Anda di halaman 1dari 40

Keselamatan dan

Kesehatan Kerja ;
Resiko Hazard

Andri Yulianto

Program Studi S1 Kep


Fakultas Kesehatan - UMPRI
Pendahuluan

 K3 adalah Suatu pendekatan ilmiah dan praktis dalam


mengatasi potensi bahaya dan risiko kesehatan dan
keselamatan yang mungkin terjadi.
 Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan
masalah yang besar bagi kelangsungan suatu usaha.
 Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian
materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah
timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit jumlanya
 Kehilangan sumber daya manusia ini merupakan
kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satu-
satunya sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh
teknologi apapun.
 Pelaksanaan K3 akan mewujudkan perlindungan
terhadap tenaga kerja dari risiko kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada waktu
melakukan pekerjaan di tempat kerja.
 Dengan dilaksanakannya perlindungan K3, diharapkan
akan tercipta tempat kerja yang aman, nyaman, sehat
dan tenaga kerja yang produktif, sehingga akan
meningkatkan produktivitas kerja dan produktivitas
perusahaan
 Untuk mewujudkan K3 perlu dilaksanakan dengan
perencanaan dan pertimbangan yang tepat, dan salah
satu kunci keberhasilannya terletak pada peran serta
pekerja sendiri baik sebagai subyek maupun obyek
perlindungan dimaksud dengan memperhatikan
banyaknya risiko yang diperoleh
Faktor Resiko dan Hazard Di
Tempat Kerja
 Dalam melakukan pekerjaan perlu dipertimbangkan
berbagai potensi bahaya serta resiko yang bisa terjadi
akibat sistem kerja atau cara kerja, penggunaan mesin,
alat dan bahan serta lingkungan disamping faktor
manusianya
 Istilah hazard atau potensi bahaya menunjukan adanya
sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan cedera
atau penyakit, kerusakan atau kerugian yang dapat
dialami oleh tenaga kerja atau instansi.
 Ditempat kerja, kesehatan dan kinerja seseorang
pekerja sangat dipengaruhi oleh :
1. Beban Kerja berupa beban fisik, mental dan sosial
sehingga upaya penempatan pekerja yang sesuai
dengan kemampuannya perlu diperhatikan
2. Kapasitas Kerja yang banyak tergantung pada
pendidikan, keterampilan, kesegaran jasmani, ukuran
tubuh, keadaan gizi dan sebagainya
3. Lingkungan Kerja sebagai beban tambahan, baik berupa
faktor fisik, kimia, biologik, ergonomik, maupun aspek
psikososial. Kondisi lingkungan kerja (misalnya, panas,
bising, berdebu, zat-zat kimia, dll) dapat menjadi
beban tambahan terhadap pekerja
 Status kesehatan masyarakat pekerja dipengaruhi tidak
hanya oleh bahaya kesehatan di tempat kerja dan
lingkungan kerja tetapi juga oleh faktor-faktor
pelayanan kesehata kerja, perilaku kerja, serta faktor
lainnya
Hazard dan
Pengendaliannnya
 Hazard adalah faktor faktor intrinsik yang melekat pada
sesuatu berupa barang atau kondisi dan mempunyai
potensi menimbulkan efek kesehatan maupun
keselamatan pekerja serta lingkungan yang memberikan
dampak buruk.
 hazard adalah suatu aktivitas atau sifat alamiah yang
berpotensi menimbulkan kerusakan.
 hazard adalah suatu kondisi atau tindakan yang dapat
berpotensial menimbulkan kecelakaan dan kerugian
 Hazard adalah sesuatu yang menimbulkan kerugian,
kerugian ini meliputi pada gangguan kesehatan dan
cidera, hilangnya waktu kerja, kerusakan pada property,
area atau tempat kerja, produk atau lingkungan,
kerugian pada proses produksi ataupun kerusakan –
kerusakan lainnya.
Komponen Bahaya :
 1. Karakteristik material.
 2. Bentuk material.
 3. Hubungan pekerjaan dan efek.
 4. Kondisi dan frekuensi penggunaan.
 5. Tingkah laku pekerja
Jenis-Jenis Hazard

