DI
S
U
S
U
N
OLEH
Nama : Nurain Harun
Nirm : 2001080
Kelas : 4C
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah banyak
memberikan nikmat kepada kita umatNya. Rahmat serta salam semoga tetap tercurahkan
kepada junjungan kita, pemimpin akhirat zaman yang sangat dipanuti oleh pengikutnya yakni
Nabi Muhammad SAW. Bab” Askep pada pasien dengan hematuria”ini kami bahas karena
sangat penting untuk kita khususnya sebagai mahasiswa yang ingin lebih mengenal mengenai
Hematuria
Demikian, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya
semua yang membaca makalah ini
Manado, 30-Mei-2022
BAB 1
PENDAHULUAN
Hematuria yaitu adanya darah dalam urin , merupakan salah satu gejala yang cukup
sering terjadi dan menjadi keluhan utama orang tua pada anaknya yang mengalami
kelainan dalam ginjal dan saluran kemih . Ditemukannya darah dalam urin adalah
keadaan yang tidak normal , baik yang sifatnya makroskopis ( tanpa menggunakan alat
bantu mikroskop ) ataupun juga secara mikroskopis . ( Mortazavi , J. , et al . 2011 )
Insidensi hematuria yang makroskopis disebutkan berkisar 0.13 % pada anak ,
berdasarkan data dari 128.395 anak yang mengunjungi poli rawat jalan . Dari jumlah
tersebut , 56 % nya dapat diidentifikasi penyebabnya sedangkan sisanya tidak diketahui
penyebabnya ( Welch TR , 2012 ) . Hematuria dikatakan positif jika pada pemeriksaan
disptik urin dijumpai positif , kemudian dikonfirmasi dengan pemeriksaan mikroskop dan
dijumpai adanya > 5 sel darah merah pada urin yang disentrifugasi atau > 6 sel darah
merah pada urin yang tidak disentrifugasi . Metode yang baik untuk pemeriksaan
mikroskopis urin membutuhkan 10 cc urin yang baru dikeluarkan dan disentrifugasi
selama 5 menit , kemudian 0.5 cc sedimen yang sudah terbentuk diperiksa dibawah
mikroskop dengan pembesaran 40x . Pada 20 lapangan pandang pemeriksaan , sudah
dapat dihitung sel darah merah yang dijumpai ( Gattinei . , J . et al . 2012 ) . B. Etiologi
Infeksi saluran kemih . Batu saluran kemih , termasuk batu kandung kemih . Penyakit
ginjal , misalnya batu ginjal , peradangan ( glomerulonefritis ) atau akibat penyakit
diabetes ( nefropati diabetik ) . Pembesaran kelenjar prostat ( BPH ) ( Gattinei . , J . et al .
2012 ) .
TINJAUAN TEORI
Definisi Hematuria adalah kehadiran sel darah merah (eritrosit) dalam urin.
Hematuria adalah didapatkannya sel-sel darah merah di dalam urin. Penemuan klinis sering
ditemukan pada populasi orang dewasa , dengan prevalensi yang mulai dari 2,5 % menjadi
20,0 % . Secara visual terdapatnya sel – sel darah merah dalam urin dibedakan dalam 2
keadaan , yaitu :
• Hematuria makroskopik
Hematuria makroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata dapat dilihat
sebagai urin yang berwarna merah , mungkin tampak pada awal miksi atau pada
akhirnya yang berasal dari daerah posterior uretra atau kandung kemih . ( Wim de
Jong , dkk , 2004 ) Hematuria makroskopik yang berlangsung terus menerus dapat
mengancam jiwa karena dapat menimbulkan penyulit berupa : terbentuknya
kumpulan darah yang menyumbat aliran urin , eksanguinasi sehingga menimbulkan
syok hipovolemik / anemia dan menimbulkan urosepsis . ( Mellisa C Stoppler , 2010
)
• Hematuria mikroskopik .
