Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN DAN ETIK

LEGAL PADA SISTEM KARDIOVASKULER : AMI


(AKUT MIOKARD INFARK)

Anggota Kelompok:

1. Anastasia Bella W 201711010


2. Anida Pinandia 201711014
3. Anisa kurniasari 201711015
4. Cicilia Della W 201711026
5. Dina Septiana 201711032
6. Ella Pangestuti 201711034
7. Fransiska Padma D 201711037
8. Georgia Argenis Guita 201711039
9. Muhammad Nurul F 201711055
10. Rina Widyaningsih 201711059
11. Yemima Sonya 201711065

PROGRAM STUDI SI ILMU KEPERAWATAN


STIKES ST ELISABETH SEMARANG
2018
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infark Miokardinal atau yang sering disebut serangan jantung adalah
keadaan darurat medis. Serangan jantug biasanya terjadi ketika gumpalan darah
menghalangi aliran darah ke jantung. Tanpa darah, jaringan kehilangan oksigen
dan mati.
World health organization (WHO) menyatakan bahwa tahun 2012
penyakit kardiovaskuler lebih banyak menyebabkan kematian daripada lainnya.
Infark miokard akut (IMA) merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler
terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit negara-negara industri
(Antman dan Braunwald, 2010). Infark miokard adalah kematian sel miokard
akibat iskemia yang berkepanjangan. Menurut WHO, infark miokard
diklasifikasikan berdasarkan dari gejala, kelainan gambaran ekg, dan enzim
jantun. Infark miokard dapat dibedakan menjadi infark miokard dengan elevasi
gelombang ST (STEMI) dan infark miokard tanpa elevasi gelombang ST
(STEMI) (Thygesen et al., 2012).
Prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia tahun 2013 pada usia 15
tahun berdasar wawancara berdiagnosis dokter sebesar 0,5 % dan yang
berdasarkan terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5 %. Prevalensi penyakit
jantung koroner berdasarkan jenis kelaminnya, yang didiagnosis dokter atau
gejala lebih tinggi pada perempuan yaitu 0,5 % dan 1,5 %. Sedangkan pada
laki-laki adalah 0,4 % dan 1,3 %. Prevalensi miokard akut tertinggi berada di
Nusa Tenggara Timur (4,4%), diikuti Sulawesi Tengah (3,8%), sedangkan di
Jawa Tengah mencapai 0,5 % berdasar wawancara terdiagnosis dokter dan 1,4
% didiagnosis dokter atau gejala (Riskesdas, 2013).
Penyakit jantung dan pembuluh darah selalu menempati urutan pertama
baik dalam mortalitas maupun morbiditas. Pada tahun 2005, jumlah kasus 3.290
kasus (28 kasus kematian), tahun 2006 ada 6.548 kasus (98 kasus kematian),
tahun 201terdapat 6.194 kasus (108 kasus kematian). Sementara itu, jumlah
kasus pada tahun 2011 terdapat 20.336 kasus. Hal ini terlihat bahwa jumlah
kasus penyakit jantung koroner kenaikannya tidak stabil (Subdin P2P Dinkes
Kota Semarang, 2012). Pada tingkat puskesmas di Kota Semarang, jumlah
kasus tertinggi pada tahun 2008 diduduki oleh Puskesmas Srondol (419 kasus),
tahun 2009 urutan pertama yaitu Puskesmas Padangsari, dan tahun 2010
peringkat pertama dengan jumlah kasus terbanyak adalah Puskesmas
Pandanaran (Subdin P2P Dinkes Kota Semarang, 2011).
1.2 Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Menganalisis asuhan keperawatan dan kasus etik legal pada
sistem kardiovaskuler.

