Anda di halaman 1dari 50

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN HEMATURIA/KENCING DARAH


Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah II
Dosen Pengampuh : Ns.Rahmat H. Djalil, S.Kep, M.Kep

DI
S
U
S
U
N
OLEH
Nama : Nurain Harun
Nirm : 2001080
Kelas : 4C

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MANADO
T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah banyak
memberikan nikmat kepada kita umatNya. Rahmat serta salam semoga tetap tercurahkan
kepada junjungan kita, pemimpin akhirat zaman yang sangat dipanuti oleh pengikutnya yakni
Nabi Muhammad SAW. Bab” Askep pada pasien dengan hematuria”ini kami bahas karena
sangat penting untuk kita khususnya sebagai mahasiswa yang ingin lebih mengenal mengenai
Hematuria

Selanjutnya, penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah


memberikan pengarahan-pengarahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Tidak lupa juga kepada teman-teman yang telah memberikan sarannya
kepasa kami agar penyusunan makalah ini lebih baik lagi.

Demikian, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya
semua yang membaca makalah ini

Manado, 30-Mei-2022
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hematuria yaitu adanya darah dalam urin , merupakan salah satu gejala yang cukup
sering terjadi dan menjadi keluhan utama orang tua pada anaknya yang mengalami
kelainan dalam ginjal dan saluran kemih . Ditemukannya darah dalam urin adalah
keadaan yang tidak normal , baik yang sifatnya makroskopis ( tanpa menggunakan alat
bantu mikroskop ) ataupun juga secara mikroskopis . ( Mortazavi , J. , et al . 2011 )
Insidensi hematuria yang makroskopis disebutkan berkisar 0.13 % pada anak ,
berdasarkan data dari 128.395 anak yang mengunjungi poli rawat jalan . Dari jumlah
tersebut , 56 % nya dapat diidentifikasi penyebabnya sedangkan sisanya tidak diketahui
penyebabnya ( Welch TR , 2012 ) . Hematuria dikatakan positif jika pada pemeriksaan
disptik urin dijumpai positif , kemudian dikonfirmasi dengan pemeriksaan mikroskop dan
dijumpai adanya > 5 sel darah merah pada urin yang disentrifugasi atau > 6 sel darah
merah pada urin yang tidak disentrifugasi . Metode yang baik untuk pemeriksaan
mikroskopis urin membutuhkan 10 cc urin yang baru dikeluarkan dan disentrifugasi
selama 5 menit , kemudian 0.5 cc sedimen yang sudah terbentuk diperiksa dibawah
mikroskop dengan pembesaran 40x . Pada 20 lapangan pandang pemeriksaan , sudah
dapat dihitung sel darah merah yang dijumpai ( Gattinei . , J . et al . 2012 ) . B. Etiologi
Infeksi saluran kemih . Batu saluran kemih , termasuk batu kandung kemih . Penyakit
ginjal , misalnya batu ginjal , peradangan ( glomerulonefritis ) atau akibat penyakit
diabetes ( nefropati diabetik ) . Pembesaran kelenjar prostat ( BPH ) ( Gattinei . , J . et al .
2012 ) .

1.2 Rumusan Masalah


1. Definisi hematuria
2. Klasifikasi hematuria
3. Etiologi hematuria
4. Patofisiologi hematuria
5. Manifestasi klinik hematuria
6. Komplikasi hematuria
7. Penatalaksanaaan hematuria
1.3 Tujuan
Dibuatnya makalah ini untuk memenuhi tugas KMB 2 dengan tema system perkehmihan.
Semoga dengan adanya pembuatan laporan pendahuluan, askep teori, dan askep kasusini saya
dapat mengetahui apa itu hematuria dan cara menangani pasien dengan kasus hematuri
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Hematuria

Definisi Hematuria adalah kehadiran sel darah merah (eritrosit) dalam urin.
Hematuria adalah didapatkannya sel-sel darah merah di dalam urin. Penemuan klinis sering
ditemukan pada populasi orang dewasa , dengan prevalensi yang mulai dari 2,5 % menjadi
20,0 % . Secara visual terdapatnya sel – sel darah merah dalam urin dibedakan dalam 2
keadaan , yaitu :

• Hematuria makroskopik
Hematuria makroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata dapat dilihat
sebagai urin yang berwarna merah , mungkin tampak pada awal miksi atau pada
akhirnya yang berasal dari daerah posterior uretra atau kandung kemih . ( Wim de
Jong , dkk , 2004 ) Hematuria makroskopik yang berlangsung terus menerus dapat
mengancam jiwa karena dapat menimbulkan penyulit berupa : terbentuknya
kumpulan darah yang menyumbat aliran urin , eksanguinasi sehingga menimbulkan
syok hipovolemik / anemia dan menimbulkan urosepsis . ( Mellisa C Stoppler , 2010
)
• Hematuria mikroskopik .
Hematuria mikroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata tidak dapat
dilihat sebagai urin yang berwarna merah tetapi pada pemeriksaan mikroskopik
diketemukan lebih dari 2 sel darah merah per lapangan pandang . ( Mellisa C
Stoppler , 2010 ) . Meskipun demikian gross hematuria didefinisikan sebagai sel
darah merah di dalam urin , ada kontroversi mengenai definisi yang tepat dari
hematuria mikroskopik . American Urological Association ( AUA ) mendefinisikan
hematuria mikroskopis secara klinis yang signifikan karena terdapat lebih dari 3 sel
darah merah di lapangan pandang besar pada 2 dari 3 spesimen urin dikumpulkan
selama 2 sampai 3 minggu . Namun , pasien yang berisiko tinggi untuk penyakit
urologi harus didasarkan secara klinis untuk hematuria jika urinalisis tunggal
menunjukkan 2 atau lebih sel darah merah di lapangan pandang besar .

Klasifikasi

a. Intial Hematuria jika darah yang keluar saat awal kencing


b. Terminal hematuria , jika darah yang keluar saat akhir kencing . Hal kemungkinan
disebabkan oleh adanya tekanan pada akhir kencing yang membuat pembuluh darah
kecil diperbesar .
c. Total hematuria , jika darah keluar dari awal hingga akhir kencing . Hal ini
kemungkinan akibat darah sudah berkumpul dari salah satu organ seperti ureter atau
ginjal

2.2 Etiologi Hematuria

Etiologi Hematuria dapat disebabkan oleh kelainan - kelainan yang berada di dalam
sistem urogenitalia atau kelainan yang berada di luar sistem urogenitalia . Penyebab paling
umum dari hematuria pada populasi orang dewasa termasuk saluran kemih infeksi , batu
saluran kemih , penyakit prostat jinak , dan keganasan dalam urologi.Namun , diferensial
lengkap sangat luas , beberapa insiden khusus kondisi yang berhubungan dengan hematuria
bervariasi dengan umur pasien , jenis hematuria ( gross atau mikroskopis , gejala atau tanpa
gejala ) , dan adanya faktor risiko keganasan .

Secara keseluruhan, sekitar 5% pasien dengan hematuria mikroskopis dan sampai


dengan 40% pasien dengan gross hematuria ditemukan pada neoplasma dari saluran kemih.
genitourinari. Sebaliknya , pada hingga 40 % pasien dengan asimptomatik mikrohematuria ,
sulit dikirakan penyebabnya . Sebagai akibatnya , dokter harus mempertimbangkan
hematuria yang tidak menjelaskan penyebab dari tingkat mana pun dan mampu
mempertimbangkan kemungkinan suatu keganasan .

