PENDAHULUAN
Hematuria yang berarti adanya sel darah merah di dalam urin baik
serius terhadap kelainan pada saluran kemih dan sering membawa pasien ke tempat
praktek dokter maupun ke rumah sakit.1 Hematuria dapat merupakan petanda dari
suatu penyakit yang serius sehingga oleh karenanya sangat penting untuk
dipastikan adanya sel darah merah dalam urin serta ditentukan tingkat keparahanan
dan persistensinya.1,2
menyebabkan urin berwarna merah atau cokelat seperti cucian daging. Hematuria
mikroskopik hanya dapat dideteksi dengan uji dipstick yang dipastikan dengan
yang paling sering yaitu sekitar 26% adalah infeksi saluran kemih. 4 menurut
mikroskopik pada anak adalah bersifat sementara, sehingga dengan evaluasi ulang
sebagai bagian dari suatu episode hematuria makroskopik, sebagai gejala dari
infeksi saluran urin, atau sebagai gejala lain yang secara kebetulan dijumpai pada
1
saat pemeriksaan rutin. Oleh karena itu, maka anamnesis dan pemeriksaan fisik
memegang peranan penting dalam menegakkan diagnosis pada hematuria. 2,3 Selain
anamnesis dan pemeriksan fisik, perlu juga dilakukan pemeriksaan penunjang lain
yang meliputi urinalisis dan pemeriksaan darah, serta pemeriksaan khusus lainnya
levels) are more likely to have serious problems.Secara umum, anak dengan
dengan adanya beberapa temuan seperti hipertensi, proteinuria, dan kadar kreatinin
the end result of various processes, the morbidity and mortality rates of the
condition depend on the primary process that initiated it.Karena hematuria adalah
hasil akhir dari berbagai proses penyakit, maka angka kesakitan dan kematian
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. DEFINISI
adanya darah dalam urin. Hematuria makroskopik atau gross dapat terlihat secara
kasat mata, sedangkan hematuria mikroskopik hanya dapat dideteksi dengan uji
dipstick yang dipastikan dengan pemeriksaan mikroskop sedimen urin. Warna urin
dari hematuria makroskopis yang berasal dari glomerulus adalah coklat, seperti teh
atau coca-cola, sedangkan hematuria dari saluran kemih bawah (kandung kemih
> 5 sel darah merah per lapang pandang.1,6,7 Pendapat lain menganggap hematuria
banyak penyebab lain selain darah yang dapat menimbulkan urin berwarna merah
atau cokelat dan memberikan hasil uji dipstick yang positif palsu. 2 Jika terdapat 1
ml darah dalam 1 liter urin, maka warna urin sudah dapat berubah.8
urinalisis pada anak – anak saat masuk sekolah (usia 4 – 5 tahun) dan sekali pada
yaitu : 1
3
Hematuria asimtomatik (isolated hematuria) : hematuria merupakan gejala
tunggal atau hematuria yang terjadi tanpa rasa sakit (painless hematuria)
Hematuria persisten : hematuria yang timbul pada tiap kali miksi (biasanya
bersifat mikroskopik)
warna urin, yang diketahui dengan tes kimia atau dilihat dibawah
mikroskop.
atau lumbal 1 dan lumbal 4. Tiap ginjal terdiri atas 8 – 12 lobus yang berbentuk
glomerulus, tubulus proksimal dan distal yang berkelok – kelok dan duktus
koligens, serta lapisan dalam yaitu medula, yang mengandung bagian tubulus yang
yang merupakan ujung kaliks minor. Beberapa duktus koligens bermuara pada
duktus papilaris Bellini yang ujungnya bermuara di papil ginjal dan mengalirkan
4
Antara dua piramida terdapat jaringan korteks tempat masuknya
cabang – cabang arteri renalis, disebut kolumna Bertini. Beberapa kaliks minor
membentuk kaliks mayor yang bersatu menjadi pelvis ginjal dan bermuara ke
bercabang menjadi arteri arkuata. Arteri arkuata ini akan bercabang menjadi arteri
terdiri atas glomerulus dan kapsula Bowman, tubulus proksimal, ansa henle, dan
tubulus distal. Glomerulus bersama kapsula Bowman disebut juga badan Malpigi.
berfungsi sebagai penyaring. Kapiler glomerulus dibatasi oleh sel – sel endotel,
endotel dan mesangial pada satu sisi dan sel epitel di sisi lain.1,10,11
5
Sel mesangial terletak diantara kapiler – kapiler glomerulus dan
jukstaglomerular.1,10,11
Gambar 2. Glomerulus
dimulai sejak pembentukan hingga proses miksi. Jika terdapat kelainan dalam
proses ini, misalnya pada glomerulus ataupun saluran kemih dapat menimbulkan
terjadinya hematuria.