1.2.2. Tujuan Khusus


- Mahasiswa mampu mendeskripsikan Infark Miokardinal Akut
(AMI)
- Mahasiswa mampu menganalisis tanda dan gejala yang terjadi
pada penderita penyakit AMI
- Mahasiswa mampu menjelaskan pathway dari AMI secara umum
- Mahasiswa mampu menjelaskan pathway dari AMI sesuai kasus
- Mahasiswa mampu menganalisis asuhan keperawatan dari
pengkajian sampai intervensi

1.3 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai tolak ukur tingkat kemampuan mahasiswa dalam penguasaan
materi dan kasus dalam sistem kardiovaskuler.
2. Bagi IPTEK
Diharapkan dengan adanya makalah hasil analisis pada sistem
kardiovaskuler ini, dapat meningkatkan perkembangan dan peningkatan
ilmu pengetahuan manajemen asuhan keperawatan dalam kasus ini.
BAB 2

KONSEP TEORI

2.1. Pathway Konsep AMI


BAB 3
PEMBAHASAN ASUHAN KEPERAWATAN

1.1. KASUS
Bapak Sugi (55 tahun) di rawat di HND hari ke 2 dengan keluhan masuk
nyeri dada sebelah kiri yang muncul secara tiba-tiba dan menjalar ke bahu kiri
dan punggung. Nyeri tersebut niasanya disertai akral dingin, sesak nafas, dan
nyeri bertambah ketika beraktivitas ringan. Pasien saat ini masih mengeluh
dada terasa berat, nafas sesak, dan kadang nyeri muncul di dada sebelah kiri
menjalar ke punggung, skala nyeri 5. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD
(Tekanan Darah) 100/80 mmHg, nadi 120 kali/menit, RR 28 kali/menit, suhu
370C. Hasil pemeriksaan lab hari ke 1 didapatkan CKMB 100 U/L, LDH 4000
U/L, Tromponin T 2,5 µg/L, pemeriksaan lab kolesterol 240 mg/dl, Trigliserida
210 mg/dl, LDL 170 mg/dl, HDL 38 mg/dl. Hasil AGD diperoleh pH 7,30,
pCO2 49 mmHg, pO2 78 mmHg, SaO2 85%, HCO3 30 mEq/L. Hasil echo
menunjukkan fungsi ejeksi jantung 50%. Hasil foto thorak diperoleh tidak ada
kardiomegali, pemeriksaan EKG ST elevasi di lead II, III, dab aVF. Pasien
mendapatkan terapi cairan infus RL 500 cc/24 jam, oksigen 5 L/ menit melalui
binasal cannula, morphin 25 mg IV, Plavix 75 mg tiap 24 jam per oral, ascardia
160 mg/24 jam per oral, laksadine 30 mg/24 jam per oral, ulsidex 500 mg/8
jam. Pasien direncanakan PTCA. Saat ini pasien menolak untuk dijenguk oleh
siapapun kecuali istrinya.

1.2. PATHWAY KHUSUS


1.3 FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PENGKAJIAN
Tanggal Masuk : 16 November 2018 Jam : 10.00 WIB
Tanggal Pengkajian : 16 November 2018 Jam : 09.30 WIB

Nama perawat yang mengkaji : Perawat B


Unit :-
Ruang/ kamar : Fransiskus/2
Tanggal/ waktu masuk RS : 16 November 2018
Tanggal/ waktu pengkajian : 16 November 2018
Cara pengkajian : Auto Anamnesa
I. Identitas Klien
Nama : Tn. S
Jenis Kelamin : Pria
Umur : 55 tahun
Tempat/tgl lahir : 23 Mei 1963
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : HRD
Status Perkawinan : Sudah Kawin
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Jalan Pemali 4
Dx Medis : AMI (Akut Infark Miokard)
II. Identitas Penanggungjawab
Nama : Ny. Z
Alamat : Jalan Pemali 4
Hubungan dengan klien : Istri

