Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN HEMATURIA

A. Definisi
Hematuria adalah didapatkannya sel-sel darah merah di dalam urine.
Penemuan klinis sering di dapatkan pada populasi orang dewasa, dengan
prevalensi yang mulai dari 2,5% menjadi 20,0%. Secara visual terdapatnya sel-
sel darah merah di dalam urine dibedakan dalam 2 keadaan, yaitu:
1. Hematuria makroskopik
Hematuria makroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata dapat
dilihat sebagai urine yang berwarna merah, mungkin tampak pada awal
miksi atau pada akhirnya yang berasal dari daerah posterior uretra atau
leher kandung kemih. (Lestari E, 2011). Hematuria makroskopik yang
berlangsung terus menerus dapat mengancam jiwa karena dapat
menimbulkan penyulit berupa: terbentuknya gumpalan darah yang dapat
menyumbat aliran urine, eksanguinasi sehingga menimbulkan syok
hipovolemik/anemi, dan menimbulkan urosepsis. (Mellisa C Stoppler,
2010)
2. Hematuria mikroskopik.
Hematuria mikroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata tidak
dapat dilihat sebagai urine yang berwarna merah tetapi pada pemeriksaan
mikroskopik diketemukan lebih dari 2 sel darah merah per lapangan
pandang. (Mellisa C Stoppler, 2010). Meskipun gross hematuria
didefinisikan didapatkannya sel-sel darah merah di dalam urine, ada
kontroversi mengenai definisi yang tepat dari hematuria mikroskopik.
American Urological Association (AUA) mendefinisikan hematuria
mikroskopis klinis yang signifikan karena terdapat lebih dari 3 sel darah
merah (sel darah merah) pada lapangan pandang besar pada 2 dari 3
spesimen urin dikumpulkan dengan selama 2 sampai 3 minggu. Namun,
pasien yang berisiko tinggi untuk penyakit urologi harus dievaluasi secara
klinis untuk hematuria jika urinalisis tunggal menunjukkan 2 atau lebih sel
darah merah pada lapangan pandang besar.
B. Etiologi
Hematuria dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan yang berada di dalam
sistem urogenitalia atau kelainan yang berada di luar sistem urogenitalia.
Penyebab paling umum dari hematuria pada populasi orang dewasa termasuk
saluran kemih infeksi, batu saluran kemih, pembesaran prostat jinak, dan
keganasan dalam urologi. Namun, diferensial lengkap sangat luas, beberapa
insiden khusus kondisi yang berhubungan dengan hematuria bervariasi dengan
umur pasien, jenis hematuria (gross atau mikroskopis, gejala atau tanpa gejala),
dan adanya faktor risiko keganasan. Secara keseluruhan, sekitar 5% pasien
dengan hematuria mikroskopis dan sampai dengan 40% pasien dengan gross
hematuria ditemukan pada neoplasma dari urinary tract. genitourinari.
Sebaliknya, pada hingga 40% pasien dengan asimptomatik mikrohematuria,
sulit di identifikasikan penyebabnya. Akibatnya, dokter harus
mempertimbangkan hematuria yang tidak jelas penyebabnya dari tingkat mana
pun dan mampu mempertimbangkan kemungkinan suatu keganasan (Sjaifullah,
M. 2011)
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah yang dilakukan yakni penentuan kadar kreatinin, ureum
dan elektrolit untuk mengetahui faal ginjal; fosfatase asam yang mungkin
meningkat pada metastase prostat, dan fosfatase alkali yang dapat
meningkat pada setiap jenis metastase tulang. Kadar kalsium, fosfat, asam
urat dan hormon paratiroid ditentukan bila terdapat kemungkinan
urolithiasis.
2. Pemeriksaan urine dilakukan untuk pemeriksaan mikroskopik,
bakteriologik dan sitologik. Pemeriksaan urinalisis dapat mengarah kepada
hematuria yang disebabkan oleh faktor glomeruler ataupun non glomeruler.
Pemeriksaan hapusan darah tepi dapat menunjukkan proses mikroangiopati
yang sesuai dengan sindrom hemolitik-uremik, trombosis vena ginjal,
vaskulitis, atau SLE. Pada keadaan terakhir, adanya autoantibodi dapat
ditunjukkan dengan reaksi Coombs positif, adanya antibodi antinuclear,
leukopenia dan penyakit multisistem. Trombositopenia dapat diakibatkan
oleh berkurangnya produksi trombosit (pada keganasan) atau peningkatan
konsumsi trombosit (SLE, purpura trombositopenik idiopatik, sindrom
hemolitik-uremik, trombosis vena ginjal). Walaupun morfologi SDM urin
dapat normal pada perdarahan saluran kemih bawah dan dismorfik pada
perdarahan glomerular, morfologi sel tidak secara pasti berhubungan
dengan lokasi hematuria.
