Disusun Oleh:
Kelompok 6
1. AC. Aldo Setiawan (142012018001)
2. Delima Romadona (142012018008)
3. Elsa Yulicka Pratiwi (142012018012)
4. Jarot Niko Saputro (142012018022)
5. Nur Afifah (142012018028)
2) Untuk Ibu
a. Ibu dan bayi menjadi lebih tenang
b. Jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi lebih baik sebab bayi siaga dalam 1-2
jam pertama
c. Sentuhan, jilatan, usapan pada puting susu ibu akan merangsang pengeluaran
hormon oksitosin
d. Membantu menghentikan kontraksi rahim, mengurangi resiko perdarahan, dan
mempercepat pelepasan plasenta
Beberapa manfaat lain IMD menurut Nurheti (2010) adalah sebagai berikut:
a. Ketika bayi diletakkan di dada ibunya, ia berada tepat diatas rahim ibu. Hal itu
membantu menekan plasenta dan mengecilkan rahim ibu. Dengan begitu,
perdarahan ibu akan berhenti karena ada kontraksi rahim. IMD berlangsung
minimal 1 jam dengan posisi bayi melekat di dada ibunya. Kalau belum mendekat
ke puting susu ibunya maka tambahkan satu setengah jam lagi. Kata kuncinya
adalah “segera”.
b. Rasa kasih sayang meningkat karena adanya kontak langsung keduanya (kulit
dengan kulit).
c. Ambang nyerinya akan meningkat sehingga tidak gampang sakit waktu IMD.
d. Bayi yang dapat menyusu dini dapat dengan mudah menyusu kemudian hari,
sehingga kegagalan menyusui akan jauh berkurang. Selain mendapatkan
kolostrum yang bermanfaat untuk bayi, pemberian ASI eksklusif akan
menurunkan kematian (Sujiyatini,dkk,2010).
e. Pengisapan bayi pada payudara merangsang pelepasan hormon oksitosin sehingga
membantu involusi uterus dan membantu mengendalikan terjadinya perdarahan.
(Sujiyatini,dkk,2010).
f. Dapat memotivasi dan memulai ASI eksklusif, dengan peristiwa IMD yang
berjalan 1 jam dapat berpengaruh pada masa depan si bayi.
Langkah III : biarkan bayi mencari dan menemukan putting ibu dan mulai menyusu.
1) Biarkan bayi mencari dan menemukan puting dan mulai menyusu.
2) Anjurkan ibu dan orang lainnya untuk tidak menginterupsi supaya bayi menyusu.
Misalnya, memindahkan bayi dari satu payudara ke payudara lainnya. Menyusu
pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit, bayi cukup menyusu di satu
payudara
3) Menunda semua asuhan BBL lahir normal lainnya hingga bayi selesai menyusu.
Tunda memandikan bayi 6-24 jam setelah bayi lahir untuk mencegah hipotermi.
4) Usahakan tetap menempatkan ibu dan bayi akan berhenti menelan dan
melepaskan putting. Bayi dan ibu akan merasa mengantuk. Bayi kemudian
diselimuti dengan kain bersih, lalu lakukan penimbangan dan pengukuran bayi,
mengoleskan salep antibiotic pada mata bayi, dan memberikan suntikan vitamin
K.
6. Proses IMD
Menurut Sujiyatini,dkk (2009) proses IMD sebagai berikut:
1. Setelah bayi lahir, bayi secepatnya dikeringkan seperlunya tanpa menghilangkan
vernix (kulit putih). Vernix (kulit putih) menyamankan dan menghangatkan kulit
bayi.
2. Bayi kemudian di tengkurapkan di dada atau perut ibu, dengan kulit bayi melekat
pada kulit ibu. Untuk mencegah bayi kedinginan, kepala bayi dapat dipakaikan
topi. Kemudian, jika perlu, bayi dan ibu diselimuti.
3. Bayi yang ditengkurapkan di dada atau perut ibu, dibiarkan untuk mencari sendiri
puting susu ibunya (bayi tidak dipaksakan ke puting susu). Pada dasarnya, bayi
memiliki naluri yang kuat untuk mencari puting susu ibunya.
4. Saat bayi dibiarkan untuk mencari puting susu ibunya, ibu perlu didukung dan
dibantu untuk mengenali perilaku bayi sebelum menyusu. Posisi ibu yang
berbaring mungkin tidak dapat mengamati dengan jelas apa yang dilakukan oleh
bayi.
5. Bayi dibiarkan tetap dalam posisi kulitnya bersentuhan dengan kulit si ibu sampai
proses menyusu pertama selesai.
6. Setelah selesai meyusu awal, bayi baru dipisahkan untuk ditimbang, diukur, dicap,
diberi vitamin K dan tetes mata.
7. Ibu dan bayi tetap bersama dan dirawat gabung. Rawat-gabung memungkinkan
ibu menyusui bayinya kapan saja sibayi menginginkannya, karena kegiatan
menyusu tidak boleh dijadwal. Rawat-gabung juga akan meningkatkan ikatan
batin antara ibu dengan bayinya, bayi jadi jarang menangis karena selalu merasa
dekat dengan ibu, dan selain itu dapat memudahkan ibu untuk beristirahat dan
menyusui.
DAFTAR PUSTAKA
Nuli Nuryanti Zulala, Mei Neni Sitaresmi, Sulistyaningsih. Asuhan bidan dan
perawat yang tepat mengurangi risiko kejadian hipotermi pada bayi baru lahir.
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan Aisyiyah. Vol 14, No. 1, Juni 2018, pp.49-58 .