III. Riwayat Keperawatan Masa Lalu


a. Penyakit yang pernah diderita :
- Pasien mengatakan tidak pernah mengalami sakit yang sama
ataupun sakit lain sebelumnya
- Pasien mengatakan tidak pernah dirawat di rumah sakit
sebelumnya
b. Penyakit keturunan dalam keluarga :
Pasien mengatakan tidak ada penyakit keturunan dalam keluarga
c. Operasi yang pernah dilakukan :
Pasien mengatakan tidak pernah melakukan operasi sebelumnya
d. Alergi :
Pasien mengatakan tidak alergi terhadap apapun (makanan, sebu, suhu,
,minuman, maupun obat)
IV. Riwayat Keperawatan Saat Ini
a. Alasan masuk rumah sakit :
Pasien mengalami nyeri dada sebelah kiri yang muncul tiba-tiba dan
menjalar ke bahu kiri dan punggung. Dada pasien terasa berat
sehingga mengalami sesak nafas ditambah ketika beraktivitas ringan
nyeri semakin terasa.
b. Tindakan/ terapi yang sudah diterima :
Pasien mendapatkan terapi cairan infus RL 500 cc/24 jam, oksigen 5
L/ menit melalui binasal cannula, morphin 25 mg IV, Plavix 75 mg
tiap 24 jam per oral, ascardia 160 mg/24 jam per oral, laksadine 30
mg/24 jam per oral, ulsidex 500 mg/8 jam.
- Keluhan Utama :
Pasien menyatakan nyeri dada sebelah kiri menjalar ke bahu
kiri dan punggung.
P (provokatif) : akibat beraktivitas ringan
Q (qualitas) : seperti tertimpa benda berat dibagian dada
R (region) : dada sebelah kiri menjalar ke punggung
S (skala) : skala nyeri 5
T (timing) : saat beraktivitas
- Keluhan penyerta :
Klien mengatakan bahwa akral dingin, sesak nafas, dada
terasa berat.
1. Pemeliharaan Kebutuhan Udara atau Oksigen
- Gangguan pernafasan : Sesak Nafas
- Alat bantu pernafasan : diberikan oksigen 5 L permenit
- melalui binasal cannula
- Sirkulasi udara : Ventilasi cukup terpenuhi
- Letak tempat tinggal : Rumah memiliki ventilasi yang
memadahi.
2. Pemeliharaan Kebutuhan Air
- Sumber air yang digunakan : Air PAM
- Konsumsi air : 5 Gelas belimbing perhari
- Kondisi air : Bening dan jerih
- Skala mandi : 2 kali/ hari
3. Pemeliharaan Kebutuhan Makanan
- Frekuensi makan : 3 kali sehari
- Jenis : Paling sering karbohidrat
- Porsi : sekali makan setengah piring
- Diet khusus : Tidak ada
- Makanan yang disukai : Mie Instant
- Pantangan : Tidak ada
- Napsu makan : Nafsu makan hilang ketika
sesak nafas.

4. Perawatan Proses Eliminasi dan Ekskresi


- BAB
a. Frekuensi : 2 kali sehari
b. Konsistensi : Padat
c. Warna : coklat
d. Masalah yang dirasakan : Tidak mengalami
kesulitan BAB
- BAK
a. Frekuensi : 4 kali sehari
b. Warna : kuning
c. Masalah yang dirasakan : Tidak mengalami nyeri saat
BAK
5. Pemeliharaan Keseimbangan Aktivitas dan Istirahat
- Aktivitas
a. Aktivitas sehari-hari : Kerja
b. Alat bantu : Tidak ada.
c. Mandi : 2 kali sehari
d. Gosok gigi : 2 kali sehari
e. Keramas : seminggu 3 kali
f. Potong kuku : seminggu sekali
- Istirahat
a. Waktu tidur : 4 jam
b. Jumlah : 1 kali
c. Insomnia : sering mengalami
6. Pemeliharaan Keseimbangan Privasi dan Interaksi Sosial
- Kegiatan Lingkungan : Malu karena sering mengeluh sakit
dada