Beberapa penyebab terjadinya darah dalam urin ( hematuria ) adalah :

a. Batu ginjal ( atau kencing batu )


b. Kanker kandung kemih
c. Karsinoma sel ginjal , kadang - kadang disertai perdarahan
d. Infeksi saluran kemih dengan beberapa spesies termasuk strain bakteri EPEC dan
Staphylococcus saprophyticus .
e. Sifat sel sabit dapat memicu kerusakan sejumlah besar sel darah merah, tetapi hanya
sejumlah kecil individu menanggung masalah ini.
f. Varises kandung kemih , yang mungkin jarang mengembangkan obstruksi sekunder
dari vena kava inferior .
g. Alergi mungkin jarang menyebabkan hematuria gross episodik pada anak – anak
h. Hipertensi vena ginjal kiri , juga disebut “ pemecah kacang fenomena “ atau “
sindrom alat pemecah buah keras , “ adalah kelainan vaskular yang jarang terjadi ,
yang bertanggung jawab atas gross hematuria .

2.3 Patofisiologi

Berdasarkan lokasi yang mengalami kelainan atau trauma, dibedakan glomerulus dan
ekstra glomerulus untuk memisahkan bidang neflogi dan urologi . Darah yang berasal dari
nefron disebut hematuria glomerulus . Pada keadaan normal , sel darah merah jarang
ditemukan pada urin . Adanya eritrosit pada urin dapat terjadi pada kelainan hereditas atau
perubahan struktur glomerulus dan integritas kapiler yang abnormal . Perlu diperhatikan
dalam pengambilan contoh urin : pada perempuan harus disingkirkan penyebab hematuria
lain misalnya menstruasi , adanya laserasi pada organ genitalia , sedangkan pada laki – laki
apakah disirkumsisi atau tidak . Bila pada urinalisis ditemukan eritrosit , leukosit dan silinder
eritrosit , merupakan tanda sugestif penyakit akut atau penyakit kronis , perlu dilakukan
evaluasi lebih lanjut .

Diagnosis banding hematuria persisten antara lain glomerulonefritis , nefritis


tubulointerstisial atau kelainan urologi . Adanya silinder leukosit , leukosituria menandakan
nefritis tubulointerstisial . Bila disertai hematuria juga merupakan variasi dari
glomerulonefritis . Pada kelompok faktor resiko penyakit kronik harus dilakukan evaluasi
pemeriksaan sedimen urin untuk mendeteksi dini . Sebagai prosedur diagnostik penyakit
ginjal salah satunya adalah uji dipstik untuk mengetahui adanya darah samar merupakan uji
penapisan yang baik untuk hematuria . Uji dipstick mudah dilakukan sendiri oleh pasien
untuk mengikuti perjalanan hematuria selama pengobatan

2.4 Manifestasi Klinis

Warna urin pada hematuria biasanya dapat menggambarkan lokasi perdarahannya .


Warna yang agak merah jambu biasanya menggambarkan jumlah darah merah yang jauh
lebih kecil , dan jarang disebabkan oleh kelainan glomerulus . Pada bagian glomerulus ,
biasanya urin akan berwarna seperti teh ‘ atau ‘ coca cola ‘ , atau coklat kehitaman atau
merah kecoklatan dan tanpa bekuan darah . penderita dengan warna urin yang merah cerah
atau merah terang, biasanya menggambarkan kelainan pada pembuluh darah atau pada
saluran kemih bagian bawah . Warna urin yang muncul pada awal atau akhir berkemih juga
bisa menunjukkan lesi lokasi . Penderita yang melaporkan urin yang berdarah pada saat awal
berkemih menunjukkan adanya lesi pada uretra ( urtetritis ) dan penderita yang melaporkan
adanya urin yang berdarah pada saat akhir berkemih biasanya menunjukkan adanya lesi pada
kandung kemih ( sistitis ) . kelainan ginjal dan kelainan sistematik yang menyebabkan
hematuria kotor pada anak . Pada glomerulonefritis akut setelah infeksi streptokokkus (
glomerulonephritis akut post streptococcus / GNAPS ), kejadian hematuria makroskopis
mencapain frekwensi 31% sampai 93% .s Penelitian potong lintang di Indonesia terhadap 509
anak dengan usia rata 8.5 tahun menyebutkan bahwa kejadian hematuria makroskopis pada
GNAPS merupakan tanda pada 53,6% penderita (Gattinei., J.et al. 2012).
2.5 Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan darah yang dilakukan yakni kadar kreatinin , ureum dan elektrolit untuk
mengetahui faal ginjal ; fosfatase asam yang mungkin meningkat pada metastase
prostat , dan fosfatase alkali yang dapat meningkat pada setiap jenis metastase tulang .
Kadar kalsium , fosfat , asam urat dan hormon paratiroid ditentukan bila terdapat
kemungkinan urolitiasis .
2. Pemeriksaan urin dilakukan untuk pemeriksaan mikroskopik , bakteriologik dan
sitologik Pemeriksaan urinalisis dapat mengarah kepada hematuria yang disebabkan
oleh faktor glomeruler ataupun non glomeruler . Pemeriksaan darah tepi dapat
menunjukkan proses mikroangiopati yang sesuai dengan sindrom hemolitik - uremik ,
trombosis vena ginjal , vaskulitis , atau SLE . Pada keadaan terakhir , adanya
autoantibodi dapat ditunjukkan dengan reaksi Coombs positif , adanya antibodi
antinuklear , leukopenia dan penyakit multisistem . Trombositopenia dapat
disebabkan oleh berkurangnya produksi trombosit
( pada keganasan ) atau peningkatan konsumsi trombosit ( SLE , purpura
trombositopenik idiopatik , sindrom hemolitik - uremik , trombosis vena ginjal ) .
Walaupun morfologi SDM urin dapat normal pada perdarahan saluran kemih bawah
dan dismorfik pada perdarahan glomerulus , morfologi sel tidak secara pasti
berhubungan dengan lokasi hematuria .
3. Pada pemeriksaan pH urin yang sangat alkalis menandakan adanya infeksi pemecah
urea di dalam saluran kemih , sedangkan pH urin yang sangat asam mungkin
berhubungan dengan batu asam urat .
4. Sitologi urin diperlukan untuk mencari kemungkinan adanya keganasan sel - sel
urotelial
5. IVP adalah pemeriksaan rutin yang disarankan pada setiap kasus hematuria & sering
digunakan untuk menentukan fungsi ekskresi ginjal . Umumnya, memberikan
gambaran tentang saluran kemih dari ginjal sampai dengan kandung kemih , asal faal
ginjal memuaskan . Pemeriksaan ini dapat menilai adanya batu saluran kemih,
kelainan bawaan saluran kemih, tumor urotelium, trauma saluran kemih, serta
beberapa penyakit infeksi saluran kemih.
6. USG berguna untuk menetukan letak dan sifat massa ginjal dan prostat (padat atau
kista), adanya batu atau lebarnya lumen pyelum, penyakit kistik, hidronefrosis, atau
urolitiasis ureter, kandung kemih dan uretra, bekuan darah pada buli-buli/piel, dan
untuk mengetahui adanya metastasis tumor di hepar. Ultrasonografi saluran kemih
sangat berguna pada pasien dengan hematuria berat , nyeri abdomen , nyeri pinggang ,
atau trauma . Jika hasil penelitian awal ini tetap normal , disarankan dilakukan
pemeriksaan kreatinin dan elektrolit serum .
7. Endoultrasonografi , yaitu ekografi transurethral sangat berguna untuk pemeriksaan
prostat dan buli – buli h . Arteriografi dilakukan bila ditemukan tumor ginjal nonkista
untuk menilai vaskularisasinya Walaupun sering digunakan CT – Scan karena lebih
aman dan informatif . Bagian atas dapat dilihat 1. Pengan cara afy ustrerad.atay
Bunki Pakal , misalnya setelah obstruksi dihilangkan
8. Pemeriksaan endoskopi uretra dan kandung kemih memberikan jelas dan kesempatan
untuk melakukan biopsi
9. Sistometrografi biasanya digunakan untuk menentukan perbandingan antara isi dan
tekanan di buli – buli
10. Sistoskopi atau sisto – uretero – renoskopi ( URS ) pada pemeriksaan penunjang di
atas belum dapat menyimpulkan penyebab hematuria . ( Wim de Jong , dkk , 2004 )

