuan mengenai
fasilitas P3K di tempat kerja, antara lain :
a. Ruang P3K
b. Kotak P3K dan Isi
c. Alat Evakuasi dan alat transportasi
d. Fasilitas tambahan berupa alat pelindung diri dan atau peralatan khusus di
tempat kerja yang memiliki potensi bahaya yang bersifat khusus.
Peraturan khusus AA mengenai pertolongan pertma pada kecelakaan yang
merupakan peraturan pelaksanaan UU No.1 Tahun 1970, Di nyatakan tidak
berlaku lagi
12
DASAR-DASAR PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN
(P3K) DI TEMPAT KERJA

i. PENDAHULUAN

Sumber bahaya di tempat kerja berisiko terhadap terjadinya kasus kecelakaan dan
penyakit akibat kerja. maka dari itu tenaga kerja perlu mendapatkan perlindungan yang
memadai dari kecelakaan dan sakit yang dapat terjadi sewaktu-waktu. Untuk menangani
kecelakaan kerja yang terjadi juga diperlukan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K).
Kecelakaan kerja adalah suatu hal yang tidak diinginkan oleh semua pihak. Sering
tenaga kerja mengetahui sumber bahaya tetapi tidak di mengerti bagaimana upaya
pencegahannya sehingga menyebabkan kecelakaan atau sakit . untuk itu maka perlu adanya
pelaksanaan P3K di tempat kerja, Guna menangani kecelakaan kerja yang terjadi di
lingkungan perusahaan. Pertolongan pertama dengan sedikit tindakan dan dengan peralatan
sederhana akan banyak manfaat dalam mencegah keparahan, mengurangi penderitaan dan
bahkan menyelamatkan nyawa korban.
Dalam menagani kecelakaan dan sakit tersebut, maka harus ada petugas P3K di tempat
kerja. dengan adanya petugas P3K ditempat kerja diharapkan apabila sewaktu waktu terjadi
kecelakaan kerja, korban dapat segera mendapatkan pertolongan secara tepat dan cepat.
Dengan pertolongan pertama yang cepat dan tepat maka kerugian/penderitaan lebih lanjut
dapat dihindari atau diminimalkan.

13
Kondisi pekerja yang mengalami kecelakaan/cedera maupun sakit sangat ditentukan
kepada kualitas pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) yang diberikan. P3K tidak hanya
digunakan untuk luka yang parah/serius. Tetapi ini penting juga untuk kasus yang ringan
seperti luka bakar, terkilir, luka sayat/terpotong dan lain sebagainya.

ii. PENGERTIAN, MAKSUD DAN TUJUAN

Secara umum pengertian P3K adalah merupakan pertolongan pertama yang harus
segera diberikan kepada korban yang mendapatkan kecelakaan atau penyakit mendadak
dengan cepat dan tepat sebelum korban dibawa ke tempat rujukan (Rumah Sakit).
Sedangkan pengertian pertolongan pertama pada kecelakaan ditempat kerj selanjutnya
disebut dengan P3k ditempat kerja adalah upaya meberikan pertolongan pertama secaran
cepat dan tepat kepada pekerja/buruh dan/atau orang lain yang berada ditempat kerja, yang
mengalami sakit atau cidera di tempat kerja.
Pengertian petugas P3K ditempat kerja adalah pekerja/buruh yang ditunjuk oleh
pengurus/pengusahan dan diserahi tugas tambahan untuk melaksanakan P3K di tempat
kerja. sedangkann fasilitas P3K di tempat kerja adalah peralatan, perlengkapan, dan bahan
yang digunakan dalam pelaksanaan P3K di tempat kerja.
Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan
dalam bentuk lain. Dan tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka
bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja
untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau snumber bahaya sebagimana
diperinci dalam pasal 2 Undang-undang No.1 Tahun 1970.
Maksud dari pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan adalah memberikan
perawatan darurat pada korban sebelum pertolongan yang lebuh lengkap diberikan oleh
dokter atau petugas kesehatan lainnya. Sedangkan tujuannya adalah :
1. Menyelamatkan nyawa korban
2. Meringankan penderitaan korban
3. Mencegah cedera/penyakit menjadi lebih parah
4. Menunjang upaya penyembuhan
5. Mempertahankan daya tahan korban
6. Mencarikan pertolonga yang lebih lanjut

14
iii. PRINSIP DASAR TINDAKAN PERTOLONGAN PERTAMA

Memberikan pertolongan kepada korban kecelakaan atau mengalai sakit dengan


tujuan menyelamatkan jiwa korban sering gagal, bahkan jiwa pemberi pertolongan
dapat menjadi korban. Hal ini disebabkan karena disamping prinsip prinsip dasar
diabaikan, juga petugas penolong kurang terlatih dan kurang terampil.
Prinsip prinsip dasar yang dimaksud adalah :
a. Pedoman tindakan dalam berbagai situasi lingkungan dan kondisi korban
b. Ciri ciri gangguan pada korban yang harus di tolong termasuk keadaan khusus.
c. Kesiapan pertolongan baik tenaga penolong maupun sarana dan peralatan yang
diperlukan.
A. Pedoman tindakan
Dalam memberikan pertolongan pertama, petugas P3K di tempat kerja harus
memiliki pengetahuan dan keterampilan. Selain itu dalam tindakan pertolongan harus
memahami dan terampil mengamankan diri sendiri sebelum bertindak menolong
korban terutama pada kasus kecelakaan yang melibatkan bahan kimia datau terjadi
pada kondisi lingkungan yang sulit dan berbahaya (ketinggian, kedalaman, dengan
menggunakan alat pengaman/ pelindung yang tepat dan cocok serta prosedur yang
benar.
Dalam melakukan pertolongan seorang penolong harus terlebih dahulu menilai
kondisi tempat kejadian. Hal ini akan lebih tepat dan cepat apabila dilakukan oleh
orang atau petugas yang telah memahami dan mengetahui semua kondisi dan bahaya
kerja dari sumber bahaya di tempat kerja. petugas P3K harus bisa mengenali bahaya
terhadap diri sendiri dan orang lalin yang ada ditempat kejadian
Setelah itu penolong harus bisa mengamankan tempat kejadian dengan cara
menghilangkan sumber bahaya dan mengamankan korban dengan membawa atau
mengevakuasi korban ke tempat yang aman. Setelah itu penolong melakukan
pertolongan pertama kepada korban dengan cara menilai kondisi korban dan
meberikan pertolongan sesuai dengan kondisi korban.
Selain melakukan pertolongan pertama, penolong juga harus meminta bantuan
atau rujukan untuk memberikan pertolongan lanjutan terhadap korban. Hubungi atau
minta orang lain untuk segera menghubungi ambulans dan fasilitas kesehatan
terdekat.
15
Prinsip pokok pelaksanaan pertolongan pertama :
 Menjaga keselamatan diri sendiri, anggota, tim, korban dan orang sekitarnya
 Dapat menjangkau penderita
 Dapat mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam nyawa
 Meminta bantuan / rujukan
 Memberikan pertolongan dengan cepat dan tepat berdasarkan keadaan korban
 Membantu pelaku pertolongan pertama lainnya
 Mempersiapkan penderita untuk di pindahkan (transportasi)

B. Ciri gangguan pada korban


Untuk dapat memberikan pertolongan yang tepat maka perlu mengenal ciri ciiri
gangguan pada korban. Gangguan dapat bersifat umum yang dapat mempengaruhi
keadaan umum korban dan dapat menyebabkan keadaan gawat darurat dan gangguan
bersifat lokal yang dapat mempengaruhi keadaan cedera lebih lanjut. Kedua gangguan
tersebut dapat mengancam keselamatan nyawa korban.
Gangguan umum dan gangguan lokal tersebut antara lain :
1. Gangguan umum
a. Gangguan pernafasan yang disebabkan oleh sumbatan jalan nafas, mengisap
asap/gas beracun, kelemahan atau kekejangan otot pernafasan.
b. Gangguan kesadaran yang disebabkan oleh karena benturan atau pukulan pada
kepala yang menyebabkan gegar/memar otak , sengatan matahari langsung,
berada dalam ruangan yang penuh orang sehingga kekuarangan zat
asam/oksigen.
c. Gangguan peredaran darah yang disebabkan karena pendarahan yang hebat,
luka bakar yang luas, rasa nyeri yang hebat, kekurangan cairan tubuh secara
cepat, keadaan alergi atau tidak tahan terhadap obat/bahan kimia tertentu.

2. Gangguan lokal
a. Peredaran atau luka ringan yang disebabkan karena adanya pembuluh
darah/jaringan terputus atau robek.
b. Patah tulang yang disebabkan karena adanya benturan atau pukulan
c. Luka bakar yang disebabkan karena panas kering, kontak dengan aliran listrik,
gesekan dari roda yang berputar, asam dan basa kuat, panas yang basah.
16
C. Kesiapan Pertolongan
Kesiapan P3K yang perlu dipertimbangkan adalah petugas P3K di tempat kerja
dan fasilitas P3K di tempat kerja.

iv. PELAKSANAAN P3K DITEMPAT KERJA


a. Siapa yang dapat memberikan P3K di tempat kerja ?
1. Yang paling tepat dilakukan oleh tenaga kesehatan
2. Orang terdekat dengan korban terpanggil untuk memberikan pertolongan P3K
oleh karena itu maka penolong tersebut perlu dibekali dengan pengetahuan dan
keterampilan P3K.
b. Apa yang dapat dilakukan dalam P3K ?
Dalam melakukan pertolongan pertama yang harus dilakukan adalah :
1. Menilai situasi.
Dalam menilai situasi ini penolong harus memahami lingkungan kerja,
sehingga semua sumber bahaya dan proses produksi sudah diketahuinya.
Sehingga dalam melakukan penilaian sistuasi ini dilakukan dengan waktu yang
singkat, tahapan tahapan yang dilakukan sebagai berikut :
a. Mengenali bahaya diri sendiri dan orang lain
b. Memperlihatkan sumber bahaya/penyebab kecelakaan
c. Memperhatikan jenis pertolongan
d. Memperhatikan adanya bahaya susulan.
2. Mengamankan tempat kejadian
Setelah situasi diketahui maka petugas P3K, Melakukan tindakan dalam
rangka mengamankan tempat kejadian termasuk korban nya. Tahapan yang
dilakukan adalah :
a. Utamakan keselamatan diri sendiri
b. Singkirkan sumber bahaya yang ada (putuskan aliran dan matikan sumber)
c. Hilangkan faktor bahaya misal dengan menghidupkan exhaus ventilasi,
d. Singkirkan korban dengan cara aman dan memperhatikan keselamatan diri
sendiri.
3. Memberikan Pertolongan
hal hal yang dilakukan dalam memberikan pertolongan adalah :
17
a. Menilai kondisi korban dan tentukan status korban dan proritas tindakan.
Langkah langkah yang harus dilakukan :
 Periksa kesadaran
Apakah korban sadar atau tidak, pingsan, gelisah, acuh tak acuh.
Ancaman maut diatasi dengan menghilangkan penyebab gangguan
kesadaran, istirahatkan dan tenangkan korban yang gelisah. Bila
korban tidak sadar selama 30 menit harus dirujuk.
 Periksa peredaran darah.
Apakah teraba denyut jantung ? segera lakukan tindakan resusitasi
bila denyut janutng tidak teraba.
 Periksa pernafasan
Apakah pernafasan korban berhenti, cepat, lambat atau tidak
teratur. Amati korban (lihat cuping hidung-dengar). Tidakan awal
adalah membebaskan jalan nafas dan mempertahankan saluran
pernafasan. Bila pernafasan berhenti maka harus dilakukan
pernafasan buatan.
 Periksan keadaan lokal (patah tulang,luka) dan perhatkan keluhan :
tanyakan kepada korban apakah anda nyeri? Minta di tunjukkan
bagian tubuh yang nyeri, apabila ada luka harus dilihat juga apakah
ada luka lain. Beritahu korban bahwa ia akan ditolong dan ajaklah
bercakap-cakap
b. Berikan pertolongan sesuai status korban
 Baringkan korban dengan kepala lebih rendah dari tubuh
 Bila ada tanda henti jantung dan henti nafas berikan resutasi
jantung paru
 Selimut korban
 Bila luka ringan obati seperlunya
 Bila luka berat carikan pertolongan ke RS/Klinik/dokter

v. PENYEDIAAN PETUGAS P3K DI TEMPAT KERJA DAN FASILITAS P3K DI


TEMPAT KERJA

18
Dalam menangai kecelakaan ditempat kerja diperlukan petugas dan fasilitas
P3K yang susuai dengan sumber bahaya di tempat kerja. akibat kecelakaan di tempat
kerja sangat ditentukan kepada kualitas pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
yang diberikan dalam waktu yang cepat setelah kecelakaan. Kualitas pelaksanaan
P3K juga di tentukan oleh terlatih atau tidaknya petugas dan fasilitas P3K di tempat
kerja.
Untuk itu maka keberadaan petugas yang terlatih P3K ditempat keraj yang
wajib disediakan oleh pengusaha dengan berbagai pertimbangan seperti ; sumber
bahaya jumlah tenaga, lokasi tempat kerja dan sebagainya

A. FAKTOR YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PENYEDIAAN PETUGAS


DAN FASILITAS P3K DI TEMPAT KERJA

Pertimbangan dalam penyediaan petugas dan fasilitas P3K di tempat kerja sangat
penting berkaitan dengan kesiapan dan kelacaran dalam pelaksanaan P3K. Faktor
yang perlu di perhatikan dalam penyediaan fasilitas P3K di tempat kerja adalah :
1. Sifat dari pekerjaan yang dilakukan perusahan tersebut
2. Jumlah dan potensi bahaya/sumber bahaya yang ada di tempat kerja
3. Pelayanan kesehatan terdekat dari tempat kerja
4. Lokasi tempat kerja
5. Jenis industri
6. Jumlah pekerja yang ada
7. Ada nya shift kerja
8. Ukuran dan lay out perusahaan.

B. PETUGAS P3K DI TEMPAT KERJA


Hal yang perlu di perhatikan dalam penyediaan petugas P3K di tempat kerja
adalah berkaitan dengan jumlah personil, seleksi personil, training personil dan
tanggung jawab.
1. Jumlah yang dibutuhkan :
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan jumlah personil atau petugas
P3K adalah rasio jumlah petugas P3K dengan jumlah TK. Faktor risiko di

19
perusahaan adanya pekerjaan yang memerlukan waktu shift kerja serta berjarak
unit kerja.
Sebagai pedoman rasio antara petugas P3K di tempat kerja dengan jumlah
pekerjaan adalah sebagi berikut :

RASIO JUMLAH PETUGAS P3K DI TEMPAT KERJA DENGAN JUMLAH


PEKERJA BERDASARKAN KLASIFIKASI TEMPAT KERJA
Jumlah pekerja Jumlah petugas P3K

Tempat kerja dengan 25-150 1 orang


potensi bahaya rendah
≥150 1 untuk setiap 150 atau
kurang

Perusahaan dengan risiko ≤100 1 orang


tinggi seperti, konstruksi,
Lebih dari 100 1 orang setiap 100 orang
galang kapal, pabrik
atau kurang
kimia

Agar pelaksanaan pertolongan pertama dapat dilaksanakan dengan baik, maka pengurus
wajib mengatur tersedianya petugas P3K pada :
a. tempat kerja dengan unit kerja berjaran 500 meter atau l3bih sesuai jumlah
pekerja/buruh dan potensi bahaya di tempat kerja
b. tempat kerja di setiap lantai yang berbeda di gedung bertingkat sesuai jumlah
pekerja/buruh dan potensi bahaya di tempat kerja
c. tempat bekerja dengan jadwal kerja shift sesuai jumlah pekerja/buruh dan potensi
bahaya ditempat kerja

Pada suatu tempat bila ada pekerja yang bersama sama bekerja dengan pekerja lain
yang pengusahanya berbeda, seperti : konstruksi maka mereka dapat membuat perjanjian
dimana salah satu dari mereka dapat menggunakan fasilitas, personel maupun obat-obatan
dari yang lain. Perjanjian tersebut seharusnya ditulis dan salinannya dimiliki oleh semua
pihak yang bersangkutan.

20
Pimpinan perusahaan harus memasang pemberitahuan pada tempat yang mudah
terlihat tentang nama dan lokasi petugas P3K
Petugas P3K di tempat kerja dapat menggunakan tangga khusus yang mudah dikenal
oleh pekerja/buruh yang membutuhkan pertolongan.

2. Seleksi/ptaemilihan
Pengusaha harus mengadakan seleksi atau pemilihan petugas P3K yang cakap
untuk dilatih P3K. Pengusaha harus selektif dalam memilih petugas P3K.
Ciri-ciri calon petugas P3K yang cocok untuk ditunjuk adalah :
a. Dewasa, dapat dipercaya dan bertanggung jawab
b. Tetap tenang dalam keadaan emergency/darurat
c. Dapat meninggalkan pekerjaan bila ada panggilan emergency/darurat
d. Menyukai tugas P3K
e. Sehat jasmani dan rohani
f. Mampu mengatasi orang banyak

3. Latihan/training
Seorang dikatakan terlatih bila dia sudah selesai mengikuti kursus/latihan yang
dilakukan oleh pelatih dan atau lembaga pelatihan yang memenuhi kualifikasi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pelatihan ini minimal harus memenuhi
kurikulum yang disyaratkan oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Materi traning meliputi materi dasar, materi inti dan evaluasi. Bila calon petugas
P3K telah selesai dan lulus tes tertulis dan praktek maka ia berhak mendapatkan
sertifikat.
Petugas P3K yang telah memiliki sertifikat mengajukan permohonan untuk
mendapatkan lisensi yang berlaku selama 3 tahun. Kursus penyegaran diberikan
untuk memperpanjang lisensi setelah 3 tahun. Pengusaha harus mencatat untuk
semua petugas P3K, kapan para petugas P3K mendapat sertifikat dan lisensi
mereka dan kapan mereka penyegaran kembali.

Materi dasar pelatihan petugas P3K di tempat kerja meliputi :


21
 Dasar-dasar kesehatan kerja dan peraturan perundangan P3K di tempat
kerja
 Dasar-dasar P3K di tempat kerja

Materi dasar pelatihan petugas P3K di tempat kerja meliputi


1. Anatomi dan fisiologi manusia
2. Pertolongan pertama pada gangguan umum
3. Resusitasi jantung paru
4. Pertolongan pertama pada gangguan lokal
5. Bahaya dan penanganan terhadap kejang, pajanan suhu lingkungan dan
bahaya kimia
6. P3K keadaan khusus
7. Tanggap darurat dan evakuasi korban

4. Tanggung jawab
Peran petugas P3K sangatlah penting dalam pelaksanaan dan tindakan P3K
dan apabila terjadi kecelakaan, maka ia harus :
a. Menilai situasi dimana nyawa/keadaan penolong tidak dalam bahaya
b. Menilai luka-luka pada korban dan prioritas tindakan
c. Segera berikan pertolongan pertama pada kecelakaan berdasarkan hasil
penilaian dan prioritas tindakan
d. Segera mengirim penderita ke dokter, rumah sakit atau rumah tergantung
parahnya luka

Penolong.petugas P3K dapat melepas tanggung jawab setelah pasien dalam


perawatan dokter, perawat atau petugas yang lebih terlatih.

Petugas P3K mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam :


a. Melaksanakan tindakan P3K di tempat kerja
Tanggung jawab saat kejadian, petugas atau personil P3K adalah
 Melakukan tugas dengan baik
 Mengenali ciri gangguan pada korban
22
 Mengestimasi keadaan pada korban
 Memeriksa dan menyimpulkan kondisi umum korban
 Segera memberikan P3K dan memeriksa kemungkinan ada
gangguan kesehatan
 Segera mengirim korban
 Membuat laporan kejadian
 Tanggung jawab selesai setelah korban mendapatkan penanganan
rujukan
b. Merawat fasilitas P3K di tempat kerja
Petugas P3K harus membuat catatan pertolongan yang telah diberikan
setelah kejadian. Petugas P3K bertanggung jawab atas pemeliharaan kotak
P3K dan memeriksa isi kotak. Disamping itu petugas harus memeriksa
secara periodik dan memastikan bahwa kotak P3K selalu lengkap dan
masih bail/layak digunakan.
c. Mencatat setiap kegiatan P3K dalam buku kegiatan.
Setelah kerjadian, petugas P3K wajib mencatat didalam buku kegiatan
yang diletakkan diruang P3K atau tempat yang aman. Catatan ini dapat
digunakan sebagai bahan evaluasi pelaksanaan P3K di tempat kerja serta
evaluasi penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja
d. Melaporkan kegiatan P3K
Petugas P3K di tempat kerja harus melaporkan kegiatannya kepada
pengurus perusahaan dan Dinas Tenaga Kerja Setempat.