- Interaksi Sosial : Membatasi pergaulan karena


sering mengalami nyeri dada
7. Pencegahan Resiko yang mengancam Kehidupan dan Kesejahteraan
- Memahami faktor resiko : Pasien sadar akan mengalami nyeri
dada disetiap aktivitas
8. Peningkatan Kesehatan dan Pengembangan Potensi dalam Hubungan
Sosial
- Konsultasi Dokter : Pasien pernah konsultasi dengan dokter
tapi tak kunjung sembuh
- Pelayanan kesehatan lingkungan rumah : Ada Puskesmas

Pemeriksaan Fisik
 Kesadaran : Composmentis
 TTV : tekanan darah 100/80 mmHg, nadi 120 kali/menit , Respirasy Rate
28 kali/menit, Temperature tubuh 370C
 Pemeriksaan Fisik Head to toe (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)
 Pemeriksaan Fisik Head to toe (inspeksi, palpasi, perkusi,
auskultasi)
a.   Kepala

Inspeksi : Muka simetris,rambut warna putih, kulit kepala kotor, tak ada
lesi, wajah menyeringai menahan nyeri

Palpasi   : tidak ada nyeri tekan/benjolan/massa pada kulit kepala

b.   Kulit, Rambut, Kuku

Inspeksi : warna kulit sawo matang,

Rambut jarang, distribusi rata

Bentuk kuku normal

Palpasi  : kulit  teraba dingin

Kelembapan            : kulit lembab

Tekxtur                     : kasar

Turgor kulit             : tidak elastisitas

Cavilary refill       : 4 detik

c.   Mata

Inspeksi  : mata simetris, menggunakan kaca mata, konjungtiva anemis

Pupil isokor
Palpasi    : Tidak ada nyeri tekan pada bola mata

d. Telinga
Inspeksi : telinga simetris, ada kotoran pada lubang telinga, tidak ada
Lesi pada telinga

Palpasi   : tidak ada nyeri tekan pada kedua telinga 

e. Hidung
Inspeksi : hidung tampak simetris, hidung agak kotor

Palpasi   : tidak ada nyeri tekan pada lubang, tidak ada massa pada
hidung

f. Mulut
Inspeksi : Mulut tampak simetris, tidak ada stomatitis, mukosa bibir
tampak

Kering, gigi tidak lengkap

Palpasi  : tidak ada nyeri tekan pada mulut dan tidak ada massa pada
mulut

g. leher
Inspeksi : leher tampak simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

h. Paru-paru

Inspeksi : pengembangan dada kanan= kiri, frekuensi pernafasan


cepat dan dangkal.

Palpasi : fremitus, raba kanan dan kiri sama.

Perkusi : bunyi ronchi

Auskultasi : wheezing

i. Jantung

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat

Perkusi : pekak

Auskultasi : bj 1 = bj 2 reguler

j. Abdomen
Inspeksi     : Abdomen tampak simetris,

Auskultasi : bising usus normal 35 x/menit


Perkusi      : Suara perkusi perut tympani

Palpasi      : tidak terdapat nyeri tekan pada perut

k. Ektremitas atas dan bawah


– Ekstremitas atas : tidak mampu bergerak bebas dan sangat lemah,
tangan kiri terpasang infuse Dektrosa 5%, NaCl 0,9 15 tetes/menit,
kulit pucat dan dingin.