6
menahan komponen selular dan molekul protein besar. Struktur kapiler
glomerulus terdiri atas 3 lapisan yaitu : endotel kapiler, membran basalis, dan
epitel viseral.
pergerakan air dan molekul lain. Tekanan hidrostatik darah didalam kapiler dan
tanpa batasan. Selain itu electric charged dari setiap molekul juga
mempengaruhi filtrasi. Kation lebih mudah tersaring dari pada anion. Bahan –
bahan kecil yang dapat terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam amino,
natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan
filtrat glomerulus (urin primer), yang komposisinya serupa dengan darah tetapi
bertanggung jawab untuk mereabsorbsi kembali hasil filtrasi. Paling tidak 60%
7
Di tubulus kontortus proksimal terjadi transport Na melalui
pompa Na-K ATPase. Di kondisi optimal, pompa Na-K ATPase menekan tiga
ion Na kedalam cairan interstisial dan mengeluarkan dua ion K ke sel, sehingga
secondary active transport termasuk glukosa, asam amino, fosfat, sulfat, dan
anion organik.
karena itu, 99% filtrat glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus
kontortus proksimal dan terjadi penambahan zat-zat sisa serta urea pada tubulus
kontortus distal. Substansi yang masih berguna seperti glukosa dan asam amino
dikembalikan ke darah. Sisa sampah, kelebihan garam, dan bahan lain pada
filtrat dikeluarkan dalam urin. Tiap hari ginjal mereabsorbsi lebih dari 178 liter
air, 1200 gram garam, dan 150 gram glukosa. Sebagian besar dari zat-zat ini
sekunder yang komposisinya sangat berbeda dengan urin primer. Pada urin
sekunder, zat – zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi.
bertambah. Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam
osmosis. Reabsorbsi air terjadi pada tubulus kontortus proksimal dan tubulus
kontortus distal.
8
Proses terakhir adalah penambahan zat sisa dan urea yang mulai
ureter adalah 96% air; 1,5% garam; 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya
pigmen empedu yang berfungsi memberi warna dan bau pada urin. Zat sisa
kompleks. Zat sisa ini sudah tidak berguna lagi bagi tubuh. Sisa metabolisme
antara lain CO2, H20, NH3, zat warna empedu, dan asam urat.
spinal yg dikendalikan oleh suatu pusat di otak dan korteks cerebri. Dengan
sinyal miksi terkirim ke pusat saraf di otak untuk diteruskan kembali ke saraf
spinal. Melalui nervus pelvikus, timbul perasaan tegang pada vesica urinaria
2.4. ETIOLOGI
penyebab dari trauma sampai kelainan sistem pembekuan. Selain itu juga dapat
9
antaranya tidak ganas dan tidak progresif tetapi lainnya dapat merupakan penyakit
saluran kemih atau bagian tubuh lainnya yang cukup berbahaya. Begitu pula
sumber perdarahan bisa berasal dari berbagai tempat di saluran kemih, mulai dari
dapat dilihat pada Tabel 2.1, dan etiologi akibat zat dan obat – obatan dapat dilihat
10
Tabel 2.2. Etiologi akibat Zat dan Obat – obatan
jumlah yang lebih sedikit juga lazim djumpai. 1,3,10,12 Penemuan ini diperkuat
nefropati IgA yang disebabkan oleh kompleks imun. Jika penderita nefropati
IgA menjalani transplantasi ginjal, nefropati biasanya terjadi lagi pada ginjal
Nefropati IgA lebih lazim terjadi pada anak laki – laki daripada
perempuan (2:1).10 Kelainan ini biasanya tidak nyeri dan antara 2 serangan
11
hematuria makroskopik timbul hematuria mikroskopik dan proteinuria ringan.1,3