 Berdasarkan karakteristik dampak, dikelompokan


menjadi 2 yaitu bahaya kesehatan kerja dan bahaya
keselamatan kerja.
 Bahaya kesehatan kerja dapat berupa bahaya fisisk,
kimia, biologi dan bahaya berkaitan dengan ergonomi,
berdampak kepada kesehatan dan kenyamanan kerja,
misalnya penyakit akibat kerja.
 Bahaya keselamatan (safety hazard) fokus pada
keselamatan manusia yang terlibat dalam proses,
peralatan, dan teknologi.
 Bahaya keselamatan (Safety hazard) dapat
menimbulkan dampak cidera, kebakaran, dan segala
kondisi yang dapat menyebabkan kecelakaan di tempat
kerja
Jenis-jenis safety hazard,
antara lain
 Mechanical Hazard, bahaya yang terdapat pada benda
atau proses yang bergerak yang dapat menimbulkan
dampak, seperti tertusuk, terpotong, terjepit, tergores,
terbentur, dan lain-lain.
 Electrical Hazard, merupakan bahaya yang berasal dari
arus listrik.
 Chemical Hazard, bahaya bahan kimia baik dalam
bentuk gas, cair, dan padat yang mempunyai sifat
mudah terbakar, mudah meledak.
 Bahaya keselamatan kerja dapat berupa bahaya fisik,
kimia, bahaya berkaitan dengan ergonomi, psikososial,
elektrik, berdampak pada keselamatan kerja, misalnya
cedera, kebakaran, ledekan, pemajanan terjadi pada
waktu singkat.
 Hazard Fisik, Bentuk dari hazard fisik adalah radiasi,
kebisingan, temperature ekstrim, pencahayaan,
getaran.
 Hazard Kimia ialah kecederaan akibat sentuhan dan
terhidu bahan kimia. Contohnya bahan-bahan kimia
seperti asid, alkali, gas, pelarut, simen, getah sintetik,
gentian kaca, pelekat antiseptik, aerosol, insektisida,
dan lain-lain.. Bahan-bahan kimia tersebut merbahaya
dan perlu diambil langkah - langkah keselamatan
apabila mengendalinya.
 Hazard Biologis, Hazard ini seluruhnya berasal dari
makhluk hidup dan berdampak pada kesehatan, berupa
jamur, bakteri, virus
 Hazard ergonomi, yang termasuk didalam kategori ini
antara lain desain tempat kerja yang tidak sesuai,
postur tubuh yang salah saat melakukan aktifitas,
desain pekerjaan yang dilakukan, pergerakan yang
berulang-ulang.
 Hazard Mekanis, semua jenis bahaya yang berasal dari
benda-benda bergerak atau bersifat mekanis. Contoh :
mesin-mesin pemotong, bahaya getaran.
 Hazard Listrik : Hazard listrik adalah hazard yang
ditimbulkan dari arus listrik pendek, listrik statis.
 Hazard Psikososial, Stress, kekerasan ditempat kerja,
waktu kerja yang padat, kurangnya waktu istirahat.
Pengendalian Hazard

 Menurut PERMENAKER No. 05/MEN/1996,


pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja
dilakukan dengan berbagai macam metode, yaitu :
1. Pengendalian teknis atau rekayasa yang meliputi eliminasi,
subtitusi, isolasi, ventilasi, higiene, dan sanitasi (engineering
control).
2. Pendidikan dan pelatihan.
3. Pembangunan kesadaran dan motivasi yang meliputi sistem
bonus, insentif, penghargaan, dan motivasi diri.
4. Evaluasi melalui internal audit, penyelidikan dan etiologi.
5. Penegakan hukum.
6. Alat Pelindung Diri
Pemberian alat pelindung diri/ APD :
(APD) adalah pilihan terakhir yang dapat
dilakukan untuk mencegah paparan bahaya
pada pekerja.
Risiko

 Risiko adalah kemungkinan timbulnya kerugian cedera,


keadaan yang merugikan atau perusakan.
 Risiko adalah kemungkinan adanya peristiwa atau
kecelakaan yang tidak diharapkan dan dapat terjadi
dalam waktu dan keadaan tertentu.
5 macam tipe risiko, yaitu :

 Risiko Keselamatan
 Risiko keselamatan memiliki probabilitas rendah,
tingkat paparan dan konsekuensi tinggi, bersifat akut,
dan jika terjadi kontak akan langsung terlihat efeknya.
 Risiko Kesehatan
 Risiko kesehatan memiliki probabilitas tinggi, tingkat
paparan dan konsekuensi rendah, dan bersifat kronis
 Risiko Lingkungan dan Ekologi
 Risiko lingkungan dan ekologi melibatkan interaksi yang
beragam antara populasi, komunitas.
 Risiko Finansial
 Risiko finansial memiliki risiko jangka panjang dan
jangka pendek dari kerugian properti terkait dengan
perhitungan asuransi dan pengembalian asuransi
 Risiko Terhadap Masyarakat
 Risiko terhadap masyarakat memperhatikan pandangan
masyarakat terhadap kinerja organisasi dan produksi,
semua hal pada risiko terhadap masyarakat terfokus
pada penilaian dan persepsi masyarakat
Manajemen Risiko