C. Ruang P3K
Pengusaha wajib menyediakan ruang P3K apabila memperkerjakan 100 orang
atau lebih begitu pula juga apabila mempekerjakan pekerja/buruh dari 100 orang
dengan potensi bahaya tinggi
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyediaan ruang P3K adalah sebagai
berikut :
Persyaratan lokasi ruang P3K meliputi :
1. Dekat dengan toilet/kamar mandi
2. Dekat jalan keluar
3. Mudah dijangkau dari area kerja dan
23
4. Dekat dengan tempat parkir kendaraan
Ruang P3K mempunyai luas minimal cukup untuk menampung satu tempat
tidur pasien dan masih terdapat ruang gerak bagi seorang petugas P3K serta
penempatan fasilitsa P3K lainnya. Selain itu bersih dan terang, ventlasi baik,
memiliki pintu dan jalan yang cukup lebar untuk memindahkan korban. Ruang
P3K diberi tanda yang jelas dengan papan nama yang jelas dan mudah dilihat.
Fasilitas/isi perlengkapan ruang P3K sebaiknya dilengkapi dengan :
 Wastafel dengan air mengalir
 Kertas tissue/lap
 Usungan/tandu
 Bidai/spaik
 Kotak P3K dan isi
 Tempat tidur dengan bantal dan selimut
 Tempat untuk menyimpan alat alat, seperti : Tandu dan/atau kursi roda
 Sabun dan sikat
 Pakaian bersih untuk penolong
 Tempat sampah dan
 Kursi tunggu bila diperlukan

D. Kotak P3K
Dalam pengadaan kotak P3K perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Rancangan /bahan kotak P3K (Bahan harus kuat,mudah dipindahkan dan
diberi label)
Kota P3K harus terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dipindahkan/diangkat
dari tempatnya jika da kecelakaan dan diberi label. Kotak P3K tersebut
berwarna dasar putih dengan lambang P3K berwarna hijau.
2. Penempatan Kotak P3K
Masing-masing kotak P3K harus ditempatkan pada tempat yang mudah dilihat
dan dijangkau, diberi tanda arah yang jelas, cukup cahaya serta mudah
diangkat apabila akan digunakan, penempatan kotak disesuaikan dengan
jumlah pekerja/buruh, jenis dan jumlah kotak P3K. Dalam hal perusahaan
melingkupi area yang luas maka harus disediakan kotak dengan jumlah yang

24
mencukupi dan penempatannya disesuaikan dengan luas area kerja. apabila
tempat kerja dengan unit kerja berjarak 500 meter atau lebih masing-masing
unit kerja harus menyediakan kotk P3K sesuai jumlah/buruh. Tempat kerja
pada lantai yang berbeda digedung bertingkat, maka disetiap lantai tempat
kerja harus menyediakan kotak P3K sesuai pekerja/buruh. Pekerja harus
mendapatkan informasi dimana letak semua kotak P3K.
3. Isi kotak P3K
Kotak P3K harus berisi semua perlengkapan P3K dalam jumlah yang cukup.
Kotak P3K tidak boleh berisi bahan bahan yang tidak dibutuhkan untuk
pelaksanaan P3K. Hal ini diperlukan dimana kotak P3K harus selalu diperiksa
secara periodik agar betul betul semua peralatan ada dan dapat dipakai.
Peralatan yang digunakan harus diganti sesegera mungkin.

KOTAK B
KOTAK KOTAK C
(untuk 50
A (Untuk (untuk 100
orang
No. ISI 25 pekerja pekerja
pekerja
atau atau
atau
kurang) kurang)
kurang)
1 kasa seteril terhubung 20 40 40
2 perban (lebar 5cm) 2 4 6
3 perban (lebar 10cm) 2 4 6
4 perban (lebar 1,25cm) 2 4 6
5 Plester cepat 10 15 20
6 kapas (25gram) 1 2 3
7 kain Segitiga/mittela 2 4 6
8 gunting 1 1 1
9 peniti 12 12 12
10 sarung tangan sekali pakai 2 3 4
11 masker 2 4 6
12 pinset 1 1 1
13 lampu senter 1 1 1
14 gelas untuk cuci mata 1 1 1
15 kantong plastik bersih 1 2 3
16 aquades (100ml Lar.Saline) 1 1 1
17 providon lodin (60ml) 1 1 1
18 alkohol 70% 1 1 1
Buku Panduan P3K di tempat
19 kerja 1 1 1
25
20 Buku Catatan 1 1 1
21I Daftar Isi kotak 1 1 1
si kotak P3K diantaranya :

4. Buku pedoman/panduan

Buku pedoman/panduan untuk pelaksanaan P3K harus dibuat. Buku ini dapat
bersifat umum dan bersifat khusus apabila terdapat sumber bahaya khusus di
tempat kerja

5. Jumlah kotak P3K

Jumlah minimum kotak P3K tergantung pada jenis tempat kerja dan jumlah
pekerja. Seharusnya disetiap lantai disediakan 1 kotak P3K.

26
Jumlah dan jenis kotak P3K di tempat kerja :

Jenis Kotak Jumlah Kotak P3K


Jumlah Pekerja
P3K tiap 1 Unit kerja
Kurang 26 Pekerja A 1 Kotak A
1 kotak B atau 2
26 s.d 50 Pekerja B/A kotak A
1 kotak C atau, 2
51 s.d 100 Pekerja C/B/A kotak B, atau 1 kotak
B dan 2 Kotak A
1 kotak C atau, 2
kotak B, atau 4 kotak
Setiap 100 Pekerja C/B/A
A atau 1 kotak B dan
2 kotak A
Keterangan :

1. 1 Kotak B setara dengan 2 Kotak A


2. 1 Kotak C setara dengan 2 Kotak B

E. Alat Evakuasi dan Alat Transportasi

Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan P3K perlu disediakan alat evakuasi


dan alat transportasi apabila dibutuhkan untuk dilakukan rujukan korban. Untuk
itu perlu tandu alat untuk memindahkan korban dan ditunjuk kendaraan khusus
untuk mengangkut penderita, idealnya ambulance, tetapi dapat ditunjuk mobil
atau kendaraan lain bukan ambulance yang dapat mengangkut korban.

F. Kebutuhan Khusus P3K (kasus Khusus)

1. Perlengkapan kecelakaan massal

Ditempat kerja dimana disana terdapat risiko kecelakaan massal bisa terjadi,
harus disediakan tempat untuk evakuasi dan peralatan yang cukup (seperti :
Tandu, Kursi roda, Sprei, Perban dll)

2. Intruski Khusus

27
Untuk kecelakaan yang berhubungan dengan bahan kimia atau potensi
bahaya khusus lainnya dapat dibuat instruksi secara khusus intruksi terhadap
pekerja yang mengalami kecelakaan yang berhubungan dengan bahan kimia
sebaliknya dibuat secara tertulis sehingga dapat mempermudah petugas P3K
dalam melaksanakan langkah-langkah tindakan P3K bila terjadi kecelakaan.

Bila zat kimianya mempunyai antidot, misalnya amylnitrit untuk sianida,


antidot tersebut harus tersedia diruang P3K. Dan instruksi untuk antidot
tersebut harus ditulis dengan jelas.

3. Pakaian Pelindung dan Perlengkapan

Selain isi kotak P3K perlu disediakan pula pakaian pelindung dan
perlengkapannya harus dilengkapi dimana disana terdapat kemungkinan
petugas P3K. Membutuhkan perlindungan untuk menjauhkan diri dari
kecelakaan dirinya ketika menjalankan tindakan P3K. Pakaian pelindung dan
perlengkapannya harus selalu cukup persediaan dan dilakukan pengecekan
secara periodik untuk menjamin yang ada selalu dalam kondisi baik.
Perlengkapan perlindungan ini disesuaikan dengan sumber bahaya dan
kejadian yang ada di tempat kerja, perlengkapan ini digunakan sewaktu
melakukan pertolongan.

Untuk mencegah tertularnya penyakit melalui dara yang terinfeksi,


misalnya hepatitis B dan AIDS. sarung tangan harus dipakai ketika terdapat
bahaya. yang dapat menyenth darah manusia, cairan tubuh atau jaringan lunak.
Masker transparan atau penutup mulut harus digunakan ketika membawa
keluar ventilasi buatan.

Selain peralatan perlindungan, dibutuhkan pula peralatan untuk evakuasi


seperti kursi roda, tandu/dragbar dan perlengkapan pada kecelakaan kimia
seperti Antidotum bahan kimia. Intruksi penggunaan anti dotum serta
shower/body shower dan eye washer untuk mencuci mata.

ANATOMI DAN FISIOLOGI TUBUH MANUSIA

28
I. PENDAHULUAN

Dalam menangani kecelakaan dan penyakit yang mendadak yang terjadi di tempat
kerja diperlukan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang pertolongan pertama pada
kecelakaan (P3K). Pengetahuan dan keterampilan tersebut wajib dipunyai oleh petugas
P3K. Dengan pengetahuan dan keterampilan di bidang P3K maka pelaksanaan P3K dapat
dilakukan dengan cepat dan tepat serta seusai maksud dan tujuan P3K. Tetapi apabila
seorang petugas P3K justru akan dapat menyebabkan kondisi berbahaya baik terhadap
yang ditolong maupun diri sendiri.

Salah satu pengetahuan dan keterampilan yang harus dipunyai oleh seorang petugas
P3K adalah tentang anatomi dan fisiologi tubuh manusia. Dengan mengetahui bagian-
bagian tubuh manusia dan mengetahui fungsi dari masing-masing tubuh manusia maka
akan mudah dalam melakukan penentuan gangguan kesehatan dan pelaksanaan
pertolongan kepada korban.

II. PENGANTAR ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA

Anatomi adalah suatu kata yang berasal dari bahasa latin yaitu ana yang berarti
bagian/memisahkan dan tomi/tomie/tomneinei yan berarti iris/potong. Dari kata tersebut
dapat disimpulkan bahwa pengertian anatomi adalah ilmu yang mempelajari tentang
bentuk dan susunan tubuh baik secara keseluruhan maupun bagian-bagian serta hubungan
alat tubuh yang satu dengan lainnya.

Fisiologi adalah berasal dari kata fisi/physis yang berarti alam/cara kerja dan
logas/logi yang berarti ilmu pengetahuan. Pengetian fisiologi berarti ilmu yang
mempelajari tentang faal atau fungsi dari tiap-tiap jaringan tubuh atau bagian dari alat-alat
tubuh dan sebagainya

Didalam istilah ilmu yang mempelajari bagian tubuh manusia terdapat istilah-istilah
antara lain : Osteologi, Arthrologi, Miologi, Neurologi, Kardiologi, Gastrologi,
Oftalmologi, Urologi, Dermatologi.

Tubuh manusia terdiri dari struktur yang bersala dari sel, jaringan, organ dan susunan
tubuh. Sel adalah bagian yang terkecil dari pada mahluk hidup (manusia). Sel ini hanya
dapat dilihat dengan alat pembesar/mikroskop. Jaringan adalah sekumpulan dari sel-sel

29
yang serupa bentuknya, besarnya dan serupa pekerjaannya yang terikat menjadi satu.
Organ adalah sekumpulan bermacam-macam jaringan yang menjadi satu yagn mempunyai
fungsi khusus. Sedangkan susunan tubuh adalah susunan dari organ-organ yang
mempunyai pekerjaan tertentu, yang terdiri dari :

 Sistem kerangka dan otot kerangka

 Sistem peredaran darah

 Sistem perncernaan

 Sistem pernafasan

 Sistem endokrin

 Sistem Uriaria

 Sistem persyarafan

 Sistem kulit

 Sistem reproduksi

 Sistem panca indera

Selain itu tubuh manusia juga terdiri dari rongga-rongga yang berisi organ tubuh.
Rongga tubuh manusia, yaitu :

 Rongga tengkorak yang berisi otak

 Rongga tulang belakang yang berisi saraf spinal

 Rongga dada, rongga ini dibentuk oleh tulang-tulang rusuk yang berisi
jantung, pembuluh darah besar, paru-paru, saluran nafas, dan kerongkongan

 Rongga perut yang berisi organ-organ dan kelenjar pencernaan seperti


lambung, hati, usus, limpa, empedu, pankreas dan lainnya

 Rongga panggul dibentuk oleh tulang-tulang panggul berisi kandung kemih,


organ reproduksi dan sebagian dari usus.

30
III. SISTEM KERANGKA DAN OTOT KERANGKA

A. Sistem Kerangka

Susunan kerangka terdiri dari susunan berbagai macam tulang-tulang yang


banyaknya kira-kira 206 buah tulang, yang satu dengan lainnya saling berhubungan
yang terdiri dari :

1. Tulang kepala yang berbentuk tengkorak (8 Buah)

2. Tulang muka/wajah (14 buah)

3. Tulang telinga dalam (6 buah)

4. Tulang Lidah (1 buah)

5. Tulang kerangka dada (25 buah)

6. Tulang belakang dan gelang pinggul (26 buah)

7. Tulang anggota gerak atas (64 buah)

8. Tulang anggota gerak bawah (62 buah)

Dari tulang-tulang tersebut bersatu membentuk suatu susunan kerangka yang berguna
antara lain :

1. Menahan tubuh supaya tidak rubuh

2. Melindungi alat tubuh yang halus

3. Tempat melekat otot dan untuk pergerakan tubuh dengan perantaraan otot

4. Tempat pembuatan sel darah merah

5. Memberikan bentuk pada bangunan tubuh.

31
B. SISTEM OTOT

Otot merupakan suatu organ atau alat yang memungkinkan tubuh dapat bergerak.
Gerak sel terjadi karena sitoplasma bergerak berubah bentuk. Pada sel sitoplasma ini
merupakan benang halus yang panjang disebut myofibril. Kalau sel otot mendapatkan
rangsangan maka myofibril ini akan memendek, dengan kata lain sel otot akan
memendekkan dirinya kearah tertentu yang disebut kontraksi.

Dalam garis besarnya sel otot dapat kita bagi menjadi 3(tiga) bagian besar yaitu:

1. Otot motorik yang disebut juga otot serat lintang oleh karena didalamnya
protoplasma mempunyai garis-garis melintang

2. Otot otonom disebut juga otot polos, karena protoplasmanya licin tidak
mempunyai garis-garis melintang

3. Otot jantung yang bentuknya menyerupai otot serat lintang dimana didalam sel
protoplasmanya terdapat serabut-serabut melintang yang bercabang-cabang tetapi
kalau kita melihat fungsinya sepertu otot polos, yang dapat bergerak sendiri secara
otomatis oleh karena ia mendapatkan rangsangan dari susunan otonom.

Otot kerangka sebagian besar otot tubuh ini melekat pada kerangka dapat
bergerak secara aktif sehingga dapat menggerakkan bagian-bagian kerangka dalam
suatu letak tertentu.

Jadi khususnya otot kerangka merupakan sebuah alat yang menguasai gerak
aktif dan memelihara sikap tubuh. Dalam keadaan istirahat keadaanya tidak kendur
sama sekali tetapi mempunyai ketegangan pada umur, jenis kelamin dan keadaan
tubuh. Fungsi gerak tonus otot adalah memelihara sikap dan posisi tubuh. Pada otot
dinding perut berguna menahan dinding perut, pada otot dinding pembuluh darah
berguna untuk menahan tekanan darah.

IV. SISTEM PEREDARAN DARAH

Arteri merupakan pembuluh darah yang keluar dari jantung yang membawa darah
ke seluruh bagian dan alat tubuh. Vena merupakan pembuluh darah yang membawa
darah dari berbagai alat tubuh yang masuk ke dalam jantung. Kapiler atau pembuluh

32
rambut merupakan pembuluh darah sangat halus, dengan diameter kira kira 0,008 mm
dan dindingnya terdiri dari suatu lapisan endotel.

Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot, yang susunanya sama
dengan otot serat lintang tetapi cara kerjanya menyerupai otot polos yaitu diluar
kemampuan kita oleh karena itu dipengaruhi oleh susunan saraf otonom. Jantung dapat
bergerak dengan mengembang dan mengempis disebabkan karena adanya rangsangan
dari susunan saraf otonom. Dalam kerjanya jantung mempunyai 3 periode yaitu :

1. Periode konstriksi(periode sistole) yaitu suatu keadaan dimana jantung bagian


ventrikel/billik dalam keadaan menguncup

2. Periode dilatasi (diastole) yaitu suatu keadaan dimana jantung mengembang

3. Periode istirahat yaitu waktu antara periode kontraksi dan dilatasi dimana jantung
berhenti kira-kira 1/10 detik. Pada waktu kita beristirahat, jantung akan menguncup
sebanyak 70-8- kali/menit. Pada tiap tiap konstraksi jantung akan memindahkan
darah ke aorta sebanyak 60-70 ml.

Denyut jantung merupakan salah satu parameter pemeriksaan tanda vital, parameter ini
berbeda sesuai dengan umur. Pada bayi denyut nadi normal 120-150x /menit, anak-
anak 80-150x /menit, sedangkan orang dewasa denyut jantung normal antara 60-100x /
menit.

V. SISTEM PENCERNAAN

Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar
dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan
(Pengunyahan, penelanan, dan pencampuran) dengan enzim dan zat cair yang terbentang
mulai dari mulu/oris sampai dubur/anus.

Saluran pencernaan terdiri dari

1. Oris (mulut)

2. Faring (tekak)

3. Esofagus (kerongkongan

33
4. Ventikulus (Lambung)

5. Intestinum minor (usus halus) meliputi duodenum, yeyenum, ileum

6. Intestinum mayor (usus besar) meliputi kolo assenden, kolon tranversum, kolon
desenden, kolon sigmoid

7. Rektum

8. Anus

VI. SISTEM PERNAFASAN

Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung O2
(oksigen) ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2
(Karbon dioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Menghirup udara ini
disebut inspirasi dan penghembusan udara disebut ekspirasi. Pernafasan berguna untuk :

1. Mengambil O2 (oksigen) yang kemudian dibawa oleh darah keseluruh tubuh (sel-
selnya) untuk mengadakan pembakaran.

2. Mengeluarkan untuk CO2 (Karbon dioksida) yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran,
kemudian dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang (karena tidak beguna lagi
oleh tubuh)

3. Menghangatkan dan melembabkan udara.

Organ-organ pernafasan meliputi :

1. Naso/Nasal (Hidung)

2. Faring (tekak)

3. Laring (pangkal tenggorokan)

4. Trakea (batang tenggorokan)

5. Bronkus (cabang tenggorokan)

6. Paru-paru.

34
Paru-paru merupakan organ tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung-
gelembung hawa (alveoli). Paru-paru teletak didalam rongga dada. Sewaktu kit ekspirasi
didalam paru-paru masih tertinggal 3 liter udara. Pada waktu kita bernafas biasa udara
yang masuk kedalam paru-paru 2.600cm3 (2,5 liter). Jumlah pernafasan dalam keadaan
normal orang dewasa berkisar antara 12-20 kali permenit, pada anak-anak berkisar 15-30
kali permenit dan bayi berkisar 25-50 kali permenit.

Proses terjadinya pernafasan terbagi dalam dua bagian yaitu inspirasi (menarik nafas)
dan eksporasi (menghembuskan nafas). Bernafas berarti melakukan inspirasi dan ekspirasi
secara bergantian, teratur, berirama dan terus menerus, bernafas merupakan gerak reflek
yang terjadi pada otot-otot pernafasan.

VII. SISTEM ENDOKRIN

Kelenjar endokrin atau kelenjar buntu darah adalah kelenjar yang mengirimkan hasil
sekresi langsung ke dalam darah yang beredar dalam jaringan kelenjar tanpa melewati
duktus/saluran dan hasil sekresinya disebut hormon.

Beberapa dari organ endokrin menghasilkan satu macam hormon disamping itu juga
ada yang menghasilkan lebih dari satu macam hormon atau hormon ganda, misalnya
kelenjar hipophise sebagai pengatur kelenjar yang lain.

Fungsi dari kelenjar antara lain :

1. Menghasilkan hormon

2. Mengontrol aktifitas kelenjar tubuh

3. Merangsang aktifitas kelenjar tubuh

4. Merangsang pertumbuhan jaringan

5. Mengatur metabolisme, oksidasi, meningkatkan absorbsi glukosa pada usus halus

6. Mempengaruhi metabolisme lemak,protein,hidrat arang, vitamin, mineral dan air

Didalam tubuh kita terdapat beberapa kelenjar tubuh antara lain :

35
1. Kelenjar hipofise

2. Kelenjar tiroid

3. Kelenjar paratiroid

4. Kelenjar timus

5. Kelenjar supra renalis/adrenalis

6. Kelenjar pienalis (epifise)

7. Kelenjar pankreatika

8. Kelenjar kelamin (testika dan ovarika)

VIII. SISTEM URINARIA

Sistem urinaria adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah
sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-
zat yang masih dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan
oleh tubuh. Zat-zat yang tidak digunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan
berupa urin (air Kemih). Susunan sistem urinaria terdiri dari :

1. Ginjal

2. Ureter

3. Vesika urunaria (kandung kemih)

4. Uretra

IX. SISTEM PERSARAFAN

Sistem persarafan adalah sistem yang berfungsi untuk menyelenggarakan kerja sama
yang rapi dalam organisasi dan koordinasi kegiatan tubuh. Pembagian susunan saraf terdiri
dari :

36
A. Susunan saraf sentral

1. Otak (otak besar, otak kecil, batang otak)

2. Medula spinalis

B. Susunan saraf perifer

1. Susunan saraf somatis

2. Susunan saraf otonom

Susunan saraf somatik adalah susunan saraf yang mempunyai peranan spesifik untuk
mengatur aktifitas otot sadar atau serat lintang. Sedangkan susunan saraf otonom
adalah susunan saraf yang mempunyai peranan penting mempunyai pekerjaan otot tak
sadar (otot polos) seperti jantung, hati, pankreas, pencernaan, kelenjar dan lain-lain.