Kolik abdomen atau nyeri pinggang dapat terjadi pada beberapa pasien yang
5. ematuria berat sering didahului oleh infeksi saluran pernapasan atas. 1,3 Kadar
40% pasien tetapi tidak cukup untuk menetapkan diagnosis. Biopsi ginjal
merupakan diagnostik.1,3
terjadi pada 20–50% pasien, biasanya pada 10 tahun atau lebih dari saat
diagnosa.3
penururnan fungsi ginjal, atau proteinuria melebihi 1gr/24 jam antara episode
12
Kelainan ini disebut juga sebagai hematuria idiopatik karena
pada sebagian besar kasus penyebabnya tidak diketahui.1 Secara klinis, pada
sel mesangial. Hematuria idiopatik ini memiliki prognosis yang sangat baik,
Alport.10
3. Sindrom Alport
Kelainan ini adalah tipe nefritis herediter yang paling sering dan
terjadi akibat mutasi pada gene encoding untuk alpha 5 strand of type IV
Pada pasien dengan kelainan ini, terjadi ploriferasi mesangium dan penebalan
Tidak ada terapi yang spesifik, tetapi pada penderita ini dapat
13
konseling genetik yang melibatkan seluruh keluarga sehinga dapat mencegah
kemih, dan manifestasi gagal ginjal kronik dapat terjadi. Laki – laki dengan
sindrom Alport biasanya berkembang menjadi gagal ginjal stadium akhir pada
umur dekade kedua atau ketiga yang kadang disertai dengan kehilangan
terakhir setelah nefropati IgA mulai sering muncul.10 Penyakit ini muncul
cuaca panas penyakit ini biasanya menyertai infeksi kulit atau pioderma
streptokokus.3,10
sabit dan sel – sel radang dapat ditemukan pada kasus yang berat. Pemeriksaan
14
imunoglobuln dan komplemen pada membrane basalis glomerulus dan pada
anak – anak , tetapi jarang dibawah usia 3 tahun.3,10 Penderita yang khas
mengalami sindrom nefritis akut 2-3 minggu setelah mengalami faringitis atau
mikroskopis asimtomatik dengan fungsi ginjal yang norma sampai gagal ginjal
edema, hipertensi dan oligouria.10 Edema tersebut biasanya akibat retensi garam
dan air, tetapi dapat pula terjadi sindrom nefrotik. Gejala – gejala prodormal
seperti malaise, letargi, nyeri perut atau pinggang, serta demam sering
terjadi.3,10,12
yang rendah.1-3,10 Proteinuria dan sel darah merah dalam urin dideteksi dengan
uji dipstick.2 Analisis urin memperlihatkan adanya eritrosit., protein, dan kadar
15
sindrom nefritik, tidak ada bukti infeksi streptokokus, tidak ada penurunan
kadar serum C3, dan menetapnya hematuria atau proteinuria yang nyata selama
Penyembuhan sempurna terjadi pada lebih dari 95% anak. Tidak ada bukti
5. Glomerulopati Membranosa10
ini agaknya disebabkan oleh produksi bahan seperti membrane oleh sel epitel
visceral dalam responnya terhadap kompleks imun yang diendapkan pada sisi
ginjal jika ditemukan adanya sindrom nefrotik pada anak berumur lebih dari 8
tahun dengan hematuria dan atau proteinuria yang tidak terjelaskan. Penyakit
16
6. Glomerulonefritis Membranoploriferatif1,10
tersering glomerulonefritis kronis pada anak yang lebih tua dan dewasa muda.
Pada pemeriksaan mikroskop cahaya terjadi proliferasi hebat matriks dan sel
dibagi atas 3 subtipe. Ketiga tipe ini mengandung deposit padat elektron di
dalam mesangiumnya. Pada tipe I, terdapat deposit subendotel yang besar dan
mennjol. Pada tipe II, terlihat adanya suatu bentukan berupa pita padat yang
tidak terputus. Pada tipe III, deposit padat elektron terdapat dalam subendotel
Pasien ini dating dengan sindrom nefrotik, juga dengan hematuria makroskopik
dapat menurun.