3. Pada pemeriksaan pH urine yang sangat alkalis menandakan adanya infeksi
organisme pemecah urea di dalam saluran kemih, sedangkan pH urine yang
sangat asam mungkin berhubungan dengan batu asam urat.
4. Sitologi urine diperlukan untuk mencari kemungkinan adanya keganasan
sel-sel urotelial.
5. IVP adalah pemeriksaan rutin yang dianjurkan pada setiap kasus hematuria
& sering digunakan untuk menentukan fungsi ekskresi ginjal. Umumnya,
menghasilkan gambaran terang saluran kemih dari ginjal sampai dengan
kandung kemih, asal faal ginjal memuaskan. Pemeriksaan ini dapat menilai
adanya batu saluran kemih, kelainan bawaan saluran kemih, tumor
urotelium, trauma saluran kemih, serta beberapa penyakit infeksi saluran
kemih.
6. USG berguna untuk menetukan letak dan sifat massa ginjal dan prostat
(padat atau kista), adanya batu atau lebarnya lumen pyelum, penyakit kistik,
hidronefrosis, atau urolitiasis ureter, kandung kemih dan uretra, bekuan
darah pada buli-buli/pielum, dan untuk mengetahui adanya metastasis
tumor di hepar. Ultrasonografi dari saluran kemih sangat berguna pada
pasien dengan hematuria berat, nyeri abdomen, nyeri pinggang, atau
trauma. Jika hasil penelitian awal ini tetap normal, disarankan dilakukan
pemeriksaan kreatinin dan elektrolit serum.
7. Endoultrasonografi, yaitu ekografi transurethral sangat berguna untuk
pemeriksaan prostat dan buli-buli
8. Arteriografi dilakukan bila ditemukan tumor ginjal nonkista untuk menilai
vaskularisasinya walaupun sering digunakan CT-Scan karena lebih aman
dan informative. Bagian atas saluran kemih dapat dilihat dengan cara
uretrografi retrograd atau punksi perkutan.
9. Payaran radionuklir digunakan untuk menilai faal ginjal, misalnya setelah
obstruksi dihilangkan
10. Pemeriksaan endoskopi uretra dan kandung kemih memberikan gambaran
jelas dan kesempatan untuk mengadakan biopsy
11. Sistometrografi biasanya digunakan untuk menentukan perbandingan
antara isi dan tekanan di buli-buli
12. Sistoskopi atau sisto-uretero-renoskopi (URS) dikerjakan jika pemeriksaan
penunjang di atas belum dapat menyimpulkan penyebab hematuria. (Wim
de Jong, dkk, 2012).
D. Patofisiologi
Berdasarkan lokasi yang mengalami kelainan atau trauma, dibedakan
glomerulus dan ekstra glomerulus untuk memisahkan bidang neflogi dan
urologi. Darah yang berasal dari nefron disebut hematuria glomerulus. Pada
keadaan normal, sel darah merah jarang ditemukan pada urin. Adanya eritrosit
pada urin dapat terjadi pada kelainan hereditas atau perubahan struktur
glomerulus dan integritas kapiler yang abnormal. Perlu diperhatikan dalam
pengambilan contoh urine: pada perempuan harus disingkirkan penyebab
hematuria lain misalnya menstruasi, adanya laserasi pada organ genitalia,
sedangkan pada laki-laki apakah disirkumsisi atau tidak. Bila pada urinalisis
ditemukan eritrosit, leukosit dan silinder eritrosit, merupakan tanda sugestif
penyakit ginjal akut atau penyakit ginjal kronik, perlu dilakukan evaluasi lebih
lanjut. Diagnosis banding hematuria persisten antara lain glomerulonefritis,
nefritis tubulointerstisial atau kelainan urologi. Adanya silinder leukosit,
leukosituria menandakan nefritis tubulointerstisial. Bila disertai hematuria juga
merupakan variasi dari glomerulonefritis. Pada kelompok faktor resiko
penyakit ginjal kronik harus di lakukan evaluasi pemeriksaan sedimen urin
untuk deteksi dini. Sebagai prosedur diagnostic pada penyakit ginjal salah
satunya adalah uji dipstick untuk mengetahui adanya darah samar merupakan
uji penapisan yang baik untuk hematuria. Uji dipstick mudah dilakukan sendiri
oleh pasien untuk mengikuti perjalanan hematuria selama pengobatan.
E. Klasifikasi
Ada 3 tipe hematuria, yaitu:
1. Initial hematuria, jika darah yang keluar saat awal kencing.
2. Terminal hematuria, jika darah yang keluar saat akhir kencing. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh adanya tekanan pada akhir kencing yang
membuat pembuluh darah kecil melebar.
3. Total hematuria, jika darah keluar dari awal hingga akhir kencing. Hal ini
kemungkinan akibat darah sudah berkumpul dari salah satu organ seperti
ureter atau ginjal.
F. Manifestasi Klinis
Terjadi retensio urin akibat sumbatan di vesika urinaria olrh bekuan darah.
G.

Anda mungkin juga menyukai