Hematuria mikroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata tidak dapat
dilihat sebagai urin yang berwarna merah tetapi pada pemeriksaan mikroskopik
diketemukan lebih dari 2 sel darah merah per lapangan pandang . ( Mellisa C
Stoppler , 2010 ) . Meskipun demikian gross hematuria didefinisikan sebagai sel
darah merah di dalam urin , ada kontroversi mengenai definisi yang tepat dari
hematuria mikroskopik . American Urological Association ( AUA ) mendefinisikan
hematuria mikroskopis secara klinis yang signifikan karena terdapat lebih dari 3 sel
darah merah di lapangan pandang besar pada 2 dari 3 spesimen urin dikumpulkan
selama 2 sampai 3 minggu . Namun , pasien yang berisiko tinggi untuk penyakit
urologi harus didasarkan secara klinis untuk hematuria jika urinalisis tunggal
menunjukkan 2 atau lebih sel darah merah di lapangan pandang besar .
Klasifikasi
Etiologi Hematuria dapat disebabkan oleh kelainan - kelainan yang berada di dalam
sistem urogenitalia atau kelainan yang berada di luar sistem urogenitalia . Penyebab paling
umum dari hematuria pada populasi orang dewasa termasuk saluran kemih infeksi , batu
saluran kemih , penyakit prostat jinak , dan keganasan dalam urologi.Namun , diferensial
lengkap sangat luas , beberapa insiden khusus kondisi yang berhubungan dengan hematuria
bervariasi dengan umur pasien , jenis hematuria ( gross atau mikroskopis , gejala atau tanpa
gejala ) , dan adanya faktor risiko keganasan .
2.3 Patofisiologi
Berdasarkan lokasi yang mengalami kelainan atau trauma, dibedakan glomerulus dan
ekstra glomerulus untuk memisahkan bidang neflogi dan urologi . Darah yang berasal dari
nefron disebut hematuria glomerulus . Pada keadaan normal , sel darah merah jarang
ditemukan pada urin . Adanya eritrosit pada urin dapat terjadi pada kelainan hereditas atau
perubahan struktur glomerulus dan integritas kapiler yang abnormal . Perlu diperhatikan
dalam pengambilan contoh urin : pada perempuan harus disingkirkan penyebab hematuria
lain misalnya menstruasi , adanya laserasi pada organ genitalia , sedangkan pada laki – laki
apakah disirkumsisi atau tidak . Bila pada urinalisis ditemukan eritrosit , leukosit dan silinder
eritrosit , merupakan tanda sugestif penyakit akut atau penyakit kronis , perlu dilakukan
evaluasi lebih lanjut .
1. Pemeriksaan darah yang dilakukan yakni kadar kreatinin , ureum dan elektrolit untuk
mengetahui faal ginjal ; fosfatase asam yang mungkin meningkat pada metastase
prostat , dan fosfatase alkali yang dapat meningkat pada setiap jenis metastase tulang .
Kadar kalsium , fosfat , asam urat dan hormon paratiroid ditentukan bila terdapat
kemungkinan urolitiasis .
2. Pemeriksaan urin dilakukan untuk pemeriksaan mikroskopik , bakteriologik dan
sitologik Pemeriksaan urinalisis dapat mengarah kepada hematuria yang disebabkan
oleh faktor glomeruler ataupun non glomeruler . Pemeriksaan darah tepi dapat
menunjukkan proses mikroangiopati yang sesuai dengan sindrom hemolitik - uremik ,
trombosis vena ginjal , vaskulitis , atau SLE . Pada keadaan terakhir , adanya
autoantibodi dapat ditunjukkan dengan reaksi Coombs positif , adanya antibodi
antinuklear , leukopenia dan penyakit multisistem . Trombositopenia dapat
disebabkan oleh berkurangnya produksi trombosit
( pada keganasan ) atau peningkatan konsumsi trombosit ( SLE , purpura
trombositopenik idiopatik , sindrom hemolitik - uremik , trombosis vena ginjal ) .
Walaupun morfologi SDM urin dapat normal pada perdarahan saluran kemih bawah
dan dismorfik pada perdarahan glomerulus , morfologi sel tidak secara pasti
berhubungan dengan lokasi hematuria .