7. Pielonefritis Akut1
parenkim ginjal dan ditandai dengan adanya demam, sakit pinggang, muntah
17
Pengobatan penyakit ini pada bayi maupun anak denga ISK
gejala berupa demam, nyeri pinggang, nyeri perut, disuria, dan enuresis. Sistitis
9. Intoksikasi Jengkol1
amino berunsur belerang dan bersifat amfoter yaitu dapat larut dalam
lingkungan asam sebagai basa dan dapat pula larut dalam lingkungan basa
kristal asam jengkol yang menyumbat saluran kemih. Selain itu juga, karena
antara lain: gejala ringan, bila terdapat keluhan seperti sakit pinggang dan
hematuria; gejala berat, bila disertai oliguria; gejala sangat berat, bila terdapat
18
Penyakit ini adalah suatu vaskulitis sistemik pembuluh darah
kecil dengan mediasi imunologis yang secara primer menyerang kulit, saluran
cerna, sendi dan ginjal. Sindroma ini biasa menyerang anak yang berusia antara
ruam kulit, artralgia, arthritis dan nyeri perut. Gejala ginjal jarang terlihat,
anak-anak dan remaja, dengan frekuensi yang lebih tinggi di antara orang-orang
yang terbentuk dalam sirkulasi dan diendapkan pada berbagai organ. Penelitian
akhir – akhir ini telah menunjukkan penyimpangan fungsi pada sel B maupun
sel T.1,10
3. Fotosensitif
4. Ulkus di mulut
5. Arthritis
19
6. Serositis (pleuritis dan perikarditis)
7. Kelainan ginjal
8. Kelainan neurologik
9. Kelainan hematologik
anatomi sampai saat ini masih berdasarkan klasifikasi WHO yang dapat dilihat
Klas Gambaran PA
Klas I Normal
a. Normal pada semua pemeriksaan
b. Normal dengan pemeriksaan mikroskop cahaya, tetapi
ditemukan defisit pada pemeriksaan mikroskop
imunofluoresensi atau electron
Klas II Glomerulonefritis Mesangial
a. Pelebaran daerah mesangium
b. Hiperseluler sedang
Klas III Glomerulonefritis ploriferatif fokal segmental
a. Dengan lesi nekrosis aktif
b. Dengan lesi sklerosis aktif
c. Dengan lesi sklerosis
Klas IV Glomerulonefritis ploriferatif difus
a. Tanpa lesi segmental
b. Dengan lesi nekrosis aktif
c. Dengan lesi sklerosis aktif
d. Dengan lesi sklerosis
Klas V Glomerulonefritis membranosa
a. Murni
b. Disertai gambaran klas II
Klas VI Glomerulonefritis kronik
20
Pengobatan dan prognosis dari penyakit ginjal tergantung pada
penyakit. Pengobatan yang dapat diberikan antara lain golongan steroid atau
golongan sitostatik.1,10
anak dengan penyakit atau ciri sel sabit. Hematuria mungkin disebabkan dari
pembentukan sel sabit karena keadaan medula ginjal yang relatif hipoksia,
asam dan hipertonis. Juga pada ginjal dengan stasis vaskuler, aliran darah
pengentalan urin, asidosis tubulus ginjal dan sindrom nefrotik yang secara
membranoproliferatif.
sering pada anak kecil, dan insidennya makin meningkat. Gambaran umumnya
Escherichia coli.