–  Ekstremitas bawah mampu bergerak bebas, tidak ada lesi tidak ada
udema

l. Anus dan Rektum


Tidak terdapat hemoroid baik interna maupun eksterna

m. Genetalia
Normal, pasien tidak terpasang kateter urin

c. Pemeriksaan Diagnostik
1. Hasil pemeriksaan lab hari ke 1 didapatkan CKMB 100 U/L (Normal : 30-
180 IU/L), LDH 4000 U/L (normal : 512-1171 u/l), Tromponin T 2,5 µg/L
(normal : < 0,04 ng/ml), pemeriksaan lab kolesterol 240 mg/dl ( normal :
<200-239 mg/dL), Trigliserida 210 mg/dl (normal : <150 mg/dl), LDL 170
mg/dl (normal :<100mg/dl), HDL 38 mg/dl(normal : >40mg/dl). Hasil AGD
diperoleh pH 7,30 (normal 7-7,4), pCO2 49 mmHg (normal : 35-45 mmHg),
pO2 78 mmHg ( normal : 80 – 100 mmHg), SaO2 85% (normal : <90%),
HCO3 30 mEq/L (normal : < 35 mmHg). Hasil echo menunjukkan fungsi
ejeksi jantung 50% (normal : >55%)
hasil laboratorium :
- hasil EKG ST elevasi di lead II,III, dab aVF
-hasil foto thorak diperoleh tidak ada mediomegali
-hasil ECHO menunjukkan fungsi ejeksi jantung 50%

d. Terapi
Nama Kompo Dosis Rute Indikasi Kontraindika Tanggal
Obat sisi si Pemberian
Obat
Morphin 25 mg IV -nyeri akut - 16
yang hipersensitivit November
berat, as 2018
nyeri -ileus paralitik
kronis -diare
sedang dimediasi
sampai toksik
berat -depresi
-sebagai pernafasan,
suplemen asma bronkial
anestesi akut/berat,
sebelum obstruksi jalan
operasi nafas atas
-sebagai -obstruksi
obat saluran
pilihan pencernaan(ril
untuk is
nyeri pada diperpanjang)
infak -obstruksi
miokard jalan nafas
-untuk bagian atas
menghilan (epidural/intra
gkan tekal)
ansietas
pada
pasien
dengan
dipsnea
karena
kegagalan
ventrikel
kiri akut
dan edema
paru
Plavix Obat ini 75 mg/ Per Plavix Perdarahan 16
Tablet patologis
mengan 24 jam oral November
digunaka aktif misal
dung n sebagai pendarahan 2018
obat pada ulkus
Clopido
pengence peptikum
grel 75 r darah. (kerusakan
  pada lapisan
mg.
mukosa,
submukosa
sampai
lapisan otot
saluran cerna
yang
disebabkan
oleh aktivitas
pepsin dan
asam
lambung
yang
berlebihan)
atau
perdarahan
intrakranial(p
erdarahan di
dalam tulang
tengkorak).
 

Ascardia sss 160 mg Per -stroke -memiliki 16


/24 jam oral iskemik alergi November
-transien terhadap 2018
iskemik asetosal
Atau -beresiko
stroke mengalami
ringan pendarahan
-Angina gastrointestina
pectoris l/stroke
tidak hemoragik
stabil -sedang
-Angina menjalani
pectoris perawatan gigi
stabil atau bedah
kronis -memiliki
gangguan hati
dan ginjal
(tidak mutlak
dilarang
namun perlu
hati-hati)
-penderita
asma (tidak
mutlak
dilarang
namun perlu
hati-hati)
Laksadine - 30 mg / Per pelicin Ileus 16
24 jam oral jalannya obstriktif, November
feses nyeri perut 2018
(kotoran), yang tidak
penambah diketahui
an volume penyebabnya
feses
(kotoran)
secara
sistematis
sehingga
mudah
dikeluarka
n
Ulsidex - 500 mg Per Tukak Jangan 16
/8 jam oral peptik menggunakan November
obat ini untuk 2018
pasien yang
diketahui
memiliki
riwayat
hipersensitif
pada
sucrafate.
Tidak
dianjurkan
digunakan
untuk anak
usia <15
tahun. Hindari
menggunakan
obat ini pada
pasien dengan
gagal ginjal
kronis karena
obat ini dapat
menyebabkan
nefropati yang
induksi oleh
alluminium
Infus RL - 500 cc / IV - -alergi 16
24 jam ketidaksei terhadap November
mbangan sodium laktat 2018
tubuh -obat tidak
-diare boleh
-luka diberikan
bakar bersama
-gagal dengan
ginjal akut ceftriaxone
-kadar pada bayi baru
natrium lahir (< 28
rendah hari),
- meskipun
kekuranga diberikan dari
n kalium jalur infus
- yang terpisah
kekuranga -demikian
n kalsium juga pada
- anak-anak
kehilanga >28 hari dan
n banyak orang dewasa
darah dan pemberian
cairan ringer laktat
-hipertensi dengan
ceftriaxone
bersamaan
dari 1 selang
infus tidak
dianjurkan