2.6 Penatalaksanaan

Penatalaksana dan Jika terdapat gelembung darah pada buli – buli yang menimbulkan
retensi urin , coba dilakukan kateterisasi dan pembilasan buli – buli dengan memakai cairan
garam fisiologis , tetapi jika tindakan ini tidak berhasil , pasien untuk menjalani pembekuan
darah transuretra dan sekaligus menghentikan sumber perdarahan . Jika terjadi eksanguinasi
yang menyebabkan anemia , harus mempersembahkan transfusi darah . Demikian juga jika
terjadi infeksi harus diberikan antibiotika . ( Mellisa C Stoppler , 2010 ) . Setelah hematuria
dapat ditanggulangi , tindakan selanjutnya adalah mencari penyebab dan selanjutnya
menyelesaikan masalah primer penyebab hematuria . ( Mellisa C Stoppler , 2010 ) . Tidak
ada pengobatan spesifik untuk hematuria .

pengobatannya tergantung pada penyebabnya :

a. Infeksi saluran kemih, biasanya diatasi dengan antibiotik.


b. Batu ginjal , dengan banyak minum . Jika batu tetap tidak , dapat dilakukan ESWL
atau pembedahan .
c. Pembesaran prostat diatasi dengan obat - obatan atau pembedahan .
d. Kanker , dilakukan pembedahan , mengangkat jaringan kanker , atau kemoterapi .

2.7 Komplikasi

Jika gejala hematuria disebabkan oleh kanker, mengabaikan kondisi ini bias membuat
sel-sel kanker makin bekembang, dan semakin sulit untuk diobati. Selain itu infeksi yang tak
diobati juga bias menyebabkan gagal ginjal.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

3.1 Pengkajian

Pengkajian Keperawatan Pemeriksaan fisik harus fokus pada deteksi hadir bersamaan
dengan sindrom nefritik dan penyakit pembuluh darah ginjal , edema terkait dengan sindrom
nefrotik , massa perut atau panggul teraba menyarankan ginjal neoplasma , dan adanya nyeri
ketok kostovertebral atau nyeri tekan suprapubik berhubungan dengan infeksi saluran kemih.
Pemeriksaan rektal pada pria dapat mengungkapkan nodularitas prostat atau penggunaan
sebagai penyebab potensial .

Pada pemeriksaan diperhatikan adanya hipertensi yang mungkin merupakan


manifestasi dari suatu penyakit ginjal . Syok hipovolemik dan anemia mungkin disebabkan
karena banyak darah yang keluar . Ditemukannya tanda - tanda perdarahan di tempat-tempat
lain adalah petunjuk adanya kelainan sistem darah yang bersifat sistemik .

1. Pucat pada kulit dan konjungtiva sering terlihat pada pasien dengan anemia .
2. Periorbital , skrotum , dan edema perifer , mungkin menunjukkan hipoalbuminemia
dari glomerulus atau penyakit ginjal .
3. Cachexia mungkin menunjukkan keganasan .
4. Nyeri tekan dari sudut kostovertebral , dapat disebabkan oleh pielonefritis atau
dengan perbesaran massa seperti tumor ginjal .
5. Nyeri suprapubik sistitis, baik yang disebabkan oleh infeksi, radiasi, atau obat
sitotoksik.
6. Kandung kemih tidak teraba ketika didekompresi, kandung kemih diisi dengan 200
mL urin percussible . Dalam retensi urin akut , biasanya terlihat dalam kasus - kasus
BPH atau obstruksi oleh bekuan , kandung kemih bisa diraba dan dapat dirasakan
hingga tingkat umbilikus .
7. Palpasi bimanual pada ginjal perlu diperhatikan pengenalan ginjal akibat tumor ,
obstruksi , ataupun infeksi ginjal . Massa pada suprasimfisis mungkin disebabkan
karena retensi bekuan darah pada buli - buli .
8. Pada colok dubur , ukuran , bentuk dan konsistensi prostat dinilai mengetahui adanya
prostat jinak maupun karsinoma prostat . Setelah prostatektomi enukleasi maupun
endoskopik, simpai prostat dibiarkan sehingga pada colok dubur memberikan kesan
masih prostat membesar. Lobus medial prostat yang mungkin menonjol pada
kandung kemih umumnya tidak dapat dicapai dengan jari . Karsinoma prostat
menyebabkan asimetri dan perubahan konsistensi setempat . Diagnosis dipastikan
melalui biopsi jarum transrektal.
9. Pemeriksaan dengan menggunakan berbagai kateter yang dibuat dari karet dan
sekarang lateks , politen atau silikon . Ujung kateter dibuat dalam berbagai bentuk
agar tidak dapat tercabut ; yang biasa ditemukan bentuk Foley yang pada ujungnya
berbentuk balon yang dapat dikembangkan . Untuk digunakan skala Charriere ,
berdasarkan skala Prancis yang menyatakan ukuran lingkaran di luarnya dan bukan
diameternya . Diameter didapat dengan membagi ukuran Charriere dengan tiga.
(Wim de Jong, dkk, 2004).
Dalam mencari penyebab hematuria yang perlu dicari data yang terjadi pada episode
hematuria saat ini , antara lain :
• mencari warna urin yang keluar ?
• Apakah diikuti dengan keluarnya bekuan - bekuan darah ?
• Di bagian pada saat miksi urine berwama merah ?
• Apakah diikuti dengan perasaan sakit ? ( Mellisa C Stoppler , 2010 ) Perlu
juga dikembangkan sebelumnya , beberapa faktor risiko untuk kanker
urothelial pada pasien dengan hematuria mikroskopis
1. Riwayat merokok
2. Kerja paparan bahan kimia atau pewarna ( benzenes atau aromatic amine )
3. Riwayat gross hematuria
4. Usia di atas 40 tahun
5. Riwayat gangguan berkemih , nyeri saat berkemih , dan infeksi saluran kemih
6. Penyalahgunaan analgetik
7. Riwayat radiasi panggul .
3.2 Pathwey
Infeksi Saluran
Perokok aktif kemih

Minum Kopi
Pekerjaan

Ca Buli- Buli

Ulserasi Metastase Oklusi ureter/pelic


renal

Infeksi sekunder. Invasi pada


bledder Refluks
Panas waktu kencing
Merasa panas dan tubuh
Hydronephroosis
lemah Retensio urine :
sulit kencing Nyeri Suprabic
Kencing campur darah
Nyeri Pinggang
Ansietas
Gangguan
eliminasi urin
Ginjal melebar

Penatalaksanaan

Operasi Kemoterapi :
Tidak adekuatnya kemoterapi

Prosedur Infasif Efek samping kemoterapi


- Panas
- Nafsu makan menurun
Luka bekas operasi Resiko Infeksi
- Intoleransi aktifitas
- Depresi
Nyeri Akut - Konsep diri

