Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PATHWAY

PASIEN DENGAN CONGESTIF HEART FAILURE (CHF)


DI RUANG DAHLIA RS MARGONO SOEKARDJO PURWOKERTO














Oleh :
Shifa Ayyu Azhari Sadan
G4D013065
PROFESI NERS






KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2014

PATHWAY KASUS
PASIEN DENGAN CONGESTIF HEART FAILURE (CHF)

Disfungsi miokard Beban tekanan >> Beban sistolik >> Pean keb. Beban vol.
(AMI) Miokarditis metabolisme berlebih

Kontraktilitas Beban systole Preload

Kontraktilitas

COP

Beban jantung meningkat Gagal jantung kanan

CHF

Gagal pompa ventrikel


Forward failure Backward failure

COP Tekanan vena pulmo

Suplai darah ke jar. Renal flow Tekanan kapiler paru

Nutrisi & O
2
sel pelepasan RAA Edema paru

Metabolisme sel retensi Na & air

Lemah, letih edema



Intoleransi
aktivitas
Kelebihan volume
cairan
Gangguan pertukaran
gas
1. DEFINISI CONGESTIF HEART FAILURE (CHF)
Congestif Heart Failure (CHF) atau gagal jantung kongestif merupakan suatu kondisi
dimana jantung tidak mampu untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrisi dan oksigen. Sejumlah faktor sistemik dapat
menunjang perkembangan dan keparahan dari gagal jantung. Peningkatan laju metabolik,
seperti demam, koma, hipoksia, dan anemia membutuhkan suatu peningkatan curah jantung
untuk memenuhi kebutuhan oksigen (Smeltzer & Bare, 2002).

2. ETIOLOGI CHF
a. Kelainan otot jantung, menyebabkan penurunan kontraktilitas jantung. Hal ini yang
mendasari penyebab dari kelainan fungsi otot mencakup aterosklerosis koroner,
hipertensi arterial, dan degeneratif atau inflamasi.
b. Penyakit arteri koroner yang menimbulkan infark miokard dan tidak berfungsinya
miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung.
c. Hipertensi sistemik/pulmonal (peningkatan afterload), meningkatkan beban kerja
jantung mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung.
d. Faktor sistemik: demam, hipoksia, atau anemia ini memerlukan peningkatan curah
jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik.
(Price, A & Wilson, L.M. 2006).

3. MANIFESTASI KLINIS
a. Adanya peningkatan volume intravaskular
b. Kongesti jaringan terjadi akibat tekanan arteri dan vena meningkat akibat gagal
jantung.
c. Peningkatan desakan vena pulmonal dapat menyebabkan cairan mengalir dari kapiler
paru ke alveoli, sehingga terjadi edema paru yang ditandai dengan batuk dan sesak
napas.
d. Peningkatan desakan vena sistemik seperti yang terlihat pada edema perifer umum dan
penambahan berat badan.
e. Penurunan curah jantung disertai dengan pening, keletihan, intoleransi jantung
terhadap aktivitas, ekstremitas dingin, dan oliguria.
f. Tekanan perfusi ginjal menurun mengakibatkan pelepasan rennin dari ginjal
menyebabkan sekresi aldosteron, retensi Na dan air, serta peningkatan volume (Price,
A & Wilson, L.M. 2006).

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan laboratorium (darah lengkap), untuk mengetahui adanya kondisi anemia
yang merupakan penyebab gagal jantung.
b. Pemeriksaan EKG
c. Pemeriksaan radiologi/rontgen
d. Angiografi radionuklir, mengukur fraksi ejeksi ventrikel kiri.
e. Kateterisasi jantung, untuk menentukan penyakit arteri koroner sekaligus luas yang
terkena (Soedoyo, et al., 2006).





















