PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perdarahan saluran cerna adalah suatu perdarahan yang bisa terjadi dimana saja di
sepanjang saluran pencernaan, mulai dari mulut sampai anus. Bisa berupa
ditemukannya darah dalam tinja atau muntah darah, tetapi gejala bisa juga tersembunyi
dan hanya bisa diketahui melalui pemeriksaan tertentu. Perdarahan yang terjadi di
saluran cerna bila disebabkan oleh adanya erosi arteri akan mengeluarkan darah lebih
banyak dan tidak dapat dihentikan dengan penatalaksanaan medis saja. (Mansjoer,
2009).
seperti ampas kopi menandakan perdarahan yang lebih pelan. Melena adalah tinja
yang gelap. Dapat diproduksi sebanyak 50 Ml dan dapat berlangsung 5 hari setelah
Chandranata, 2016).
makan. Perdarahan saluran makan dapat dibagi dua pokok, yaitu perdarahan saluran
makan atas (SMBA) berupa hematemesis dan melena, serta perdarahan saluran makan
bawah (SMBB) yaitu berupa pseudo-melena dan Hematochezia. Telah banyak laporan
yang membahas mengenai perdarahan saluran makan, baik dalam negeri maupun
keluar negeri, antara lain: Hilmi dan kawan- kawan (2015) melaporkan kejadian
1
perdarahan saluran makan bagian atas pada 184 kasus selama periode 2013
(2015), melaporkan 471 kasus hematemesis dan melena selama priode 2013-2014 di
penelitiannya selama 5 tahun dari tahun 2012 s/d 2013, menemukan 224 kasus
Menurut survey awal yang dilakukan peneliti di rumah sakit umum pusat Haji Adam
Malik Medan selama priode April sampai Mei 2010 terdapat 133 pasien yang
Dalam FKUI/RSCM, Jakarta tahun 2005 bahwa distribusi lokasi kanker berdasarkan
berikut: sekum 1,9%, kolon asending 8,7% , kolon transversum 6,8%, kolon desending
adalah penyebab kematian kedua terbanyak dari seluruh kematian yang disebabkan
oleh kanker. Lebih dari 150.000 kasus baru terdiagnosis setiap tahunnya di AS
dengan angka kematian per tahun mendekati angka 60.000 (Abdullah, 2017).
Mual muntah adalah gejala utama lain penyakit gastrointestinal, muntah biasanya
di dahului dengan mual, yang dapat dicetuskan oleh bau, aktivitas, atau masukan
makanan. Muntah dapat bervariasi isi dan warnanya. Muntah dapat berisi partikel
makanan yang tidak tercerna atau darah (hematemesis). Bila ini terjadi segera setelah
perdarahan, muntah berwarna merah terang. Bila darah tertahan dalam lambung, akan
2
berubah menjadi warna kopi karena kerja enzim pencernaan (Brunner & Suddarth,
2006).
Perdarahan saluran cernah bagian bawah mencakup gejala yang luas mulai dari
Hematochezia yang ringan sampai perdarahan masif. Perdarahan saluran cernah bagian
bawah akut didefinisikan sebagai perdarahan yang baru saja terjadi yang berasal dari
dengan tanda-tanda anamia dengan atau tanpa perlu transfusi darah. Akan tetapi
perdarahan saluran cerna bagian bukanlah suatu penyakit melainkan suatu gejala dari
penyakit dan penyakit yang dapat menyebabkan perdarahan tersebut seperti infeksi.
Kegananasan, abnormalitas pada saluran cernah bagian bawah, oleh karena itu di
butuhkan alat diagnostik yang memiliki sensitivitas dan spesifitas yang tinggi untuk
Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua pihak, tidak hanya oleh
perorangan, tetapi juga oeh kelompok dan bahkan oleh masyarakat. Sehat adalah suatu
keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomi. Status kesehatan dipengruhi oleh faktor biologik,
lingkungan dan pelayanan kesehatan. Faktor biologik merupakan faktor yang berasal
dari dalam individu atau faktor keturunan misalnya pada penyakit alergi (Mansjoer,
2013).
Berdasarkan hasil yang di peroleh dari Rekam Medis RSUD Bahteramas Provinsi
Sulawesi Tenggara pada bulan juni sampai Juli 2019 di dapatkan data jumlah klien
3
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik dalam pengambilan data pasien
yang yang terkena Hematochezia yang dapat menganjam jiwa dengan merumuskan
Sulawesi Tenggara?