3. Pada pemeriksaan pH urin yang sangat alkalis menandakan adanya infeksi pemecah
urea di dalam saluran kemih , sedangkan pH urin yang sangat asam mungkin
berhubungan dengan batu asam urat .
4. Sitologi urin diperlukan untuk mencari kemungkinan adanya keganasan sel - sel
urotelial
5. IVP adalah pemeriksaan rutin yang disarankan pada setiap kasus hematuria & sering
digunakan untuk menentukan fungsi ekskresi ginjal . Umumnya, memberikan
gambaran tentang saluran kemih dari ginjal sampai dengan kandung kemih , asal faal
ginjal memuaskan . Pemeriksaan ini dapat menilai adanya batu saluran kemih,
kelainan bawaan saluran kemih, tumor urotelium, trauma saluran kemih, serta
beberapa penyakit infeksi saluran kemih.
6. USG berguna untuk menetukan letak dan sifat massa ginjal dan prostat (padat atau
kista), adanya batu atau lebarnya lumen pyelum, penyakit kistik, hidronefrosis, atau
urolitiasis ureter, kandung kemih dan uretra, bekuan darah pada buli-buli/piel, dan
untuk mengetahui adanya metastasis tumor di hepar. Ultrasonografi saluran kemih
sangat berguna pada pasien dengan hematuria berat , nyeri abdomen , nyeri pinggang ,
atau trauma . Jika hasil penelitian awal ini tetap normal , disarankan dilakukan
pemeriksaan kreatinin dan elektrolit serum .
7. Endoultrasonografi , yaitu ekografi transurethral sangat berguna untuk pemeriksaan
prostat dan buli – buli h . Arteriografi dilakukan bila ditemukan tumor ginjal nonkista
untuk menilai vaskularisasinya Walaupun sering digunakan CT – Scan karena lebih
aman dan informatif . Bagian atas dapat dilihat 1. Pengan cara afy ustrerad.atay
Bunki Pakal , misalnya setelah obstruksi dihilangkan
8. Pemeriksaan endoskopi uretra dan kandung kemih memberikan jelas dan kesempatan
untuk melakukan biopsi
9. Sistometrografi biasanya digunakan untuk menentukan perbandingan antara isi dan
tekanan di buli – buli
10. Sistoskopi atau sisto – uretero – renoskopi ( URS ) pada pemeriksaan penunjang di
atas belum dapat menyimpulkan penyebab hematuria . ( Wim de Jong , dkk , 2004 )
2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksana dan Jika terdapat gelembung darah pada buli – buli yang menimbulkan
retensi urin , coba dilakukan kateterisasi dan pembilasan buli – buli dengan memakai cairan
garam fisiologis , tetapi jika tindakan ini tidak berhasil , pasien untuk menjalani pembekuan
darah transuretra dan sekaligus menghentikan sumber perdarahan . Jika terjadi eksanguinasi
yang menyebabkan anemia , harus mempersembahkan transfusi darah . Demikian juga jika
terjadi infeksi harus diberikan antibiotika . ( Mellisa C Stoppler , 2010 ) . Setelah hematuria
dapat ditanggulangi , tindakan selanjutnya adalah mencari penyebab dan selanjutnya
menyelesaikan masalah primer penyebab hematuria . ( Mellisa C Stoppler , 2010 ) . Tidak
ada pengobatan spesifik untuk hematuria .
2.7 Komplikasi
Jika gejala hematuria disebabkan oleh kanker, mengabaikan kondisi ini bias membuat
sel-sel kanker makin bekembang, dan semakin sulit untuk diobati. Selain itu infeksi yang tak
diobati juga bias menyebabkan gagal ginjal.
BAB III
3.1 Pengkajian
Pengkajian Keperawatan Pemeriksaan fisik harus fokus pada deteksi hadir bersamaan
dengan sindrom nefritik dan penyakit pembuluh darah ginjal , edema terkait dengan sindrom
nefrotik , massa perut atau panggul teraba menyarankan ginjal neoplasma , dan adanya nyeri
ketok kostovertebral atau nyeri tekan suprapubik berhubungan dengan infeksi saluran kemih.
Pemeriksaan rektal pada pria dapat mengungkapkan nodularitas prostat atau penggunaan
sebagai penyebab potensial .