X. SISTEM KULIT

Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar menutupi dan melindungi
permukaan tubuh, berhubungan dengan selaput lendir yang melapisi ronga lubang-lubang
masuk. Lapisan kulit terdiri dari :

1. Epidermis :

a. Startum korneum

b. Startum lusidum

c. Startum granulasum

d. Startum spinosum

e. Startum basale/germinativum

2. Dermis :

a. Startum papilare

b. Startum retikulare

37
3. Sukutis

Subkutis terdiri dari kumpulan-kumpulan sel lemak dan diantara gerombolan ini
berjalan serabut-serabut jaringan ikat dermis.

4. Pembuluh darah dan sel saraf

5. Pelengkap kulit :

a. Rambut

b. Kuku

c. Kelenjar kulit

38
PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K)
DI TEMPAT KERJA
TERHADAP GANGGUAN LOKAL

I. PENDAHULUAN
Gangguan lokal merupakan kelompok gangguan yang sering terjadi pada kasus
kecelakaan kerja. agar seorang petugas P3K dapat memberikan pertolongan pertama pada
setiap kasus kecelakaan kerja termasuk gangguan lokal, maka petugas P3K harus
memahami tentang gangguan lokal, jenis-jenis gangguan lokal, tanda dan gejala serta cara
pemberian pertolongannya

Gangguan lokal adalah setiap gangguan yang berupa cidera dan atau perlukaan pada
jaring/bagian tubuh tertentu yang bersifat lokal yang menimbulkan gangguan terbatas
pada jaringan atau bagian tubuh yang terluka atau cidera akibat suatu trauma yang
mengenai jaringan atau bagian tubuh tersebut. Pada umumnya gangguan lokal terjadi
pada bagian tubuh yang terkena trauma tanpa mengakibatkan efek lebih luas ke bagian
tubuh lainnya. Termasuk gangguan lokal yang dibahas dalam modul ini meliputi patah
tulang, luka dengan perdarahan dan luka bakar.

Gangguan lokal secara umum berupa cidera atau luka terbatas berupa patah tulang,
berbagai jenis luka dan luka bakar. Akibat suatu cidera atau luka pada gangguan lokal
sering menimbulkan pendarahan. Salah satu hal yang sangat penting dalam tindakan P3K
untuk menangani luka adalah mengatasi pendarahan, karena pendarahan yang tidak
segera ditangani dengan baik dapat berakibat lebih parah dan bahkan dapat berakibat
fatal.

II. LUKA DAN PERDARAHAN

Kerusakan dari jaringan kulit/permukaan tubuh akibat trauma (rudapaksa) atau


penyakit disebut luka. Dari permukaan tubuh yang rusak tersebut akan keluar dara
dan cairan tubuh lainnya. Kuman dapat dengan mudah masuk melalui permukaan

39
tubuh yang luka untuk menimbulkan infeksi pada pendarahan tertutup darah keluar
dari sistem sirkulasi tetapi tidak keluar dari tubuh.

Sifat trauma/rudapaksa yang menyebabkan luka menentukan jenis dari luka dan
tindakan untuk mengatasinya. Pendarahan terjadi karena luka berupa cedera kulit atau
jaringan lunak mengalami robek dan terputusnya pembuluh darah.

Jenis jenis luka :

1. Luka sayat

Luka ini akibat benda tanjam seperti pisau atau pecahan kaca. Oleh karena
pembuluh darah di pinggir luka terpotong lurus maka darah yang keluar biasanya
cukup banyak

2. Laserasi

Luka ini disebabkan oleh kekuatan yang menekan atau merobek, misalnya oleh
karena mesin dan gir. Darahnya yang keluar umumnya lebih sedikit dibandingkan
dengan luka sayat, tetap jaringan yang rusak dan memar lebih banyak.

3. Abrasite

Luka ini adalah luka permukaan tubuh sehingga lapisan kulit terkelupas dan
membekas berupa daerah yang kasar dan lunak. Luka ini sering disebabkan
karena terseret.

4. Konstusio (memar)

Suatu benturan dapat menyebabkan robeknya kapiler dibawah kulit sehingga dara
masuk kedalam jaringan kulit dan menimbulkan memar. Memar yang luas
mungkin menandakan terjadinya kerusakan tersembunyi, misalnya patah tulang
atau perdarahan dalam

5. Luka tembus

Luka tembus adalah luka yang disebabkan karena tertusuk benda tajam misalnya
paku, jaruk dan lainnya yang menembus kulit dan jaringan di bawahnya. Tempat
masuknya luka mungkin kecil, tetapi kerusakan di bagian dalam cukup luas. Pada

40
jenis luka ini biasanya kotoran ikut masuk kebagian dalam tubuh sehingga risiko
sangat tinggi.

6. Luka tembak

Luka tembak adalah jenis luka tembus yang disebabkan oleh karena peluru atau
bahan peledak yang menembus masuk ke dalam atau melintasi tubuh.
Mengakibatkan cidera berat dan membawa pencemaran bahan peledak ke dalam
tubuh. Luka tempat masuknya biasanya kecil tetapi luka di tempat keluar kalau
ada biasanya besar dan kasar.

Klasifikasi sumber pendarahan/golongan pendarahan :

Pembuluh darah secara umum dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :

1. Pembuluh darah arteri (pembuluh darah nadi) adalah pembuluh darah yang
keluar dari jantung yang membawa darah ke seluruh bagian tubuh.

2. Pembuluh darah vena (pembuluh darah bilik) adalah pembuluh darah yang
membawa darah dari seluruh jaringan tubuh ke dalam jantung.

3. Pembuluh darah kapiler (pembuluh rambut) merupakan pembuluh darah yang


sangat halus yang dindingnya berupa satu lapis sel yang disebut endotel,
merupakan pertemuan antara pembuluh darah arteri dengan pembuluh darah
vena.

Klasifikasi sumber pendarahan digolongkan berdasarkan jenis pembuluh darah


sebagaimana tersebut di atas yang mengalami kerusakan,sehingga klasifikasi
sumber pendarahan digolongkan mejadi

1. Pendarahan arteri

Pendarahan arteri adalah pendarahan yang disebabkan oleh terputusnya


pembuluh darah arteri. Darah yang keluar dari arteri banyak mengandung
oksiden sehingga warnanya merah terang. Oleh karena terdapat tekanan dari
jantung, maka darah yang keluar dari luka akan memancar setiap kali jantung
berdenyut.

41
2. Perdarahan vena

Perdarahan vena adalah perdarahan yang disebabkan oleh karena terputusnya


pembuluh dara vena atau pembuluh darah balik. Darah yang keluar berwarna
merah gelap karena tidak mengandung oksigen, tetapi banyak mengandung
co2.

3. Perdarahan kapiler

Perdarahan kapiler adalah perdarahan yang disebabkan oleh terputusnya


pembuluh darah kapiler. Perdarahan ini ditandai dengan merembesnya darah
secara perlahan dari luka.

Jenis-jenis perdarahan

Secara umum jenis perdarahan ada 2 macam :

1. Perdarahan luar yaitu perdarahan tampak terlihat jelas keluar dari luka terbuka

2. Perdarahan dalam yaitu perdarahan yang tidak terlihat dan kulit tampak tidak rusak.
Kadang-kadang terlihat berada dibawah permukaan kulit tanpa memar.

Penolong harus mewaspadai adanya perdarahan dalam bila terjadi :

 Luka tusuk

 Darah atau cairan keluar dari telinga atau hidung

 Muntah atau batuk darah

 Memar luas pada batang tubuh

 Luka tembus dada atau perut

 Nyeri tekan, kaku atau kejang pada dinding perut

 Biang air kecil atau besar berdarah.

42
Pertolongan pertama pada luka dengan perdarahan dan luka lainnya

Luka dengan perdarahan harus segera ditolong dengan mengutamakan tindakan


pertolongan untuk menghentikan pendarahan. Kehilangan darah yang banyak akan
menyebabkan syok yang dapat berakibat fatal. Sehingga perdarahan berhasil
dihentikan. Dilanjutkan dengan tindakan penaganan luka untuk mencegah infeksi dan
mempercepat penyembuhan.

Luka dengan perdarahan secara umum dilakukan tindakan pertolongan pertama


dengan cara sebagai berikut :

1. Tekan tempat perdarahan dengan kain kasa antara 5-15 menit, balut seperlunya
dan bila perlu tekan bagian pangkal dari tempat perdarahan. Sebelum menutup
luka yang kotor , sebaiknya cuci luka dengan air bersih dari arah luka ke arah
luar pinggir luka. Kemudian keringkan dengan kapas dan oleskan anti septik
pada tempat luka (betadine, rivanol, yodium dll).

2. Tinggikan anggota badan yang terluka atau berdarah lebih tinggi dari jantung
kecuali diduga ada patah tulang

3. Tekan pada titik tekan :

a. Arteri brakialis (pembuluh nadi dilengan atas)

b. Arteri femoralis (pembuluh nadi di lipat paha)

4. Tidurkan korban dengan kepala lebih rendah kecuali perdarahan kepala dan
sesak nafas

5. Tenangkan korban dan ajak bicara

6. Segera bawa ke pelayanan kesehatan (dokter, rumah sakit, poliklinik)

Selain tindakan pertolongan seperti tersebut diatas, diperlukan tindakan pertolongan


pertama yang disesuaikan dengan jenis dan lokasi luka seperti di bawah ini:

1. Pertolongan pertama pada luka lecet sayat dan robek :

a. Hentikan perdarahan

43
b. Bersikan luka

c. Beri penutup luka

d. Balut (dengan penekanan)

2. Pertolongan pada luka tembus :

a. Hentikan perdarahan

b. Jaga luka sebersih mungkin

c. Lepaskan / gunting pakaian yang menutupi

d. Jika tidak berdarah, hati hati bersihkan kotoran

e. Jangan cabut benda yang tertancap

f. Istirahatkan daerah luka

3. Pertolongan pada luka dengan perdarahan di telapak tangan

a. Hentikan perdarahan (diberi bantlan dan genggaman)

b. Tinggikan tangan

c. Balut

d. Beri gendongan elevasir

4. Pertolongan pada luka dengan benda asing menancap

Langkah-langkah perawatan luka yang disertai dengan menancapnya benda asing


adalah sebagai berikut :

a. Stabilkan benda yang menancap secara manual

b. Benda asing yang menancap tidak pernah boleh dicabut kecuali pada pipi

c. Bagian yang luka dibuka sehingga terlihat dengan jelas

d. Kendalikan perdarahan, tetapi harus hati-hati jangan sampai menekan benda


yang menancap

44
e. Stabilkan benda asing tersebut dengan menggunakan penutup luka tebal, atau
berbagai variasi misalnya pembalut donast, pembalut gulung dan lainnya.

f. Rawat syok bila ada

g. Jaga korban tetap istirahat dan tenang

h. Rujuk ke fasilitas kesehatan.

5. Perdarahan pada kulit kepala

Kulit kepala sangat banyak mengandung pembuluh darah. Luka pada kulit
kepala sering menyebabkan keluar darah yang cukup banyak sehingga luka sering
terlihat lebih mengerikan dari yang sebenarnya, luka di kepala dapat juga
merupakan bagian dari cidera kepala yang lebih berat, misalnya patah tulang
tengokrak. Korban harus diperiksa secara seksama terutama kalau korban berusia
tua atau kalau cidera kepala yang berat tetutup oleh keracunan obat atau alkohol.

Tindakan pertolongan pada seseorang yang mengalami cidera kepala dilakukan


sebagai berikut :

a. Gunakan sarung tangan sekali pakai dan rapikan kulit yang terkelupas

b. Tekan langsung daerah luka secara kuat dengan perban seteril/kain tebal yang
bersih

c. Perban dieratkan dengan kain pembalut segitiga, kalau masih berdarah, tekan
lagi bantalannya

d. Korban yang sadar dibaringkan, kepala dan bahu ditinggikan. Apabila korban
tidak sadar dibaringkan dengan posisi pemulihan.

e. Bawa atau kirim korban ke rumah sakit dalam posisi pemulihan.

6. Perdarahan bagian dalam

Perdarahan bagian dalam adalah perdarahan yang terjadi di dalam rongga tubuh
akibat cidera organ atau bagian dalam tubuh, misalnya patah tulang atau luka
tembus yang mencederai jaringan atau organ bagian dalam perdarahan bagian

45
dalam juga dapat terjadi secara spontan akibat suatu penyakit misalnya perdarahan
dari tukak lambung.

Walaupun darah tidak keluar dari tubuh, perdarahan bagian dalam sering menjadi
berat karena darah keluar dari sirkulasi umum sehingga korban dapat mengalami
syok. Sesuai lokasi perdarahannya, darah yang tertimbun dapat menimbulkan
tekanan yang menggangu/meruksa organ-organ dalam seperti paru-paru, jantung
dan otak.

Dalam menangani korban cidera yang mengalami syok tetap tidak ada tanda tanda
perdarahan dari luar, maka harus diwaspadai adanya perdarahan bagian dalam.
Tanda-tanda korban mengalami perdarahan dalam antara lain :

a. Korban tampak pucat, kulit dingin dan lembab

b. Nadi cepat dan lemah

c. Korban merasa nyeri/kesakitan yang baru dialami, haus, gelisah dan tegang

d. Lebam berpola terutama pada fraktur tulang tengkorak di dasar otak

e. Perdarahan dari liang tubuh (mulut, anus/dubur, hidung, telinga, uretra,dan


vagina)

Penanganan pada kasus perdarahan bagian dalam bertujuan untuk mencegah


terjadinya syok dan mengatur/menyiapkan pemindahan korban ke pelayanan
kesehatan dengan melakukan tindakan sebagai berikut :

a. Korban dibaringkan terlentang dan ditopang, jika tidak sadar baringkan dalam
posisi pemulihan

b. Buka jalan nafas dan pertahankan

c. Periksa dan catat dan pertahankan

d. Perawatan syok bila terjadi syok atau diduga akan syok

e. Berikan oksigen bila ada

f. Rwat cedera berat lainnya

46
g. Jangan beri makan dan minum

h. Korban diselimuti agat tidak kedinginan dan hubungi ambulance/bantuan

i. Catat jenis, jumlah dan sumber darah yang keluar dari liang tubuh

j. Segera rujuk ke fasilitas kesehatan(rumah sakit)

III. PEMBIDAIAN

Pembidaian merupakan salah satu tindakan sederhana tetapi sangat penting dalam
penanganan fraktur tulang. Prinsip pembidaian adalah memfiksasi dan imobilisasi
tulang yang fraktur untuk membantu proses penyembuhan dan mengurangi rasa sakit
pada bagian tulang yang fraktur.

1. Tujuan pembidaian :

a. Mencegah pergerakan atau pergeseran dari ujung tulang yang patah


b. Memberi istirahat pada anggota badan yang patah
c. Mengurangi rasa nyeri
d. Mempercepat penyembuhan
2. Alat-alat yang di butuhkan untuk pembidaian

a. Bidai/spalk : dari kayu atau bahan lainnya yang kuat tetapi ringan dan
pipih
b. Pembalut segitiga
c. Kasa seteril
3. Syarat-syarat pembidaian

a. Siapkan alat-alat selengkapnya


b. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah, sebelum dipasang
diukur lebih dahulu pada anggota badan korban yang sehat
c. Ikatan jangan terlalu keras dan jangan terlalu longgar
d. Bidai dibalut dengan kain pembalut sebelum dipasang
e. Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sebelah atas dan bawah tulang
yang patah

47
f. Kalau mungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah dibidai
g. Sepatu, gelang, jam tangan dan alat lain yang mengikat harus dilepaskan.

IV. CIDERA PADA TUlANG, SENDI DAN OTOT

Seperti diketahui bahwa tulang-tulang berguna untuk menahan seluruh bagian badan,
supaya dapat menegakkan tubuh, melindungi alat atau organ tubuh yang lunak, tempat
melekatnya otot, tempat pembuatan-sel darah merah dan memberikan bentuk pada bagian
tubuh.

Tubuh kita bersandar pada rangka tulang belulang yang ditunjang oleh otot, jaringan
ikat, pembuluh darah dan syaraf-syaraf. Antara tulang satu dengan lainnya dihubungkan
oleh system persendian (engsel). Gerakan tubuh terjadi akibat gerakan pada sendi-sendi
oleh kontraksi dan relaksasi dari otot-otot yang melekat pada tulang,

Tulang dapat mengalami patah (fraktur), lepas dari sendinya (dislokasi) atau keduanya.
Dislokasi blasanya disebabkan oleh tekanan yang memutar dan sering merobek
ligamentum sendl. Otot dan tendo yang melekat ke tulang juga bisa terkilir atau robek.
Penolong pertama harus bisa membedakan ]enls cldera musculoskeletal.

A. Cidera tulang atau Fraktur (patah atau retak) tulang


Pada dasarnya tulang merupakan struktur yang kuat dan elastis. Sifatnya lentur
seperti ranting pohon ketika ditarik atau diputar sehingga untuk mematahkan tulang
perlu tenaga yang besar. Tulang yang tua atau berpenyakit menjadi rapuh sehingga
mudah patah atau remuk bila mendapat tekanan.
Fraktur (patah tulang) adalah terputusnya jaringan tulang, seluruhnya atau
sebagian.
Fraktur tulang dapat digolongkan menjadi beberapa Jenis fraktur yaitu :
1. Fraktur sederhana : patahan tulang masih pada tempatnya semula,
2. Fraktur komplikata : tulang patah menjadi beberapa fragmen,
3. Fraktur greenstic : patah tulang yang masih muda atau belum matang, pada anak-
anak, sehingga masih mudah terjadinya proses penyambungan kembali,

48
4. Fraktur terbuka : fraktur yang disertai luka terbuka akibat ujung tulang yang patah
menembus kulit. Jenis fraktur ini mudah mengalami infeksi serius karenatulang
yang terbuka mudah tercemar kuman daru udara maupun dari permukaan kulit.
5. Fraktur tertutup : fraktur dimana kulit disekitar tulang yang patah tetap utuh,
sering tampak memar dan bengkak di daerah yang fraktur.

Untuk dapat memberikan pertolongan pertama pada kasus fraktur tulang maka perlu
diketahui tanda-tanda patah tulang sebagai berikut :

1. Jaringan pada bagian yang patah membengkak atau memar atau ada penonjolan
fragmen tulang;
2. Suara derik tulang atau bunyi patahan;
3. Daerah yang patah nyeri dan kaku bila di tekan atau digerakan;
4. Terjadi perubahan bentuk pada anggota badan yang patah;
5. Anggota baglan yang patah mengalami gangguan fungsi, gerak, sirkulasi dan
sensasi;
6. Pada tulang yang patah kelihatan lebih pendek;
7. Korban menopang bagian yang cedera.

Adapun tindakan pertolongan pertama pada kasus patah tulang pada umumnya adalah
sebagai berikut :

1. Lakukan penilaian dini;


2. Lakukan pemeriksaan fisik;
3. Pertimbangkan evakuasi korban ke tempat yang aman dengan hati-hati;
4. Bila disertai perdarahan maka hentikan perdarahan;
5. Bebaskan jalan nafas beri pernafasan buatan kalau perlu;
6. Tutup luka dengan kasa steril;
7. Pasang bidai untuk penyangga dengan hati-hati pada tulang yang patah;
8. Baringkan penderita pada posisi yang nyaman, hangatkan tubuh korban atau
selimuti tubuh korban;
9. Segera bawa korban ke rumah sakit.

49
Dalam menangani kasus fraktur tulang terbuka, maka harus ditangani lukanya lebih
dahulu, langkah berikutnya adalah sama antara patah tulang terbuka dan tertutup
yaitu:

 Bagian tempat tulang yang patah dipasang dua papan (bidai). dimana kedua bidai
harus mencakup dua persendian diantara tulang yang patah.
 Kemudian di balut dengan kain perban secukupnya;
 Bagian tulang yang patah tidak boleh digerak-gerakan.

Beberapa jenis dan lokasi fraktur tulang dan cara tindakan pertolongannya :

1. Patah tulang leher:


a. Tanda-tanda :
1) Korban tidak dapat menggerakkan jari-jari tangan atau kaki;
2) Bahu kesemutan dan nyeri.
b. Tindakan Pertolongan :
1) Hentikan pendarahan dan bebaskan jalan nafas;
2) Bila pernafasan berhenti lakukan pernafasan buatan tanpa merubah
kedudukan leher;
3) Leher dibalut dengan krah verban untuk mengurangi pergerakan;
4) Angkat korban ke atas usungan beralas keras atau kayu dan rata;
5) Kiri kanan leher diberi bantalan pasir atau sejenisnya;
6) Bawa ke rumah sakit dengan ambulans.
2. Patah tulang Belakang
a. Tanda-tanda :
sulit dikenal, tetapi biasnya lebih lanjut akan terlihat tanda kelumpuhan.
b. Tindakan Pertolongan :
1) Mula-mula korban dimiringkan oleh 4 orang penolong;
2) Papan diletakkan dibelakang korban;
3) Korban ditelentangkan kembali dengan hati-hati;
4) Korban dengan papannya dipindahkan ke atas tandu;
5) Di bawah punggung diberi bantal tipis;
6) Bawa korban kerumah sakit.