Defisit nutrisi
3.3 Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera biologi
2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
3. risiko infeksi berhubungan dengan ketidak adekuatan mekanisme pertahanan primer
4. Resiko deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien

3.4 Intervensi

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN


KRITERIA
KEPERAWATAN
HASIL
1 Nyeri akut Setelah Dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238)
Berhubungan dengan Tindakan
Observasi :
agen pencedera Keperawatan
fisiologis selama 3x24 jam. - Identifikasi lokasi, karakteristik,
Diharapkan
(D.0077) durasi,frekuensi,kualitas,intensita
Tingkat nyeri
menurun dengan s nyeri
kriteria hasil - Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri - Identifikasi factor yang
2. Meringis memperberat dan memperingan
3. sikap protektif nyeri
- Identifikasi pengetahuan dan
keyakinantentang nyeri
- Monitor keberhasilan terapi
komplamenter yang sudah
diberikan
Terapeutik :
- Berikan tekhnik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
- Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi :
- Jelaskanpenyebab,periode,dan
pemicu nyeri
- Jelaskanstrategi meredakan nyeri
secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
- Anjurkan tekhnik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian analgetik
jika perlu
2 Ansietas berhubungan Setelah Dilakukan Reduksi Ansietas (I.09314)
dengan kriseis Tindakan
Observasi :
situasional Keperawatan
selama 3x24 jam. - Identifikasi saat tingkat ansietas
(D.0080)
Diharapkan
berubah
Tingkat ansietas
menurun dengan - Identifikasi mengambil keputusan
kriteria hasil - Monitor tandatanda ansietas
1. Perilaku gelisah Terapeutik :
2. perilaku tegang - Ciptakan suasana terapeutik
3. verbalisasi untuk menumbuhkan
khawatir kondisi kepercayaan
yg dihadapi
- Temanai pasien untuk
mengurangi kecemasan
- Pahami situasi yang membuat
ansietas
- Gunakan pendekatan yang tenag
dan meyakinkan
Edukasi :
- Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin dialami
- Informasikan secara factual
mengenai diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien,jika perlu
- Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
- Latih tekhnik relaksasi
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian obat
ansietas, jika perlu

3 Resiko infeksi Setelah Dilakukan Pencegahan Infeksi (I.14539)


berhubungan dengan Tindakan
Observasi :
pembedahan Keperawatan
selama 3x24 jam. - Monitor tanda dan gejala infeksi
Diharapkan tingkat
Terapeutik :
infeksi menurun
dengan kriteria - Batasi jumlah pengunjung
hasil
- Berikan perawatan kulit pada area
1. Nyeri edema
2. Demam - Cuci tangan sebelum dan sesudah
3. Bengkak kontak dengan pasien
4. kemerahan - Pertahankan tekhnik aseptic pada
pasien beresiko tinggi
Edukasi :
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Anjarkan cara mencuci tangan
dengan benar
- Ajarkan etika batuk
- Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka
- Anjurkan meningkatkan asupan
cairan dan nutrisi
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian imunisasi
jika perlu
4 Resiko deficit nutrisi Setelah Dilakukan Manajemen Nutrisi (I.03119)
berhubungan dengan Tindakan
Observasi :
absorbsi makanan Keperawatan
tidak adekuat selama 3x24 jam. - Identifikasi status nutrisi
Diharapkan status
(D.0032) - Identifikasi makanan yang
nutrisi membaik
dengan kriteria disukai
hasil - Identfikasi kebutuhan kalori dan
1. frekuensi makan jenis nutrient
2. nafsu makan - Monitor asupan makanan
3. membrane - Monitor hasil pemeriksaan
mukosa laboratorium
Terapeutik :
- Lakukan oral hygiene sebelum
makan,jika perlu
- Fasilitasi menentukan pedoman
diet
- Sajikan makanan secara menarik
- Berikan mkananan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori
Edukasi :
- Anjurkan posisi duduk jika
mampu
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan(mis.perada nyeri, antimetik)

3.5 Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada
nursing oders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari
pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan
memfasilitasi koping. Terdapat 3 tahap dalam tindakan keperawatan, yaitu persiapan,
perencanaan dan dokumentasi (Nursalam, 2009 : 127).

3.6 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yan
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam
mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien
berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga perawat
dapat mengambil keputusan (Nursalam, 2009 : 135).

Evaluasi dapat dibagi dua, yaitu evaluasi hasil atau formatif dilakukan setiap selesai
melaksanakan tindakan, evaluasi hasil sumatif dilakukan dengan membandingkan respons
klien pada tujuan khusus dan umum yang telah ditentukan.

Problem-Intervention-Evaluation adalah suatu singkatan masalah, intervensi dan


evaluasi. Sistem pendokumentasian PIE adalah suatau pendekatan orientasi-proses pada
dokumentasi dengan penekanan pada proses keperawatan dan diagnosa keperawatan
(Nursalam, 2009 : 207)

Proses dokumentasi dimulai pengkajian waktu klien masuk diikuti pelaksanaan


pengkajian sistem tubuh setiap hari setiap pergantian jaga (8 jam), data masalah hanya
dipergunakan untuk asuhan keperawatan klien jangka waktu yang lama dengan masalah yang
kronis, intervensi yang dilaksanakan dan rutin dicatat dalam “flowsheet”, catatan
perkembangan digunakan untuk pencatatan nomor intervensi keperawatan yang spesifik
berhubungan dengan masalah, intervensi langsung terhadap penyelesaian masalah ditandai
dengan “I” (intervensi) dan nomor masalah klien, keadaan klien sebagai pengaruh dari
intervensi diidentifikasikan dengan tanda “E” (Evaluasi) dan nomor masalah klien, setiap
masalah yang diidentifikasi dievaluasi minimal setiap 8 jam
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS


4.1 Tinjauan Kasus

A. Pengkajian
Tanggal masuk RS : Senin , 22 Maret 2021 , Pukul 19.30 WIB

Tanggal Pengkajian : Selasa , 23 Maret 2021 , Pukul 09.00 WIB

Ruangan : Bangsal Barokah Pengkaji Dewi Sumiasih 1.

1. DATA SUBYEKTIF
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. S ( 420913 )
Umur : 77 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Lundong 2/2 Kutowinangun , Kebumen
Dx Medis : Hematuria Susp Ca Buli
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn.D
Umur : 39 Th
Alamat : Lundong 2/2 Kutowinangun , Kebumen
Hubungan dengan pasien : Anak Kandung
c. Keluhan Utama ( yang paling dirasakan )
Klien mengeluh nyeri pada bagian perut kanan dan menyebar ke bagian bawah
serta pinggang bagian belakang .
d. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Klien datang ke IGD RS PKU Muhammadiyah Gombong diantar keluarga pada
tanggal 22 Maret 2021 jam 18.00 WIB dengan keluhan BAK berwarna merah .
Klien mengatakan nyeri di pinggang sebelah kanan hilang timbul dengan skala
nyeri 4 3 hari sebelum
Masuk RS. Hasil pemeriksaan saat di IGD TD 155/80 mmHg , N 102 x / menit ,
S 36.9°C , RR 20 x / menit , kesadaran Composmentis GCS E4M6V5 . Klien
terpasang infus Rl 20 tpm , sudah diberikan terapi injeksi kalnek 500 mg dan tidak
terpasang kateter DC . Pasien dipindah ke ruang barokah 8B pada tanggal 22
Maret 2021 jam 19.30 WIB untuk mendapatkan terapi dan perawatan lanjutan.
Saat dikaji di ruang barokah TD 140/90 mmHg , N 84 x / menit , S 36,4 ° C , RR
28 x / menit , kesadaran Composmentis GCS E4M6V5 . Pasien mengeluh nyeri
dibagian pinggang sebelah kanan hilang timbul dengan skala 4 dan mengeluarkan
BAK berwarna merah . Klien terpasang infus R1 20 tpm serta dilakukan
pemasangan DC kateter nomor 16 . 2

e. Riwayat Kesehatan Dahulu


Klien mengatakan memiliki riwayat penyakit hipertensi terkontrol 2 tahun
yang lalu . Klien mengatakan tidak memiliki penyakit yang sifatnya dapat
diturunkan .
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan didalam anggota keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit seperti klien .
NO Pola pemenuhan Sebelum sakit Sesudah sakit
kebutuhan dasar