1. Pucat pada kulit dan konjungtiva sering terlihat pada pasien dengan anemia .
2. Periorbital , skrotum , dan edema perifer , mungkin menunjukkan hipoalbuminemia
dari glomerulus atau penyakit ginjal .
3. Cachexia mungkin menunjukkan keganasan .
4. Nyeri tekan dari sudut kostovertebral , dapat disebabkan oleh pielonefritis atau
dengan perbesaran massa seperti tumor ginjal .
5. Nyeri suprapubik sistitis, baik yang disebabkan oleh infeksi, radiasi, atau obat
sitotoksik.
6. Kandung kemih tidak teraba ketika didekompresi, kandung kemih diisi dengan 200
mL urin percussible . Dalam retensi urin akut , biasanya terlihat dalam kasus - kasus
BPH atau obstruksi oleh bekuan , kandung kemih bisa diraba dan dapat dirasakan
hingga tingkat umbilikus .
7. Palpasi bimanual pada ginjal perlu diperhatikan pengenalan ginjal akibat tumor ,
obstruksi , ataupun infeksi ginjal . Massa pada suprasimfisis mungkin disebabkan
karena retensi bekuan darah pada buli - buli .
8. Pada colok dubur , ukuran , bentuk dan konsistensi prostat dinilai mengetahui adanya
prostat jinak maupun karsinoma prostat . Setelah prostatektomi enukleasi maupun
endoskopik, simpai prostat dibiarkan sehingga pada colok dubur memberikan kesan
masih prostat membesar. Lobus medial prostat yang mungkin menonjol pada
kandung kemih umumnya tidak dapat dicapai dengan jari . Karsinoma prostat
menyebabkan asimetri dan perubahan konsistensi setempat . Diagnosis dipastikan
melalui biopsi jarum transrektal.
9. Pemeriksaan dengan menggunakan berbagai kateter yang dibuat dari karet dan
sekarang lateks , politen atau silikon . Ujung kateter dibuat dalam berbagai bentuk
agar tidak dapat tercabut ; yang biasa ditemukan bentuk Foley yang pada ujungnya
berbentuk balon yang dapat dikembangkan . Untuk digunakan skala Charriere ,
berdasarkan skala Prancis yang menyatakan ukuran lingkaran di luarnya dan bukan
diameternya . Diameter didapat dengan membagi ukuran Charriere dengan tiga.
(Wim de Jong, dkk, 2004).
Dalam mencari penyebab hematuria yang perlu dicari data yang terjadi pada episode
hematuria saat ini , antara lain :
• mencari warna urin yang keluar ?
• Apakah diikuti dengan keluarnya bekuan - bekuan darah ?
• Di bagian pada saat miksi urine berwama merah ?
• Apakah diikuti dengan perasaan sakit ? ( Mellisa C Stoppler , 2010 ) Perlu
juga dikembangkan sebelumnya , beberapa faktor risiko untuk kanker
urothelial pada pasien dengan hematuria mikroskopis
1. Riwayat merokok
2. Kerja paparan bahan kimia atau pewarna ( benzenes atau aromatic amine )
3. Riwayat gross hematuria
4. Usia di atas 40 tahun
5. Riwayat gangguan berkemih , nyeri saat berkemih , dan infeksi saluran kemih
6. Penyalahgunaan analgetik
7. Riwayat radiasi panggul .
3.2 Pathwey
Infeksi Saluran
Perokok aktif kemih
Minum Kopi
Pekerjaan
Ca Buli- Buli
Penatalaksanaan
Operasi Kemoterapi :
Tidak adekuatnya kemoterapi
Defisit nutrisi
3.3 Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera biologi
2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
3. risiko infeksi berhubungan dengan ketidak adekuatan mekanisme pertahanan primer
4. Resiko deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
3.4 Intervensi
3.5 Implementasi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada
nursing oders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari
pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan
memfasilitasi koping. Terdapat 3 tahap dalam tindakan keperawatan, yaitu persiapan,
perencanaan dan dokumentasi (Nursalam, 2009 : 127).