50
3. Patah tulang lengan atas :
Tindakan Pertolongan :
 Letakan lengan bawah di dada dengan telapak tangan menghadap ke dalam;
 Pasang bidal duri bahu umpat siku;
 Ikat pada daerah di bawah dan di atas tulang yang patah;
 Lengan bawah di gendong;
 Jika siku juga patah dan tangan tak dapat dilipat, pasang bidai sampai ke
lengan bawah dan biarkan tangan tergantung tidak usah digendong;
 Bawa korban ke rumah sakit.
4. Patah tulang lengan bawah :
Tindakan Pertolongan :
 Letakan tangan pada dada;
 Pasang bidai dari siku sampai punggung tangan;
 Ikat pada daerah di bawah dan di atas tulang yang patah;
 Lengan di gendong;
 Bawa korban ke rumah sakit.
5. Cedera tangan dan jari
 Tangan yang cedera harus dibidai pada posisi fungsional, cara paling mudah
adalah dengan meletakkan benda dalam telapak tangan lalu membalut tangan
tesebut dan meletakkannya diatas bidai;
 Bila cedera pada jari maka ikat jari tersebut dengan jari sebelahnya;
 Bila cedera lebih dari satu jari maka bidai seluruh tangan.
6. Patah tulang paha :
Tindakan Pertolongan :
 Siapkan pembalut secukupnya untuk mengikat bidai, pasang dua bidai dari :
1) Ketiak sampai sedikit melewati telapak kaki;
2) Lipatan paha sampai sedikit melewati telapak kaki;
 Beri bantalan kapas atau kain antara bidai dengan tungkai yang patah;
 Bila perlu ikat kedua kaki di atas lutut dan pergelangan kaki atau telapak kaki
dengan pembalut untuk mengurangi pergerakan;
 Bila ada patah tulang terbuka atasi perdarahan dan rawatIah lukanya;
 Bawa korban ke rumah sakit.

51
7. Cedera Lutut
 Bila lutut dalam posisi tertekuk maka bidai dalam posisi tersebut;
 Bila lutut dalam posisi lurus maka bidai dalam posisi lurus;
 Cara bidai sama seperti pada patah tulang paha.
8. Patah tulang tungkai bawah : Pertolongan :
 Siapkan pembalut secukupnya untuk mengikat bidai;
 Pasang dua bidai sebelah dalam dan sebelah luar tungkai kaki yang patah;
Diantara bidai dan tungkai beri kapas atau kain sebagai alas;
 Bidai sebelah dalam dipasang sepanjang telapak kaki sampai lipatan paha;
 Bidai sebelah luar dipasang sepanjang telapak kaki sampai ketiak;
 Bawa korban ke rumah sakit.
9. Patah tulang kaki
Pertolongan :
 Apabila tidak ada perdarahan banyak, sepatu tidak dibuka sebab sudah
merupakan bidai;
 Bila terjadi perdarahan banyak dan terjadi pembengkakan, maka sepatu
dibuka;
 Hentikan perdaraahan yang terjadi;
 Beri kapas atau kain pada telapak kaki, kemudian bidai yang sesuai dengan
panjang telapak kaki;
 Beri ikatan pada kaki jangan ter|alu kencang;
 Bawa korban ke rumah sakit.

B. Cidera otot dan sendi


Sendi adalah tempat persambungan antara tulang yang satu dengan yang lainnya.
Struktur sendi terdiri ruang sendi dengan cairan sendi, dinding sendi atau jaringan
sekitar sendi. Ruang sendi dikelilingi oleh selaput jaringan ikat yang disebut kapsul
sendi. Dinding sendi meliputi ujung tulang pembentuk sendi yang berupa tulang
rawan dan jaringan ikat yang berupa. ligamentum yang menghubungkan ujung ujung
tulang pembentuk sendi.
Kerusakan yang terjadi akibat trauma terhadap otot dan sendi antara lain seperti
contoh di bawah ini.

52
1. Dislokasi
Tergesernya tulang pada suatu sendi atau dislokasi, dapat terjadi akibat tulang
berputar dengan kuat atau karena kontraksi otot yang sangat kuat dan bisa disertai
robekan ligamentum. Sendi teregang melebihi batas normal sehingga kedua ujung
tulang menjadi terpisah, tidak pada tempatnya. Sendi yang sering mengalami
dislokasi adalah sendi bahu, ibu jari, jari tangan dan rahang. Gejala dan tanda
dislokasi hampir sama dengan gejala dan tanda pada patah tulang. Dislokasi dan
fraktur tulang kadang-kadang sulit dibedakan dan dapat juga terjadi bersamaan.
2. Cidera otot dan ligamentum
Cidera otot dan ligamentum adalah cidera yang terjadi akibat trauma pada
ligamentum dan otot. Terkilir adalah cidera pada ligamentum sendi dan sering
disebabkan oleh gerakan memutar pada sendi yang merobek jaringan sekitar. Otot
dan tendo dapat menjadi terlalu teregang atau robek akibat gerakan yang terlalu
kuat dan tiba-tiba. Kerusakan otot dapat berupa keadaan sebagai berikut:
a. Regangan berlebihan (sprain)
b. Robekan (rupture)
c. Memar (hematome)

Gejala dan tanda terkilir:

 Nyeri yang tajam dan mendadak pada daerah otot tertentu;


 Nyeri menyebar keluar disertai kejang dan kaku otot;
 Bengkak pada daerah cedera.

Penanganan terkilir:

 Letakkan penderita dalam posisi yang nyaman,


 lstirahatkan bagian yang cedera;
 Tinggikan bagian yang cedera;
 Beri kompres dingin maksimum 3 menit, ulangi setiap jam bila perlu;
 Balut tekan dan tetap tinggikan;
 Rawat sebagai patah tulang;
 Rujuk ke fasilitas kesehatan.

53
V. LUKA BAKAR (COMBUSTlO)

Efek yang terjadi akibat luka bakar adalah efek panas terhadap kulit dan pembuluh
darah. Efek panas ini mengakibatkan kerusakan jaringan kulit dan pembuluh darah
sehinga mudah timbul infeksi dan mempermudah kehilangan cairan dan panas tubuh.
Kehilangan cairan tubuh yang berlebihan sering menimbulkan syok hipovolemik (lemas
akibat kekurangan cairan).

Luka bakar dapat disebabkan oleh benda panas, sengatan listrik dan bahan kimia yang
bersifat korosif.

A. Luka bakar akibat benda panas

Luka bakar yang disebabkan oleh benda dengan temperatur tinggi dapat dibagi
dalam beberapa tingkatan yaitu :

1. Tingkat pertama, hanya terdapat warna merah pada kulit.


2. Tingkat kedua, timbul kemerahan dan lepuh (blister) pada kulit tetapi tidak
merusak seluruh lapisan kulit.
3. Tingkat ketiga, terdapat penghancuran lapisan kulit seluruhnya, mungkin juga
alat-alat lebih dalam.

Pada pertolongan pertama yang merupakan hal yang penting adalah korban dan
penolong tidak mendapatkan bahaya lebih lanjut, misalnya :

1. Korban terkontaminasi pada kulit atau pakaian oleh bahan kimia, maka si korban
harus diguyur dahulu dengan air pada waktu melepaskan pakaian korban.
2. Korban terkena gas atau asap, maka si penolong harus memakai alat pernafasan.
3. Korban diangkat dengan hati-hati dari daerah yang berbahaya ke daerah yang
lebih aman.

Terhadap luka bakar dapat dilakukan pertolongan sebagai berikut :

1. Bebaskan korban dari penyebab luka bakar;


2. Periksa tanda vital;
3. Tanggalkan semua kain yang melekat pada bagian yang terbakar;
4. Singkirkan segera apa yang mengencang (cincin, gelang dan ikat pinggang)
sebelum bagian itu membengkak;
54
5. Kulit yang terluka bakar segera dilakukan :
a. Pada luka bakar tingkat pertama, siram atau rendam dengan air dingin 10 - 15
menit bila terasa nyeri beri obat anti nyeri.
b. Pada luka bakar tingkat kedua, rendam di air bersih, tutup dengan kain bersih
atau steril, beri balutan longgar , beri obat anti nyeri, beri minum.
c. Kulit yang melepuh tidak boleh dipecahkan.
d. Bila kulit mengelupas oleskan levertran zalf atau salep anti biotik.
6. Pada luka bakar tingkat ketiga, tutup bagian yang terbakar dengan kain atau kasa
steril, baringkan korban dengan kepala lebih rendah. perhatikan keadaan umum
korban dan kirim ke rumah sakit.

B. Luka Bakar Akibat Bahan Kimia


Bahan kimia yang sering menimbulkan luka bakar adalah bahan kimia yang
berupa asam dan basa kuat misalnya asam sulfat (H2504) dan soda api (Na0H). Hal
penting pada pertolongan pertama terhadap korban luka bakar oleh bahan kimia
adalah tindakan agar korban dan penolong tidak mendapatkan bahaya lebih lanjut,
misalnya :
1. Korban terkontaminasi pada kulit atau pakaian oleh bahan kimia, maka si korban
harus diguyur dahulu dengan air pada waktu melepaskan pakaian korban.
2. Korban terkena gas atau asap, maka si penolong harus memakai alat pernafasan.
3. Korban diangkat dengan hati-hati dari daerah yang berbahaya ke daerah yang
lebih aman

Pertolongan kecelakaan yang disebabkan bahan kimia dapat berupa tindakan


umum dan tindakan khusus. Tindakan umum dilakukan terhadap luka bakarnya,
sedangkan tindakan khusus dilakukan untuk menetralkan bahan kimia yang sudah ada
anti dotumnya.

1. Tindakan Umum:
a. Prinsipnya adalah menghilangkan kontak seminimal mungkin dan
mendinginkan kulit untuk mencegah penyerapan.
b. Melepas pakaian korban.
c. Mengguyur bagian yang terpapar dengan air yang mengalir selama 20 menit
dan bila pancaran air tersedia si korban harus diletakkan dibawah pancaran air
55
dan seluruh pakaian harus dibuka dibawah air yang mengalir (pada
penyiraman air mengalir) maka zat kimia tersebut dapat menyentuh kulit
sekitar dengan konsentrasi yang lebih ringan). Minimalkan kontaminasi lanjut
dengan aliran air sedemikian rupa hingga tidak mengenai daerah yang sehat.
d. Jangan menyiram bahan kimia yang bereaksi makin kuat dengan air misalnya
bubuk kaustik soda.
e. Pasang penutup luka stem pada bagian luka.
f. Bila bahan kimia terkena kulit maka segera dicuci dengan air dan sabun
sebanyak mungkin.
g. Bila bahan kimia kena mata maka segera cuci dengan air sebanyak mungkin.
h. Bila bahan kimia tertelan maka usahakan korban muntah dengan memberi air
minum atau susu sebanyak mungkin. Sebagai pengecualian, untuk kasus
tertelan bahan kimia korosif tidak diperkenankan untuk dimuntahkan.
i. Bila terjadi sesak nafas segera longgarkan pakaiannya dan beri oksigen atau
udara segar.
j. Atasi syok bila ada.
k. Rujuk ke fasilitas kesehatan.
2. Tindakan Khusus :

NO ZAT KIMIA PENGOBATAN AWAL ALTERNATIF LAIN


HCL Tutup dengan
1 H2SO4 Basuh dengan air sabun Mg(OH)2 atau Mg
HNO3 trisilikat
Basuh dengan Na HC03 lalu Suntikan Ca-glukonat
Asam Oksalat
2 dengan Hyamin 2% dalam di daerah yang terbakar
Asam Hidroflorat
alkohol-es untuk meredakan nyeri
Asam Khromat Basuh dengan Na-hiposulfit
3 (Chlorox, Na- encer, basuh dengan aair,
hipoklorit) lalu dengan Na-tiosulfat
Kemudian tutup dengan
minyak zaitun (Olive
4 Fenol atau Kresol Basuh dengan Etanol 10%
Oil) minyak nabati atau
minyak jarak

56
Basa (KOH, NaOH Basuh dengan larutan cuka
5
dsb.) encer
6 Garam Dikromat Basuh dengan Na-hiposulfit Lalu oleskan balsam
Lakukan debrimen pada Lalu tutup dengan
7 Garam alkil merkuri
bula, keluarkan cairan minyak
Lalu ditutup dengan
8 Fosfor putih Dengan KMnno4 1:5000
minyak
Bersihkan dengan Bersihkan ter yang
9 Ter antiseptik, tutup dengan terlarut pada 24 jam dan
salep neopolycin 48 jam

C. Luka bakar akibat sengatan listrik


Luka bakar akibat sengatan listrik menyebabkan kehancuran (nekrosis) jaringan
terbatas tetapi dalam. Selain luka bakar, sengatan listrik sering menimbulkan renjatan
syaraf (syok neurogenik) dan fraktur tulang.
Penanganan luka bakar akibat sengatan listrik berupa pembersihan luka dengan cairan
antiseptik misalnya betadin, dan segera krim ke pelayanan kesehatan lebih lanjut. Perlu
mendapat perhatian bahwa luka bakar tampak kecil tetapi kerusakan di jaringan tubuh
cukup luas.
Penanganan luka bakar akibat sengatan listrik:
 Nilai keamanan tempat kejadian dan keselamatan diri penolong (jangan lupa
memutus sumber arus);
 Lakukan penilaian dini;
 Periksa dan cari luka bakar di daerah listrik masuk dan tempat listrik keluar;
 Pembersihan luka dengan cairan antiseptik misalnyabetadin;
 Tutup luka dengan penutup luka steril;
 Atasi syok; bila ada;
 Segera kirim ke pelayan kesehatan lebih lanjut.

Catatan:

Penolong harus siap melakukan RJP pada penderita yang tersengat listrik. Penderita harus
dipantau dengan ketat; karena henti napas dan jantung sering berulang
57
PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K)

DI TEMPAT KERJA

TERHADAP GANGGUAN UMUM

I. PENDAHULUAN

Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) ditujukan untukmemberikan perawatan


darurat bagi para korban, sebelum pertolongan yang lebih lengkap diberikan dokter atau
petugas kesehatan lainnya dengan fasilitas dan peralatan yang lebih lengkap. Tindakan yang
diambil dalam P3K tidaklah bertujuan untuk menangani sampai selesai, meskipun demikian
usaha-usaha yang dijalani harus dilakukan semaksimal mungkin. Penggunaan teknologi yang
mutakhir ternyata juga membawa akibat sampingan berupa berbagai macam kecelakaan.
Pengenalan akan sifat-sifat kecelakaan serta teknik-teknik pertolongannya mungkin akan
dapat menyelamatkan jiwa para korban. Salah satu bentuk kecelakaan kerja yang perlu
mendapatkan pertolongan pertama adalah gangguan umum berupa : gangguan pernapasan,
gangguan sirkulasi atau peredaran darah dan gangguan kesadaran.

II. GANGGUAN UMUM DAN PENANGANANNYA


A. Gangguan Pernapasan
1. Sistem Pernapasan

Sistem pernapasan manusia terdiri dari hidung atau mulut, batang tenggorokan
(trakhrea), paru-paru dan pembuluh darah pulmoner. Pernapasan merupakan suatu
proses menghirup oksigen diudara bebas kemudian menukarnya dengan karbon
dioksida yang merupakan produk sampingan yang ada di paru-paru dan di sel-sel
tubuh dengan cara menghembuskannnya keluar lewat hidung atau mulut. Ketika
bernapas, udara dihirup melalui hidung dan mulut ke jalan napas dan paru-paru.
Dalam paru-paru oksigen dialihkan dari kantong udara (alveoli) ke pembuluh
kapiler pulmoner. Pada saat yang sama karbon dioksida dilepas dari pembuluh
kapiler ke alveoli yang dikeluarkan ketika kita menghembuskan napas. Paru-paru
pria dewasa mampu menampung ± 6 liter dan wanita ± 4 liter.

Proses pernapasan terdiri dari menarik napas (inspirasi) dan menghmbuskan


(ekspirasi). Proses pernapasan tediri dari menarik napas (inspirasi) dan
menghembuskan (ekspansi). Perbedaan tekanan udara di paru-paru dan udara di luar

58
tubuh menentukan udara dihirup atau dihembuskan. Jika tekanan udara di paru-paru
lebih rendah daripada diluar tubuh udara dihirup, jika lebih tinggi udara
dihembuskan. Tekanan udara di paru-paru diubah oleh gerakan dua rangkaian otot
utama yang berhubungan dengan pernapasan : otot-otot Interkostal dan diafragma.

Pernapasan diatur oleh sel-sel saraf otak yang disebut pusat pernapasan
(respirasi). Pusat ini tanggap akan perubahan kadar karbon dioksida dalam darah.
Jika kadarnya naik, pusat pernapasan akan menanggapinya dengan merangsang otot
interkostal dan diafragma agak berkontraksi sehingga terjadilah pernapasan. Dalam
kondisi normal kecepatan pernapaan diatur secara sadar, tapi dalam kondisi yang
tidak normal dapat juga diubah sebagai respon bila terjadi peningkatan kadar karbon
dioksida atau kadar oksigen rendah seperti pada kondisi stress, olahraga. cedera atau
penyakit.

2. Hipoksia

Hipoksia adalah suatu keadaan dimana tubuh kekurangan gas oksigen sehingga
bisa tingkat keparahannya. Jika tidak ditangani segera hipoksia berpotensi
mematikan karena dlperlukan kadar oksigen yang cukup agar seluruh organ dan
jaringan tubuh dapat berfungsi normal. Pada orang sehat, jumlah oksigen di udara
sudah lebih dari cukup untuk seluruh organ dapat berfungsi normal. Orang sakit
atau cedera yang dapat mengalami gangguan suplai oksigen, sehingga oksigen yang
mencapai jaringan tubuh berkurang, mencapai jaringan tubuh berkurang, dan fungsi
tubuh dapat menurun. Hipoksia mengurangi kemampuan korban berpikir jelas, tapi
tubuh menanggapinya dengan menambah kecepatan dan kedalaman pernapasan.
Namun jika pasokan oksigen ke sel-sel otak terhenti 3 menit saja, sel-sel otak akan
mati. Beberapa gejala dan tanda apabila terjadi hipoksia:

a. Pernapasan cepat atau terganggu atau tersengal-sengal;


b. Sulit berbicara;
c. Kulit berwama biru-kelabu (sianosis) mulai pada lapisan luar misalnya bibir,
bantalan kuku. cuping telinga. Jika bertambah parah sianosi menjalar ke
seluruh tubuh;
d. Gelisah;
e. Mual dan muntah-muntah;
59
f. Pernapasan terhenti jika hipoksia tidak segera ditangani segera ditangani.

Kondisi Penyebab Hipoksia


Kondisi Penyebab
Udara kekurangan oksigen - Sesak napas akibat asap

- Perubahan tekanan atmosfir (di


ketinggian atau kedalaman laut atau
tanah)
Jalan napas tersumbat - Penyumbatan atau pembengkakan jalan
napas
- Tergantung atau tercekik
- Benda asing pada saluran napas
- Asma
- Tersedak
- Reaksi anafilaksis
Gangguan dinding dada - Dada remuk (tertintindih, tertekan benda
berat)
- Cedera dinding dada (patah tulang
rusuk, luka bakar)
Gangguan fungsi paru-paru - Cedera paru-paru
- Paru-paru kolaps
- Infeksi paru-paru
Kerusakan otak atau saraf pengendali - Cedera kepala atau stroke
pernapasan - Keracunan
- Kelumpuhan pusat pernapasan
Gangguan penyerapan oksigen oleh - Keracunan karbon monoksida atau
jaringan sianida
- Shock

60
3. Tersedak

Jalan napas tersumbat jika ter dapat benda yang melekat di belakang
tenggorokan atau tersumbat dari luar yang mengakibatkan tersedak. Penyebab
utama sumbatan jalan napas adalah :

a. Tertelan benda asing seperti makanan, gigi palsu;


b. Tersumbat oleh lidah ketika korban pingsan;
c. Pembengkakan ditenggorokan karena terbakar, terkena cairan panas atau
reaksi anafilaksis;
d. Cedera diwajah atau rahang;
e. Asma;
f. Tekanan dari luar pada leher.

Gejala dan tanda untuk mengenali apabila terjadi sumbatan jalan napas yaitu:

a. Wajah hipoksia (warna biru-kelabu) atau sianosis;


b. Sulit berbicara dan bernapas;
c. Napas berbunyi;
d. Wajah sembab atau kemerahan:
e. Gejala kebingungan misalnya kedua tangan memegang leher yang tersumbat;
f. Cuping hidung mengembang;
g. Batuk kering terus-menerus.

Apabila terjadi situasi tersebut diatas, korban harus sesegara mungkin diberikan
pertolongan untuk menyelamatkan korban dari bahaya yang lebih fatal. Adapun
sasaran pertolongan yang akan diberikan adalah: benda penyumbat, memulihkan
pernapasan kembali normal dan mengirimkan korban ke rumah sakit. Langkah
langkah tindakan pertolongan yang bisa dilakukan adalah:

a. Keluarkanlah benda penyumbat jika diluar atau terlihat dalam mulut;


b. Jika korban sadar dan bernapas normal, tenangkanlah tetapi terus diamati.
Pantau dan catat tanda vitalnya, yaitu kesadarannya, nadi dan pernapasan.
Bersiaplah untuk memberikan napas bantuan dan kompresi dada (Resusltasi)
jika diperlukan;

61
c. Sekalipun korban tampak pulih, usahakan mengirimkan korban ke rumah sakit
atau fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih lengkap.

Adapun beberapa teknik dan cara mengeluarkan banda asing yang menyumbat
saluran napas bagian atas:

a. Membersihkan dengan jari


 Miringkan korban;
 Buka mulut dan tahan gigi atas dan bawah dengan ibu jari tangan, dan
telunjuk;
 Masukkan telunjuk lain menyusuri tepi bagian dalam pipi ke
tenggorokan dan bagian dalam lidah;
 Dengan gerakan kait dari belakang tenggokan, keluarkanlah sumbatan.

b. Menekan perut (posisi berdiri, duduk, tidur)

Posisi duduk/berdiri

 Penolong berdiri di belakang korban, lingkarkan tangan pada pinggang


korban;
 Letakkan tangan penolong diantara busur iga keluarkanlah sumbatan;
 Tekan ke atas 45°;
 Bila perlu ulangi beberapa kali.