 Manajemen risiko adalah suatu kumpulan dari berbagai


tahapan kegiatan yang bertujuan untuk mengelola risiko
– risiko keselamatan dan kesehatan dalam suatu
aktivitas kegiatan.
Manfaat dilakukannya manajemen risiko adalah
 Mengurangi kejadian yang tidak dapat terduga
 Mencari kesempatan atau peluang
 Meningkatkan perencanaan, kinerja, dan efektifitas
 Meningkatkan keuntungan ekonomis dan efisiensi
 Meningkatkan informasi sebagai masukan sebagai proses
pengambilan keputusan
 Meningkatkan reputasi organisasi atau perusahaan
 Sebagai komitmen direksi untuk melindungi pekerja
 Sebagai salah satu cara untuk meningkatkan akuntabilitas,
kepercayaan, dan governance.
 Meningkatkan kesejahteraan kesehatan personal dan pekerja
lainnya.
Tahapan proses manajemen risiko yaitu :
 Penetapan ruang lingkup
 Menetapkan tujuan, kebijakan, strategi penerapan,
metode atau cara pelaksanaan manajemen risiko, serta
pencapaian yang ditargetkan oleh perusahaan.
 Identifikasi risiko
 Melakukan identifikasi terhadap risiko yang akan
dikelola, mencari tahu jenis hazard apa saja yang
mungkin menimbulkan risiko, bagaimana dan mengapa
risiko tersebut muncul.
 Analisis risiko
 Melakukan estimasi risiko dengan mengkombinasikan
faktor probabilitas atau likelihood dan konsekuensi,
dengan mempertimbangkan upaya pengendalian risiko
yang telah dilakukan.
 Evaluasi risiko
 Membandingkan tingkat risiko yang didapat dalam
proses analisis risiko dengan kriteria evaluasi yang
digunakan, menentukan apakah suatu risiko dapat
diterima atau tidak.
 Pengendalian risiko
 Melakukan penanganan atau pengendalian terhadap
risiko, terutama risiko dengan tingkat tinggi dengan
mempertimbangkan aspek efektifitas dan efisiensi
 Monitoring dan review
 Melakukan pemantauan dan pengkajian utama terhadap
tingkat risiko, serta efektifitas program, penanganan
risiko yang telah dilakukan agar selanjutnya dapat
ditentukan tindakan koreksi dan perbaikan yang perlu
dilakukan.
 Komunikasi dan konsultasi
 Melakukan komunikasi dua arah antara pihak
manajemen dan pekerja untuk mendapatkan masukan
mengenai implementasi pengelolaan risiko di tempat
kerja guna perbaikan system pengelolaan risiko tersebut
Penerapan Keperawatan
Kesehatan Kerja
 Secara umum, tujuan keperawatan kesehatan kerja
adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan
produktif.
 Tujuan hyperkes dapat diperinci sebagai berikut
(Rachman. 1990):
1. Agar tenaga kerja dan setiap orang yang berada di
tempat kerja selalu dalam keadaan sehat dan
selamat
2. Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara
lancar tanpa adanya hambatan
Fungsi Dan Tugas Perawat
Dalam K3
1.Fungsi perawat
a. Mengkaji masalah kesehatan
b. Menyusun rencana asuhan keperawatan pekerja
c. Melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawatan
terhadap pekerja
d. Melakukan penilaian terhadap asuhan keperawatan
yang dilakukan
2.Tugas perawat
a. Mengawasi lingkungan pekerja
b. Memelihara fasilitas kesehatan perusahaan
c. Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan pekerja
d. Membantu melakukan penilaian terhadap keadaan kesehatan pekerja
e. Merencanakan dan melaksanakan kunjungan rumah dan perawatan di
rumah kepada pekerja dan keluarga yang mempunyai masalah kesehatan
f. Ikut berperan dalam penyelenggaraan pendidikan K3 terhadap pekerja
g. Ikut berperan dalam usaha keselamatan kerja
h. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai KB terhadap pekerja dan
keluarganya
i. Membantu usaha penyelidikan kesehatan pekerja
j. Mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan K3
Hazard dan Resiko Dalam Proses
Pengkajian dan Perencanaan