1 Oksigenisasi Klien mengatakan bernafas Klien bernafas normal,


normal dan tidak pernah klien tidak menggunakan
mengeluh sesak nafas alat bantu nafas

2 Nutrisi Klien mengatakan makan 3x Klien mengatakan


sehari, porsi cukup dan makan dari diit RS tidak
minum air puti 5-7 pernah habis, dan minum
gelas/hari, tidak ada keluhan hany 3-4gelas/hari, klien
dalam makan da minu mengatakan merasa
mual setelah makan.

3 Eliminasi Klien mengatakan BAB Klien mengatakan belum


lancer minimal 1x sehari BAB selama masuk RS,
dengan konsisensi feses bising usus 10x/menit.
lunak dan BAK 4-5x sehari, Pola eliminasi BAK
warna jernih dengan bau Klien terpasnag kateter,
khas. warna urine merah
bercampur darah
(hematuria), bau khas
dan terjadi penurunan
jumlah urin dengan
volume urine
300cc/4jam. Keluhan
sakit pinggang,
pemeriksaan fisik ginjal
adanya nyeri ketok ginjal
bagian ginjal kanan

4 Aktifitas Klien mengatakan aktifittas Klien mengatakan


biasa, dalam melakukan mengalami keterbatasan
kegiatan sehari-hari tanpa aktifitas hanya berbaring
adanya keluhan di tempat tidur, saat di
rawat klien mengatakan
semua aktifitas dibantu
keluarga dan petugas
kesehatan

5 Pola istirahat dan tidur Klien mengatakan istirahat Klien mengatakan


cukup, tidur 6-7 jam istirahat sedikit
dalamsehari tergnaguu saat nyeri
tiba-tiba terasa
6 Berpakaian Klien mengatakan Klien mengatakan
menggunakan pakaian secara menggunakan pakaian
mandiri 2x gantti dalam dibantu keluarga dan 1x
sehari sehari ganti pakaian

7 Menjaga suhu tubuh Klien mengatakan akan Suhu tubuh klien


memakai pakaian tebal jika 36,4derajat celcius
udaa dingin dan sebaliknya
akan memakai tipis jika
udara panas

8 Personal hygne Klien mengatakan mandi 2x Klien mengatakan hanya


sehari, sikat gigi 2x sehari di lap oleh keluarganya
secara teratur 2x sehari

9 Kebutuhan rasa nyaman Klien mengatakan merasa Klien mengatakan lebih


aman dan nyaman dengan sering merasa nyaman
kehidupanya dengan posisi kaki lebit
atas dari kepala untuk
mengurangi nyeri perut
debelah kanan bawah

10 Komunikasi Klien mengatakan dalam Klien mengatakan tidak


keseharianya menggunakan ada perubahan
bahasa Indonesia dan komunikasi
berkomunikasi dengan org
baik

11 Spiritual Klien mengatakan Klien mengatakan


menjalankan sholat 5 waktu selama di rumah sakit
meskipun tidak teratur hanya berdoa dan
berserah diri ke[ada
ALLAH SWT

12 Rekreasi Klien mengatakan pergi Klien hany tiduran di


rekreasi 1 tahun sekali saat tempat tidur ditemani
lebaran anaknya

13 Bekerja Klien mengatakan menjalani Klien istirahat di ruang


aktifitas sebagai ibu rumah barokah Rs
tangga tanpa adanya muhammadiyah
hambatan gembong

14 Belajar Klien mengatakan klien dan Klien mengatakan


keluarga mendapat informasi mendapat infromasi
dari tetangganya tentang tentang penyakitnya dari
penyakit yang sedang dokter dan perawat
diaaminya ini

15 Psikologis - 1. Ketegangan
meningkat
2. Kurang
pengetahuan

2. DATA OBYEKTIF
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum :Sedang
Kesadaran : Komposmentis
Tekanan Darah : 140/80 mmHg
Nadi : 84X/Menit
Suhu : 36.4

RR : 20X/meint

b. Pemeriksaan fisik
1. Kepala
Bentuk mesocepal, rambut berwarnah putih, tidak ada benjolan, tidak ada bekas
luka jahit
2. Mata
Fungsi penglihatan normal, konjungtiva ananemis, sclera anikterik
3. Hidung
Fungsi penciuman baik, lubang hidung kanan kiri simetris, tidak ada polip
4. Mulut
Fungsi pengecapan normal, giging tanggal 4, terdapat caries gigi, mukosa bibir
kering
5. Telinga
Fungsi pendengaran baik, terdapat serumen, daun telinga kanan dan kiri simetris
6. Leher
Tidak ada pembengkakan kelenjar tthiroid dan kelenjar getah bening
7. Paru-paru
Inspeksi : Paru-paru kanan dan kiri simetris, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : bunyi sonor
A
uskultasi : vesikuler, tidak ada bunyi nafas tambahan
8. Jantung
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak pada ICS V
Palpasi : iktus crdis teraba di ICS V midclavikula sinistra
Perkusi : bunyi pekak
Auskultasi : S1 S2 reguler
9. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada lesi, bentuk abdomen simetris
Auskultasi : bising usus 10x/menit
Palpasi : ada nyeri tekan perut bagian bawah kanan
Perkusi : Tympani
10. Genetalia
Terapasang FC kateter no 16
11. Extermitas
Atas : tidak ada edema, kekuatan oto 5
Bawah : tidak ada edema kekuatan oto 5
NO DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH

1 DS : Infeksi saluran kemih Nyeri Akut (D.0077)


/ hematuria
Klien mengatakan nyeri pada perut
bagian kanan yang menjalar ke
bagian bawah serta pinggang
belakang

P : Nyeri bertambah saat melakukan


gerakan dan beraktifitas serta
berkurang saat tiduran

Q : Nyeri seperti tertusuk-tusuk

R : Nyeri di bagian punggung sebelah


kanan

S : skala nyeri 5

T : Hilang timbul

DO :

- Klie tampak menahan nyeri


- Klien meringis kesakitan saat
disuruh miring kanan dan kiri
- Adanya nyeri tekan perut
bagian bawah kanan pada
pemfis abdomen

Hasil TTV

TD : 140/80 mmHg

N : 88X/Menit

S : 36,4.°C

RR : 24X/Menit
2 DS : Kehilangan cairan Hipovelemia
aktif (D.0023)
Klien mengatakan jarang minum air
putih, saat BAK urine yang keluar
sedikit dan bercampur darah

DO :

- Klie terpasang FC Kateter no


16, warna urine merah
tercampur darah, volume
urine 300ml/4jam, tidak ada
endapan darah.