Posisi baring

 Terlentangkan korban;
 Penolong berlutut dekat pinggul atau mengangkang diatas tubuh korban;
 Tempatkan tumit tangan antara busur iga dan pusar dengan jari-jari
mengarah ke dada;
 Dengan bantuan tenaga dari bahu tekanlah ke arah atas 45°,
 Bila perlu ulangi beberapa kali.

c. Memukul punggung

Posisi duduk/berdiri
62
 Penolong berdiri di belakang korban;
 Tempatkan satu tangan di depan dada korban sebagal penyangga;
 Sandarkan dada korban pada penolong;
 Bungkukkan badan korban agar kepala lebih rendah dari dada;
 Beri pukulan kuat dengan tumit tangan sebanyak 4 kali;
 Bila perlu ulangi.

Posisi berbaring

 Penolong berlutut di samping korban;


 Gulingkan korban agar dada korban tertahan lutut penolong;
 Lakukan pukulan punggung dengan cara yang sama.

4. Asma

Pada serangan asma, otot-otot saluran udara dalam paru-paru mengejang dan
lapisan jalan napas membengkak. Akibatnya jalan napas menyempit, menyulitkan
pernapasan. Kadang-kadang terdapat pemicu serangan misalnya alergi, obat-obatan
tertentu, asap rokok, dan sebagainya. Pada saat lain pemicu tidak tampak jelas,
banyak penderita asma mengalami serangan mendadak pada malam hari. Penderita
asma biasanya menangani sendiri gangguannya jika status asmanya sudah diketahui
dengan menggunakan obat-obatan khusus misalnya inhaler yang mengandung
bronkhodilator.

Untuk mengenali dan mengetahui seseorang yang terserang asma, kita harus
mengetahui gejala dan tandanya antara lain:

a. Sulit bernapas dengan waktu menghembuskan napas sangat panjang;


b. Napas berbunyi;
c. Sulit berbicara;
d. Cemas dan gelisah;
e. Batuk;
f. Berkeringat dingin;
g. Pada serangan yang parah bisa berakibat kelelahan sampai tak sadarkan diri.

63
Langkah-Iangkah pemberian pertolongan yang harus dilakukan untuk korban
dengan serangan asma:

a. Tetap tenang dan tenangkan korban, berikan ruang dengan udara yang segar
dan cukup oksigen. Bantu korban memberikan obat yang dibawanya.
b. Bila korban sadar posisikan dengan senyaman mungkin, dengan posisi
duduk atau setengah tidur. Jangan baringkan korban.
c. Bila penderita tidak sadar segera siapkan pertolongan atau rencana tindakan.
d. Segera panggil ambulans dan kirim korban ke rumah sakit.

5. Bantuan pernafasan

Apabila ditemukan keadaan korban dangan nadi-Iemah tapi tidak bernafas, -.


harus dilakukan pemberian bantuan pernafasan. Frekuensi pemberian nafas buatan
berdasar usia dari korban. Pada bayi baru lahir bantuan nafas dilakukan 40x
permenit masing-masing 1 - 1,5 detik, bayi (0 - 1 tahun) berikan bantuan nafas lebih
dari 20x permenit masing-masing 1- 1,5 detik, anak (1 - 8 tahun) berikan bantuan
nafas dari 20x permenit masing-masing 1 - 1,5 detik, untuk dewasa berikan bantuan
nafas lebih dari 10 – 12x permenit masing-masing 1,5 - 2 detik

B. Gangguan Peredaran Darah atau Sirkulasi


1. Sistem Peredaran Darah atau Sirkulasi

Sistem sirkulasi terdiri dari jantung dan pembuluh-pembuluh darah. Struktur


ini memberikan dan memasok tubuh dengan aliran darah yang membawa
oksigen dan zat-zat gizi kedalam jaringan dan membawa pergi produk limbah.
Darah dipompa keseluruh tubuh oleh kontraksi otot jantung dimana darah
mengalir melalui pembuluh yang dibagi menjadi 3(tiga) jenis yaitu: arteri, vena
dan kapiler. Kekuatan yang ditimbulkan oleh darah melalui arteri utama disebut
tekanan darah. Tekanan darah bervariasi sesuai dengan kekuatan dan fase
denyut kekenyalan arteri, volume dan kepekatan darah.

Jantung memompa darah dengan kontraksi otot yang disebut denyut jantung
yang dikendalikan oleh rangsangan listrik. Setiap denyut mempunyai tiga fase:
diastole yaitu ketika darah masuk ke dalam jantung, atrial sistole yaitu ketika

64
darah diperas dari atrium (bilik pengumpul), dan ventricular sistole yaitu ketika
darah keluar dari jantung.

Komposisi darah dalam tubuh seorang dewasa terdapat sekitar 5 - 6 liter,


atau 1 liter setiap 13 kg berat badan. Kira-kira 55% dari darah berupa cairan
plasma yang berwarna kuning jernih. Dalam cairan ini terlarut sel-sel darah
merah dan putih dan trombosit yang merupakan 45% volume darah.

2. Shock

Shock merupakan kondisi yang mengancam nyawa bila sistem sirkulasi


tidak berfungsi. Hal ini dapat berakibat organ vital seperti jantung dan otak
kekurangan oksigen. Untuk mencegah terjadinya kerusakan permanen dari
organ tadi maka keadaan ini harus segera ditangani.

Penyebab shock yang paling umum adalah kehilangan darah dalam jumlah
besar. Jika kehilangan darah melebihi 1,2 liter yaitu seperlima volume darah
normal, dapat terjadi shock. Tingkat kehilangan darah ini dapat terjadi karena
luka parah pendarahan tersembunyi pada organ-organ dalam darah mengalir dari
rongga tubuh atau perdarahan dari pembuluh darah yang rusak akibat patah
tulang atau fraktur tulang tertutup.

Kehilangan cairan tubuh yang lain juga bisa berakibat shock misalnya diare,
muntah-muntah, penyumbatan usus dan luka bakar. Selain itu shock juga dapat
terjadi karena sakit jantung yang parah, serangan jantung atau gagal jantung
akut. Penyebab shock lain termasuk infeksi, kekurangan hormon tertentu, kadar
gula darah yang rendah (hipoglikemia), hipotermia, reaksi alergi parah (shock
anafilaksis), pemakaian narkoba berlebihan dan cedera tulang punggung.

Untuk mengenal dan mengetahui apabila seseorang mengalami shock, gejala


dan tandanya adalah :

a. Nadi cepat,
b. Kulit pucat, dingin, lengket, berkeringat,
c. Sianosis
d. Lemah dan pusing,

65
e. Mual dan muntah-muntah,
f. Haus,
g. Pernapasan cepat dan dangkal,
h. Nadi lemah,
i. Gelisah dan agresif,
j. Menguap dan terengah-engah,
k. Pingsan.

Dalam penanganan korban yang mengalami shock beberapa langkah yang


harus dilakukan dengan segera adalah:

a. Bawa ke tempat teduh dan aman;


b. Terlentang, tungkai tinggikan 20 - 30 cm;
c. Longgarkan pakaian;
d. Beri selimut;
e. Tenangkan penderita;
f. Pastikan jalan nafas dan pernafasan baik;
g. Beri oksigen bila ada;
h. Periksa tanda vital berkala;
i. Rujuk ke fasilitas kesehatan.

3. Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyakit nomor satu yang
menyebabkan kematian. Penyakit ini biasanya ditandai nyeri dada atau rasa tidak
enak disekitar dada. Nyeri dada ini biasa disebut dengan angina pectoris.

Istilah angina berarti penyempitan di dada. Angina terjadi jika pembuluh arteri
koroner yang memasok darah ke otot jantung menyempit dan tidak sanggup
membawa cukup banyak darah untuk memenuhi kebutuhan ketika sangat
diperlukan. Untuk mengenali dan mengetahui apabila seseorang mengalami angina,
beberapa tanda dan gejala yang sering muncul yaitu :

Nyeri seperti diremas di dada sebelah kiri, sering menyebar ke rahang dan
lengan kiri, bisa sampai ke punggung.

66
a. Nyeri berkurang jika beristirahat
b. Sesak napas
c. Lemah, biasanya terjadi secara mendadak
d. Gelisah

Langkah-langkah pertolongan yang dapat dilakukan adalah:

a. Duduk dan istirahatkan korban


b. Longgarkan pakaian
c. Bila ada obat, berikan
d. Bila nyeri lebih dari 10 menit dapat berarti serangan jantung
e. Kirim ke dokter atau rumah sakit

4. Serangan Jantung

Serangan jantung paling sering disebabkan oleh penyumbatan tiba-tiba pasokan


darah ke bagianbagian otot jantung, misalnya karena bekuan dalam pembuluh arteri
koroner (trombosis koroner). Risiko utamanya adalah jantung berhenti berdenyut.
Dampak serangan jantung bergantung pada seberapa parah otot jantung terganggu,
tapi banyak korban yang sembuh total. Obat seperti aspirin dan obat-obatan yang
menghancurkan bekuan digunakan untuk memperkecil kerusakan otot jantung.

.Untuk mengetahui dan mengenali seseorang yang mengalami serangan jantung,


terdapat beberapa gejala dan tanda yaitu:

a. Nyeri seperti dirernas di dada sebelah kiri, sering menyebar kerahang dan
lengan kiri, bisa sampai ke punggung;
b. Tidak seperti angina, rasa nyeri tidak berkurang walau korban beristirahat;
c. Sesak napas;
d. Pusing atau sakit kepala mendadak;
e. Kolaps atau roboh mendadak;
f. Serasa akan mati;
g. Kulit pucat dan bibir kebiruan atau sianosis;
h. Denyut nadi cepat, lemah dan tidak beraturan;
i. Berkeringat banyak;

67
j. Terengah-engah seperti kekurangan udara.

Jika didapatkan keadaan korban seperti itu, langkah-langkah yang dapat dilakuakan
adalah:

a. Bila sadar posisikan korban dalam posisi duduk;


b. Bila denyut nadi lemah, cepat, kepala rasa ringan posisikan stabil;
c. Bila tak sadar posisikan stabil;
d. Kirim ke dokter atau rumah sakit;

5. Henti Jantung atau mati mendadak


Henti jantung merupakan suatu keadaan dimana jantung berhenti berkontraksi
karena kelebihan beban kerja sehingga terjadi kegagalan dari otot jantung. Henti
jantung adalah suatu keadaan yang berakibat kematian. Biasanya henti jantung
terjadi disebabkan antara lain oleh kelelahan, stress, peningkatan tekanan darah, dan
sebagainya.
Gejala dan tanda henti jantung atau mati mendadak ini adalah: Cepat hilang
kesadaran, tidak ada nafas dan tidak ada nadi.
Pertolongan yang dapat dilakukan yaitu: Resusitasi jantung dan paru (RJP) dan
langsung mengirim penderita ke rumah sakit untuk mendapatkan tindakan medis.

C. Posisi Pemulihan
Berikut posisi pemulihan atau stabil bila harus dilakukan
Cara :
 Miringkan korban
 Tempatkan tangan sebagai penopang kepala.
 Tekuk tungkai untuk mencegah korban bergulir

Kapan dilakukan :

 Penderita tidak sadar, bernafas, tanpa trauma

Mengapa dilakukan:

 Mencegah lidah menyumbat jalan nafas


 Mencegah aspirasi muntah
68
 Memperlancar keluar cairan asing

D. Gangguan Kesadaran
1. Pingsan
Pingsan adalah kehilangan kesadaran sebentar karena berkurangnya aliran
darah ke otak. Pingsan dapat merupakan reaksi terhadap rasa nyeri. kelelahan,
kekurangan makanan, atau tekanan emosional. Keadaan tidak bergerak terutama
pada suasana panas juga dapat menyebabkan pingsan. Hal Ini disebabkan karena
darah tertimbun dikaki sehingga mengurangi jumlah darah yang mencapai otak.
Jika seseorang pingsan, denyut nadinya menjadi sangat lambat, namun
kecepatannya segera bertambah dan pulih kembali jika penyebabnya segera
ditangani.

Beberapa gejala dan tanda yaitu:

a. Limbung, lemas
b. Pandangan kabur, Telinga berdenging
c. Perasaan panas dan dingin
d. Menguap, hilang kesadaran sesaat
e. Denyut nadi lambat, lemah

Langkah penanganan yang dapat dilakukan adalah:

a. Baringkan korban dan tinggikan tungkainya


b. Longgarkan pakaian korban
c. Bila pulih; istirahatkan beberapa menit
d. Bila tidak pulih, periksa nafas dan nadi, posisikan stabil dan bawa ke
fasilitas kesehatan terdekat.

2. Perubahan Kadar Gula Dalam Tubuh

Kadar gula dalam tubuh diperlukan untuk proses metabolisme, pembakaran


dan menghasilkan energi. Bila gula darah dalam tubuh terlalu tinggi ataupun
terlalu rendah maka hal ini dapat menyebabkan perubahan fungsi tubuh menjadi
tidak normal.

69
a. Hiperglikemia (gula darah tinggi), beberapa tanda dan gejala apabila korban
mengalami hiperglikemia:
- Lapar atau haus
- Sering buang air kecil
- Nadi cepat dan lemah
- Napas berbau aseton
- Perubahan kesadaran dari bingung, bicara mengacau, limbung sampai
menjadi tidak sadar
b. Hipoglikemia (gula darah rendah), beberapa tanda dan gejala apabila korban
mengalami hipoglikemia:
- Lapar
- Nadi cepat
- Sakit kepala
- Kulit dingin, keriput
- Bertindak aneh, agresif, gelisah
- Berbicara mengacau, limbung
- Kelang-kejang

Langkah penanganan yang dapat dilakukan

- Lakukan penilaian dini, awasi jalan nafas dan pernafasan


- Beri korban sadar, beri minum manis dan tanyakan penyakit yang diderita
- Bawa segera korban ke fasilitas kesehatan terdekat.

E. Tingkat Kesadaran

Dalam penanganan korban, salah satu langkah yang harus dilakukan adalah
mengawasi tanda vital korban termasuk kesadarannya. Berikut beberapa tingkat
kesadaran manusia yaitu:

a. Delirium:
- Penurunan kesadaran
- Aktivitas psikomotor abnormal
- Siklus tidur terganggu
- Gaduh gelisah, kacau, disorientasi, teriak, meronta
70
b. Stupor:
- Kantuk dalam
- Bisa dibangunkan dengan rangsangan kuat lalu menurun
- Tidak ada jawaban verbal
- Ada gerakan spontan
- Gerak motorik baik
c. Somnolen:
- Mengamuk
- Kesadaran pulih
- Mampu memberikan jawaban verbal
- Menangkis rasa nyeri
d. Koma:
- Tidak ada gerakan spontan
- Tidak ada jawaban terhadap rangsangan nyeri

1. Cedera Kepala

Kepala manusia terdiri dari tulang tulang tengkorak dan tulang tulang wajah. Tulang
tengkorak saling menyambung membentuk sendi yang tidak bergerak dan berfungsi
melindungi otak. Dari otak keluar bumbung saraf (spinal cord) melalui suatu lubang yang
langsung berhubungan dengan tulang belakang. Otak dilapisi oleh cairan serebrospinal
yang juga mengalir kebelakang. Semua cedera kepala memiliki potensi menjadi serius
bila tidak dilakukan penanganan dengan baik dimana keadaan yang awalnya ringan dapat
mengancam jiwa. Cedera kepala juga bisa berakibat gegar otak dan kompresi otak.

Cedera kepala secara umum dapat terbagi 3 yaitu:

a. Cedera kepala sederhana atau ringan, kepala mengalami benturan yang cukup
keras namun tidak terjadi kerusakan tengkorak dan otak.
b. Patah tulang tengkorak. bisa patah tulang terbuka atau tertutup
c. Cedera otak (disertai patah tulang tengkorak), cedera bisa langsung pada otak
atau secara tidak langsung.

Gejala dan tanda pada cedera kepala yang perlu diketahui dan dikenali adalah:

71
a. Perubahan respon kesadaran
b. Gangguan pernapasan
c. Sakit kepala, pusing yang muncul setelah benturan
d. Mual dan muntah
e. Gangguan penglihatan
f. Kejang
g. Perubahan tanda vital
h. Luka
i. Kehilangan rasa dan gangguan fungsi motoric
j. Hilang kesadaran

Penanganan yang dapat dilakukan:

a. Bila tidak sadar:


 Posisikan stabil
b. Bila sadar:
 Baringkan dan istirahatkan penderita
 Awasi nafas dan sirkulasi
 Topang kepala dan leher
 Bila darah dari telinga tutup ringan dengan kasa
 Rujuk ke fasilitas kesehatan

2. Cedera Spinal

Tulang belakang terdiri dari 33 ruas yang saling bertumpu, membentuk rongga tulang
belakang yang didalamnya berjalan bumbung saraf sang merupakan saluran utama saraf
utama dari otak menuju seluruh tubuh dan sebaliknya. Tulang belakang dapat mengalami
cedera di semua bagian dengan cara bervariasi. Semua cedera yang berhubungan dengan
tulang belakang bisa disebabkan oleh benda tumpul, jatuh dari ketinggian, kecelakaan
lalu lintas dan sebagainya.

Gejala dan tanda pada cedera spinal adalah:

a. Perubahan bentuk pada kepala atau leher


b. Kelumpuhan pada alat gerak

72
c. Gangguan persyarafan pada alat-gerak
d. Nyeri pada atau dibawah tempat cedera
e. Hilang atau berubah sensasi
f. Hilangnya kemampuan mengendalikan buang air besar dan atau kecil
g. Sulit bernapas
h. Dapat terjadi syok
i. Hilang atau kelemahan gerakan

Penanganan yang dapat dilakukan adalah:

a. Analisa mekanisme terjadinya cedera


b. Lakukan stabilisasi manual kedudukan netral satu garis
c. Lakukan penilaian dini
d. berikan oksigen

Bila tak sadar:

 Perhatikan sirkuIasi dan nafas, buka dan bersihkan bila ada sumbatan
 Posisikan stabil

Bila sadar:

 Tenangkan dan longgarkan


 Jangan gerakkan kecuali ada bahaya
 Topang kepala leher dengan tangan penolong
 Perlu bantuan medis

73
PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K)

DI TEMPAT KERJA

TERHADAP GANGGUAN KHUSUS

I. PENDAHULUAN

Salah satu sumber bahaya di tempat kerja adalah adanya bahaya aliran listrik dan
lingkungan kerja pada ruang tertutup dan terbatas (cofined space). Sumber bahaya di tempat
kerja menjadi penyebab terjadinya kasus kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Maka dari itu
tenaga kerja perlu mendapatkan pedindungan yang memadai dari kecelakaan dan sakit yang
dapat terjadi sewaktu-waktu. Untuk menangani kecelakaan kerja yang terjadi juga diperlukan
pengetahuan dan keterampilan dalam bidang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K).

Untuk penanganan pertolongan pertama kasus cedera akibat sengatan listrik dan
pertolongan pertama kecelakaan di ruang tertutup dan terbatas perlu mendapatkan
pengetahuan dan ketrampilan khusus. Untuk itu sebagai calon petugas P3K ditempat kerja
harus mendapatkan materi ini.

Dengan mengetahui cara pertolongan yang benar berkaitan dengan sumber bahaya
tersebut diatas diharapkan pertolongan pertama dapat dilakukan dengan baik tanpa
membahayakan keselamatan diri petugas P3K.

II. P3K PADA CEDERA AKIBAT LISTRIK

Pertolongan pertama akibat cedera listrik perlu mendapatkan pertolongan dengan cara
cepat dan tepat serta aman baik terhadap korban maupun petugas penolongnya. Sering
pekerja atau buruh mengetahui adanya sumber bahaya ini, tetapi tidak mengerti bagaimana
cara mencegah dan pengendaliannya. Begitu juga pada waktu terjadi kecelakaan oleh karena
keadaan panik maka pelaksanaan pertolongannya terjadi kesalahan dan korban serta
penolongnya menjadi cedera bahkan meninggal dunia.

74
Banyak tempat kerja yang terdaat sumber bahaya listrik, balk dengan sumber listrik
dengan tegangan rendah, tinggi maupun ektra tinggi, maupun dengan arus searah maupun
bolak balik. Hal tersebut akan mempengaruhi tingkat pajanan dan keparahan korban.

A. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPARAHAN PADA ClDERA AKIBAT


LISTRIK

Apabila seseorang terkena aliran listrik akan terjadi cidera dengan tingkat
keparahan berbeda-beda tergantung beberapa hal antara lain:

1. Voltage (Kekuatan listrik)


2. Amper (Arus listrik)
3. Type Arus (searah atau bolak-balik)
4. Lama Kontak
5. Area Kontak
6. Jalan Arus
7. Banyaknya Jaringan Resistance
Di dalam tubuh terdapat jaringan yang konduktor dan non konduktor
8. Kandungan Air Dalam Jaringan
Seperti diketahui bahwa air adalah bahan yang sangat konduktor.