3.6 Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yan
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam
mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan klien
berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga perawat
dapat mengambil keputusan (Nursalam, 2009 : 135).
Evaluasi dapat dibagi dua, yaitu evaluasi hasil atau formatif dilakukan setiap selesai
melaksanakan tindakan, evaluasi hasil sumatif dilakukan dengan membandingkan respons
klien pada tujuan khusus dan umum yang telah ditentukan.
A. Pengkajian
Tanggal masuk RS : Senin , 22 Maret 2021 , Pukul 19.30 WIB
1. DATA SUBYEKTIF
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. S ( 420913 )
Umur : 77 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Lundong 2/2 Kutowinangun , Kebumen
Dx Medis : Hematuria Susp Ca Buli
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn.D
Umur : 39 Th
Alamat : Lundong 2/2 Kutowinangun , Kebumen
Hubungan dengan pasien : Anak Kandung
c. Keluhan Utama ( yang paling dirasakan )
Klien mengeluh nyeri pada bagian perut kanan dan menyebar ke bagian bawah
serta pinggang bagian belakang .
d. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Klien datang ke IGD RS PKU Muhammadiyah Gombong diantar keluarga pada
tanggal 22 Maret 2021 jam 18.00 WIB dengan keluhan BAK berwarna merah .
Klien mengatakan nyeri di pinggang sebelah kanan hilang timbul dengan skala
nyeri 4 3 hari sebelum
Masuk RS. Hasil pemeriksaan saat di IGD TD 155/80 mmHg , N 102 x / menit ,
S 36.9°C , RR 20 x / menit , kesadaran Composmentis GCS E4M6V5 . Klien
terpasang infus Rl 20 tpm , sudah diberikan terapi injeksi kalnek 500 mg dan tidak
terpasang kateter DC . Pasien dipindah ke ruang barokah 8B pada tanggal 22
Maret 2021 jam 19.30 WIB untuk mendapatkan terapi dan perawatan lanjutan.
Saat dikaji di ruang barokah TD 140/90 mmHg , N 84 x / menit , S 36,4 ° C , RR
28 x / menit , kesadaran Composmentis GCS E4M6V5 . Pasien mengeluh nyeri
dibagian pinggang sebelah kanan hilang timbul dengan skala 4 dan mengeluarkan
BAK berwarna merah . Klien terpasang infus R1 20 tpm serta dilakukan
pemasangan DC kateter nomor 16 . 2
15 Psikologis - 1. Ketegangan
meningkat
2. Kurang
pengetahuan
2. DATA OBYEKTIF
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum :Sedang
Kesadaran : Komposmentis
Tekanan Darah : 140/80 mmHg
Nadi : 84X/Menit
Suhu : 36.4
RR : 20X/meint
b. Pemeriksaan fisik
1. Kepala
Bentuk mesocepal, rambut berwarnah putih, tidak ada benjolan, tidak ada bekas
luka jahit
2. Mata
Fungsi penglihatan normal, konjungtiva ananemis, sclera anikterik
3. Hidung
Fungsi penciuman baik, lubang hidung kanan kiri simetris, tidak ada polip
4. Mulut
Fungsi pengecapan normal, giging tanggal 4, terdapat caries gigi, mukosa bibir
kering
5. Telinga
Fungsi pendengaran baik, terdapat serumen, daun telinga kanan dan kiri simetris
6. Leher
Tidak ada pembengkakan kelenjar tthiroid dan kelenjar getah bening
7. Paru-paru
Inspeksi : Paru-paru kanan dan kiri simetris, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : bunyi sonor
A
uskultasi : vesikuler, tidak ada bunyi nafas tambahan
8. Jantung
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak pada ICS V
Palpasi : iktus crdis teraba di ICS V midclavikula sinistra
Perkusi : bunyi pekak
Auskultasi : S1 S2 reguler
9. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada lesi, bentuk abdomen simetris
Auskultasi : bising usus 10x/menit
Palpasi : ada nyeri tekan perut bagian bawah kanan
Perkusi : Tympani
10. Genetalia
Terapasang FC kateter no 16
11. Extermitas
Atas : tidak ada edema, kekuatan oto 5
Bawah : tidak ada edema kekuatan oto 5
NO DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH
S : skala nyeri 5
T : Hilang timbul
DO :
Hasil TTV
TD : 140/80 mmHg
N : 88X/Menit
S : 36,4.°C
RR : 24X/Menit
2 DS : Kehilangan cairan Hipovelemia
aktif (D.0023)
Klien mengatakan jarang minum air
putih, saat BAK urine yang keluar
sedikit dan bercampur darah
DO :
Hasil TTV
TD : 140/80 mmHg
N : 88X/Menit
S : 36,4.°C
RR : 24X/Menit
DO :
- Ureum : 50mg/dl
- Creatinin : 1.54 mg/dl
Hasil TTV
TD : 140/80 mmHg
N : 88X/Menit
S : 36,4.°C
RR : 24X/Menit
B. Diagnosis Keperawatan
1) Nyeri akut (D.0077) b.d agen pencedera fisiologis (infeksi saluran kemih/hematuria
d.d infeksi
2) Hipovelemia (D.0023 b.d kehilangan cairan aktif d.d volume urine menurun dan
berdarah
3) Gangguan eliminasi urine (D.0040) b.d penurunan kemampuan menyadari tanda-
tanda gangguan kandung kemih d.d volume residu urin meningkat
C. Intervensi
4. kadar hb laboratorium
5. kadar ht Terapeutik :
Observasi :
Tereapeutik :
Edukasi :
Edukasi :
Implementasi H-1
Senin, 22 maret 2021 jam 08-14.00 WIB
No Dx kep Jam Implementasi Respon
1 Nyeri akut 10.00- 1. Mengidentifikasi S : Klien mengatakan
(D.0077) b.d lokasi, karakteristik, merasakan nyeri pada
14.00
agen pencedera durasi frekuensi, selangkangan kanan
fisiologis kualitas, intensitas
O : klien tampak menahan
(infeksi saluran nyeri
nyeri,meringis kesakitan
kemih/hematuria
d.d infeksi 2. Mengidentifikasi S : Skala nyeri 5
S : Klien mengatakan
4. Mengidentifikasi
mengetahui sedikit tentang
pengetahuan dan
nyeri
keyakinan tentang
nyeri
komplamenter yang
sudah diberikan
6. Menganjurkan Klien mengatakan nyeri
memonitor nyeri timbul saat beraktifitas
secara mandiri
7. Menganjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
O : Klien tampak
menahan
nyeri,meringis
kesakitan
nonverbal mengatakan
merasakan nyeri
pada
selangkangan
kanan
O : klien tampak
menahan
nyeri,meringis
kesakitan
S : Klien
4. Mengidentifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang nyeri mengatakan
mengetahui
sedikit tentang
nyeri
S : Klien mengatakan
4. Mengidentifikasi
mengetahui sedikit tentang
pengetahuan dan
nyeri
keyakinan tentang
nyeri
komplamenter yang
sudah diberikan
O:
Sebelum Tranfusi
Pemeriksaan TTV jam
14.00 WIB
TD : 110/80 mmHg
N : 88x/menit
RR : 21x/menit
S : 36,4.°C
Tidak ada keluhan alergi
Golongan darah A
Saat Tranfusi
Pemeriksaan TTV jam
14.30 WIB
TD : 120/80 mmHg
N : 84x/menit
RR : 19x/menit
S : 36,4.°C
Tidak ada keluhan alergi
Golongan darah A
Tranfusi PRC 350cc
Setelah Tranfusi
Pemeriksaan TTV jam
19.30 WIB
TD : 120/80 mmHg
N : 84x/menit
RR : 19x/menit
S : 36,4.°C
Tidak ada keluhan alergi
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi H-1
Senin, 22 maret 2021 jam 08-14.00 WIB
O:
P : Lanjutkan Intervensi
Senin,
22 maret 2021
jam 08-14.00
WIB
Evaluasi H-2
Selasa, 23 maret 2021 jam 08-14.00 WIB
NO JAM EVALUASI (SOAP) PARAF
1 Nyeri akut S : Klien mengatakan sudah tidak merasakan nyeri
(D.0077) b.d pada bagian perut kanan bawah dan pinggang