paling sering terjadi pada anak usia 4 tahun. Sindrom ini biasanya didahului
21
oleh gastroenteritis (demam, muntah, sakit perut dan diare yang sering kali
dapat disebabkan oleh berbagai penyakit. Agar diagnosis penyebab hematuri dapat
lainnya.13
1. Anamnesis
timbul.1,2,10,12,13
tersebut.12,13
22
c. Hematuria makroskopis tanpa rasa nyeri dengan warna urin seperti air
TBC ginjal.1-3,10,12,13
(ISK). Lebih lanjut bila hematuria disertai demam, sakit pinggang, mungkin
ISK bagian atas (pielonefritis); tetapi bila disertai gejala lokal seperti nyeri
yang timbul pada permulaan miksi mungkin akibat uretritis anterior, dan
bila disertai hematuri terminal mungkin akibat uretritis posterior atau batu
kandung kemih.1,13
f. Riwayat penyakit ginjal kronis dalam keluarga dengan atau tanpa gangguan
g. Ada riwayat rash kulit (purpura), sakit sendi, sakit perut dan demam
eritematosus sistemik.1,3,10,13
leukemia.1,2,13
23
j. Pemakaian obat tertentu, pikirkan kemungkinan obat tersebut sebagai
penyebab.1,2,10,13
2. Pemeriksaan fisik1-3,7,10,12,13
b. Ruam di lokasi yang khas (bokong dan anggota gerak bawah), artralgia,
g. Tinggi dan berat badan tidak bertambah, mungkin penyakit ginjal kronis.
3. Pemeriksaan laboratorium1,7,10,13
a. Urinalisis
ditentukan asal terjadi-nya perdarahan renal atau ekstra renal. Lebih lanjut
24
hal – hal yang lebih spesifik dapat mengarahkan kita ke etiologi hematuria
tersebut.
dengan atau tanpa bekuan darah menjurus ke arah trauma ginjal atau
kerusakan glomerulus.
pielonefritis.
b. Pemeriksaan darah
25
sindrom hemolitik uremik. Leukopenia mungkin oleh karena obat-
penyakit darah.
gagal ginjal.
4. Pemeriksaan khusus
b. Uji tuberkulin dilakukan mengingat tbc ginjal memberi gejala tidak jelas
seperti hematuria asimtomatik, kultur urine negatif (untuk bakteri) dan tidak
ada massa.
pemeriksaan sistoskopi.
26
d. Biopsi ginjal tidak rutin dikerjakan. Biasanya sebagai tahap akhir bila
diagnosis belum dapat ditegakkan dengan pasti dan bila yakin bahwa
program terapi.
eritematosus.
2.6. PENATALAKSANAAN
setiap kasus dengan hematuria sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk menetapkan
27
Gambar 3. Algoritma Diagnosis Hematuri
28
BAB III
PENUTUP
adanya darah dalam urin. Hematuria makroskopik atau gross dapat terlihat secara
kasat mata, sedangkan hematuria mikroskopik hanya dapat dideteksi dengan uji
> 5 sel darah merah per lapang pandang. Pendapat lain menganggap hematuria bila
penyebab lain selain darah yang dapat menimbulkan urin berwarna merah atau
cokelat dan memberikan hasil uji dipstick yang positif palsu. Jika terdapat 1 ml
darah dalam 1 liter urin, maka warna urin sudah dapat berubah.
penyebab dari trauma sampai kelainan sistem pembekuan. Selain itu juga dapat
antaranya tidak ganas dan tidak progresif tetapi lainnya dapat merupakan penyakit
saluran kemih atau bagian tubuh lainnya yang cukup berbahaya. Begitu pula
sumber perdarahan bisa berasal dari berbagai tempat di saluran kemih, mulai dari
dapat disebabkan oleh berbagai penyakit. Agar diagnosis penyebab hematuri dapat
29
meliputi anamnesis, pemerikasaan fisik, laboratorium dan pemeriksaan khsusus
lainnya.
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Alatas H, Tambunan T, Trihono PP, dkk. Buku Ajar Nefrologi Anak, Edisi 2.
2. Noer MS. Hematuria. Dalam : Ismoedijanto, Basuki PS, Aziz AL, dkk. Ed.
: 92-106
4. Ingelfinger JR, Davis AE, Grupe WE. Frequency and Etiology of Gross
6. Feld LG, Meyers KEC, Kaplan BS, Stapleton FB. Limited Evaluation of
2009
31
9. American Academy of Pediatrics. Committee on Practice and Ambulatory
1995; 96:373-74
10. Bergstein JM. Keadaan – Keadaan yang Terutama Disertai dengan Hematuria.
Indonesia: Wahab AS. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta : EGC, 2000 :
1808-25
11. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta : EGC,
2007 : 324-64
13. Sunarka Nyoman. Hematuria pada Anak. Cermin Dunia Kedokteran 2002;
134:27-31
32