Tubuh manusia terdapat beberapa jaringan yang berbeda, yaitu jaringan yang
dapat menghantar listrik (konduktor) dan jaringan yang tidak menghantar listrik (tidak
konduktor atau resisten). Tingkat ketahanan tubuh manusia satu orang dengan orang
lain akan berbeda-beda tergantung keadaan tubuh, lingkungan dan kondisi cuaca.
Tingkat resistensi menurun apabila kondisi kulit itu basah misalnya karena keringat
atau kontak dengan air. Jaringan dalam tubuh resistensinya menurun apabila
jaringannya rusak. Adapun jaringan tubuh yang konduktor adalah pembuluh darah
dan otot. Sedangkan jaringan yang tidak konduktor adalah tulang, kulit kering, syaraf
tepi.

Arus merupakan faktor yang mematikan pada kejutan listrik. Tegangan hanya
berperan untuk menentukan banyaknya arus yang akan mengalir melalui resistansi
tubuh. Arus yang dibutuhkan untuk menyalakan lampu 10 watt adalah lebih dari 8
sampai 10 kali arus dibandingkan arus yang dapat membunuh manusia. Tegangan 120

75
V adaIah cukup untuk menyebabkan arus mengalir yang dapat membunuh manusia.
Berikut ini nilai resistansi tubuh terhadap arus listrik.

B. AKIBAT SENGATAN LISTRIK

1. Akibat arus searah:


Secara umum akibat tersengat arus searah adalah terjadinya perubahan elektrolit
dalarn tubuh. Tetapi keadaan ini juga akan mempengaruhi system dalam tubuh
kita tergantung berbagai hal seperti tersebut diatas. Hal ini berbeda dengan akibat
tersengat arus bolak-balik.
2. Akibat Arus bolak balik
Pada orang yang terkena arus bolak-balik akan terjadi kejang otot, berkeringat,
kerusakan jaringan, vertrikel fibrilasi sampai henti jantung, otak kurang O2 dan
meninggal. Pada voltage dan frequensi 100 v & 60 Hz menyebabkan ventrical
fibrillation, voltage tinggi dapat menyebabkan paralysis pernafasan, arus diatas 20
mA dapat menyebabkan kontraksi otot pernafasan dada, dan lain-lain. Secara
lebih lengkap dapat dilihat pada table berikut dari beberapa sumber.
Tabel 1. Akibat arus bolak-balik:
BESAR ARUS (mA) AKIBAT
0,5 mA  Dirasakan
Lebih dari 3 mA  Panful shock
 Kontraksi otot “no-let-go”danger,
 0,1 detik tidak terjadi gangguan
Lebih dari 10 mA  0,5 detik kelumpuhan sementara,
pernafasan, pingsan
 1 detik verticel fibrilasi
Lebih dari 30 mA  Iung paralysis – usually temporary
 Possible ventricular fibrilasi (heart
Lebih dari 50 mA
dysfunction, usually fatal)
100 mA sampai 4 amps  Certain ventricular fibrillation, fatal
 Heart paralysis; severe burns.
Lebih 4 amps
Usually caused by>600 volts

76
Tabel 2. Akibat arus bolak-balik:
CURRENT (mA) EFFECT
0,5 – 2  Dirasakan
 Terasa nyeri sesuai
2 – 10
meningkatnya arus
 Kejang dan tidak dapat
melepaskan
10 – 25  Meningkatkan tekanan darah
 Berbahaya disebabkan sesak
nafas karena kontraksi otot
 Kontraksi otot lebih berat
 Kadang tulang rawan patah
25 – 80  Peningkatan tenaga darah
 Hilang kesadaran disebabkan
gangguan jantung dan paru-paru
 Tempat terkena aliran terbakar
Over 80  Meninggal karena ventricular
vibrilation

C. GEJALA DAN TANDA AKIBAT SENGATAN LISTRIK.

Untuk mengetahui apakah seseorang terkena aliran listrik dapat diperiksa dengan
menemukan gejala dan tanda antara lain:

1. Cidera (luka bakar akibat listrik masuk dan keluar)


2. Mati klinis (hilang kesadaran, henti nafas, henti Jantung)
3. Kerusakan jaringan (kulit atau sub kutis, saraf, otot, tulang patah, mata, ginjal,
saluran pencernaan, pembuluh darah, jantung atau irama, konduksi infark)
4. Kejang (kontraksi otot tidak teratur)
5. Gelisah, nyeri otot, kelumpuhan, gangguan penglihatan.

77
D. TINDAKAN PERTOLONGAN PADA KONDISI DARURAT BAHAYA
LISTRIK

Pendekatan kecelakaan

1. Jangan panik dalam menghadapi situasi kecelakaan


2. Hubungi pihak berwenang secepat mungkin
3. Jika memungkinkan, minta bantuan dari personil yang ahli dalam kelistrikan
4. Mendekati lokasi kejadian kecelakaan secara hati hati

Penilaian lokasi kejadian

1. Lakukan pemeriksaan korban secara visual untuk mendeteksi apakah korban


masih terhubung dengan konduktor yang aktif
2. Permukaan metal, obyek obvek yang dekat dengan korhan atau permukaan tanah
itu sendiri memungkinan masih mengeluarkan energi listrik
3. Anda bisa menjadi korban jika anda menyentuh korban yang masih teraliri listrik
atau permukaan masih bersifat konduktif
4. Jangan menyentuh korban atau permukaan yang bersifat konduktif jika mereka
masih teraliri listrik
5. Putuskan aliran listrikjika memungkinkan.

Metode Pemutusan Aliran Listrik

1. Kabel ekstensi atau kabel power kemungkinan memberikan aliran listrik pada
peralatan elektris portabel
2. Putuskan sambungan pada peralatan listrik portabel untuk menghilangkan energi
listrik
3. Putuskan aliran listrik pada MCB atau circuit breaker untuk menghilangkan energi
listrik pada peralatan elektris tetap.

Bahaya Listrik dan Solusinya

1. Waspada terhadap bahaya seperti energi yang tersimpan, panas permukaan dan
api
2. Apabila anda tidak bisa memutus aliran listrik, tingkatkan kewaspadaan anda
3. Pastikan tangan dan kaki anda dalam keadaan kering
78
4. Jika tersedia, gunakan perlengkapan pelindung seperti sarung tangan khusus
tegangan rendah dan sepatu khusus
5. Berdiri pada permukaan yang bersih dan kering
6. Pergunakan material non konduktif untuk menjauhkan korban dari konduktor.

Penyelamatan pada tegangan tinggi

1. Dibutuhkan pelatihan khusus untuk penyelamatan pada tegangan tinggi


2. Wajib menggunakan perlengkapan pelindung seperti sarung tangan khusus
tegangan tinggi dan sepatu khusus
3. Sebaiknya menggunakan alat khusus yang telah terisolasi

Alat -alat yang telah terisolasi

1. Alat-alat yang telah terisolasi dengan. rating tegangan tinggi dapat


menyelamatkan korban jiwa
2. Pergunakan peralatan seperti hot sticks atau shotgun sticks untuk menjauhkan
korban dari konduktor yang masih mengalirkan listrik
3. Pada beberapakasus, tali atau kabel non konduktif dapat digunakan untuk
menjauhkan korban dari konduktor.

Penyelamatan korban

1. Jika memungkinkan berdiri pada lapisan karet yang kering atau material lain yang
tidak mengalirkan listrik
2. Jangan menyentuh korban ataupun material yang bersifat konduktif yang berada
di dekat korban hingga aliran listrik diputus
3. Ketika aliran listrik telah diputuskan, periksa korban untuk menentukan apakah
korban harus dipindahkan
4. Berikan pertolongan pertama pada kecelakaan kepada korban.

Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan

1. Korban mungkin memerlukan pernafasan buatan (CPR)


2. Apabila korban masih bernafas dan nadinya masih berdenyut, berikan pertolongan
pertama untuk luka korban sesuai jenis dan kondisi luka
3. Bila korban mengalami syok, tangani segera
79
4. Pastikan korban mendapatkan perawatan medis secepat mungkin
5. Berikan personil medis informasi mengenai level tegangan, durasi shock dan titik
masuk serta titik keluar sengatan listrik. Dokter yang menangani korban harus
mendapatkan informasi yang detil dan spesifik agar dapat mendiagnosa dan
merawat korban dengan baik. Dokter akan memutuskan apakah korban akan
dikirim ke "Pusat Trauma atau Luka Bakar”.

III. P3K PADA RUANG TERTUTUP DAN TERBATAS

Seperti diketahui bahwa banyak kejadian adanya kecelakaan kerja yang berkaitan dengan
ruang tertutup dan terbatas (confined space) sampai terjadi kasus kematian. Hal ini dapat
terjadi karena beberapa hal, antara lain:

1. Confined space biasanya tampak tidak terdapat sumber bahaya atau menakutkan
2. Pekerja menyangka kondisi tidak dapat dirubah
3. Pekerja menyangka keadaan confined space aman setiap saat untuk masuk.

Apa yang dimaksud dengan ruang tertutup dan terbatas (confined space). Ruang tertutup
dan terbatas adalah ruangan yang mempunyai karasteristik:

1. Luasnya cukup untuk pekerja dapat masuk badannya dan menunaikan pekerjaannya
2. Mempunyai pintu masuk terbatas untuk masuk dan keluar
3. Tidak di rancang sebagai tempat kerja untuk bekerja secara terus menerus.

Contoh ruang tertutup dan terbatas (confined space) seperti:

1. Sumur
2. Terowongan
3. Silo
4. Tangker

Dikatakan emergency apabila terdapat kejadian di dalam maupun di luar ruangan,


termasuk kesalahan pengendalian sumber bahaya atau monitoring peralatan yang dapat
membahayakan orang yang masuk dalam confined space.

80
A. SUMBER BAHAYA DI RUANG TERTUTUP DAN TERBATAS

Sumber bahaya yang berkaitan dengaa confined space antara lain :

1. Konsentrasi O2 di udara kurang dari 19,5% atau lebih dari 23,5%.


2. Bahan kimia berbahaya di udara lingkungan kerja seperti:
a. Konsentrasi gas, embun atau kabut yang dapat terbakar dan meledak lebih
dari 10% dari Lower Flammabel Limit (LFE) atau Lower Explosive Limit
(LEL).
b. Konsentrasi bahan kimia berbahaya di udara lingkungan kerja melebihi
NAB
3. Sumber bahaya listrik
4. Faktor fisik lingkungan kerja, misalnya; panas, bising
5. Kondisi dan peralatan tempat kerja, seperti; peralatan licin dan lain-lain

Di dalam pelaksanaan P3K kematian dapat terjadi apabila penolong:

1. Mengatasi dengan panic


2. Mengambil kesempatan yang tidak perlu
3. Tidak tahu sumber bahaya yang ada
4. Tidak mempunyai perencanaan
5. Kurangnya pelatihan PBK pada confined space.

Hal-hal yang dapat dilakukan penolong untuk mencegah kecelakaan yang fatal :

1. Perencanaan P3K pada confined space.


2. Dibentuk team anggota petugas P3K pada confined space.
3. Pelatihan terhadap personil dengan pengetahuan dan ketrampilan untuk
pertolongan yang aman di confined space.

Penting untuk diinformasikan pada pekerja dan penolong di confined space,


yaitu: hanya setelah 4 menit tanpa oksigen, boleh jadi pekerja akan mengalami
kekurangan oksigen dimana dapat terjadi kerusakan otak atau meninggal. Untuk
dapat menjadi petugas P3K pada confined space perlu dipertimbangkan karena
adanya sumber bahaya yang spesifik dan perlu penanganan yang tepat. Yang
dapat menjadi petugas P3K pada confined space adalah orang atau diantara

81
pekerja atau buruh atau profesional sebagai petugas penolong selama mereka telah
dilatih dan mempunyai kualifikasi untuk melaksanakan pertolongan pertama pada
kecelakaan di confined space. lndikasinya adalah pengetahuan dan pengalaman
bekerja dengan semua sumber bahaya termasuk dengan pertolongannya dan
pelaksanaan cara masuk confined space.

Hal-hal yang perlu dlketahul dalam pertolongan pertama pada ruang tertutup
dan terbatas (conflned space) antara lain:

1. Pengenalan sumbar bahaya di confined space


2. Pengendalian sumbar bahaya di confined space
3. Penggunaan peralatan monitoring
4. Penggunaan dan perawatan APD
5. Penggunaan dan perawatan peralatan pertolongan
6. Pelaksanaan P3K dan Resusitasi Jantung Paru (RJP).

B. PEMBERIAN PERTOLONGAN TERHADAP KORBAN KECELAKAAN


PADA RUANGAN TERTUTUP DAN TERBATAS
1. Menilai situasi
a. Mengenali bahaya diri sendiri dan orang lain
Penolong harus mengenali dengan pasti dan tepat sumber bahaya yang ada di
ruang tertutup dan terbatas, sehingga diri sendiri dan orang lain yang ada di
sekitar tempat kerja tersebut aman dan terhindar dari pajanan sumber bahaya.
b. Memperhatikan sumber bahaya (fisik, kimia)
Seperti diuraikan diatas bahwa sumber bahaya di ruang tertutup dan terbatas
terdiri dari berbagai hal untuk itu perlu diperhatikan sumber bahaya yang
mana yang dapat mengancam .keselamatan dan keamanan
c. Memperhatikan jenis pertolongan
Dari keadaan emergency yang terjadi, penolong harus dapat memilih cara
yang tepat jenis tindakan darurat yang harus dilakukan
d. Memperhatikan adanya bahaya susulan
Perlunya diperhatikan adanya bahaya susulan yang timbul akibat keadaan
emergency tersebut dan perlu di antisipasi.

82
2. Mengamankan Tempat Kejadian
a. Memperhatikan penyebab kecelakaan
Setelah dapat menilai situasi, maka kita harus memperhatikan penyebab
terjadinya bahaya sehingga kita dapat melakukan tindakan pertolongan
b. Utamakan keselamatan diri sendiri dengan menggunakan APD
Di dalam melakukan pertolongan, penolong harus mengutamakan keselamatan
diri sendiri apabila terdapat sumber bahaya yang memungkinkan dapat
mengakibatkan ancaman ketika melakukan tindakan pengamanan dan
pertolongan. Salah satu cara apabila terdapat sumber bahan yang dapat
mengakibatkan pajanan terhadap penolong, maka perlu digunakan alat
perlindangan yang dapat menghindarkan sumber bahaya memajan penolong.
c. Singkirkan sumber bahaya yang ada
Apabila dapat dilakukan maka sumber bahaya yang menyebabkan keadaan
emergency perlu disingkirkan dengan berbagai cara, misalnya mematikan
mesin, memadamkan api, mematikan aliran listrik dan lain sebagainya.
d. Hilangkan faktor bahaya (misal dengan menghidupkan exhaus ventilasi)
Apabila terdapat sumber bahaya di lingkungan tempat kejadian dapat
dilakukan upaya menyingkirkan melalui berbagai cara seperti menghidupkan
exhaust ventilation, mensuplai oksigen atau udara segar ke ruang tertutup dan
terbatas dan lain sebagainya
e. Evakuasi korban dengan cara aman dan memperhatikan keselamatan diri
sendiri.
Korban dapat dipindah ke tempat aman, agar dalam melakukan pertolongan
pertama dapat dengan aman dan leluasa. Dalam memindahkan korban harus
diperhatikan adanya cara-cara yang aman dan tidak menyebabkan lebih parah
sakitnya.

3. Memberikan pertolongan
a. Menilai kondisi korban dan tentukan status korban dan prioritas tindakan
b. Berikan pertolongan sesuai status korban
c. Rujuk ke dokter atau fasilitas kesehatan apabila diperlukan.

83
PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K)

DI TEMPAT KERJA

Pada Sengatan Panas, Kejang dan Paparan Bahan Kimia

I. PENDAHULUAN

Salah satu bentuk kecelakaan kerja yang perlu mendapatkan pertolongan pertama adalah
kecelakaaan kerja yang diakibatkan oleh sengatan panas, keracunan, kejang dan paparan
bahan kimia. Dengan demikian maka tenaga kerja khususnya petugas P3K harus memahami
dan mampu memberikan pertolongan pertama pada kasus kecelakaan yang diakibatkan oleh
sengatan panas, keracunan, kejang dan paparan bahan kimia.

II. BAHAYA DAN PENANGANANNYA


A. SENGATAN PANAS
1. Pengaturan panas tubuh

Suhu tubuh kita yang normal yaitu antara 36ºC - 38ºC. Supaya suhu tubuh kita
selalu berada dalam keadaan normal, maka tubuh harus mampu menjaga
keseimbangan antara panas yang masuk dan yang keluar, dan ini diatur oleh
pengatur panas tubuh atau termo regulator (thermostat) yang berada di dalam otak.

Panas tubuh diperoleh dari pembakaran makanan menjadi energi (proses


metabolisme) dan aktivitas otot, yang dalam keadaan normal harus diimbangi
dengan mengeluarkan panas terus-menerus. Panas dapat dikeluarkan secara pasif,
misalnya panas dikeluarkan melalui penguapan keringat dan radiasi dari
permukaan tubuh ke udara disekeliling dan dapat juga secara aktif, yaitu melalui
pengaturan sirkulasi darah di bawah kulit.

Dalam keadaan lingkungan yang panas, pembuluh darah di bawah kulit


melebar supaya panas di dalam darah dikeluarkan secara radiasi melalui kulit.
Sebaliknya dalam keadaan lingkungan yang dingin, pembuluh darah di bawah
kulit menyempit supaya panas di dalam darah dihambat keiuar (disimpan) untuk
mempertahankan suhu tubuh.

84
2. Pengaruh panas yang ekstrim

Dalam kondisi lingkungan yang sangat panas, mekanisme pengaturan suhu


tubuh tidak bekerja secara efektif karena jika suhu udara sama atau lebih tinggi
dari suhu tubuh. Penceluaran panas tubuh melalui kulit tidak dapat berlangsung.
Pada kondisi kelembapan udara yang tinggi, keringat juga tidak dapat menguap.
Dalam kondisi seperti ini, apabila jika ditambah dengan pembentukan panas
tambahan dari aktivitas otot karena melakukan kerja fisik berat, dapat
menyebabkan kelelahan yang berlebihan akibat lingkungan panas (heat
exhaustion), bahkan kondisi yang lebih berbahaya berupa sengatan panas (heat
stroke).

Heat stroke sering terjadi secara mendadak dan dalam beberapa menit saja
korban dapat menjadi tidak sadar. Mungkin ada periode peringatan yaitu korban
merasa kurang sehat dan gelisah. Sengatan panas disebabkan oleh tidak
bekerjanya thermostat di otak, bisa karena terlalu lama terpapar cuaca yang sangat
panas atau karena penyakit dengan gejala demam yang tinggi (misalnya malaria).
Tubuh dengan cepat menjadi terlalu panas sampai ke tingkat yang
membahayakan.

Gejala gejala yang mengarah timbulnya heat stroke dapat dikenai, misalnya
ada orang yang bekerja di Iingkugan kerja yang panas mengalami hal-hal sebagai
berikut:

a. Sakit kepala, pening dan menderita


b. Gelisah dan konfusi (bingung)
c. Penurunan kesadaran menjadi
d. Kulit kering, panas dan merah
e. Tingkat reaksi dengan cepat menurun
f. Nafas cepat dan dalam
g. Nadi kuat dan berdentam-dentam diikuti dengan nadi cepat tapi lemah
h. Terdapat kejang umum atau gemetar pada otot
i. Suhu tubuh di atas 40ºC

Tindakan yang dapat diambil ditujukan untuk menurunkan suhu tubuh korban

85
secepat mungkin dan mencari bantuan medis. Hal-hal yang dapat dilakukan antara

lain:

a. Pindahkan korban ke tempat yang sejuk, semua pakaian luar dilepaskan dan
panggil dokter.
b. Korban dibungkus dengan kain yang basah dan dingin. Biarkan tetap basah,
dan dinginkan sampai suhu di bawah lidah turun hingga 38ºC.
c. Jika suhu tubuh sudah turun sampai tingkat yang aman (38ºC) seprei basah
diganti dengan yang kering. Korban diamati secara seksama, dan jika suhunya
meningkat lagi, proses pendinginan diulangi kembali.
B. KEJANG

Kejang merupakan salah satu gejala atau tanda suatu penyakit tetapi bukan
merupakan bentuk penyakit tertentu, oleh karena itu setiap gejala kejang harus dicari
faktor penyebabnya. Kejang ditandai dengan kontraksi sejumlah otot tubuh yang tidak
terkendali, yang dapat disebabkan oleh berbagai gangguan atau penyakit.