1.2. FORMAT ANALISIS DATA

TGL
DAN
DATA MASALAH ETIOLOGI
WAKT
U
1 DS: Penurunan curah -Perubahan
Oktober 1.Nyeri dada sebelah kiri secara jantung kontraktilitas
2018 tiba-tiba dan menjalar ke bahu -Perubahan
pukul dan punggung afterload
12.30 2. Skala nyeri 5 -Perubahan
WIB 3. Nyeri disertai akral dingin, preload
sesak nafas dan nyeri bertambah
ketika aktivitas ringan
4. dada terasa berat
DO:
TTV
1. Tekanan darah 100/80 mmHg
2. Heart rate 120 kali/ menit
3. Respirasi rate 28 kali/ menit
4. Suhu 370C
Hasil PF :
Hari ke 1 : Cek KMB 100 U/L,
LDH 4000 U/L, Tromponin T
2,5 µ/L, Pemeriksaan Lab
kolesterol 240 mg/dl,
Trigliserida 210 mg/dl, LDL 170
mg/dl, HDL 38 mg/dl.
Hasil AGD diperoleh :
pH 7,30 , pCO2 49 mmHg, pO2
78 mmHg, SaO2 85%, HCO3 30
mEq/l.
Hasil echo menunjukkan fungsi
ejeksi jantung 50%
Hasil foto thorak diperoleh tidak
ada kardiomegali, pemeriksaan
EKG ST elevasi di lead II, III,
dab aVF.