Pemeriksaan laboratorium tgl 22


maret 2021 jam 22.30 wib

- Hemoglobin (9,7 gr/dl)


- Hematocrit (31,3%)
- Masa perdarahan 2 mnt
- Masa pembekuan 10 menit

Hasil TTV

TD : 140/80 mmHg

N : 88X/Menit

S : 36,4.°C

RR : 24X/Menit

3 DS : Penurunan Gangguan eliminasi


kemampuan urin (D.0040)
Klien mengatakan Saat BAK terasa
menyadari tanda-
nyeri dibagian perut bawah dan
tanda gangguan
menjalar ke pinggang bagian
kandung kemih
belakang.

Klien mengatakan saat BAK urine


yang keluar sedikit dan berwarna
merah.

DO :

- Klie terpasang FC Kateter no


16, warna urine merah
tercampur darah, volume
urine 300ml/4jam, tidak ada
endapan darah.

Pemeriksaan laboratorium tgl 22


maret 2021 jam 22.30 wib

- Ureum : 50mg/dl
- Creatinin : 1.54 mg/dl

Hasil TTV

TD : 140/80 mmHg

N : 88X/Menit

S : 36,4.°C

RR : 24X/Menit

B. Diagnosis Keperawatan
1) Nyeri akut (D.0077) b.d agen pencedera fisiologis (infeksi saluran kemih/hematuria
d.d infeksi
2) Hipovelemia (D.0023 b.d kehilangan cairan aktif d.d volume urine menurun dan
berdarah
3) Gangguan eliminasi urine (D.0040) b.d penurunan kemampuan menyadari tanda-
tanda gangguan kandung kemih d.d volume residu urin meningkat
C. Intervensi

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN


KRITERIA HASIL
KEPERAWATAN
1 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (I.08238)
(D.0077) b.d agen tindakan selama 3x24 Observasi :
pencedera jam diharapkan tingkat - Identifikasi lokasi,karakteristik,
fisiologis (infeksi Nyeri Menurun dengan durasi, frekuensi dan intensita
saluran kriteria hasil : nyeri
kemih/hematuria 1.Keluhan Nyeri - Identifikasi skala nyeri
d.d infeksi 2. Meringis - Identifikasi factor yang
3. Gelisah memperberat/memperberat rasa
4.Kesulitan Tidur nyreri
- Monitor keberhasilan terapi
komplamenter yang sudah
diberikan
- Monitor efek samping
pemberian analgetik
Terapeutik :
- Berikan tekhnik
nonfarmakologis untuk
mrngurangi rasa nyeri
- Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi :
- Jelaskan penyebab dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Kolaborasi :
Kolaborai pemberian analgetik, jika
perlu

2 Hipovelemia Setelah dilakukan Manajemen cairan (I.03098)


(D.0023 tindakan selama 3x24
Observasi :
jam diharapkan status
b.d kehilangan
cairan membaik dengan - Monitor status hidrasi
cairan aktif d.d
kriteria hasil : (frekuensi nadi, akral,
volume urine
1.frekuensi nadi kelembapan mukosa,
menurun dan
2. Tekanan darah turgorkulit, dan tekanan darah)
berdarah
3. membrane mukosa - Monitor pemeriksaan

4. kadar hb laboratorium

5. kadar ht Terapeutik :

- Berikan asupan cairan sesuai


kebutuhan\
- Berikan cairan intravena

Transfusi darah (I.02090)

Observasi :

- Identifikiasi rencana tranfusi


- Monitor TTV Sebeleum,
selama dan setelah tranfusi.
- Monitor reaksi tranfusi.

Tereapeutik :

- Lakukan pengecekan ganda


pada lebel darah
- Pasang akses intravena
sebelum memasang
- Berikan NaCl 0,9% 50-100 ml
Sebelum tranfusi
- Atur kecepatan tranfusi selama
batas waktu maksimal 4jam
- Hentikan tranfusi jika terdapat
reaksi saat tranfusi

Edukasi :

- Jelaskan tujuan dan prosedur


tranfusi
- Jelaskan tanda dan gejala
tranfusi

3 Gangguan Setelah dilakukan Manajemen Eliminasi Urine


eliminasi urine tindakan selama 3x24 (I.04152)
(D.0040) jam diharapkan
Observasi :
eliminasi urin membaik
b.d penurunan
dengan kriteria hasil : - Monitor eliminasi urine (mis,
kemampuan
1.Frekuensi BAK frekuensi, konsistensi, aroma,
menyadari tanda-
warna, dan volume)
tanda gangguan
kandung kemih d.d Terapeutik :

volume residu urin - Batasi asupan cairan jika perlu


meningkat - Ambil sampel urine tengah
(midstream) atau kultur

Edukasi :

- Ajarkan tanda dan gejala


infeksi saluran kemih
- Ajarkan mengukur asupan
cairan dan keluaran urine
- Ajarkan mengambil specimen
urine midstream
- Anjurkan minum yang
cukup,jika tidak ada
kontraindikasi
- Ajurkan mengurangi minum
menjelang tidur
D. Implementasi keperawatan

Implementasi H-1
Senin, 22 maret 2021 jam 08-14.00 WIB
No Dx kep Jam Implementasi Respon
1 Nyeri akut 10.00- 1. Mengidentifikasi S : Klien mengatakan
(D.0077) b.d lokasi, karakteristik, merasakan nyeri pada
14.00
agen pencedera durasi frekuensi, selangkangan kanan
fisiologis kualitas, intensitas
O : klien tampak menahan
(infeksi saluran nyeri
nyeri,meringis kesakitan
kemih/hematuria
d.d infeksi 2. Mengidentifikasi S : Skala nyeri 5

skala nyeri O : Klien tampak menahan


nyeri,meringis kesakitan

3. Mengidentifikasi S : Klien mengatakan

respon nyeri merasakan nyeri pada

nonverbal selangkangan kanan

O : klien tampak menahan


nyeri,meringis kesakitan

S : Klien mengatakan
4. Mengidentifikasi
mengetahui sedikit tentang
pengetahuan dan
nyeri
keyakinan tentang
nyeri

5. Memonitor Klien berlatih tarik nafas

keberhasilan terapi dalam saat nyeri dirasakan

komplamenter yang
sudah diberikan
6. Menganjurkan Klien mengatakan nyeri
memonitor nyeri timbul saat beraktifitas
secara mandiri
7. Menganjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat

2 Gangguan 10.00- 1. Menganjurkan Klien mengatakan


eliminasi urine minum yang cukup, mengatakan mengalami
14.00
(D.0040) jika tidak perubahan pada eliminasi
kontraindikasi urine
b.d penurunan
kemampuan Klien mengatakan sering
2. Mengajarkan
menyadari mengkonsumsi the the dan
mengukur
tanda-tanda jarang minum air putih
asupancairan dan
gangguan
keluaran urin
kandung kemih
d.d volume
residu urin
meningkat
Implementasi H-2
Selasa, 23 maret 2021 jam 08-14.00 WIB
No Dx kep Jam Implementasi Respon
1 Nyeri akut 08.00- 1. Mengidentifikasi lokasi, S : Klien
(D.0077) b.d karakteristik, durasi frekuensi, mengatakan
14.00
agen pencedera kualitas, intensitas nyeri merasakan nyeri
fisiologis pada
(infeksi saluran selangkangan
kemih/hematuria kanan
d.d infeksi
O : klien tampak
menahan
nyeri,meringis
kesakitan

2. Mengidentifikasi skala nyeri S : Skala nyeri 5

O : Klien tampak
menahan
nyeri,meringis
kesakitan

3. Mengidentifikasi respon nyeri S : Klien

nonverbal mengatakan
merasakan nyeri
pada
selangkangan
kanan

O : klien tampak
menahan
nyeri,meringis
kesakitan

S : Klien
4. Mengidentifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang nyeri mengatakan
mengetahui
sedikit tentang
nyeri