1. Penyakit atau gangguan yang menimbulkan kejang :


a. Demam tinggi
Demam tinggi dapat menyebabkan kejang-kejang oleh karena adanya nilai
ambang kejang yang relatif rendah. Ini biasanya terjadi pada anak-anak yang
disebut denagan kejang demam ( fibril convultion), oleh karena seorang anak
yang nilai ambang kejangnya rendah sehinga apabila badannya panas tinggi
akan mudah terjadi kejang.
b. Penyakit ayan (epilepsi)
Penyakit ini bisa terjadi pada anak-anak dan dewasa akibat gangguan pada
otak dengan gejala yang berbeda-beda yang biasanya diikuti dengan kejang-
kejang yang dapat bersifat umum (seluruh tubuh) atau lokal (bagian tubuh
tertentu). Suatu bangkitan kejang yang berlangsung cukup lama atau berulang
dengan waktu antara yang cukup pendek tanpa diselingi keadaan sadar disebut
status epiIeptikus. Status epileptikus ini merupakan keadaan darurat dan
memerlukan tindakan segera, sebab bila berlangsung lama bisa menyebabkan
kerusakan sel otak dan dapat mengakibatkan kematian.
c. Kram (kejang otot)
86
Kram atau kejang otot berupa kejang yang hanya mengenai otot tertentu.
Kejang otot ini sering disebabkan oIeh karena keadaan mineral atau elektrolit
tubuh yang tidak seimbang, misalnya terdapat kekurangan natrium, kalium
dan lain sebagainya.
d. Radang selaput otak
Radang selaput otak sering disebabkan oleh lnfeksi kuman dan sering
menyebabkan rangsangan pada otak sehingg terjadi renjatan yang
menyebabkan kejang-kejang.
e. Penyakit tetanus
Penyakit tetanus disebabkan oleh kuman klostrodium tetanus yang masuk
kedalam tubuh melalui luka, terutama pada luka yang kotor atau luka yang
tidak segera dibersihkan dengan antiseptik. Gejala utama tetanus adalah
demam tinggi diserati dengan kejang-kejang pada otot tubuh.
2. Tindakan pertolongan terhadap kejang
Apabila terdapat korban yang mengalami kejang karena demam, maka dapat
dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Lindungi lidah korban dari bahaya tergigit
b. kendurkan pakaian dan usahakan mendapat udara segar
c. Kompres kepala dan badan dengan air dingin
d. Jalan nafas dibuka dan pastikan tidak ada sumbatan
e. Hubungi petugas kesehatan dan ambulance
f. Atur pada posisi pemulihan
g. Kirim korban ke pelayanan kesehatan lebih lanjut

Apabila terdapat korban kejang otot maka dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut
:
Regangkan otot
a. Pijat atau urut otot yang kejang kearah letak jantung
b. Beri obat gosok pada otot yang kejang
c. Pada kejang otot karena panas atau banyak keringat keluar maka berikan air
minum yang mengandung garam
d.
87
C. PAPARAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA

Bahan kimia adalan unsur kimia dan persenyawanya serta campurannya. baik
yang bersifat alami maupun sintetik. Bahan kimia berbahaya dapat diidentikan dengan
racun, sehingga kasus keracunan bahan kimia berbahaya dikenal dengan keracunan.
Kasus keracunan sering terjadi tanpa disengaja akibat bahan-bahan yang digunakan
sehari-hari, tetapi dapat juga dilakukan secara sengaja misalnya pada kasus bunuh diri
dan pembunuhan. Keracunan dapat terjadi di rumah atau di tempat kerja karena.
kecelakaan atau karena memakan makanan yang tercemar bahan beracun.

Racun atau toksin adalah suatu zat yang apabila masuk ke dalam tubuh dalam
jumlah relatif sedikit sudah dapat mengakibatkan gangguan atau kerusakan tubuh.

1. Klasifikasi racun
a. Bahan bahan yang dapat berupa racun dapat dibedakan menjadi:
b. Biological toxicant: Racun yang dihasilkan oleh makhluk hidup misalnya,
serangga, yang mempunyai efek biologi pada organ dan sistem organ tubuh.
c. Bacterial toxicant: Racun yang dihasilkan oleh jenis bakteri.
d. Botanical toxicant: Racun yang dihasilkan oleh tumbuh-tumbuhan.
e. Chemical toxicant: Bahan kimia beracun yang sering menimbulkan keracunan:
 Golongan pestisida: organo chlorin, organo phospat, carbamat, arsenic.
 Golongan gas: nitrogen, methane, dll.
 Golongan logam berat: plumbum, phospor, mercuri, arsen dll.
 Golongan organic solvent: benzene, toluene, xilene, acrylanic, anilin, dll.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya racun (toksisitas) suatu zat kimia

Daya racun bahan kimia (toksisitasi dipengaruhi oleh banyak faktor yang
diantaranya meliputi:

a. Sifat fisik bahan


Bahan kimia yang terdapat di tempat kerja dapat berbentuk debu, gas, uap,
fume, mist atau kabut dan asap. Makin kecil permukaan suatu bahan kimia di
udara makin tinggi toksisitasnya, contoh: timah hitam yang berbentuk fume

88
adalah lebih toksik dari bentuk debunya karena ukuran fumes sangat kecil (< 1
um).
b. Sifat-sifat kimiawi
Jenis dan berat ringannya kerusakan tubuh akibat bahan kimia sangat
dipengaruhi oleh sifat atau krakteristik masing-masing bahan kimiawi yang
bersangkutan. Sifat kimia suatu zat kimia antara lain yaitu:
 Daya larut (dalam air atau dalam lemak)
 Jenis persenyawaan (organik, anorganik)
 Konsentrasi
 Sifat-sifat khusus (iritan, korosif, alergen, karsinogenik, mutagenic,
teratogenik)

3. Cara masuk racun ke dalam tubuh:

Bahan beracun masuk ke dalam tubuh dapat melalui proses pernafasan atau
terhlrup (inhalasi), saluran pencernaan atau tertelan (ingesti) dan kontak kulit atau
multosa atau penyerapan (absorbsi).

Ditinjau dari segi toksikologi industri, inhalasi merupakan cara masuknya zat-
zat kimia ke dalam tubuh yang paling penting dan yang cukup penting adalah
melalui kontak dengan kulit. Walaupun saluran pencernaan merupakan tempat
absorbsi zat-zat kimia yang cukup potensial, namun jumlahnya biasanya tidak
signifikan misalnya pada orang dengan kebiasaan menelan dahak, makan tanpa
sendok atau merokok di tempat kerja.

4. Efek bahan kimia terhadap tubuh:


a. menyebabkan iritasi (iritan)
b. menyebabkan korosif
c. menyebabkan alergi (alergen)
d. kekurangan zat asam (oksigen)
e. keracunan sistemik
f. menyebabkan kanker (karsinogen)
g. merusak janin dalam rahim (teratogenik)
h. pengaruh terhadap generasi mendatang (mutagenik)

89
i. menyebabkan efek bius atau narkose

5. Gejala-gejala keracunan.

Racun yang masuk ke dalam badan, yang telah menjalar keorgan-organ tubuh
(sistemik) dapat menimbulkan gejala-gejala keracunan. Gejala tersebut dapat
berupa gejala non spesifik dan gejala spesifik. Beberapa bahan kimia tertentu
dapat menimbulkan gejala spesifik. Gejala yang paling sering terjadi adalah gejala
yang bersifat umum atau gejala non spesifik yaitu:

a. Penurunan kesadaran, gangguan status mental seperti gelisah, ketakutan


b. Gangguan pernafasan
c. Nyeri kepala, pusing
d. Gangguan penglihatan
e. Mual, muntah, mulut berbusa
f. Sianosis
g. Kejang
h. Nadi tidak beraturan
i. Syok

6. Tindakan pertolongan pada kasus keracunan


Tindakan penanganan pada kasus keracunan khususnya di tempat kerja
pertama-tama ditujukan untuk menjauhkan korban dari tempat berbahaya untuk
mencegah paparan lebih lanjut. Selain itu, tindakan pertolongan pertama dapat
diberikan sebelum korban dikirim ke pelayanan kesehatan lebih lanjut (rumah
sakit). Hal yang perlu mendapat perhatian adalah bahwa orang yang memberikan
pertolongan harus terhindar dari bahaya yang dapat mengenainya dengan
menggunakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai.

Hal penting yang harus diperhatikan dalam pertolongan pertama pada kasus
paparan bahan kimia adalah korban dan penolong tidak mendapatkan bahaya lebih
lanjut, misalnya:

a. Bila terkontaminasi pada kulit atau pakaian oleh bahan kimia, maka si korban
harus diguyur dahulu dengan air pada waktu melepaskan pakaian korban.
90
b. Korban terkena gas atau asap, maka si penolong harus memakai alat
pernapasan.
c. Korban diangkat dengan hati hati dari daerah yang berbahaya ke daerah yang
lebih aman.

Kebanyakan kasus kecelakaan oleh karena bahan kimia mengenai korban


melalui pernafasan (inhalasi), kulit dan selaput lendir (absorbsi) dan termakan
atau tertelan (ingesti). Cidera akibat kimia yang paling sering ditemui adalah
berupa terbakarnya jaringan kulit atau selaput lendir yang terkena.

Pertolongan kecelakaan yang disebabkan bahan kimia dilakukan dengan beberapa


tindakan sebagai berikut:

a. Prinsipnya adalah menghilangkan kontak seminimal mungkin dan


mendinginkan kulit untuk mencegah penyerapan;
b. Melepas pakaian korban;
c. Mengguyur bagian yang terpapar dengan air yang mengalir selama 15 – 20
menit dan bila pacaran air tersedia si korban harus diletakkan dibawah
pancaran air dan seluruh pakaian harus dibuka dibawah air yang mengalir
(pasca penyiraman air mengalir, maka zat kimia tersebut dapat menyentuh
kulit sekitar dengan konsentrasi yang lebih ringan)
d. Bila bahan kimia terkena kulit maka segera dicuci dengan air dan sabun
sebanyak mungkin
e. Bila bahan kimia kena mata maka segera cuci dengan air sebanyak mungkin.
f. Bila bahan kimia (tidak korosif) tertelan maka usahakan korban muntah dan
memberi air minum atau susu sebanyak mungkin.
g. Bila terjadi sesak nafas segera longgarkan pakaiannya dan beri oksigen.

Tindakan pertolongan pada kasus paparan bahan kimia juga disesuaikan dengan
jenis kasusnya, misalnya:

a. Tindakan pertolongan pada kasus keracunan gas beracun:


 Singkirkan korban dari tempat bahaya dan bawa ke udara yang segar
(bila memungkinkan penolong melakukannya).
 Hubungi petugas kesehatan dan cari ambulance.

91
 Berikan oksigen bila sudah terlatih cara penggunaannya.
 Jika korban tidak sadar badngkan korban pada posisi pemulihan.
b. Tindakan pertolongan pada kasus kontaminasi kulit:
 Sisa zat kimia pada kulit dibilas dengan air mengalir dan penolong
memakai sarung tangan pelindung.
 Hubungi petugas kesehatan dan cari ambulance.
 Jika korban tidak sadar baringkan pada posisi pemulihan.
c. Tindakan pertolongan pada kasus termakan bahan beracun:
 Korban disuruh berbaring dan beristirahat.
 Korban diberi banyak air minum dan wadah tempat muntah.
 Hubungi petugas kesehatan. Jika korban tidak sadar baringkan pada
posisi pemulihan.

RESUSITASI JANTUNG PARU (RJP)

I. RESUSITASI JANTUNG PARU

Salah satu hal yang sangat penting bagi petugas P3K di tempat kerja adalah keterampilan
dalam melakukan Resusitasi Jantung Paru. Hal tersebut sesuai dengan tugas dan fungsi
petugas P3K di tempat kerja untuk dapat memberikan pertolongan yang bersifat segera bila
terjadi kasus yang membutuhkan fungsi petugas P3K di tempat kerja.

Prinsip dasar yang harus diketahui dalam Resusitasi Jantung Paru adalah bahwa otak
sebagai organ vital utama pada tubuh manusia harus senant'gsa mendapatkan oksigen agar
tetap dapat berfungsi. deakan RJP' dilakukan agar jantung dan paru-paru dapat berfungsi
kembali untuk menjaga pasokan oksigen ke otak.

A. Pengertian
RJP adalah suatu usaha bantuan hidup dasar melalui tindakan kompresi dada dan
pemberian nafas buatan, dengan tujuan mengalirkan kembali darah yang beroksigen
ke

92
B. Penilaian dalam RJP

Penilaian merupakan hal yang sangat penting sebelum melakukan tindakan RJP
sehingga pertolongan kepada korban dapat diberikan secara optimal.

1. Menilai Keadaan.
Sebelum melakukan pertolongan terhadap korban, penolong harus memastikan
keadaan dan kondisi disekitar korban. Penilaian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran umum tentang keadaan yang sedang dihadapi, faktor-faktor yang dapat
membahayakan korban dan penolong serta orang-orang disekitar tempat kejadian,
dan melakukan langkah-langkah untuk mengamankan keadaan atau ancaman
bahaya dan menentukan tindakan pengamanan bila sesuatu terjadi. Sebelum
melakukan tindakan P3K termasuk RJP, hal yang harus diingat adalah bahwa
keselamatan penolong harus diutamakan.

2. Menilai Kondisi Korban.


a. Kesan umum
Penilaian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran ringkas dan cepat
mengenai kondisi korban dan berat ringan kasus yang sedang dihadapi.
Kamrna penolong harus menentukan terlebih dahulu apakah penderita
adalah kasus trauma atau kasus medis. Kasus trauma adalah kasus yang
biasanya disebabkan oleh suatu ruda paksa misalnya kasus perdarahan,
luka terbuka, patah tulang atau penurunan kesadaran. Sedangkan kasus
medis adalah kasus yang diderlta seseorang tanpa ada riwayat ruda paksa
misalnya sesak nafas, nyeri dada dan laln-laln.
b. Respon/reaksi korban.
Penilaian ini adalah cara sederhana untuk mengetahui kesadaran korban.
Respon korban dibagi menjadi empat (4) tingkatan, yaitu :
1) A = Awas
Korban pada tingkatan ini menyadari waktu pada saat itu,
lingkungan dan namanya.
Cara untuk menilai kesadaran pada tingkatan ini dapat dilakukan
dengan menepuk bahu korban atau mengguncang korban secara
lembut.
93
2) S = Suara
Korban hanya bereaksi atau merespon bila dipanggil aatau
mendengar suara, sehingga dapat dikatakan bahwa korban respons
terhadap rangsang suara.
Cara untuk menilai kesadaran pada tingkatan ini dapat dilakukan
dengan memanggil korban.
3) N = Nyeri
Korban hanya merespons rangsang nyeri yang diberikan oleh
penolong.
Cara untuk menilai kesadaran korban pada tingkatan ini dapat
dilakukan dengan penekanan pada bagian tengah (pertemuan)
tulang dada (bila tidak ada cedera tulang dada) atau cubitan yang
kuat. Respons korban dapat (hanya) membuka mata, erangan atau
gerakan ringan lainnya.
4) T = Tidak ada respons.
Korban tidak memberikan respons apapun terhadap rangsangan
yang diberikan oleh penolong.
3. Menilai pernafasan (Breathing).
Penilaian pernafasan dilakukan untuk mengetahui masih berfungsinya paru-
paru sebagai salah satu organ pada sistem pernafasan.
Cara menilai pernafasan (secara khusus) :
a. Korban dibaringkan
b. Penolong disamping korban
c. Letakkan telinga pada hidung korban
1) Lihat gerakan dada dan perut
2) Dengarkan hembusan udara
3) Rasakan hembusan udara
Berdasarkan panduan AHA 2010, penilaian pernafasan dilakukan setelah
melakukan kompresi dada (tanpa melakukan penilaian secara khusus).
4. Menilai sirkulasi (circulation).
Penilaian sirkulasi dilakukan untuk mengetahui masih berfungsinya jantung
untuk memompa darah dan mengalirkannya ke seluruh tubuh melalui pembuluh
darah. Setiap kali jantung memompa darah maka pembuluh darah akan melebar
94
dan berkontraksi sesuai dengan gelombang tekanan yang dihasilkan oleh denyut
jantung, atau biasa dikenal dengan denyut nadi. Denyut nadi dapat diperiksa
antara lain di leher (arteri carotis), pergelangan tangan (arteri radialis), lipat paha
(arteri femoralis).
Cara menilai sirkulasi :
a. Arteri Radialis,
Raba pada 2 jari di bawah pergelangan tangan bagian dalam lurus dengan ibu
jari.
b. Arteri Caroti
Raba pada segitiga antara tulang tenggorok dan otot leher
(sternocleldomastoideus).
5. Apabila dirasakan perlu segera minta bantuan rujukan. Pesan yang disampaikan
harus singkat, jelas dan lengkap. Penilaian keadaan dan kondisi korban (respon,
pernafasan dan sirkulasi) harus diselesaikan dan semua keadaan yang mengancam
nyawa sudah harus ditanggulangi sebelum pemeriksaan fisik.

C. Prinsip Resusitasi Jantung Paru

Prinsip RIP dikenal dengan C-A-B yang merupakan akronim dari tindakan sebagai
berikut:

1. Kompresi dada/ Chest Compresion (C)


Bila korban tidak ada respons dan nadi tidak teraba, maka penolong harus
memanggil bantuan. Kemudian segera berikan Chest Compression 30 kali.
Chest Compression merupakan hal penting untuk memastikan sirkulasi darah
ke jantung dan otak. “tindakan Chest Compression dilakukan di awal tindakan
RJP karena diharapkan darah kaya oksigen yang masih ada dijantung dapat
segera dialirkan ke otak dan organ tubuh yang penting lainnya.

Teknik penekanan dada atau Chest Compression pada RJP :


a. Korban berbaring-terlentang di atas dasar yang keras.
b. Penolong berada pada salah satu sisi korban, kedua lutut dibuka kira-kira
selebar bahu penolong

95
c. Tentukan titik pertemuan kedua iga, kemudian diukur 2 jari ke atas pada
garis tengah tulang dada.
d. Melakukan kompresi dada dengan tumit tangan disebelah atas dari jari
kedua tersebut dan tangan tegak lurus.
Kedalaman penekanan disesuaikan dengan kelompok usia penderita.
Dewasa : minimal 5 cm
Anak : 3 - 4 cm
Bayi : 1,5 - 2,5 cm
2. Penguasaan jalan nafas atau Air way control (A).
Setelah Chest Compression, maka dilakukan penilaian jalan nafas dan
memastikannya tetap terbuka.
Teknik membuka jalan nafas korban yang dapat dilakukan adalah dengan
teknik "angkat dagu tekan dahi". Teknik ini digunakan pada korban tanpa
cedera spinal. Caranya adalah sebagai berikut:
a. Letakan tangan pada dahi korban
b. Tekan dahi dengan telapak tangan ke arah belakang sehingga kepala
korban terdorong kebelakang
c. Letakan ujung jari tangan lainnya dibagian ujung tulang rahang bawah
d. Angkat dagu kedepan bersamaan dengan gerakan menekan dahi (2)
sehingga posisi kepala dalam keadaan ekstensi(menengadah) maksimal
e. Pertahankan tangan pada dahi sehingga posisi kepala tidak berubah
f. Buka mulut korban dengan ibu jari tangan yang menekan dagu

Bila korban diduga atau mengalami cedera spinal, teknik yang dapat
digunakan untuk membuka jalan nafas dengan perasat "pendorongan rahang
bawah", tetapi teknik ini lebih sulit sehingga memerlukan latihan yang
memadai.

Caranya adalah :

a. Penolong berlutut di sisi atas kepala korban, kedua siku sejajar dengan
kepala korban dan kedua tangan memegang sisi kepala.

96
b. Kedua sisi rahang bawah dipegang sedemikian rupa (dengan beberapa jari)
sehingga kedua tangan dapat menggerakkan rahang bawah kedepan secara
perlahan.
c. Mempertahan posisi tersebut agar mulut korban tetap terbuka.
Apabila jalan nafas terbuka, penolong harus memeriksa kondisi jalan nafas
apakah ada sumbatan atau tidak.
3. Bantuan pernafasan atau Breathing support (B)
Setelah memastikan jalan nafas terbuka, maka penolong harus segera
memberikan bantuan pernafasan.
Beberapa teknik untuk memberikan bantuan pernafasan :
a. Menggunakan alat bantu
Kantung masker berkatup atau bag valve mask
b. Tanpa alat bantu
Penolong dapat memberikan bantuan pernafasan melalui mulut ke hidung,
mulut ke mulut atau mulut ke masker RJP.

Teknik memberikan bantuan pernafasan :

a. Pada kondisi korban terlentang


b. Bersihkan mulut, hidung dan tenggorokan
c. Bebaskan jalan nafas
d. Pada bantuan pernafasan dari mulut ke mulut, tutup hidung korban dan
pada mulut ke hidung, gunakan ibu jari tangan untuk menahan dagu dan
menekan bibir bawah agar mulut. tertutup.
e. Ambil nafas dan berikan 2 kali hembusan sehingga dada korban
mengembang
f. Lanjutkan pertolongan nafas dengan frekuensi :
Dewasa : 10 - 12 x pernafasan/menit, masing-masing 1.5 - 2 detik
Anak (1 - 8 th) : 20 x pemafasan/menit. masing-masing 1 - 1,5 detik
Bayi (0 - 1 th) : lebih dari 20 x pemafasan/menit, masing-masing 1 - 1,5
detik
Bayi baru lahir : 40 x pemafasan/menit, masing-masing 1-1,5 detik
g. Jika sudah bernafas awasi pernafasan.

97
Dalam memberikan bantuan pernafasan, harus diperhatikan adanya
gerakan naiknya dada sebagai petunjuk adanya udara yang masuk.

D. Pelaksanaan Tindakan RJP

Sebelum melakukan RJP pada korban, baringkan korban terlerntang diatas dasar yang
keras dan kuat.

Tindakan RJP:

1. Cek respon korban atau cek kesadaran


2. Nilai pernafasan (tanpa tindakan penilaian secara khusus), jika nafas tidak ada
segera panggil bantuan
3. Cek nadi (pada orang yang tidak terlatih, tindakan ini tidak direkomendasikan)
4. Tentukan titik kompresi (2 jari diatas ujung tulang dada atau titik temu lengkung
iga)
5. Letakkan tumit tangan diatas titik kompresi
6. Kuncilah jar-jari tangan satu dengan jari tangan lainnya
7. Dengan kedua tangan tegak lurus terhadap tulang dada lakukan 30x kompresi
dada (kecepatan 100x per menit) dengan bantuan berat badan dan kedalaman
minimal 5cm. Setiap 30x kompresi dada dilakukan maksimal dalam waktu 18
detik
8. Buka jalan nafas dan bersihkan jika ada sumbatan
9. Lakukan bantuan pernafasan 2 kail (kecepatan memberikan ventilasi adalah 1
nafas setiap 6 - 8 detik)
10. Teruskan RJP , lakukan 5 siklus.