Dalam melakukan proses pengkajian dan perencanaan pada


pasien, perawat harus memperhatikan hazard dan resiko
yang kemungkinan terjadi, seperti :
1. Pelecehan verbal saat berkomunikasi dengan pasien dan
keluarga.
2. Kekerasan fisik pada perawat ketika melakukan
pengkajian.
3. Pasien dan keluarga acuh tak acuh dengan pertanyaan
yang diajukan perawat.
4. Resiko tertular penyakit dengan kontak fisik maupun
udara saat pemeriksaan fisik.
5. Perawat menjadi terlalu empati dengan keadaan pasien
dan keluarganya.
 Contoh Kasus
 Kasus I
 Seorang perawat di salah satu RS mengalami kekerasan
fisik dan verbal pada saat perawat tersebut sedang
melakukan pengkajian. Seperti yang dikutip dalam
suatu artikel di media online:
 “Ketika perawat T,28 tahun, melakukan pendekatan
untuk mengumpulkan data, salah satu pasiennya
mengamuk, berteriak dan memukul-mukul kepalanya ke
dinding. Dia mencoba menghentikan dan
menenangkannya tapi pasiennya secara emosional
malah menendang dadanya, membuat dia terluka, dan
membuat mentalnya tergoyang seharian.”
 Analisis Kasus
 Hazard : Perawat mendapatkan kekerasan fisik sekaligus verbal
pada saat melakukan pengkajian kepada pasien.
 Resiko : Perawat mengalami luka dan mentalnya tidak stabil.
 Kejadian kekerasan fisik maupun verbal dalam kasus tersebut tidak
disebut berasal dari kesalahan perawat sendiri ataukah karena
memang sang pasien memiliki emosional yang tidak dapat
dikontrol. Dalam proses pengkajian sendiri, terdapat beberapa hal
yang harus diperhatikan oleh perawat. Mulai dari pemahaman akan
pengertian pengkajian, tahap-tahapan pengkajian, hingga metode
yang digunakan melakukan pengkajian.
 Dalam mengkaji pasien, perawat pun harus menyadari akan adanya
hazard dan resiko yang mungkin mereka dapatkan. Berbagai macam
upaya perlu dilakukan sebagai tidakan pencegahan. Upaya-upaya
tersebut dapat dilakukan baik dari pihak pasien, perawat itu
sendiri maupun dari pihak manajemen rumah sakit.
 Berikut beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk mecegah
terjadinya kekerasan fisik dan verbal pada perawat saat melakukan
pengkajian:
1. Perawat harus melaporkan setiap adanya tindakan kekerasan
dalam bentuk apapun kepada pihak rumah sakit.
2. Memberikan pengertian kepada pasien agar memperlakukan
sesama manusia dengan dasar martabat dan rasa hormat.
3. Dalam melakukan kontak kepada pasien, perawat seharusnya
menjadi pendengar yang baik. Salah satu teknik pengumpulan
data pada pengkajian adalah wawancara. Saat melakukan
wawancara, perawat harus mampu menempatkan diri sebagai
tempat curhat pasien sebaik mungkin.
4. Memberikan pelatihan dan pendidikan kepada perawat tentang
cara menghindari tindakan kekerasan verbal dan fisik.
5. Ketika pasien terlihat sedang dalam keadaan tidak terkontrol dan
susah untuk didekati, perawat dapat melakukan pengkajian
kepada keluarga pasien terlebih dahulu.
6. Saat mengkaji, perawat tidak boleh menyampaikan kata-kata yang
menyinggung pasien dan keluarganya.
7. Saat melakukan tindakan pemeriksaan fisik, perawat harus meminta
persetujuan dari pasien terlebih dahulu.
8. Manajemen rumah sakit perlu memfasilitasi perawat
mempersiapkan diri untuk menghadapi hazard dan resiko.
9. Manajemen harus terbuka serta tidak berusaha menutupi terhadap
laporan-laporan kekerasan fisik maupun verbal terhadap
perawat.
10. Memodifikasi lingkungan yang nyaman di rumah sakit mulai dari
poli, ruangan rawat inap, sampai ke unit gawat darurat dan
ruang intensif untuk menentramkan suasana hati pasien dan
keluarga
Upaya Mencegah dan Meminimalkan Resiko
dan Hazard pada Perawat dalam Tahap
Pengkajian Bedasarkan Kasus Penyakit
Akibat Kerja
1. Batasi akses ke tempat isolasi
2. Menggunakan APD dengan benar
3. SOP memasang APD, jangan ada sedikitpun bagian tubuh
yang tidak tertutup APD
4. Petugas tidak boleh menyentuh wajahnya sendiri
5. Membatasi sentuhan langsung ke pasien
6. Cuci tangan dengan air dan sabun
7. Bersihkan kaki dengan di semprot, ketika meninggalkan
ruangan tempat melepas APD
8. Lakukan pemeriksaan berkala pada pekerja
9. Hindari memegang benda yang mungkin terkontaminasi
 Saat melakukan proses keperawatan, perawat harus
benar-benar memperhatikan hazard dan resiko yang
kemungkinan terjadi. Hal ini bertujuan untuk mencegah
dan menghindari terjadinya kecelakaan kerja, seperti
terinfeksi penyakit, mendapatkan kekerasan fisik/verbal
saat mengkaji pasien, dan mendapatkan informasi yang
tidak sesuai dari pasien.
 Salah satu cara untuk menghindari dan mencegah
terjadinya kecelakaan kerja, maka disarankan untuk
menggunakan APD yang sesuai

Anda mungkin juga menyukai