3.4. DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan Perubahan kontraktilitas Perubahan
afterload, Perubahan preload ditandai dengan Hasil echo menunjukkan fungsi ejeksi
jantung 50%, Perubahan pola EKG menjadi ST Elevasi, CKMB 100 U/L, LDH 4000
U/L, Tromponin T 2,5 µg/L, Hasil AGD diperoleh pH 7,30, pCO 2 49 mmHg, pO2 78
mmHg, SaO2 85%, HCO3 30 mEq/L.
1.5. Standar Penatalaksanaan AMI
1) Morfin : sangat efektif dalam mengurangi nyeri dada dan merupakan
analgesik pilihan dalam tata laksana STEMI. Morfin dapat diberikan
dengan dosis 2-4 mg dan dapat diulang dengan interval 5-15 menit
sampai dosis total 20 mg.
2) Oksigen : suplemen oksigen harus diberikan pada pasien dengan
saturasi oksigen <90%. Pada semua pasien STEMI tanpa komplikasi
dapat diberikan oksigen selama 6 jam pertama. Nitrogliserin :
nitrogliserin sublingual dapat diberikan dengan aman degan dosis 0,4
mg dan dapat dierikan sampai 3 dosis dengan interval 5 menit.
3) Nitrat : merupakan obat yang diberikan untuk menanggulangi spasme
arteri koroner dan menurunkan miokard akan oksigen dengan
menurunkan tekanan baik preload mau afterload. Menyebabkan
relaksasi dari otot polos pembuluh darah melalui stimulasi dari prosuk
cyclic guanosine monophosphte intraseluler, mengakibatkan
penurunan tekanan darah. Nitrat sublingual dapat diberikan dengan
aman dengan dosis 0,4 mg dan dapat diberikan sampai 3 dosis dengan
interval 5 menit.
4) Aspirin : merupakan tatalaksana dasar pada pasien yang dicurigai
STEMI dan efektif pada spektrum sindroma koroner aku. Inhibisi
cepat siklookgenase trombosit yang dilanjutkan reduksi kadar
tromboksan A2 dicaai dengan absorpsi aspirin bukal dengan dosis
160-325 mg diruang emergensi. Selanjutnya diberikan peroral dengan
dosis 75-162 mg.
5) Penyekat beta : jika morfin tidak berhasil mengurangi nyeri dada,
pemberian penyekat beta intravena dapat efektif. Regimen yang biasa
diberikan adalah metoprolol 5 mg tiap 2-5 menit sampai total 3 dosis,
dengan syarat frekuensi jantung >60 kali permenit, tekanan darah
sistolik > 100 mmHg, interval PR <0,24 detik dan ronchi tidak lebih
dari 10 cm dari diafragma. 15 menit setelah dosis IV terakhir
dilanjutkan dengan metoprolol oral dengan dosis 50 mg tiap 6 jam
selama 48 jam, dan dilanjutkan dengan 100 mg tiap 12 jam.
1.6. FORMAT RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
TGL
DAN NO
NOC NIC RASIONALISASI
WAK DP
TU
1 Setelah dilakukan asuhan Manajemen jalan Majaemen
Oktob keperawatan selama 3x 24 napas : jalan nafas
er jam penurunan curah 1. posisikan pasien 1. agar
2018 jantung dengan kriteria: untuk pasien dapat
pukul Domain : Kesehatan memaksimalkan bernafas
12.30 Fisologis ventilasi dengan
WIB Kelas : Jantung Paru 2. posisikan untuk bebas
Out Comes : Status meringankan sesak 2.Memposis
Pernafasan nafas ikan pasien
3. monitor status agar
Indika A T pernafasan dan meringsnksn
tor oksigenasi, sesak nafas
Fraksi 3 4 sebagaimana pasien
ejeksi mestinya 3. Pantau
PaO2 2 3
PaCO2 2 3 Pemberian obat : status
Keterangan : 1. pertahankan pernafasan
a. Frekuensi nafas: aturan dan prosedur agr tetap
1=Berat yang sesuai dengan terjaga
2=Cukup Berat keakuratan dan 4.
3= Sedang keamanan Pemberian
4= Ringan pemberian obat – obat
5= Tidak ada obatan -
b. Irama Pernafasan : 2. ikuti prosedur 5 pertahankan
1=Berat benar dalam aturan dan
2=Cukup Berat pemberian obat prosedur agr
3= Sedang 3. catat alergi yang tidak terjadi
4= Ringan dialami klien kesalahan
5= Tidak ada sebelum pemberian - Agar tidak
a. Penggunaan otot obat dan tahan obat terjadi
bantu nafas : – obatan jika kesalahan
1=Berat diperlukan 3. Agar
2=Cukup Berat Manajemen asam perawat
3= Sedang basa : mengetahui
4= Ringan 1. pertahankan Manajemen
5= Tidak ada kepatenan jalan asam basa
Domain : Kesehatan napas 1.Agar jalan
Fisiologis 2. monitor nafas tetap
Kelas : Jantung Paru kecenderungan pH terjaga
Outcome : Status Sirkulasi arteri PaCO2 dan 2. Agar
Indika A T HCO3 dalam kecenderung
tor rangka an Ph arteri
Tekan 3 4
mempertimbangka PaCO2
an
n jenis Terjaga
darah
ketidakseimbangan 3.Untuk
sistol
yang terjadi mengantisip
Tekan 2 3
3. monitor adanya asi
an
gejala kegagalan kegagalan
nadi
Satura 2 4 pernafasan nafas
si 4. berikan 4.Memberik
oksige pengobatan yang an terpi
n sudah diresepkan farmakologi
Penur 3 5 berdasaran pada sesuai resep
unan tren yang ada pada dokter
suhu pH PaCO2 HCO3 Manajemen
kulut dan serum disritmia :
Ket :
elektrolit, denan 1.Agar tidak
1=Berat
cara yang tepat terjadi
2=Cukup Berat
Manajemen kesalahan
3= Sedang
disritmia : pada
4= Ringan 1. atur parameter monitor
5= Tidak ada alarm pada monitor EKG
EKG 2.
2. monitor Melakukanp
perubahan EKG emantauan
yang meningkatkan agar tidak
resiko terjadinya terjadi
disritmia peningkatan
3. fasilitasi resiko
pengambilan 12 – terjadinya
lead EKG dengan disritmia
tepat Manajemen
Manajemen nutisi :
nutrisi : 1.Untuk
1.Tentukan staatus mengetahui
gizi pada pasien kebutuhan
dan kemampuan gizi pasien
untuk memenuhi 2.
kebutuhan gizi Mengetahui
2. Tentukan jumlah kebutuhan
kalori dan jenis kalori pasien
nutrisi yang 3.Memperce
dibutuhkan untuk pat
memenuhi pemenuhan
persyaratan gizi nutrisi
3. Anjurkan pasien pasien
untuk duduk pada Manajemen
posisi tegak dikursi Nyeri :
jika 1.Untuk
memungkinkan mengetahui
Manajemen Nyeri: karateristik
1.Lakukan nyeri
pengkajian nyeri 2.Untuk
komprehensif yang mengurangi
meliputi lokasi, rasa nyeri
karateristik,konsep pada pasien
atau durasi , 3.
frekuensi,kualitas, Mengetahui
intensitas tu seberapa
beratnya nyeri dan jauh strategi
faktor pencetus . komunikasi
2. pastikan pasien
enelgesik bagi
pasien dilakukan
dengan
pemantauan yang
ketat
3. Gunakan staregi
komunikasi
terpeutik untuk
mengetahui
pengalaman nyeri
dan samapikan
peneriman pasien
terhadap nyeri .