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan khusus
2.1 Mampu melakukan pengkajian ( pengumpulan data dan klasifikasi data) pada
2.2 Mampu menegakkan diagnosa keperawatan sesuai prioritas pada klien Tn.N
2.3 Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada klien Tn.N dengan
Penyakit Hematochezia.
2.4 Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien Tn.K dengan Penyakit
Hematochezia.
2.5 Mampu melaksanakan evaluasi hasil asuhan keperawatan pada klien Tn.N
4
C. Manfaat
laporan ini dapat menjadi bahan bacaan, sumber informasi dan referensi dalam
Hematochezia.
Laporan ini dapat menjadi bahan masukan dalam menyusun rencana asuhan
Laporan ini dapat menjadi pedoman dan bahan pembanding dalam menyusun dan
4. Manfaat bagi masayarakat umum dan khususnya untuk klien dengan Penyakit
Hematochezia.
Laporan ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang asuhan
5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Pengertian Hematochezia
dapat berbentuk gumpalan atau telah bercampur dengan tinja. Sebagian besar berak
darah berasal dari luka di usus besar, rektum, atau anus. Warna darah pada tinja
dengan anus, semakin terang darah yang keluar. Oleh karena itu, perdarahan di
anus, rektum dan kolon sigmoid cenderung berwarna merah terang dibandingkan
dengan perdarahan di kolon transversa dan kolon kanan (lebih jauh dari anus) yang
Hematochezia adalah buang air besar darah merah segar dari saluran cerna
bagian bawah (SCBB). Pseudomelena adalah buang air besar berwarna hitam, tapi
penyebab perdarahan berasal dari saluran cerna bagian bawah disebabkan darah
terlalu lama di usus. Pseudohematokezia adalah buang air besar merah segar tapi
disebabkan oleh perdarahan masif dari SCBA, dimana darah yang keluar tidak
sempat bercampur dengan asam lambung. Saluran cerna bagian bawah (SCBB)
meliputi jejunum distal dibawah ligamenturn TReitz, ileum, kolon, rektum dan anus
(Cagir, 2016).
Penyebab dari hematochezia ini adalah berasal dari saluran cerna bagian bawah.
Nama penyakit yang mendasarinya adalah hemoroid (wasir), infeksi kuman seperti
6
amuba, tifus, disentri yang berat, kanker usus besar, radang usus besar menahun
2016).
2. Etiologi
Penyebab dari hematochezia ini adalah berasal dari saluran cerna bagian
bawah. Nama penyakit yang mendasarinya adalah hemoroid (wasir), infeksi kuman
seperti amuba, tifus, disentri yang berat, kanker usus besar radang usus besar
makanan yang tidak atau kurang berserat, akibatnya tinja yang terbentuk keras
dan volumenya kecil, sehingga kolon harus berkontraksi lebih keras untuk
menggiring tinja keluar, maka sering timbul tekanan tinggi dalam kolon
biasanya di bagian bawah. Tekanan yang besar ini dapat menekan celah lemah
Kelainan ini lebih sering ditemukan usia lebih dari 50 tahun. Pasien dengan
beberapa milimeter sampai dua cm. Leher divertikel dan pintunya biasanya
7
Keluhan dan tandanya dapat berupa keluhan mulai dari yang ringan
seperti mual, nyeri pada perut kiri bawah, sembelit dan diare oleh karena
gangguan pengerasan usus sampai keluhan berat seperti pecahnya usus, abses
dan perdarahan. Pecahnya usus ditandai dengan perut yang menjadi tegang dan
terasa nyeri. Abses ditandai dengan adanya massa di perut kiri bawah yang
sangat nyeri disertai keluhan sembelit, demam dan keadaan umum penderita
buruk. Perdarahan baru nyata setelah keluar perdarahan saat penderita BAB,
dan mungkin terjadi anemia. Pada penderita usia lanjut, dapat terjadi
2) Angiodisplasia
perdarahan saluran cerna bagian bawah secara bertahap atau kronis. Lima puluh
3) Arteriovenous Malformation
bawah pada 3-40% pasien. AVMs biasanya kelainan kongenital dan ditemukan
8
di usus pada 1-2% dari spesimen autopsi. AVMs adalah suatu kelainan pada
arteri dan vena tanpa campur tangan kapiler. Lebih dari setengahnya berlokasi
di kolon kanan, dan 47% persen pasien mengalami hematochezia yang tanpa
dapat pula muncul berupa perdarahan yang kronik dan intermitten. Faktor
resikonya adalah orang tua, berusia lebih dari 60 tahun, lokasi di sisi kanan
kolon , dan pada pasien yang memiliki penyakit gagal ginjal kronis dan stenosis
4) Kolitis
atau inflamasi pada kolon. Kolitis sering diawali dengan infeksi, toksin, produk
bakteri, yang terjadi pada individu yang rentan . Pelepasan bahan toksin
dinding. Kolitis dibagi 2, yaitu kolitis ulseratif non spesifik dan kolitis Crohn.
Kolitis ulseratif berlangsung lama dan disertai masa remisi dan eksaserbasi
yang berganti-ganti. Tanda dan gejala klinis yang penting adalah nyeri
abdomen, diare dan perdarahan rektum. Diagnosis banding antara lain : kolitis
infeksi, IBS, divertikulitis, enteritis radiasi, dan kanker kolon. Walaupun tidak
ada tes darah yang spesifik untuk kolitis iskemik, namun biasanya terdapat
kenaikan leukosit, amilase, kreatin fosfokinase dan serum laktat. Foto rontgen
polos biasanya tidak ditemukan sesuatu yang khas, meskipun tanda edema
9
penyakit lanjut. Diagnosa dengan CT scan mungkin memperlihatkan penebalan
perforasi
5) Penyakit perianal
Contohnya adalah hemoroid dan fissura ani, biasanya menimbulkan
perdarahan dengan warna merah segar tetapi tidak bercampur dengan feces.
Polip dan karsinoma kadang menimbulkan perdarahan yang mirip dengan yang
disebabkan oleh hemoroid, oleh karena itu pada perdarahan yang diduga dari
6) Neoplasia kolon
Baik tumor ganas dan jinak di usus bisa mirip divertikulosis, dan
bawah adalah dengan eksisi, baik dibantu oleh endoskopi atau melalui operasi.
10
7) Divertikulum Meckel
Divertikulum Meckel adalah suatu kelainan bawaan, yang merupakan
suatu kantung (divertikula) yang menonjol dari dinding usus halus. Divertikula
meckel adalah suatu sisa dari struktur perkembangan yang tidak diserap
seluruhnya pada masa perkembangan janin. Penyebab yang pasti dari tidak
terjadi perdarahan melalui rectum yang tidak disertai nyeri. Tinja biasanya
timbul nyeri kram dan muntah. Bisa terjadi peradangan mendadak pada
suatu kantung (divertikula) yang menonjol dari dinding usus halus. Divertikula
meckel adalah suatu sisa dari struktur perkembangan yang tidak diserap
seluruhnya pada masa perkembangan janin. Penyebab yang pasti dari tidak
11
tetapi kantungnya dapat melepaskan asam dan menyebabkan ulkus, sehingga
terjadi perdarahan melalui rectum yang tidak disertai nyeri. Tinja biasanya
timbul nyeri kram dan muntah. Bisa terjadi peradangan mendadak pada
3. Klasifikasi
1) Perdarahan akut
dirawat di rumah sakit. Penting untuk diingat bahwa pada 10-15% kasus yang
menegakkan diagnosa perdarahan saluran cerna bagian atas pada pasien dengan
2) Outlet-type bleeding
12
resiko khusus untuk ca colorectal. Pasien outlet-type bleeding yang berusia
muda, lebih dianjurkan menggunakan fleksibel sigmoidoskopi dibandingkan
kolonoskopi.
3) Perdarahan kronik-intermitten
Manifestasi klinis pada pasien ini adalah tes Guaiac positif, atau anemia
atau keduanya. Biasanya terjadi pada pasien-pasien rawat jalan yang tidak
mengalami anemia kronis. Walaupun begitu jika anemi yang timbul sudah berat
inap untuk monitoring, evaluasi dan tata laksana lebih lanjut. Pada pasien-
pasien ini harus dievaluasi dengan kolonoskopi. Berdasarkan studi, sekitar 25-
41% dari pasien ini ditemukan kelainan pada endoskopi saluran cerna bagian
4. Anatomi Fisiologi
anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran
darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan
sisa proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan
(faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem
13
Gambar 2.1. Anatomi Sistem Pencernaan
1) Rongga Mulut
14
Mulut merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan
dan air pada hewan. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya
anus. Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam
dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ
dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius
di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau. Makanan
dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang
dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar
2) Tenggorokan (Faring)
Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk Faring atau tekak merupakan
bawah dasar tengkorak, di belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan
ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain adalah ke atas
15
hubungan ini bernama istmus fausium, ke bawah terdapat 2 lubang (ke depan
disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya
dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang .
1. Bagian superior
2. Bagian media
3. Bagian inferior
laring Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang.
16
3) Kerongkongan (Esofagus)
Sering juga disebut esofagus (dari bahasa Yunani: oeso – “membawa”, dan έ,
phagus – “memakan”).
17
4) Lambung
1. Kardia.
2. Fundus.
3. Antrum.
otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam
18
berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim.
1. Lendir
Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang
19
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh
darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta.
Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang
juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan
lemak. Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot
lapisan serosa ( Sebelah Luar ). Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus
dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan
(ileum).
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus
(jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari
Treitz.
yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari
terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.
20
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari
bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan
adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari
panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian
Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni
dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri.
berarti “lapar” dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari
21
3. Usus Penyerapan (illeum)
2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh
usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus
buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
2. Kolon transversum
22
3. Kolon desendens (kiri)
vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah
anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta
bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia,
burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum
yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu.
Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing.
23
Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris,
vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah hujung buntu tabung yang
tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu
tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda – bisa di retrocaecal atau di
Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial
appendektomi.
sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid)
sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat
yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh
dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air
untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan
24
Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini,
tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam
pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang
Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya
dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses
dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar – BAB), yang
10) Pankreas
25
penting seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan
protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan
dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran
lambung.
11) Hati
26
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia
sintesis protein plasma, dan penetralan obat. Dia juga memproduksi bile, yang
biasanya dimulai dalam hepat- atau hepatik dari kata Yunani untuk hati,
hepar.
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya
darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada
akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi
buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh
sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap – bukan karena warna jaringannya,
terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu.
27
Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:
haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan
kelebihan kolesterol.
5. Manifestasi Klinis
Hematochezia.
Perdarahan akut :
2) Syok :
- Tekanan darah turun (sistolik< 90 mmHg atau turun > 30 mmHg dari
semula
- Takikardi, nadi cepat (> 100x/mnt) denyut kecil, lemah atau tidak
teraba.
syok)
Perdarahan Kronik:
1) Anemia def.Fe
28
2) Palpitasi
3) Lemas
4) Sesak napas
5) Anoreksia
6) Insomnia.
6. Komplikasi
berikut:
1) Ensefalopati adalah istilah yang mengacu pada kelainan struktur atau fungsi otak
akibat suatu kondisi atau penyakit. Kelainan struktur atau fungsi ini dapat
bersifat permanen, sehingga deteksi dan penaganan yang segera perlu dilakukan
2) Asites adalah kondisi dimana terdapat cairan pada rongga perut dengan organ
3) Sirosis Hepatis adalah penyakit yang diakibatkan karena kerusakan hati jangka
panjang, pada sirosis cedera hati meningalkan bekas luka yang mengakibatkan
hati tak lagi bekerja normal seperti membuat protein baru, melawan infeksi,
menyimpan energi.
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan ini sangat tergantung pada keadaan klinis pasien waktu masuk
rumah sakit, penyebab atau lesi sumber perdarahan, perjalanan penyakit pasien dan
29
tidak kalah pentingnya adalah sarana diagnostik penunjang yang tersedia. Secara
modalitas diagnostik ini dapat dipakai sekaligus untuk terapi (endoskopi terapeutik,
lapang pandang yang akurat untuk menilai di mana dan apa sumber perdarahannya.
(kalau perlu sekaligus terapinya). Mulai dari diagnostik (terlebih lagi pada waktu
yang optimal sehingga langkah diagnostik (dan terapi) dapat selaras untuk
tidak menimbulkan permasalahan. Tetapi bila keadaan pasien tidak stabil, adanya
algoritme diagnostik (jugs berdampak pada algoritme terapi tidak jarang muncul
30
Pemeriksaan penunjang ini akan berbeda pelaksanaannya dan akan berbeda hasil
yang diharapkan dicapai bila menghadapi kasus akut lemergensi atau kasus
kronik/elektif Pada makalah ini akan lebih ditekankan pada, prosedur diagnostik dan
1) Anoskopi/Rektoskopi
berasal dari perdarahan hemoroid interns atau adanya tumor rektum. Dapat
2) Sigmoidoskopi
(YAL) atau klisma, mengingat darah dalam lumen usus itu sendiri sudah bersifat
laksan.
3) Kolonoskopi
keadaan perdarahan aktif, lumen usus penuh darah (terutama bekuan darah),
maka lapang pandang kolonoskop akan terhambat. Diperlukan usaha yang berat
31
hanya dapat menyumbangkan informasi adanya demarkasi atau batas antara
lumen kolon yang bersih dari darah dan diambil kesimpulan bahwa letak
4) Push Enteroskopi
Treitz serta dapat mengidentifikasi perdarahan pada usus kecil. Sarana ini masih
bila diperlukan. Serta tidak ada tambahan manfaat terapeutik. Tetapi pada
sumber perdarahan).
6) Angiografi/Arteriografi
Injeksi zat kontras lewat kanul yang dimasukkad melalui arteri femoralis
terdeteksi bila lebih dari 0,5 ml per menit. Arteriografi dapat dilanjutkan
perdarahan.
32
7) Blood Flow Scintigraphy (Nuclear Scintigraphy)
akan bersirkulasi dan keluar pada daerah/lokasi lesi. Teknik ini dilaporkan
dapat mendeteksi perdarahan yang relatif sedikit (0,1 ml per menit). Scanning
diambil pada jam 1 dan 4 setelah injeksi darah berlabel Berta 24 jam setelah itu
jam-jam tertentu.
tidak dapat diatasi secara konservatif. Perdarahan berulang pada keadaan yang
operasi akan menurun bila pada operasi tersebut dapat dilakukan identifikasi
33
8. Penatalaksanaan Medis
adalah :
1) Resusitasi
perdarahan sedikit). Pada awalnya larutan fisiologis NaCI dapat dipakai untuk
Dengan Target Hb 10-11 G/Dl Atau Sesuai Dengan Kondisi Sistemik Pasien
Atau Red Packed Cell Bila Hanya Tinggal Perlu Menaikkan Kadar
Packed Cell Dan Fresh Frozen Plasma Dapat Menjadi Pilihan Pertama Pada
Bila Masih Diduga Adanya Perdarahan Yang Masif Berasal Dari SCBA,
34
Aspirat NGT yang jernih, belum menyingkirkan perdarahan bukan berasal dari
SCBA.
2) Medikamentosa
manfaat yang bermakna dari obat-obatan untuk keadaan ini. Kecuali telah
dikenal dan beredar luas, dapat disepakati saja dipakai (bila jelas tidak ada
dan okreotid.
3) Endoskopi Terapeutik
Pada keadaan di mana endoskopi mendapat peluang (keadaan dalam
lumen kolon cukup bersih) dalam segi identifikasi lesi sumber perdarahan,
teknik ini sekaligus dapat dipakai sebagai modalitas terapeutik (bila fasilitas
tersedia). Kauterisasi Pada lesi angiodisplasia atau tumor kolon, akan
mengurangi derajat atau menghentikan proses perdarahan. Polipektomi pada
polip kolon yang berdarah dapat bersifat kuratif.
4) Radiologi Intervensional
Hanya harus diwaspadai efek vasokonstriksi obat tersebut pada sirkulasi tubuh
35
yang lain, terutama sirkulasi koroner jantung. Alternatif lain dari prosedur ini
5) Surgikal
Pada prinsipnya operasi dapat bersifat emergensi tanpa didahului
Operasi emergensi mempunyai angka kesakitan dan kematian yang tinggi bila
dilakukan pada keadaan yang tidak stabil. Kombinasi antara kolonoskopi pre
dibutuhkan.
36
B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Penderita Hematochezia
oleh metode ilmiah, yang memerlukan pemeriksaan secara sistematis serta identifikasi
(Hartini. 2010).
A. Pengkajian
menganalisa sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan pada seorang
klien dengan tepat, cepat, dan akurat. Adapun langkah-langkah pengkajian adalah
sebagai berikut :
1. Identitas
Beberapa komponen yang ada pada identitas meliputi nama, jenis kelamin, umur,
alamat, suku bangsa, agama, No.registrasi, pendidikan, pekerjaan, tinggi badan, berat
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh pasien Hematochezia biasanya mengeluh adanya
Pada riwayat sekarang berisi tentang perjalanan penyakit yang dialami pasien dari
Perlu ditanyakan apakah pasien sebelumnya pernah mengalami Wasir atau penyakit
37
penyebab terjadinya Penyakit Hematochezia.
Perlu ditanyakan pada keluarga apakah salah satu anggota keluraga ada yang pernah
mengalami sakit yang sama dengan pasien atau penyakit yang lain yang ada di dalam
keluarga.
Pola aktivitas perlu dikaji karena pada klien dengan Hematochezia. Mengalami
ganguan pada aktifitas karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat
distensi abdomen.
karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
Adanya penurunan nafsu makan yang disertai adanya mual muntah pada pasien
Pada pola eliminasi perlu dikaji adanya perubahan ataupun gangguan pada
38
Perubahan BAB lebih dari 4 kali sehari, BAK sedikit atau jarang
Akan terjadi perubahan jika pasien tidak memahami cara yang efektif untuk
mengatasi masalah kesehatannya dan konsep diri yang meliputi (Body Image,
Pada pola reproduksi dan seksual pada pasien yang sudah menikah akan
mengalami perubahan.
Masalah timbul jika pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah kesehatannya,
Adanya kecemasan dalam sisi spiritual akan menyebabkan masalah yang baru
yang ditimbulkan akibat dari ketakutan akan kematian dan akan mengganggu
kebiasaan ibadahnya.
6.11Pengkajian Umum
6.11.2 Eliminasi :
39
- BAK : Warna Gelap, Konsistensi Merah
Koma)
6.12Pengkajian Fisik
6.12.2 Inspeksi :
6.12.3 Auskultasi
6.12.4 Perkusi
6.13Pengkajian Khusus
6.13.1 Oksigen
40
merah terang : darah dari luka di usus besar, rektum, atau anus, Posisi
6.13.2 Cairan
yang terjadi secara tiba-tiba, warna darah merah segar, serta keluarnya
klien Hematochezia yang disebabkan oleh luka di usus besar, rektum, atau
anus sebagai akibat dari cirrochis hepatis yang sering mengalami asites
dan edema, Pemberian cairan infus yang diberikan pada klien, Output
41
urine dan catat jumlahnya per 24 jam, Tanda-tanda dehidrasi seperti
turgor kulit yang menurun, mata cekung, jumlah urin yang sedikit. Untuk
ginjal.
6.13.3 Nutrisi
ketidaknyamanan.\
6.14Temperatur
perdarahan merupakan sumber infeksi pada saluran cerna sehingga suhu tubuh
klien dapat meningkat. Selain itu pemberian infus yang lama juga dapat menjadi
6.15Eliminasi
Yang perlu dikaji adalah Jumlah serta cara pengeluaran akibat fungsi ginjal
42
C. Patways Teori
Proses Regenerasi Sel Hati Dalam Bentuk
Yang Terganggu
Hipertensi Portal
Kegagalan Parenkim Ascites
Hati
Varises Esofagus Penekanan Diafragma
Nafsu Makan
Menurun,Mual-Muntah
Ruang Paru Menyempit
Perut tidak Tekanan darah
enak,Kelemahan meningkat
Sesak Nafas
- Keseimbangan Cairan
- Gangguan Perfusi
Jaringan
- Cemas
43
D. Penetapan Diagnosa
dengan penurunan tekanan darah, penurunan volume nadi, penurunan turgor kulit,
ditandai dengan nadi perifer tidak teraba, GDA abnormal, penurunan haluaran
urine (00205).
ketakutan cepat mati, mentakan ketakutan terhadap proses menjelang ajal (00146).