E. Evaluasi RJP
1. Sesudah 5 siklus kompresi dada dan bantuan nafas, kemudian pasien dievaluasi
kembali
2. Jika tidak ada nadi karotis, dilakukan kembali kompresi dan bantuan nafas dengan
rasio 30:2.
3. Jika ada nafas dan denyut nadi teraba letakan pasien pada posisi mantap atau
stabil

98
4. Jika tidak ada nafas tetapi nadi teraba, berikan bantuan nafas sebanyak 10 -
12x/menit dan monitor nadi setiap 10 detik
5. Jika sudah terdapat pernafasan spontan dan adekuat serta nadi teraba, jaga agar
jalan nafas tetap terbuka.
F. Komplikasi dan Kesalahan dalam RJP
1. Komplikasi RJP:
a. Pneumothorax, Regurgitasi lambung
b. Hemothorax, Perdarahan Intra abdomen
c. Kontusio paru
d. Fraktur iga dan sternum, sering terjadi terutama pada orang tua, RJP tetap
diteruskan walaupun terasa ada fraktur iga. Fraktur mungkin terjadi bila posisi
tangan salah
e. Laserasi hati dan limpa, posisi tangan yang terlalu rendah akan menekan
procesus xipoideus ke arah heper (limpa)
f. Emboil lemak
2. Kesalahan dalam RJP

NO SEBAB AKIBAT
Penderita tidak berbaring Pada
1 RJP Kurang efektif
Bidang
Bila kepala lebih tinggi, darah ke
2 Penderita tidak horizontal
otak akan kurang
Tekan dahi angkat dagu kurang
3 Jalan nafas terganggu
baik
Kebocoran saat melakukan
4 Pernafasan buatan tidak efektif
pernafasan buatan
5 Lubang hidung kurang tertutup Pernafasan buatan tidak efektif
Letak tangan kurang tepat, arah,
6 Patah tulang, luka dalam paru
tekanan kurang
Tekanan terlalu dalam atau terlalu
7 Jumlah yang dialirkan kurang
cepat
Rasio RJP dan pernafasan buatan
8 Oksigenasi darah kurang
tidak baik

99
G. Hal-hal penting berkaitan dengan RJP.

Mati Klinis :

Dalam pemerikwan tidak ditemukan pernafasan dan denyut nadi (4’ – 6’)

Mati Biologis :

Kematian sel karena terganggunya pasokan oksigen dan zat makanan ke sel-sel dan
sifatnya menetap.

Tanda pasti mati :

 Lebam mayat (20' - 30')


 Kaku mayat (1 - 2 jam)
 Pembusukan (6 - 12 jam)

RJP tidak dilakukan: bila sudah ada tanda kematian, membahayakan penolong,
sebelumnya dengan fungsi vital yang sudah sangat jelek dengan terapi maksimal,
pada korban mutilasi (terpotong-potong).

Tindakan RJP dihentikan bila :

 Korban pulih
 Ada tanda-tanda kematian irreversible
 Penolong kelelahan atau keseiamatannya terancam . Dokter mengatakan untuk
menghentikan
 Henti jantung lebih 30 menit

100
EVAKUASI DALAM

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K)

DI TEMPAT KERJA

I. Pendahuluan

Evakuasi atau pengangkutan dalam Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan adalah


memindahkan korban kecelakaan atau gawat darurat darl tempat kejadian ke tempat dimana
dapat diperoleh pertolongan medis. Evakuasi ini dilakukan setelah korban mendapatkan
pertolongan pertama. .

Evakuasi korban merupakan salah satu upaya dalam P3K agar dapat mengamankan
korban dari tempat kejadian dan untuk mendapatkan bantuan atau pertolongan lebih lanjut.
Dalam pelaksanaannya evakuasi ini sangat penting agar korban mendapat perlindungan dari
bahaya tambahan dan susulan yang mengancam dirinya. Dalam evakuasi harus
memperhatikan keadaan korban serta hal-hal yang. dapat menimbulkan bahaya terhadap
korban maupun penolong.

Cara-cara evakuasi atau pengangkutan korban yang benar perlu diketahui dan
keterampilan mengangkut korban kecelakaan perlu dikuasai oleh petugas P3K. Selain
kualitas pemberian P3K, kondisi korban selanjutnya sangat ditentukan oleh cara evakuasi
yang dilakukan kepadanya. Bagaimanapun baiknya pertolongan yang telah diberikan, masih
dapat menjadi kurang berguna jika korban tidak dievakuasi secara benar.

II. Macam-macam pemindahan korban/penderita:


1. Pemindahan darurat tindakan ini hanya dilakukan bila:
a. Ada bahaya langsung terhadap penderita, misalnya:
 Kebakaran
 Ledakan
 Sukar untuk mengamankan penderita dari bahaya di lingkungan tersebut
 Bangunan yang tidak stabil
 Mobil terbalik
101
 Kerumunan masa yang resah
 Material berbahaya(bahan kimia, limbah beracun dll)
 Tumpahan minyak
 Cuaca ekstrim
b. Memperoleh jalan masuk atau meniangkau penderita lainnya
c. Bila tindakan penyelamatan nyawa tidak dapat dilakukan karena posisi
penderita tidak sesuai untuk perawatannya atau perlu mereposisi penderita,
misalnya akan melakukan RJP. Bahaya terbesar pada pemindahan darurat
adalah memicu terjadinya cedera spinal.
2. Pemindahan biasaltidak darurat
Bila tidak ada bahaya iang'sung terhadap penderita ;makamenderita hanya
dipindahkan bila semuanya telah siap dan penderita. selesai ditangani

Hal-hal yang harus diperhatikan saat pemindahan korban atau penderita :


 Lakukan penilaian mengenai kesulitan yang mungkin terjadi saat memindahkan
penderita;
 Rencanakan pergerakan sebelum mengangkat penderita, termasuk bagaimana
menggerakannya;
 Jangan coba mangangkat dan menurunkan penderita jika tidak yakin dapat
mengendalikannya
 Selain mulai dari posisi pembebanan yang seimbang dan jaga tetap seimbang;
 Gunakan tenaga otot tungkai, hindari penekanan otot punggung;
 Posisi punggung harus tegak waktu mengangkat penderita;
 Upayakan untuk memindahkan beban serapat mungkin dengan tubuh penolong;
 Lakukan gerakan secara menyeluruh dan upayakan agar bagan tubuh saling
menopang;
 Bila dapat kurangi jarak atau ketinggian yang harus dilalui penderita;
 Perbaiki posisi dan angkatlah secara bertahap;
 Upayakan kerja berkelompok, terus berkomunikasi dan lakukan koordinasi;

102
III. Syarat korban/penderita yang akan dievakuasi :
1. Korban sudah siap untuk diangkut, bila gangguan nafas sudah diatasi dan jalan
nafas sudah terbuka atau bebas;
2. Pendarahan sudah dihentikan atau dibalut;
3. Luka sudah ditutup atau dibalut, dan jika ada patah tulan atau gangguan sendi sudah
dibidai atau difiksasi;
4. Selama dalam pengangkutan dilakukan pengawasan ketat agar keadaan korban tidak
bertambah buruk, misalnya: tekanan darah, denyut jantung atau nadi, pernafasan
dan kesadaran serta daerah yang luka diawasi terus.

IV. Alat Evakuasi :


1. Tenaga manusia (tanpa alat) :
- perorangan/seorang;
- beregu : dua orang, tiga orang, empat orang.
2. Tandu :
- tandu khusus;
- tandu buatan/darurat, misalnya: dari papan, bambu, dahan dsb.
3. Kendaraan :
- darat (ambulans dan kendaraan lain yang memenuhi syarat angkut)
- laut (kapal laut dan motor boat dll.)
- udara (helikopter, pesawat dll.)

V. Cara Evakuasi
Upaya Ini dapat dibagi dalam pengangkutan sebelum diberi P3K dan pengangkutan
setelah diberi P3K
A. Pengangkutan Sebelum Diberi P3K
1. Dasar pemikiran : Pengamanan (PATUT) baik bagi penolong maupun bagi
korban
2. Metode yang dipakai : CARA RAUTEK
3. Urut-urutan :
a. Sambil berjongkok, penolong meletakkan lutut kanannya di samping kiri
kepala korban.

103
b. Lengan dan tangan kanan penolong dimasukkan di bawah leher korban,
kemudian tangan kanan penolong diselipkan ke ketiak kanan korban
sehingga sampai ke depan dadanya
c. Dengan tangan kiri penolong mendorong lengan kanan korban menyilang
dadanya, kemudian penolong dengan tangan kanannya memegang tangan
kanan korban.
d. Kemudian lengan dan tangan kiri benolong dimasukkan di bawah ketiak kiri
korban dan kemudian juga dipegang lengan kanan korban
e. Kedua tangan penolong saling bertaut (baik ibu jari maupun jari lainnya)
melingkari lengan bawah korban
f. Kemudian kaki kiri penolong diletakkan setinggi pinggang korban
g. Sambil membungkukkan tubuh ke depan, maka dengan prinsip mengungkit,
badan korban dapat terangkat dari tanah
h. Dengan cepat lutut kanan penolong didorong sejauh mungkin di bawah
punggung atau pinggang korban
i. Korban didekatkan rapat ke dada penolong , kemudian penolong berdiri dan
menarik korban sejauh mungkin dalam keadaan setengah baring itu. Hal ini
harus dikerjakan secara tegas tetapi juga sangat hati-hati
j. Ditempat aman korban dibaringkan lagi dengan hati-hati
Catatan : Korban dapat juga dipegang mulai dari sebelah kiri

4. Perhatian Khusus
Pengangkutan korban tenggelam memerlukan tekhnik khusus dimana penolong
harus dapat berenang dan terampil membawa korban ke tempat aman sebelum
dapat diberi pernafasan buatan
B. Evakuasi Korban Setelah diberi P3K
Pengangkutan setelah korban diberi pertolongan pertama dapat dilakukan
melalui pengangkutan dengan orang, tandu, selimut dan pengangkutan dengan
kendaraan.

Pengangkutan dengan orang


1. Pengangkutan oleh satu orang
Hal ini dapat dilakukan bila korban tidak berat dengan cara:
104
a. Dipondong
Untuk korban yang tidak berat atau anak-anak, dalam keadaan sadar dan
tidak ada patah tulang
b. Digendong
Apabila korban sadar tidak terlalu berat, dalam keadaan sadar dan tidak ada
patah tulang
c. Dipapah
Penolong berdiri di sebelah korban, kecuali kalau ada luka pada salah satu
anggota badan atas. Bantu korban dengan memeluk pinggangnya,pegang
bagian pakaian di pinggang daan kalungkan lengan korban melingkar leher
penolong. Pegang ujung tangan korban dengan tangan anda yang masih
bebas.
d. Usungan anggota pemadam kebakaran atau gendongan
Dilakukan apabila korban sadar dan masih dapat menahan. Dalam hal ini
penolong dengan tangan kirinya memegang pergelangan tangan kanan
korban. Kemudian Ia berlutut untuk memberi kesempatan korban
merebahkan dirinya di atas pundak penolong. Kini dengan lengan kanannya
penolong merangkul kedua belah kaki korban untuk selanjutnva berdiri,
sehingga korban terangkat. Lengan kanan korban dipindahkan pegangannya
dari tangan kiri ke tangan kanan penolong. Dengan demikian tangan kiri
penolong masih dapat digunakan untuk berpegangan jika naik atau turun
tangga.
e. Cara membangunkan korban pingsan tanpa disertai adanya patah tulang untuk
dipindah/dievakuasi
 Posisi korban terlentang
 Posisi korban tengkurap

2. Pengangkutan oleh dua orang


Cara ini dapat diterapkan kalau korban tidak perlu diangkut dalam posisi
terbaring. Cara ini tidak boleh diterapkan pada korban dengan patah tulang leher
atau punggung.
a. Jika korban kurang sadar dan tidak dapat menggunakan tangannya untuk
berpegangan, maka ia diangkat dengan cara :Dudukan dua tangan
105
b. Jika korban sadar dan mampu memegangi dengan satu atau dua tangan,
maka korban diangkat dengan cara: Dudukan empat tangan
c. Apabila harus melalui jalan yang sempit, diangkat pada dada dan lutut
d. Dapat juga korban diangkut dengan duduk di atas kursi untuk korban dengan
luka ringan, harus turun dari tangga atau melalui gang sempit
3. Pengangkutan oleh tiga orang
a. Melalui Jalan sempit : para penolong saling berpegangan tangan di bawah
badan korban
b. Melalui jalan lapang : para penolong harus serempak melangkah agar korban
tidak kaget
4. Pengangkutan oieh empat orang
Pengangkut berada di sisi korban pada bagian yang tidak cidera

Pengangkutan dengan tandu


1. Pada umumnya pengangkutan dengan tandu ialah dengan bagian kaki korban di
depan Kecuali pada keadaan :
a. Naik tangga atau tebing jika tungkai korban tidak cidera
b. Turun tangga atau tebing dengan korban yang cidera kakinya
c. Jika mengangkut korban ke samping atau bagian kaki tempat tidur
d. Jika memasukkan korban ke dalam ambulans
2. Sebelum digunakan tandu harus diperiksa dulu apakah tandu sudah betul
terkunci dan kuat untuk mengangkat korban
3. Dapat dilakukan dengan dua orang atau empat orang pengangkut
4. Pada komando “jalan” maka semua pengangkut mulai jalan déngan kaki sebelah
kanan

Pengangkutan dengan selimut

1. Diperlukan sebelum mengangkat korban ke atas tandu dan atau untuk


pengangkutan jarak pendek
2. Dilarang mengangkut korban apabila ada persangkaan ia patah tulang leher atau
tulang punggung, kecuali dalam keadaan sangat terpaksa. Dalam hal ini maka
satu penolong P3K harus menahan kepala korban, sambil menarik menjauhkan
badan korban. Apabila perlu dibalik, kepala dan badan korban harus diputar
106
sedemikian rupa sehingga tidak timbul gerakan pemutaran tulang leher atau
tulang punggung.

Pengangkutan dengan kendaraan

Beberapa pedoman untuk memposisikan penderita adalah :

 Penderita dengan syok, letakkan dalam posisi syok jika tidak ditemukan tanda-
tanda cedera pada tungkai atas (patah tulang) dan cedera spinal
 Penderita dengan gangguan pernafasan, posisikan duduk atau setengah duduk '
Penderita dengan nyeri perut, posisikan tidur satu sisi dengan tungkai ditekuk
 Penderita yang muntah-muntah posisikan nyaman dan awasi jalan nafas
 Penderita trauma, terutama tersangka cedera Spinal harus segera distabilkan dan
imobilisasi dengan papan spinal panjang
 Penderita tidak ada respon dan tidak ditemukan atau tidak dicurigai ada cedera
spinal atau cedera berat lainnya posisikan miring stabil atau pemulihan
 Posisikan nyaman, bila cedera tidak mengganggu

Lampiran :
1. Gambar Pengangkutan Oleh Satu Orang :
a. Dipondong
Untuk korban yang tidak berat atau anak-anak
b. Digendong
Apabila penderita sadar dan tidak terlalu berat maka dapat digendong
Cara dipondong dan digendong apabila penderita dalam keadaan sadar dan tidak ada
patah tulang
c. Dipapah
Berdirilah disebelah kanan korban kecuali kalau ada luka di salah satu anggota badan
atas. Bantu korban dengan memeluk pinggangnya, pegang bagian pakaian di
pinggang dan kalungkan lengan korban melingkar leher anda. Pegang ujung tangan
korban dengan tangan anda yang masih bebas.
d. Gendongan
Apabila korban sadar dan masih dapat menahan, maka dapat dilakukan
penggendongan.

107
e. Cara membangunkan korban pingsan tanpa disertai adanya patah tulang untuk
dipindahkan atau dievakuasi
1) Posisi korban terlentang
2) Posisi korban tengkurap
2. Gambar Pengangkutan Oleh Dua Orang :
Tergantung pada cideranya. Cara Ini dapat diterapkan kalau korban tidak perlu diangkut
dalam posisi berbaring. Jangan menerapkan ini untuk korban patah tulang leher atau
punggung.
Duduk di atas kursi. Untuk luka ringan, harus turun dari tangga rumah atau gang sempit.
Duduk di atas tangan.
Korban sadar dan mempunyai cukup kekuatan untuk berpegangan sendiri.
Apabila harus melalui jalan yang sempit, diangkat pada dada dan lutut.
3. Gambar Pengangkatan Oleh Tiga Orang:
Melalui jalan yang sempit
Para penolong saling berpegangan tangan di bawah badan korban
Melalui jalan lapang
Para penolong harus serempak melangkah supaya korban tidak kaget
4. Gambar Pengangkutan Oleh Empat Orang
Pengangkut berada di sisi korban pada bagian yang tidak cidera
Korban diangkat, orang keempat mendekatkan tandu
Meletakan di atas tandu
5. Gambar Pengangkutan Menggunakan Alat atau Tandu
Dua orang pengangkut
Empat orang pengangkut
6. Gambar Pengangkutan Pada Korban Patah Tulang Belakang
Gunakan papan atau daun pintu yang keras atau rata dan ikat agar koroban tidak banyak
bergerak

108
TRIASE

A. DEFlNlSl

TRlASE adalah usaha pemilahan korban sebelum ditangani, berdasarkan tingkat


kegawatdaruratan trauma atau panyakit dengan mempertimbangkan prioritas penanganan dan
sumber daya yang ada. Kata ini berasal dari bahasa Perancis trier yang berarti memisahkan,
memilah dan memilih. Penggagas awalnya adalah Dominique Jean Larrey, seorang dokter
bedah Perancis pada Pasukan Napoleon.

TRIASE atau triase adalah proses untuk menentukan prioritas perawatan pasien
berdasarkan tingkat keparahan kondisi mereka. Hal ini terutama diperlukan ketika sumber
daya yang ada tidak mencukupi untuk semua pasien TRIASE adalah suatu proses yang mana
pasien digolongkan menurut tipe dan tingkat kegawatan kondisinya

B. TUJUAN

Memberikan penanganan terbaik pada korban dalam jumlah yang banyak untuk
menurunkan angka kematian dan kecacatan maupun resiko cedera bertambah parah.

C. PRINSlP TRIASE .

Pada keadaan bencana massal, korban timbul dalam jumlah yang tidak sedikit dengan
resiko cedera dan tingkat survive yang beragam. Pertolongan harus disesuaikan dengan
sumber daya yang ada, baik sumber daya manusia maupun sumber daya lainnya Hal tersebut
merupakan dasar dalam memilah korban untuk memberikan perioritas pertolongan.

Pada umumnya penilaian korban dalam TRIASE dapat dilakukan dengan:

 Menilai tanda vital dan kondlsi umum korban


 Menilai kebutuhan medls
 Menilai kemungklnan bertahan hidup Menilai bantuan yang memungkinkan
 Memprioritaskan penanganan definitive
 Tag Warna

Triase dilakukan tidak lebih dari 60 detik/pasien dan setiap pertolongan harus dilakukan
sesegera mungkin.

109
Kategori

Setelah melakukan penilaian, korban dikategorikan sesuasi denagn kondisinya dan diberi tag
warna, sebagai berikut:

1. MERAH (lmmediate)
Setiap korban dengan kondisi yang mengancam jiwanya dan dapat mematikan dalam
ukuran menit, harus ditangani dengan segera.
2. KUNING (Delay)
Setiap korban dengan kondisi cedera berat namun penanganannya dapat ditunda.
3. HIJAU (Walking Wounded)
Korban dengan kondisi yang cukup ringa n, korban-dapat berjalan
4. HlTAM (Dead and Dying)
Korban meninggal atau dalam kondisi yang sangat sulit untuk diberi pertolongan.

D. MODEL TRIASE
1. Single TRIASE
Digunakan untuk keadaan dimana pasien datang satu persatu, seperti misalnya di
Instalasi atau Unit Gawat Darurat sehari-hari. Atau pada MCI (mass casualty incident)
atau bencana dimana fase akut telah terlewati (setelah 5 - 10 hari). Jika beban jumlah
pasian terlalu banyak, atau permasalahan yang ada terlalu kompleks, sistem Ini akan
kacau.
2. Simple TRIASE
Pada keadaan bencana massal (MCI) awal-awal, dimana sarana transportasi belum
ada, atau ada tapl terbatas, dan terutama sekali, belum ada tim medis atau paramedis
yang kompeten. Pemilahan dan pemilihan pasien terutama ditujukan untuk prioritas
transportasi pasien dan kemudian tingkat keparahan penyakitnya. Biasanya,
digunakan TRIASE tag atau kartu triase.
3. S.T.A.R.T. (Simple TRIASE And Rapid Treatment)
Penambahan kata Rapid Treatment berarti ada tim atau orang-orang yang cukup
kompeten melakukan perawatan dan penanganan korban atau pasien. Jika keadaannya
masih melampaui kemampuan penolong, maka START dapat pula berarti Simple
TRlASE and Rapid Transportation.

110

Anda mungkin juga menyukai