agen pencedera
Pengkajian nyeri
fisiologis
(infeksi saluran - P: pasien sudah tidak mengeluh nyeri
A : masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
2 Hipovelemia S:
(D.0023 - Klien mengatakan mukosa bibir terasa
menurun dan O:
berdarah
Sebelum Tranfusi
Selasa, Pemeriksaan TTV jam 14.00 WIB
23 maret 2021 TD : 110/80 mmHg
jam 08-14.00
N : 88x/menit
WIB
RR : 21x/menit
S : 36,4.°C
Tidak ada keluhan alergi
Golongan darah A
Saat Tranfusi
Pemeriksaan TTV jam 14.30 WIB
TD : 120/80 mmHg
N : 84x/menit
RR : 19x/menit
S : 36,4.°C
Tidak ada keluhan alergi
Golongan darah A
Tranfusi PRC 350cc
Setelah Tranfusi
Pemeriksaan TTV jam 19.30 WIB
TD : 120/80 mmHg
N : 84x/menit
RR : 19x/menit
S : 36,4.°C
Tidak ada keluhan alergi
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
gangguan
kandung kemih
d.d volume
residu urin
meningkat
Selasa,
23 maret 2021
jam 08-14.00
WIB
Evaluasi H-3
Rabu, 24 maret 2021 jam 14.00-20.00 WIB
NO JAM EVALUASI (SOAP) PARAF
1 Nyeri akut S : Klien mengatakan merasakn nyeri pada
(D.0077) b.d selangkangan
agen pencedera
Pengkajian nyeri
fisiologis
(infeksi saluran - P: nyeri bertambah saat melakukan gerakan
O:
P : Lanjutkan Intervensi
2 Hipovelemia S:
(D.0023 - Klien mengatakan mukosa bibir terasa
menurun dan
berdarah O:
gangguan
kandung kemih
d.d volume
residu urin
meningkat
BAB V
PENUTUP
5.1 Jurnal
Gusti Ayu Putu Parwati1,Gusti Ayu Ketut Purna Sucitawati2, Retno Budi Purwanti3, Munawarah4,
Abstrak
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan yang disebabkan karena adanya invasi bakteri
pada saluran kemih. Infeksi saluran kemih sebagian besar disebabkan oleh bakteri,virus dan
jamur tetapi bakteri yang sering menjadi penyebabnya. umumnya mempunyai gejala nyeri pinggang,
disuria, sering atau terburu-buru buang air kecil, nyeri suprapubik. Tujuan dari penulis dapat
memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan nyeri infeksi saluran kemih dengan melaporkan
tindakan nonfarmakologi terhadap penurunan nyeri. Metode yang digunakan penulis adalah metode
deskriptif dengan pemaparan studi kasus melalui pendekatan asuhan keperawatan yakni pengkajian,
penegakan diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan. Tindakan
keperawatan 2x24 jam yang dilakukan pada klien dengan infeksi saluran kemih adalah mengajarkan
teknik non- farmakologi untuk menurunkan nyeri yaitu menganjurkan klien untuk relaksasi nafas
dalam, dan mengajarkan klien teknik distraksi. Masalah nyeri akut teratasi sebagian sehingga
membutuhkan perawatan lebih lanjut dan kerjasama antara petugas medis, klien dan keluarga agar
asuhan keperawatan dapat berhasil secara maksimal
5.3 Saran
Diharapkan bagi mahasiswa agar dapat mencari informasi dan memperluas wawasan
mengenai klien dengan Hematuria dengan adanya pengetahuan dan wawasan yang luas
mahasiswa akan mampu mengembangkan diri dalam masyarakat dan memberikan
pendidikan kesehatan bagi masyarakat mengenai Hematuria/ kencing darah, dan fakor –
faktor pencetusnya serta bagaimana pencegahan untuk kasus tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Delamar
Mubarak, I.W., dkk. , ( 2015 ) . Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar ( Buku 1 ) .
Kozier. (2010). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis (5th ed). EGC