NURSING CARE PLANNING (NCP)
No. Diagnosa
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Intoleransi aktivitas NOC :
Toleransi aktivitas
Self Care: ADLs
Kriteria Hasil :
Berpartisipasi dalam
aktivitas fisik tanpa ada
peningkatan TD, nadi, dan
RR
Mampu melakukan aktivitas
sehari-hari (ADLs) secara
mandiri


NIC :
Energy Management
1. Observasi adanya
pembatasan klien dalam
melakukan aktivitas
2. Kaji adanya faktor yang
menyebabkan kelelahan
3. Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat
pasien
4. Monitor nutrisi dan
sumber energi yang
adekuat
5. Latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan
ADL secara mandiri
sesuai dengan
kemampuan
6. Dampingi dan bantu
pasien dalam mobilisasi
dan memenuhi kebutuhan
ADL pasien

2. Kelebihan volume
cairan
NOC :
Electrolit and acid base
balance
Fluid balance
Hydration
Kriteria Hasil :
Terbebas dari edema
Bunyi nafas bersih, tidak
ada dyspneu/ortopneu
Terbebas dari distensi vena
jugularis, reflek
hepatojugular (+)
Memelihara tekanan vena
sentral, tekanan kapiler
paru, output jantung dan
vital sign dalam batas
normal
Terbebas dari kelelahan,
kecemasan atau
kebingungan
Fluid management
1. Pertahankan catatan
intake dan output yang
akurat
2. Pasang urin kateter jika
diperlukan
3. Monitor hasil Lab yang
sesuai dengan retensi
cairan (BUN , Hmt ,
osmolalitas urin )
4. Monitor vital sign
5. Monitor indikasi retensi
/ kelebihan cairan
(cracles, CVP , edema,
distensi vena leher,
asites)
6. Kaji lokasi dan luas
edema
7. Monitor masukan
makanan / cairan dan
hitung intake kalori
harian
8. Monitor status nutrisi
9. Berikan diuretik sesuai
interuksi
10. Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih
muncul memburuk

3. Gangguan pertukaran
gas
NOC :
Respiratory Status : Gas
exchange
Respiratory Status :
ventilation
Vital Sign Status
Kriteria Hasil :
Mendemonstrasikan
peningkatan ventilasi dan
oksigenasi yang adekuat
Memelihara kebersihan
paru paru dan bebas dari
tanda tanda distress
pernafasan
Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis
dan dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dengan
mudah, tidak ada pursed
lips)
Tanda tanda vital dalam
rentang normal
NIC :
Airway Management
1. Buka jalan nafas,
guanakan teknik chin
lift atau jaw thrust bila
perlu
2. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan
ventilasi
3. Lakukan fisioterapi dada
jika perlu
4. Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction
5. Auskultasi suara nafas,
catat adanya suara
tambahan
6. Berika bronkodilator
bial perlu
7. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
8. Monitor respirasi dan
status O2

Respiratory Monitoring
1. Monitor rata rata,
kedalaman, irama dan
usaha respirasi
2. Catat pergerakan dada,
amati kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supra clavicular dan
intercostal
3. Monitor suara nafas,
seperti dengkur
4. Monitor pola nafas :
bradipneu, takipeneu,
kussmaul,
hiperventilasi, cheyne
stokes, biot
5. Monitor kelelahan otot
diagfragma ( gerakan
paradoksis )
6. Auskultasi suara nafas,
catat area penurunan /
tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan
7. Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi crakles
dan ronkhi pada jalan
napas utama

Acid Base Managemen
1. Monitro IV line
2. Pertahankanjalan nafas
paten
3. Monitor AGD, tingkat
elektrolit
4. Monitor adanya tanda
tanda gagal nafas
5. Monitor pola respirasi
6. Lakukan terapi oksigen
7. Monitor status neurologi
8. Tingkatkan oral hygiene


REFERENSI

Doenges, Marilynn E. (2000). Rencana asuhan keperawatan :pedoman untuk perencanaan
dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.

Johnson, M., et al. (2000). Nursing outcomes classification (NOC) 2
nd
Edition. Mosby. USA.

Mc. Closkey, J. C & Bulecheck, G. M. (2000). Nursing intervention classification (NIC). 2
nd

Ed. Mosby. USA.

Price, A & Wilson, L.M. (2006). Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit (Vol 2).
Jakarta: EGC.

Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2002). Buku ajar keperawatan medical bedah (8 ed)(Vol 2).
Jakarta: EGC.

Sudoyo, et al. 2006. Buku Ajar Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai