Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN

RISIKO BUNUH DIRI

OLEH :
Alvienda Vierda Kusuma
202031002

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKes St. ELISABETH SEMARANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bunuh diri adalah masalah global. Dalam beberapa tahun terakhir, bunuh diri
menjadi fenomena yang sering muncul dalam pemberitaan media cetak maupun media
elektronik. Jumlah kematian yang diakibatkan oleh bunuh diri semakin meningkat, dalam
45 tahun terakhir angka kejadian bunuh diri di dunia meningkat hingga 60% (Befrienders
Worldwide, 2009). Pada tahun 2007 di Amerika Serikat, bunuh diri terletak pada
peringkat ke-7 untuk semua umur (CDC, 2010). Lebih dari 5.000 remaja melakukan
bunuh diri setiap tahunnya di Amerika Serikat, yaitu satu remaja setiap 90 menit
(Kaplan, 2010). Data tentang insidensi di Indonesia sendiri belum jelas sehingga masih
banyak dilakukan survei mengenai angka percobaan bunuh diri di Indonesia.
Ide, isyarat dan usaha bunuh diri sering disertai gangguan depresi. Ide bunuh diri
terbesar terjadi jika gangguan depresi sudah parah. De Catanzaro menemukan bahwa
antara 67% hingga 84% pikiran bunuh diri bisa dijelaskan dengan masalah hubungan
sosial dan hubungan dengan lawan jenis, terutama yang berkaitan dengan loneliness dan
perasaan membebani keluarga. Adapun dua motivasi yang paling sering muncul dalam
pikiran bunuh diri adalah untuk melarikan diri dari masalah dalam kehidupan dan untuk
membalas dendam pada orang lain (Maris, et al 2000). Tapi seringkali didapatkan
banyak usaha bunuh diri dengan sebab yang berbeda, sehingga banyak sekali hal yang
bisa membuat seseorang ingin melakukan bunuh diri.
Faktor budaya juga berpengaruh terhadap usaha bunuh diri. Seperti hara-kiri di
Jepang, di Denmark bunuh diri merupakan jalan untuk bertemu kembali dengan orang
yang mereka cintai, di Swedia banyak orang melakukan bunuh diri akibat gagal dalam
mencapai ambisinya, dan di India seorang istri yang ditinggal mati oleh suami akan
menenggelamkan dirinya di sungai temoat abu suaminya dibuang (Maris, et al, 2000). Di
Indonesia dengan beragam agama dan budaya, bunuh diri Universitas Kristen Maranatha
2 adalah sesuatu hal yang berkonotasi negatif, namun masih banyak orang yang
melakukan bunuh diri seperti contohnya dengan bom bunuh diri.
Depresi seringkali disebut sebagai faktor yang mempunyai korelasi signifikan
dengan tingkah laku bunuh diri. Namun tidak semua orang yang melakukan usaha bunuh
diri mengalami depresi dan sebaliknya orang depresi tidak selalu melakukan usaha
bunuh diri. Depresi dikombinasikan dengan beberapa faktor risiko yang lainnya akan
meningkatkan risiko terjadinya usaha bunuh diri. Freud (1963) mengkaitkan dengan rasa
duka setelah kehilangan seseorang yang dicintai karna kematian, perpisahan atau
berkurangnya kasih sayang. Secara tidak sadar orang tersebut menyimpan perasaan
negatif terhadap orang yang dicintai. Pasien depresi menjadi objek kemarahan dan
kebenciannya sendiri. Selain itu, ia tidak suka diabaikan dan merasa bersalah atas dosa-
dosanya yang nyata atau yang dibayangkan terhadap orang yang meninggalkannya.
Selanjutnya, kemarahan terhadap orang yang meninggalkannya terus-menerus dipendam,
berkembang menjadi proses menyalahkan diri sendiri, menyiksa diri sendiri, dan depresi
yang berkelanjutan.
Oleh karena banyaknya percobaan bunuh diri dengan penyebab dan faktorfaktor
yang sangat bervariatif maka peneliti ingin mengetahui bagaimana gambaran dinamika
percobaan bunuh diri pada pasien depresi berat.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan jiwa tentang bunuh diri
2. Tujuan khusus
a. untuk mengetahui pengertian bunuh diri
b. untuk mengetahui jenis-jenis bunuh diri
c. untuk mengetahui tanda dan gejala bunuh diri
d. untuk mengetahui rentang respons protektif diri
e. untuk mengetahui faktor predisposisi dari bunuh diri
f. untuk mengetahui faktor prsipitasi dari bunuh diri
g. untuk mengetahui mekanisme koping
h. untuk mengetahui masalah keperawatan yang mungkin muncul
i. untuk mengetahui intervensi keperawatan
j. untuk mengetahui pohon masalah dari bunuh diri
k. untuk mengetahui asuhan keperawatan tentang bunuh diri

C. Manfaat
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang pengertian bunuh diri
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis bunuh diri
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui tanda dan gejala bunuh diri
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui rentang respons protektif diri
5. Agar mahasiswa dapat mengetahui faktor predisposisi dari bunuh diri
6. Agar mahasiswa dapat mengetahui faktor prsipitasi dari bunuh diri
7. Agar mahasiswa dapat mengetahui mekanisme koping
8. Agar mahasiswa dapat mengetahui masalah keperawatan yang mungkin muncul
9. Agar mahasiswa dapat mengetahui intervensi keperawatan
10. Agar mahasiswa dapat mengetahui pohon masalah dari bunuh diri
11. Agar mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan tentang bunuh diri
b.
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA PADA PASIEN RISIKO BUNUH DIRI

A. Pengertian dan Jenis


1. Definisi
Bunuh diri (bahasa inggris suicide, yang berasal dari bahasa kata Latin
suicidium, dari sui caedere, yang berarti membunuh diri sendiri) adalah tindakan
sengaja yang menyebabkan kematian (ketiadaan nyawa dalam organisme biologis
dalam hal ini adalah manusia) diri sendiri. Bunuh diri sering kali dilakukan akibat
putus asa, yang penyebabnya sering kali dikaitkan dengan gangguan jiwa misalnya
depresi, gangguan bipolar, skizofrenia, ketergantungan alkohol/alkoholisme, atau
penyalahgunaan obat.
Perilaku bunuh diri merupakan spek-trum yang luas. Crosby, Ortega,
Melanson (2011) menyatakan bahwa percobaan bunuh diri adalah perilaku yang
tidak fatal, diarahkan pada dirisendiri dan berpotensi melukai diri sendiri
dengan keinginan untuk mati, dan suatu percobaan bunuh diri dapat atau tidak
dapat menghasilkan luka. Silverman et al. (2007) menyatakan bahwa percobaan
bunuh diri adalah perbuatan yang ditimbulkan oleh diri sendiri, suatu perilaku
yang berpotensi melukai diri sendiri dengan hasil yang tidak fatal dan ada
bukti baik itu eksplisit ataupun implisit dari keinginan untuk mati.
2. Jenis-jenis Gangguan Jiwa
a. Risiko bunuh diri
b. Risiko perilaku kekerasan
c. Halusinasi
d. Isolasi sosial
e. Waham
f. Deficit perawatan diri
g. Harga diri rendah

B. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
a. Diagnostic: Mempunyai gangguan jiwa, penyalahgunaan narkoba, skizofrenia
b. Kepribadian: Rasa bermusuhan, implisif, dan depresi
c. Lingkungan psikososial: Baru mengalami kehilangan, perpisahan/perceraian,
kehilangan dini, dan berkurangnya dukungan sosial
d. Riwayat keluarga: Ada keluarga yang pernag melakukan bunuh diri
2. Faktor Presipitasi
a. Perasaan terisolasi
b. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres
c. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri
sendiri
d. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.
e. Patopsikologi

C. Manifestasi Klinis
1. Gejala Positif
2. Gejala Negatif
a. Keputusasaan
b. Celaan terhadap diri sendiri, merasa gagal dan tidak berguna
c. Depresi
d. Agitasi dan gelisah
e. Insomnia yang menetap
f. Terjadi penurunan berat badan
g. Bicara lamban, sering letih, menarik diri dari lingkungan

D. Pohon Masalah

Risiko Bunuh Diri Akibat

Core problem
Bunuh Diri

Harga Diri Rendah Causa


kebalik ini???,,kan reiki b unuh diri dulu baru bunuh diri/meninggal
E. Penatalaksanaan
1. Psikoterapi
Pasien dengan resiko bunuh diri dapat diberikan terapi perilaku kognitif
2. Psikofarmakologi
Pasien dengan resiko bunuh diri dapat diberikan terapi farmakologi clozapine
3. Psikomatik

F. Pengkajian Fokus
1. Tinjauan kembali riwayat klien untuk adanya stressor pencetus dan data signifikan
tentang:
a. Kerentaan genetik-biologik (riwayat keluarga)
b. Peristiwa hidup yang menimbulkan stres dan kehilangan yang barudialami
c. Hasil dan alat pengkajian yang terstandarisasi untuk depresi
d. Riwayat pengobatan
e. Riwayat pendidikan dan pekerjaan
2. Catat ciri-ciri respon psikologik, kognitif, emosional dan prilaku dari
individudengan gangguan mood
3. Kaji adanya faktor resiko bunuh diri dan letalitas prilaku bunuh diri:
a. Tujuan klien misalnya agar terlepas dari stres, solusi masalah yang sulit
b. Rencana bunuh diri termasuk apakah klien memiliki rencana yang teratur dan
cara-cara melaksanakan rencana tersebut
c. Keadaan jiwa klien (misalnya adanya gangguan pikiran, tingkat gelisah,
keparahan gangguan mood)
d. Sistem pendukung yang ada
e. Stressor saat ini yang mempengaruhi klien, termasuk penyakit lain (baik
psikiatrik maupun medik), kehilangan yang baru dialami dan riwayat
penyalahgunaan zat
4. Kaji sistem pendukung keluarga dan kaji pengetahuan dasar keluarga klien, atau
keluarga tentang gejala, meditasi dan rekomendasi pengobatan gangguan mood,
tanda-tanda kekambuhan dan tindakan perawatan diri

G. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang terjadi pada pasien resiko bunuh diri:
1. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada prilaku percobaan bunuh
diri:Dorongan yang kuat untuk bunuh diri berhubungan dengan gangguan alam
perasaan: depresi
2. Potensial untuk bunuh diri berhubungan dengan ketidakmampuan menangani stres,
perasaan bersalah
3. Koping yang tidak efektif berhubungan dengan ingin bunuh diri sebagai pemecahan
masala
4. Potensial untuk bunuh diri berhubungan dengan keadaan stress yang tiba-tiba
5. Isolasi sosial berhubungan dengan usia lanjut atau fungsi tubuh yang menurun
6. Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan kegagalan (sekolah,
hubungan interpersonal)

H. Intervensi Keperawatan
Strategi pelaksanaan pada pasien dengan resiko bunuh diri:
1. Strategi Pelaksanaan pada Pasien
a. SP 1 Pasien: Percakapan untuk melindungi pasien dari percobaan bunuh diri (
Menegendalikan dorongan bunuh diri)
Orientasi
”Selamat pagi A kenalkan saya adalah perawatAlvienda, saya mahasiswa dari
Stikes St. Elisabeth Semarang, saya melakukan kunjungan rutin ke sini.” nama
pnggilan??”Bagaimana perasaan A hari ini?”
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang A rasakan selama
ini. Dimana dan berapa lama kita bicara?”
Fase Kerja
“Bagaimana perasaan A setelah bencana ini terjadi? Apakah dengan bencana
ini A merasa paling menderita di dunia ini? Apakah A kehilangan kepercayaan
diri? Apakah A merasa tak berharga atau bahkan lebih rendah daripada orang
lain? Apakah A merasa bersalah atau mempersalahkan diri sendiri? Apakah A
sering mengalami kesulitan berkonsentrasi? Apakah A berniat untuk menyakiti
diri sendiri, ingin bunuh diri atau berharap bahwa A mati? Apakah A pernah
mencoba untuk bunuh diri? Apa sebabnya, bagaimana caranya? Apa yang A
rasakan?” Jika pasien telah menyampaikan ide bunuh dirinya, segera
dilanjutkan dengan tindakan keperawatan untuk melindungi pasien, misalnya
dengan mengatakan: “Baiklah, tampaknya A membutuhkan pertolongan segera
karena ada keinginan untuk mengakhiri hidup”. ”Saya perlu memeriksa
seluruh isi kamar A ini untuk memastikan tidak ada benda-benda yang
membahayakan A.”
”Nah A, Karena A tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk
mengakhiri hidup A, maka saya tidak akan membiarkan A sendiri.”
”Apa yang A lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul ? Kalau keinginan itu
muncul, maka untuk mengatasinya A harus langsung minta bantuan kepada
perawat di ruangan ini dan juga keluarga atau teman yang sedang besuk. Jadi
A jangan sendirian ya, katakan pada perawat, keluarga atau teman jika ada
dorongan untuk mengakhiri kehidupan”.
”Saya percaya A dapat mengatasi masalah, OK A?” rewardnya??
diatsa juga blm ada menyinkirkan benda benda yg berbahaya untuk bunuh diri??
Terminasi
”Bagaimana perasaan A sekarang setelah mengetahui cara mengatasi
perasaan ingin bunuh diri?”evaluasi obyektif?
”Coba A sebutkan lagi cara tersebut”
”Saya akan menemani A terus sampai keinginan bunuh diri hilang”
mana masukan jadwal?? ada M.B.T naratif dan juga RTL dan juga kontrak
selanjutnya topik,waktu,tempat???
b. SP 2 Pasien: Percakapan untuk melindungi pasien dari isyarat bunuh diri
Orientasi yg betul adalah,, percakapan berpikir positif terhadap diri untuk
menaikan harga diri
”Selamat pagi A!, masih ingat dengan saya kan? Bagaimana perasaan A hari
ini?”
”O... jadi A merasa tidak perlu lagi hidup di dunia ini. Apakah A ada perasaan
ingin bunuh diri?”
”Baiklah kalau begitu, hari ini kita akan membahas tentang bagaimana cara
mengatasi keinginan bunuh diri. Mau berapa lama? Dimana? Disini saja yah!”
Fase Kerja
“Baiklah, tampaknya A membutuhkan pertolongan segera karena ada
keinginan untuk mengakhiri hidup”. ”Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar
A ini untuk memastikan tidak ada benda-benda yang membahayakan A.” ini
masukan SP 1
”Nah A, karena A tampaknya masih memiliki keinginan yang kuat untuk
mengakhiri hidup A, maka saya tidak akan membiarkan A sendiri.”
”Apa yang A lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul? Kalau keinginan itu
muncul,maka untuk mengatasinya A harus langsung minta bantuan kepada
perawat atau keluarga dan teman yang sedang besuk. Jadi usahakan A jangan
pernah sendirian ya..”. buat percakapan tentang kegiatan positif tadi
Terminasi
“Bagaimana perasaan a setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali
apa yang telah kita bicarakan tadi? Bagus A. Bagimana Masih ada dorongan
untuk bunuh diri? Kalau masih ada perasaan/dorongan bunuh diri, tolong
panggil segera saya atau perawat yang lain. Kalau sudah tidak ada keinginan
bunh diri saya akan ketemu A lagi, untuk membicarakan cara meninngkatkan
harga diri setengah jam lagi dan disini saja.” ini juga dan juga buat jadwal
kegiatan posityif ada M.B.T
c. SP 3 Pasien: Percakapan tentang hal yang harus disyukuri ( pola koping yang
konstruktif)
Orientasi
“Selamat pagi A! Bagaimana perasaan A saat ini? Masih adakah
doronganmengakhiri kehidupan? Baik,sesuai janji kita dua jam yang lalu
sekarang kita akan membahas tentang rasa syukur atas pemberian Tuhan yang
masih A miliki. Mau berapa lama? Dimana?” kopinh konstruktif yang
digunakan
Fase Kerja
”Apa saja dalam hidup A yang perlu disyukuri, siapa saja kira-kira yang sedih
dan rugi kalau A meninggal?”
”Coba A ceritakan hal-hal yang baik dalam kehidupan A. Keadaan yang
bagaimana yang membuat A merasa puas?”
”Bagus. Ternyata kehidupan Amasih ada yang baik yang patut A syukuri. Coba
A sebutkan kegiatan apa yang masih dapat A lakukan selama ini”
”Bagaimana kalau B mencoba melakukan kegiatan tersebut, Mari kita latih”
Terminasi
“Bagaimana perasaan A setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali
apa-apa saja yang A patut syukuri dalam hidup A?”
”Ingat dan ucapkan hal-hal yang baik dalam kehidupan B jika terjadi
doronganmengakhiri kehidupan (affirmasi).Bagus B. Coba B ingat-ingat lagi
hal-hal lain yang masih B miliki dan perlu disyukuri! Nanti jam 12 kita bahas
tentang cara mengatasi masalah dengan baik. Tempatnya dimana? Baiklah.
Tapi kalau ada perasaan-perasaan yang tidak terkendali segera hubungi saya
ya!” mohon jadwal ada M.B.T naratif
d. SP 4 Pasien: Percakapan untuk meningkatkan kemampuan dalam
menyelesaikan masalah pada pasien isyarat bunuh diri ( percakapan rencana
masa depan yang realistis) ini yang betul
Orientasi
”Selamat pagi, A. Bagaimana perasaannyai? Masihkah ada keinginan bunuh
diri? Apalagi hal-hal positif yang perlu disyukuri? Bagus! Sekarang kita akan
berdiskusi tentang bagaimana cara mengatasi masalah yang selama ini timbul.
Mau berapa lama? Di saja yah ?”yg nentukan klien
Fase Kerja
Coba ceritakan situasi yang membuat A ingin bunuh diri. Selain bunuh diri,
apalagi kira-kira jalan keluarnya. Wow banyak juga yah. Nah coba kita
diskusikan keuntungan dan kerugian masing-masing cara tersebut. Mari kita
pilih cara mengatasi masalah yang paling menguntungkan! Menurut A cara
yang mana? Ya, saya setuju. A bisa dicoba!”Mari kita buat rencana kegiatan
untuk masa depan.” buat percakapannya yang sesuai dengan rencana masa
depan yang realistis
Terminasi
“Bagaimana perasaan A, setelah kita bercakap-cakap? Apa cara mengatasi
masalah yang A akan gunakan? Coba dalam satu hari ini, A menyelesaikan
masalah dengan cara yang dipilih A tadi.Besok di jam yang sama kita akan
bertemu lagi disini untuk membahas pengalaman A menggunakan cara yang
dipilih”.
2. Strategi Pelaksanaan pada Keluarga
a. SP 1 Keluarga: Percakapan dengan keluarga untuk melindungi pasien yang
mencoba bunuh diri
Orientasi
”Selamat pagi Bapak/Ibu, kenalkan saya Alvienda yang merawat putra bapak
dan ibu”.
”Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang cara menjaga agar A tetap
selamat dan tidak melukai dirinya sendiri. Bagaimana kalau di sini saja kita
berbincang-bincangnya Pak/Bu?” Sambil kita awasi terus A.
Fase Kerja
”Bapak/Ibu, A sedang mengalami putus asa yang berat karena kehilangan
sahabat karibnya akibat bencana yang lalu, sehingga sekarang A selalu ingin
mengakhiri hidupnya. Karena kondisi A yang dapat mengakiri kehidupannya
sewaktu-waktu, kita semua perlu mengawasi A terus-menerus. Bapak/Ibu dapat
ikut mengawasi ya..pokoknya kalau alam kondisi serius seperti ini A tidak boleh
ditinggal sendidrian sedikitpun”
”Bapak/Ibu bisa bantu saya untuk mengamankan barang-barang yang dapat
digunakan A untuk bunuh diri, seperti tali tambang, pisau, silet, tali pinggang.
Semua barang-barang tersebut tidak boleh ada disekitar A”. ”Selain itu, jika
bicara dengan A fokus pada hal-hal positif, hindarkan pernyataan negatif.”
”Selain itu sebaiknya A punya kegiatan positif seperti melakukan hobbynya
bermain sepak bola, dll supaya tidak sempat melamun sendiri”
Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah mengetahui cara mengatasi
perasaan ingin bunuh diri?”
”Coba bapak dan ibu sebutkan lagi cara tersebut”
”Baik, mari sama-sama kita temani A, sampai keinginan bunuh dirinya
hilang.”
b. SP 2 Keluarga: Mengajarkan keluarga tentang cara melindungi anggota
keluarda berisiko bunuh diri
Orientasi
”Selamat pagi Bapak/Ibu. Bagaimana keadaan anak Bpk/Ibu?”
”Hari ini kita akan mendiskusikan tentang tanda dan gejala bunuh diri dan cara
melindungi dari bunuh diri.”
”Dimana kita akan diskusi. Bagaimana kalau di ruang wawancara?” Berapa lama
Bapak/Ibu punya waktu untuk diskusi?”
Fase Kerja
”Apa yang Bapak/Ibu lihat dari perilaku atau ucapan A?”
”Bapak/Ibu sebaiknya memperhatikan benar-benar munculnya tanda dan gejala bunuh
diri. Pada umumnya orang yang akan melakukan bunuh diri menunjukkan tanda
melalui percakapan misalnya “Saya tidak ingin hidup lagi, orang lain lebih baik tanpa
saya. Apakah A pernah mengatakannya?”
”Kalau Bapak /Ibu menemukan tanda dan gejala tersebut, maka sebaiknya Bapak /Ibu
mendengarkan ungkapan perasaan dari A secara serius. Pengawasan terhadap A
ditingkatkan, jangan biarkan dia sendirian di rumah atau jangan dibiarkan mengunci
diri di kamar. Kalau menemukan tanda dan gejala tersebut, dan ditemukan alat-alat
yang akan digunakan untuk bunuh diri, sebaiknya dicegah dengan meningkatkan
pengawasan dan memberi dukungan untuk tidak melakukan tindakan tersebut. Katakan
bahwa Bpk/Ibu sayang pada A. Katakan juga kebaikan-kebaikan A!”
”Usahakan sedikitnya 5 kali sehari bapak dan ibu memuji A dengan tulus”
”Tetapi kalau sudah terjadi percobaan bunuh diri, sebaiknya Bapak/Ibu mencari
bantuan orang lain. Apabila tidak dapat diatasi segeralah rujuk ke Puskesmas atau
rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan yang lebih serius. Setelah kembali
ke rumah, Bapak/Ibu perlu membantu agar A terus berobat untuk mengatasi keinginan
bunuh diri.
Terminasi
”Bagaimana Pak/Bu? Ada yang mau ditanyakan? Bapak/Ibu dapat ulangi kembali
cara-cara merawat anggota keluarga yang ingin bunuh diri?”
”Ya, bagus. Jangan lupa pengawasannya ya! Jika ada tanda-tanda keinginan bunuh
diri segera hubungi kami. Kita dapat melanjutkan untuk pembicaraan yang akan
datang tentang cara-cara meningkatkan harga diri A dan penyelesaian masalah”
”Bagaimana Bapak/Ibu setuju?” Kalau demikian sampai bertemu lagi minggu depan
disini”.
c. SP 3 Keluarga: Percakapan untuk mengajarkan keluarga tentang cara merawat
anggota keluarga berisiko bunuh diri
Orientasi
“Selamat pagi pak, bu, sesuai janji kita minggu lalu kita sekarang ketemu lagi”
“Bagaimana pak, bu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita
bicarakan minggu lalu?”
“Sekarang kita akan latihan cara-cara merawat tersebut ya pak, bu?”
“Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung ke A ya?”
“Berapa lama bapak dan ibu mau kita latihan?”
Fase Kerja
“Sekarang anggap saya A yang sedang mengatakan ingin mati saja, coba
bapak dan ibu praktekkan cara bicara yang benar bila A sedang dalam
keadaan yang seperti ini”
“Bagus, betul begitu caranya”
“Sekarang coba praktekkan cara memberikan pujian kepada A”
“Bagus, bagaimana kalau cara memotivasi A minum obat dan melakukan
kegiatan positifnya sesuai jadwal?”
“Bagus sekali, ternyata bapak dan ibu sudah mengerti cara merawat A”
“Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya langsung kepada A?”
(Ulangi lagi semua cara diatas langsung kepada pasien)
Terminasi
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita berlatih cara merawat A di
rumah?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali
bapak dan ibu membesuk A”
“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali kesini
dan kita akan mencoba lagi cara merawat A sampai bapak dan ibu lancar
melakukannya”
“Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari?”
“Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu”
d. SP 4 Keluarga: Melatih keluarga cara merawat pasien risiko bunuh diri
Orientasi
”Selamat pagi Bapak/Ibu. Bagaimana keadaan anak Bpk/Ibu?”
”Hari ini kita akan mendiskusikan tentang tanda dan gejala bunuh diri dan
cara melindungi dari bunuh diri.”
”Dimana kita akan diskusi.Bagiaman kalau di ruang wawancara?” Berapa
lama Bapak/Ibu punya waktu untuk diskusi?”
Fase Kerja
”Apa yang Bapak/Ibu lihat dari perilaku atau ucapan A?”
”Bapak/Ibu sebaiknya memperhatikan benar-benar munculnya tanda dan
gejala bunuh diri. Pada umumnya orang yang akan melakukan bunuh diri
menunjukkan tanda melalui percakapan misalnya “Saya tidak ingin hidup lagi,
orang lain lebih baik tanpa saya. Apakah A pernah mengatakannya?”
”Kalau Bapak/Ibu menemukan tanda dan gejala tersebut, maka sebaiknya
Bapak/Ibu mendengarkan ungkapan perasaan dari A secara serius.
Pengawasan terhadap A ditingkatkan, jangan biarkan dia sendirian di rumah
atau jangan dibiarkan mengunci diri di kamar. Kalau menemukan tanda dan
gejala tersebut, dan ditemukan alat-alat yang akan digunakan untuk bunuh diri,
sebaiknya dicegah dengan meningkatkan pengawasan dan memberi dukungan
untuk tidak melakukan tindakan tersebut. Katakan bahwa Bpk/Ibu sayang pada
A. Katakan juga kebaikan-kebaikan A!”
”Usahakan sedikitnya 5 kali sehari bapak dan ibu memuji A dengan tulus”
”Tetapi kalau sudah terjadi percobaan bunuh diri, sebaiknya Bapak/Ibu
mencari bantuan orang lain. Apabila tidak dapat diatasi segeralah rujuk ke
Puskesmas atau rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan yang lebih
serius. Setelah kembali ke rumah, Bapak/Ibu perlu membantu agar A terus
berobat untuk mengatasi keinginan bunuh diri.”
Terminasi
”Bagaimana Pak/Bu? Ada yang mau ditanyakan? Bapak/Ibu dapat ulangi
kembali cara-cara merawat anggota keluarga yang ingin bunuh diri?”
”Ya, bagus. Jangan lupa pengawasannya ya! Jika ada tanda-tanda keinginan
bunuh diri segera hubungi kami. Kita dapat melanjutkan untuk pembicaraan
yang akan datang tentang cara-cara meningkatkan harga diri A dan
penyelesaian masalah”
”Bagaimana Bapak/Ibu setuju?” Kalau demikian sampai bertemu lagi minggu
depan disini”.
e. SP 5 Keluarga: Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
Orientasi
“Selamat pagi pak, bu, hari ini saya sudah mengakhiri kunjungan saya, maka
sebaiknya kita membicarakan jadwal B selama dirumah” Berapa lama kita bisa
diskusi?, baik mari kita diskusikan.”
Fase Kerja
“Pak, bu, ini jadwal A, coba perhatikan, dapatkah dilakukan?’tolong
dilanjutkan, baik jadwal aktivitas maupun jadwal minum obatnya”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang
ditampilkan oleh A selama di rumah. Kalau misalnya A terus menerus
mengatakan ingin bunuh diri, tampak gelisah dan tidak terkendali serta tidak
memperlihatkan perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku
membahayakan orang lain, tolong bapak dan ibu segera hubungi Suster H di
Puskesmas..., puskesmas terdekat dari rumah ibu dan bapak, ini nomor telepon
puskesmasnya: (0651) 853xxx
Selanjutnya suster H yang akan membantu memantau perkembangan A
Terminasi
“Bagaimanpak/bu? Ada yang belum kelas?” Ini jadwal kegiatan harian A. Ini
surat rujukan untuk perawat K di puskesmas .... Jangan lupa kontrol ke
puskesmas sebelum obat habis atau ada gejala yang tanpak.
BAB III
PEMBAHASAN ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus 7
Seorang pemuda berumur 20 tahun bernama Sdr.O berasal dari Salatiga, satu bulan yang lalu
pacarnya memutuskan hubungan dan pergi dengan pemuda dari desa sebelah., dan kira kira
satu minggu yang lalu pacarnya itu menikah,Dua hari setelah kejadian itu klien ditemukan
minum obat serangga, saat di RSJ klien tampak lemas, tatapan muka kosong dan sulit untuk
berkomunikasi.

FORMULIR PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN

Nama perawat yang mengkaji : Perawat Alvin


Unit : Akut
Ruang/kamar : Melati/315
Tanggal masuk RS : Selasa, 23Maret 2021 08.00 WIB kasih eda dari
pengkajian 5 harian
Tanggal pengkajian : Selasa, 23Maret 2021 08.10 WIB
Cara pengkajian : Aloanamnesa, autoanamnesa RM

IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. O
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 20
Tempat/tgl lahir : Salatiga, 1 Februari 2001
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Mahasiswa
Status perkawinan : Belum kawin
Agama : Kristen
Suku/bangsa : Jawa
Alamat : Salatiga
Diagnosa medic : Risiko Bunuh Diri???
IDENTITAS PENANGGUNGJAWAB
Nama : Ny. C
Umur : 46 tahun
Alamat : Salatiga
Agama : Kristen
Hubungan dengan klien : Ibu
I. ALASAN MASUK
Ny. C mengatakan bahwa sebelumnya anaknya ditinggalkan oleh pacarnya satu bulan
yang lalu. Pacarnya memutuskan pasien tanpa alasan dan pergi bersama pemuda lain
dari desa sebelah. Kira-kira satu minggu yang lalu mantan pacarnya menikah dengan
pemuda tersebut. Setelah kejadian tersebut, Ny. C menemukan anaknya meminum obat
serangga dan langsung dilarikan ke rumah sakit. Pasien tampak lemas, tatapan muka
kosong dan susah untuk diajak berkomunikasi masukan di presipitasi
II. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ? Ya Tidak
2. Pengobatan sebelumnya
 Berhasil  Kurang berhasil  Tidak berhasil
3. Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia
Aniaya fisik   
Aniaya seksual   
Kekerasan dalam keluarga   
Tindakan kriminal   
Jelaskan No. 1,2,3 : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak
pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu
sehingga tidak pernah mendapatkan pengobatan
yang berhubungan dengan gangguan jiwa
sebelumnya. Pasien juga tidak pernah mendapatkan
kekerasan baik dari keluarga maupun orang lain
disekitarmya.
Masalah Keperawatan : Tidak ada
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa ?
 ya Tidak
Hubungan keluarga Gejala Riwayat pengobatan /perawatan
_______________ ______________ ____________________________
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Pasien mengatakah bahwa ia ditinggalkan oleh pacaranya untuk pemuda lain, dan
menikah dengan pemuda tersebut
Masalah Keperawatan : Tidak ada??
III. FAKTOR PRESIPITASI
Tn. O mencoba bunuh diri dengan meminum obat serangga, tatapan muka kosong,
susah diajak komunikasi dan lemas
IV. FISIK
1. Tanda vital :TD : 120/80, N : 90x/menit, S : 360C
2. Ukuran : TB :171 cm BB: 62 kg
Turun Naik
3. Keluahan Fisik : Ya Tidak
Jelaskan :Pemeriksaan fisik pada pasien normal, terdapat
penurunan berat badan pada pasien
Masalah Keperawatan :Tidak ada
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram (lihat petunjuk)

Keterangan:
: Laki- laki : Tinggal serumah

: Perempuan

: Laki-laki, pasien pasien itu gak boleh blok hitam ,cukup panah
Jelaskan :Keluarga pasien mengatakan Tn. O merupakan anak
pertama dari dua bersaudara. Memiliki adik perempuan,
dalam keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat
gangguan jiwa. Tn. O merupakan orang pertama dalam
keluarga yang mempunyai gangguan jiwa poala
komunikasi dan pengambil keputusan??
Masalah Keperawatan:Tidak ada
2. Konsep diri
a. Citra tubuh : Pasien tidak memberikan jawaban
b. Identitas : Pasien berjenis kelamin laki-laki
c. Peran :Keluarga mengatakan bahwa pasien tidak aktif dalam kegiatan
masyarakat namun aktif dalam organisasi gereja
d. Ideal diri : Pasien tidak memberikan jawaban
e. Harga diri :Pasien tidak memberikan jawaban mengenai pertanyaan
tentang harga diri
Masalah Keperawatan:Tidak ada
3. Hubungan sosial
a. Orang dekat: Keluarga mengatakan orang terdekatnya dirumah adalah adiknya
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat : Keluarga mengatakan
pasien tidak begitu aktif dimasyarakat karena tidak ada kegiatan pemuda dan
tidak banyak pemuda disekitar rumahnya, namun pasien dapat berinteraksi
dengan baik kepada warga yang lain.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: Saat ini pasien lebih cering
diam dan susah untuk diajak berkomunikasi. Beberapa kali diajak berbicara
pasien tidak mau menjawab. Apabila menjawab hanya memberi jawaban
singkat. Tatapan pasien pun terlihat kosong
Masalah Keperawatan:Isolasi sosial
4. Spriritual
a. Nilai dan keyakinan : Pasien mengatakan agamanya Kristen bukan
ini,,tapi bagaimana klien memandang diri/salit
dengan keyakinanya secara naratif
b. Kegiatan Ibadah : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien rajin
beribadah dan sering mengikuti kegiatan pemuda di
gereja
Masalah Keperawatan:Tidak ada
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan
 Tidak rapi  Penggunaan pakaian  Cara berpakaian
tidak sesuai tidak seperti
biasanya
Jelaskan : Pasien mengenakan pakaian sesuai dengan fungsinya namun terlihat
berantakan, pakaian yang dikenakan seperti tidak disetrika. Rambut
pasien juga tampak berantakan
Masalah Keperawatan:Tidak ada
2. Pembicaraan
 Cepat  Keras  Gagap  Inkoheren
 Apatis Lambat Membisu  Tidak mampu memulai
pembicaraan
Jelaskan : Pasien tidak menunjukkan masalah pembicaraan seperti diatas.
Pasien susah untuk diajak berkomunikasi
Masalah Keperawatan: Tidak ada ?? MD
3. Aktivitas motorik
 Lesu  Tegang  Gelisah  Agitasi
 Tik  Grimasen  Tremor  Kompulsif
Jelaskan : Pasien tampak lemas saat beraktivitas atau melakukan kegiatan
Masalah Keperawatan: Tidak ada
4. Alam perasaan
Sedih  Ketakutan  Putus asa
 Khawatir  Gembira berlebihan
Jelaskan : Keluarga pasien mengatakan pasien memiliki tatapan yang kosong
Masalah Keperawatan: Tidak ada ?? MD
5. Afek
 Datar  Tumpul  Labil  Tidak sesuai
Jelaskan : Pasien tidak memperlihatkan emosi apapun saat diajak berbicara,
tatapan mata kosong
Masalah Keperawatan: Tidak ada ??? MD
6. Interaksi selama wawancara
 Bermusuhan Tidak kooperatif  Mudah tersinggung
Kontak mata  Defensif  Curiga
kurang
Jelaskan : Ketika diajak berbicara pasien tidak menatap lawan biacaranya
melainkan memberi tatapan kosong serta pasien sangat jarang untuk
merespon lawan bicaranya
Masalah Keperawatan : Tidak ada ?? MD
7. Persepsi
Halusinasi
 Pendengaran  Penglihatan  Perabaan
 Pengecapan  Penghidu
Jelaskan :Pasien mengatakan dia tidak pernah mendengar suara atau hal yang
lainnya yang berkaitan dengan halusinasi
Masalah Keperawatan: Tidak ada
8. Proses Pikir
 Sirkumstansial  Tangensial  Kehilangan Asosiasi
 Flight of ideas  Blocking Pengulang pembicaraan /
persevarasi
Jelaskan : Pasien susah untuk diajak berkomunikasi sehingga tidak bisa dinilai
proses piker dari pasien
Masalah Keperawatan: Tidak ada?? MD
9. Isi Pikir
 Obsesi Fobia Hipokondria
 Depersonalisasi Ide yang terkait Pikiran magis
Waham
 Agama  Somatik  Kebesaran  Curiga
 Nihilistik Sisip pikir Siar pikir Kontrol pikir
Jelaskan : Pasien mengatakan bahwa ini terjadi karena ia tidak bisa menjaga
pacarnya dengan baik. Tidak ada waham yang terjadi pada pasien
Masalah Keperawatan:Tidak ada
10. Tingkat kesadaran
 Bingung  Sedasi  Stupor
Disorientasi:
 Waktu Tempat  Orang
Jelaskan : Pasien tampak bingung, tatapan mata kosong namun masih sadar,
mengalami disorientasi tempat, mengatakan sedang berada dikamar
tidur
Masalah Keperawatan: Tidak ada??
11. Memori
 Gangguan daya ingat  Gangguan daya ingat jangka pendek
Gangguan daya ingat saat ini  Konfabulasi
Jelaskan : Pasien tidak mengalami gangguan daya ingat/memori masih dapat
mengingat kejadian dalam hidupnya.contoh naratif
Masalah Keperawatan: Tidak ada
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Mudah beralih Tidak mampu  Tidak mampu
berkonsentrasi berhitung sederhana
Jelaskan : Pasien tidak mampu merespon atau mengikuti perintah apa?
Masalah Keperawatan: Tidak ada
13. Kemampuan penilaian
 Gangguan ringan  Gangguan bermakna
Jelaskan : Pasien tidak dapat mengambil keputusan meskipun sudah dijelaskan,
pasien tidak merespon perawat
Masalah Keperawatan: Tidak ada
14. Daya tilik diri
Mengingkari penyakit yang Menyalahkan hal-hal di luar
diderita dirinya
Jelaskan : Pasien menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian saat ini
Masalah Keperawatan: Tidak ada

VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
Bantuan minimal  Bantuan total
2. Defekasi/berkemih
Bantuan minimal  Bantuan total
3. Mandi
Bantuan minimal  Bantuan total
4. Berpakaian/berhias
Bantuan minimal  Bantuan total
5. Istirahat dan tidur
 Tidur siang lama: 16:00 s/d 17:00
 Tidur malam lama: 24:00 s/d 06:00
Aktivitas sebelum/setelah tidur : Cuci muka, sikat gigi s/d minum air putih, cuci
muka
6. Penggunaan obat
Bantuan minimal  Bantuan total
7. Pemeliharaan kesehatan
Ya Tidak
Perawatan lanjutan  
Sistem pendukung  
8. Aktivitas di dalam rumah
Ya Tidak
Mempersiapkan makanan  
Menjaga kerapian rumah  
Mencuci pakaian  
Mengatur keuangan  
9. Aktivitas di luar rumah
Ya Tidak
Belanja  
Transportasi  
Lain-lain  
Jelaskan :Pasien mampu mencuci pakaian, mempersiapkan makanan, menjaga
kerapian rumah dan jika berangkat ke kampus atau bepergian masih
didampingi oleh orang tua serta sudah mampu berbelanja
Masalah Keperawatan: Tidak ada

VIII. MEKANISME KOPING


Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain  Minum alkohol
 Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebih
 Teknik relokasi  Bekerja berlebihan
 Aktivitas konstruktif  Menghindar
 Olahraga Mencederai diri
 Lainnya  Lainnya
Jelaskan : Kita melihat dari cara gestur tubuh pasien pada saat berbicara dan
berkomunikasi.
Masalah Keperawatan: Tidak ada

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


 Masalah dengan dukungan kelompok, uraikan
_______________________________________________________
Masalah berhubungan dengan lingkungan, uraikan
_______________________________________________________
 Masalah dengan pendidikan, uraikan
_______________________________________________________
 Masalah dengan pekerjaan, uraikan
_______________________________________________________
 Masalah dengan perumahan, uraikan
_______________________________________________________
 Masalah dengan ekonomi, uraikan
_______________________________________________________
 Masalah dengan pelayanan kesehatan, uraikan
_______________________________________________________
 Masalah lainnya, uraikan
Jelaskan :Pasien mengalami masalah dengan dirinya sendiri dan juga
dengan mantan pacarnya. Pasien ditinggalkan mantan pacarnya
untuk bersama dengan pemuda lain dan sebulan selanjutnya
mantan pacarnya menikah dengan pemuda tersebut
Masalah Keperawatan: Resiko Bunuh Diri??

X. KURANG PENGETAHUAN TENTANG:


 Penyakit jiwa  Sistem pendukung
 Faktor presipitasi  Penyakit fisik
Koping  Obat-obatan
 Lainnya :
Masalah Keperawatan : Tidak ada
XI. ASPEK MEDIK
Diagnosis Medik : Tidak ada??
Terapi Medik : Tidak ada pemeriksaan penunjang

Anda mungkin juga menyukai