5. Memonitor keberhasilan terapi


komplamenter yang sudah Klien berlatih
diberikan tarik nafas dalam
saat nyeri
dirasakan
6. Menganjurkan memonitor
nyeri secara mandiri Klien mengatakan

7. Menganjurkan menggunakan nyeri timbul saat

analgetik secara tepat beraktifitas

2 Hipovelemia 08.00- 1. Memonitor status hidrasi, Klien mengatakan


(D.0023 (frekuensi nadi, bibirnya kering
14.00 akral,kelembaban mukosa, dan lidahnya pahit
b.d kehilangan turgor kulit dan TD)
2. Monitor pemeriksaan
cairan aktif d.d laboratorium
volume urine 3. Berikan asupan caira sesuai
kebutuhan
menurun dan
4. Berikan cairan intravena
berdarah

3 Gangguan 08.00- 1. Menganjurkan minum yang Klien mengatakan


eliminasi urine cukup, jika tidak kontraindikasi mengatakan
14.00
(D.0040) 2. Mengajarkan mengukur mengalami
asupancairan dan keluaran urin perubahan pada
b.d penurunan
eliminasi urine
kemampuan
menyadari Klien mengatakan
sering
tanda-tanda mengkonsumsi the
gangguan the dan jarang
minum air putih
kandung kemih
d.d volume
residu urin
meningkat
Implementasi H-3
Rabu, 24 maret 2021 jam 14.00-20.00 WIB
No Dx kep Jam Implementasi Respon
1 Nyeri akut 14.00- 1. Mengidentifikasi S : Klien mengatakan
(D.0077) b.d lokasi, karakteristik, merasakan nyeri pada
20.00
agen pencedera durasi frekuensi, selangkangan kanan
fisiologis kualitas, intensitas
O : klien tampak menahan
(infeksi saluran nyeri
nyeri,meringis kesakitan
kemih/hematuria
d.d infeksi 2. Mengidentifikasi S : Skala nyeri 3

skala nyeri O : Klien tampak menahan


nyeri,meringis kesakitan

3. Mengidentifikasi S : Klien mengatakan

respon nyeri merasakan nyeri pada

nonverbal selangkangan kanan

O : klien tampak menahan


nyeri,meringis kesakitan

S : Klien mengatakan
4. Mengidentifikasi
mengetahui sedikit tentang
pengetahuan dan
nyeri
keyakinan tentang
nyeri

5. Memonitor Klien berlatih tarik nafas

keberhasilan terapi dalam saat nyeri dirasakan

komplamenter yang
sudah diberikan

6. Menganjurkan Klien mengatakan nyeri


memonitor nyeri timbul saat beraktifitas
secara mandiri
7. Menganjurkan
menggunakan Pemberian analgetik untuk

analgetik secara tepat mengurangi nyeri

2 Hipovelemia 14.00- 1. Memonitor status S :


(D.0023 20.00 hidrasi, (frekuensi
- Klien mengatakan
nadi,
b.d kehilangan akral,kelembaban mukosa bibir terasa
mukosa, turgor kulit kering
cairan aktif d.d dan TD)
volume urine 2. Monitor pemeriksaan - Klien mengatakan
laboratorium mengalami
menurun dan
3. Berikan asupan caira
berdarah perubahan pola
sesuai kebutuhan
Berikan cairan eliminasi dan
intravena penurunan jumlah
output

O:

Sebelum Tranfusi
Pemeriksaan TTV jam
14.00 WIB
TD : 110/80 mmHg
N : 88x/menit
RR : 21x/menit
S : 36,4.°C
Tidak ada keluhan alergi
Golongan darah A

Saat Tranfusi
Pemeriksaan TTV jam
14.30 WIB
TD : 120/80 mmHg
N : 84x/menit
RR : 19x/menit
S : 36,4.°C
Tidak ada keluhan alergi
Golongan darah A
Tranfusi PRC 350cc

Setelah Tranfusi
Pemeriksaan TTV jam
19.30 WIB
TD : 120/80 mmHg
N : 84x/menit
RR : 19x/menit
S : 36,4.°C
Tidak ada keluhan alergi
E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi H-1
Senin, 22 maret 2021 jam 08-14.00 WIB

NO JAM EVALUASI (SOAP) PARAF


1 Nyeri akut S : Klien mengatakan merasakn nyeri pada
(D.0077) b.d selangkangan
agen pencedera
Pengkajian nyeri
fisiologis
(infeksi saluran - P: nyeri bertambah saat melakukan gerakan

kemih/hematuria dan beraktifitas serta berkurang saat tiduran

d.d infeksi - Q : nyeri seperti tertusuk-tusuk


- R : nyeri dibagian perut kanan dan menjalar
Senin,
kebawah dan pinggang belakang
22 maret 2021 - S : Skala nyeri 5
jam 08-14.00
WIB - T : Hilang timbul

O:

- Klien tampak meringis kesakitan saat disuruh


miring kanan dan kiri
- Adanya nyeri tekan perut bagian bawah kanan
pada pemfis abdomen
- Hasil TTV didaptakan Td TD : 140/80 mmHg
N : 88X/Menit S : 36,4.°C RR : 24X/Menit

A : masalah belum teratasi

P : Lanjutkan Intervensi

2 Gangguan S :Klien mengatakan mengalami perubahan pola


eliminasi urine eliminasi penurunan jumlah output
(D.0040) O : Warna urine merah bercampur darah, volume
urine 350cc
b.d penurunan
kemampuan A : Masalah belum teratasi
menyadari
P : Lanjutkan intervensi
tanda-tanda
gangguan
kandung kemih
d.d volume
residu urin
meningkat

Senin,
22 maret 2021
jam 08-14.00
WIB
Evaluasi H-2
Selasa, 23 maret 2021 jam 08-14.00 WIB
NO JAM EVALUASI (SOAP) PARAF
1 Nyeri akut S : Klien mengatakan sudah tidak merasakan nyeri
(D.0077) b.d pada bagian perut kanan bawah dan pinggang
agen pencedera
Pengkajian nyeri
fisiologis
(infeksi saluran - P: pasien sudah tidak mengeluh nyeri

kemih/hematuria - Q : nyeri sudah tidak dirasakan

d.d infeksi - R : nyeri di bagian perut hilang timbul


- S : Skala nyeri 3
Selasa,
- T : Hilang timbul
23 maret 2021
jam 08-14.00 O :
WIB
- Klien sudah tidak merasakan nyeri dibagian
perut kanan bawah dan pinggang belakang
- Hasil TTV didaptakan Td TD : 120/80
mmHg N : 84X/Menit S : 36,4.°C RR :
19X/Menit

A : masalah teratasi

P : Hentikan Intervensi

2 Hipovelemia S:
(D.0023 - Klien mengatakan mukosa bibir terasa

b.d kehilangan kering

cairan aktif d.d - Klien mengatakan mengalami perubahan

volume urine pola eliminasi dan penurunan jumlah output

menurun dan O:
berdarah
Sebelum Tranfusi
Selasa, Pemeriksaan TTV jam 14.00 WIB
23 maret 2021 TD : 110/80 mmHg
jam 08-14.00
N : 88x/menit
WIB
RR : 21x/menit
S : 36,4.°C
Tidak ada keluhan alergi
Golongan darah A

Saat Tranfusi
Pemeriksaan TTV jam 14.30 WIB
TD : 120/80 mmHg
N : 84x/menit
RR : 19x/menit
S : 36,4.°C
Tidak ada keluhan alergi
Golongan darah A
Tranfusi PRC 350cc

Setelah Tranfusi
Pemeriksaan TTV jam 19.30 WIB
TD : 120/80 mmHg
N : 84x/menit
RR : 19x/menit
S : 36,4.°C
Tidak ada keluhan alergi
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

3 Gangguan S :Klien mengatakan mengalami perubahan pola


eliminasi urine eliminasi penurunan jumlah output
(D.0040)
O : Warna urine merah bercampur darah, volume
b.d penurunan urine 350cc
kemampuan
A : Masalah belum teratasi
menyadari
tanda-tanda P : Lanjutkan intervensi

gangguan
kandung kemih
d.d volume
residu urin
meningkat

Selasa,
23 maret 2021
jam 08-14.00
WIB
Evaluasi H-3
Rabu, 24 maret 2021 jam 14.00-20.00 WIB
NO JAM EVALUASI (SOAP) PARAF
1 Nyeri akut S : Klien mengatakan merasakn nyeri pada
(D.0077) b.d selangkangan
agen pencedera
Pengkajian nyeri
fisiologis
(infeksi saluran - P: nyeri bertambah saat melakukan gerakan

kemih/hematuria dan beraktifitas serta berkurang saat tiduran

d.d infeksi - Q : nyeri seperti tertusuk-tusuk


- R : nyeri dibagian perut kanan dan menjalar
kebawah dan pinggang belakang
- S : Skala nyeri 4
- T : Hilang timbul

O:

- Klien tampak meringis kesakitan saat


disuruh miring kanan dan kiri
- Adanya nyeri tekan perut bagian bawah
kanan pada pemfis abdomen
- Hasil TTV didaptakan Td TD : 140/80
mmHg N : 88X/Menit S : 36,4.°C RR :
24X/Menit

A : masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan Intervensi

2 Hipovelemia S:
(D.0023 - Klien mengatakan mukosa bibir terasa

b.d kehilangan kering

cairan aktif d.d - Klien mengatakan mengalami perubahan

volume urine pola eliminasi dan penurunan jumlah output

menurun dan
berdarah O:

- Mukosa bibir kering


- Turgor kulit kering
- TD : 110/80 mmHg
- N : 84X/Menit
- S : 36,4.°C
- Hasil pemeriksaan lab
a. Hb : 9,7 g/dl
b. Ht : 31,3 %

A : Masalah teratasi sebagian


P : Lanjutkan intervensi
3 Gangguan S :Klien mengatakan mengalami perubahan pola
eliminasi urine eliminasi penurunan jumlah output
(D.0040)
O : Warna urine merah bercampur darah, volume
b.d penurunan urine 350cc
kemampuan
A : Masalah belum teratasi
menyadari
tanda-tanda P : Lanjutkan intervensi

gangguan
kandung kemih
d.d volume
residu urin
meningkat
BAB V

PENUTUP
5.1 Jurnal

STUDI KASUS : MANAJEMEN NYERI PADA KLIEN INFEKSI

SALURAN KEMIH DI RUANG ANGGREK RUMAH SAKIT UMUM


NEGARA

Gusti Ayu Putu Parwati1,Gusti Ayu Ketut Purna Sucitawati2, Retno Budi Purwanti3, Munawarah4,

Kadek Yudi Aryawan5 , Ni Kadek Diah Purnamayanti6


Program Studi S1 Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Buleleng Singaraja,
Indonesia123456
Email : stikesbuleleng@gmail.com

Abstrak
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan yang disebabkan karena adanya invasi bakteri
pada saluran kemih. Infeksi saluran kemih sebagian besar disebabkan oleh bakteri,virus dan
jamur tetapi bakteri yang sering menjadi penyebabnya. umumnya mempunyai gejala nyeri pinggang,
disuria, sering atau terburu-buru buang air kecil, nyeri suprapubik. Tujuan dari penulis dapat
memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan nyeri infeksi saluran kemih dengan melaporkan
tindakan nonfarmakologi terhadap penurunan nyeri. Metode yang digunakan penulis adalah metode
deskriptif dengan pemaparan studi kasus melalui pendekatan asuhan keperawatan yakni pengkajian,
penegakan diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan. Tindakan
keperawatan 2x24 jam yang dilakukan pada klien dengan infeksi saluran kemih adalah mengajarkan
teknik non- farmakologi untuk menurunkan nyeri yaitu menganjurkan klien untuk relaksasi nafas
dalam, dan mengajarkan klien teknik distraksi. Masalah nyeri akut teratasi sebagian sehingga
membutuhkan perawatan lebih lanjut dan kerjasama antara petugas medis, klien dan keluarga agar
asuhan keperawatan dapat berhasil secara maksimal

Kata kunci: Infeksi Saluran Kemih, Nyeri, Teknik Non Farmakologi.


5.2 Kesimpulan
Hematuria yaitu adanya darah dalam urin , merupakan salah satu gejala yang cukup
sering terjadi dan menjadi keluhan utama orang tua pada anaknya yang mengalami kelainan
dalam ginjal dan saluran kemih . Ditemukannya darah dalam urin adalah keadaan yang tidak
normal , baik yang sifatnya makroskopis ( tanpa menggunakan alat bantu mikroskop )
ataupun juga secara mikroskopis . ( Mortazavi , J. , et al . 2011 ) Insidensi hematuria yang
makroskopis disebutkan berkisar 0.13 % pada anak , berdasarkan data dari 128.395 anak
yang mengunjungi poli rawat jalan . Dari jumlah tersebut , 56 % nya dapat diidentifikasi
penyebabnya sedangkan sisanya tidak diketahui penyebabnya ( Welch TR , 2012 ) .
Hematuria dikatakan positif jika pada pemeriksaan disptik urin dijumpai positif , kemudian
dikonfirmasi dengan pemeriksaan mikroskop dan dijumpai adanya > 5 sel darah merah pada
urin yang disentrifugasi atau > 6 sel darah merah pada urin yang tidak disentrifugasi . Metode
yang baik untuk pemeriksaan mikroskopis urin membutuhkan 10 cc urin yang baru
dikeluarkan dan disentrifugasi selama 5 menit , kemudian 0.5 cc sedimen yang sudah
terbentuk diperiksa dibawah mikroskop dengan pembesaran 40x . Pada 20 lapangan pandang
pemeriksaan , sudah dapat dihitung sel darah merah yang dijumpai ( Gattinei . , J . et al .
2012) .

5.3 Saran
Diharapkan bagi mahasiswa agar dapat mencari informasi dan memperluas wawasan
mengenai klien dengan Hematuria dengan adanya pengetahuan dan wawasan yang luas
mahasiswa akan mampu mengembangkan diri dalam masyarakat dan memberikan
pendidikan kesehatan bagi masyarakat mengenai Hematuria/ kencing darah, dan fakor –
faktor pencetusnya serta bagaimana pencegahan untuk kasus tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Delaune, S.C., & Ladner, P. K. (2011). Fundamental Of Nursing Fourth Edition.

Delamar

Herdman, T.Heather. , & Kamitsuru , Shigemi ( 2015 ) . Diagnosis Keperawatan :

Definisi dan Klasifikasi 2015-2017 . Edisi 10. Jakarta : EGC

Mubarak, I.W., dkk. , ( 2015 ) . Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar ( Buku 1 ) .

Salemba Medika : Jakarta

Soemsaryo, N et al, (2018). Hematuria, cetakan pertama AIRLANGGA

UNIVERSITIY PRESS (AUP)

Kozier. (2010). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis (5th ed). EGC

Perry , P. & . ( 2009 ) . Buku ajar fundamental 2000 . Erlangga

Anda mungkin juga menyukai