1.7. Analisis Kasus Etik Legal


Klien menolak dijenguk oleh siapapun kecuali istrinya.

a. Analisis :

Autonomy (Otonomi)

Prinsip etik yang berhubungan dengan kasus diatas adalah Autonomy


(Otonomi) Perawat dalam hal ini harus menghargai keinginan pasien. Apabila
pasien menolak untuk dijenguk oleh siapapun kecuali istrinya, maka perawat
harus menghargai keputusan pasien.
b. Undang-Undang yang mengatur :
UU No. 38 Tahun 2014 menghargai keputusan klien / pasien dan tidak
boleh memaksakan keputusan klien.

BAB 4
PENUTUP

IV.1. KESIMPULAN

Infark miokard adalah proses rusaknya jaringan jantung karena adanya


penyempitan atau sumbatan pada arteri koroner sehingga suplai darah pada jantung
berkurang yang menimbulkan nyeri yang hebat pada dada. Serangan jantung biasanya
terjadi jika suaatu sumbatan paada arteri koroner menyebabkan terbatasnya atau
terputusnya aliran darah kesuatu bagian dari jantung. Jika terputusnya atau
berkurangnya aliran darah ini berlangsung lebih dari beberapa menit, maka jaringan
jantung akan mati. Keluhan yang khas ialah nyeri dada redrosternal, seperti di remas-
remas, ditekan , ditusuk, panas aatau ditindih barang berat.Diagnosis MCI biasanya
dapat didiagnostik berdasar pada riwayat penyakit sekarang, EKG, dan serangkaian
enzim serum. Prognosis tergantung pada beratnya obstruksi arteri dan banyaknya
kerusakan jantung.

IV.2. SARAN

Sebagai perawat kita harus mengetahui tentang penyakit Infark Miokard Akut
dan harus mengetahui konsep mengenai Infark Miokard Akut. Kita juga harus
mengetahui cara penatalaksanaan mengenai Infrak Miokard Akut, khususnya dalam
kondisi gawat darurat atupun setting critical care.

DAFTAR PUSTAKA
1. J, Elisabeth. 2009. Buku Saku Patofiosologis. Jakarta:EGC.
2. H, Kalim, dkk. 2009. Mileoperoksidase Pada Penderita Infark Miokard
Akut. Jakarta:EGC.
3. DiGiulio, Mary, dkk. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Rapha
Publishing

Anda mungkin juga menyukai