4. Nyeri Akut berhubungan dengan luka bakar kimia, refleks spasme otot pada dinding
perut ditandai dengan perubahan selera makan, perubahan tekanan darah, perubahan
44
E. Perencanaan/Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
dibuktikan oleh haluaran urine adekuat dengan berat jenis normal, tanda vital
stabil, membran mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler cepat.
Intervensi:
1.1 Mandiri
1.2 Kolaborasi
45
e. Lakukan lavase gaster dengan cairan garam faal dingin atau dengan suhu
ruangan sampai cairan aspirasi merah muda bening atau jernih dan bebas
kontinu melalui selang udara dari selang lain dapat juga digunakan.
(axid).
- sukralfat (carafate)
Kriteria Hasil : Pasien akan menunjukkan perbaikan tanda vital stabil, kulit
hangat, nadi perifer teraba, GDA dalam batas normal, keluaran urine adekuat.
Intervensi:
2.1 Mandiri
b. Selidiki keluhan nyeri dada. Catat lokasi, kualitas, lamanya dan apa yang
menghilangkan nyeri.
ada.
46
f. Observasi kulit untuk pucat ,kemerahan , pijat dengan minyak, ubah
2.2 Kolaborasi
dan takut tak sehat dan pasien menunjukan rileks dan laporan ansietas menurun
sumber afektif.
Intervensi:
.1 Mandiri
a. Awasi respon fisiologis mis, takipnea, palpitasi, pusing, sakit kepala dan
sensasi kesemutan
bimbingan imajinasi
3.2 Kolaborasi
47
a. Berikan obat seuai indikasi mis; Diazepam (Valium); Klorazepat
(Tranxene);Alprazolam (Xanax).
4. Nyeri Akut berhubungan dengan luka bakar kimia, refleks spasme otot pada
Intervensi:
4.1 Mandiri
4.2 Kolaborasi
48
Kriteria Hasil : Pasien akan menyatakan pemahaman penyebab perdarahannya
Intervensi:
5.1 Mandiri
49
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. PENGKAJIAN
a. Pengumpulan Data
Waraka
Interna Laika
Kamar/Bad : 3 /5
1. Biodata
a. Nama : Tn.N
c. Umur : 58 tahun
d. Agama : Islam
f. Pekerjaan : Nelayan
g. Alamat : Abeli
50
merah segar di mulai pada tanggal
12/05/2019.
10 kali sehari
51
4. Riwayat kesehatan keluarga
a. Genogram
? ? ?
? ?
? ? ?
58 43
25 22
Keterangan :
: Perempuan
X : Meninggal
: Klien
GIII : Klien anak ke 3 dari 4 bersaudara, saudara klien yang lain tidak
5. Pemeriksaan fisik
a. Survey umum
1. Tanda-tanda vital
TD : 90/70 mmHg
52
RR : 20 x/menit
N : 110 x/menit
S : 36oC
berjalan
b. Status mental
gerakan involuter
c. Kulit
3) Suhu : Hangat
4) Turgor : Jelek
5) Kuku
53
- Bentuk : Cembung pada permukaan
6) Rambut
- Kuantitas : Banyak
- Penyebaran : Merata
- Tekstur : Halus
1) Kepala
Inspeksi
merata
benjolan
2) Mata
Inspeksi
54
h) Klien tidak mengalami penglihatan kabur, dan tidak
mengalami diplopia
3) Telinga
baik
serumen.
4) Hidung
Inspeksi
epistaksis
Inspeksi
55
f) Keadaan rongga mulut : Warna mukosa merah muda, tidak
gangguan.
6) Leher
Inspeksi
e. Thoraks
1). Inspeksi
suara wheezing
f. Abdomen
1). Inspeksi
2). Auskultasi
g. Musculoskeletal
Inspeksi
h. Persayarafan
57
6). Memori ingatan : Klien dapat mengigat kejadian yang sudah
lama terjadi, kejadian yang baru saja terjadi dan klien tidak
mengalami amnesia
a. Nutrisi
1). Kebiasaan
f). BB : 60 kg
g). TB : 155 cm
f). BB:41 Kg
b. Eliminasi
58
1). Buang Air Kecil (BAK)
a. Kebiasaan
- Bau : Amoniak
- Warna : Kuning
a). Kebiasaan
- Konsistensi : Padat
- Konsistensi : Cair
2). Aktivitas yang di lakukan selama sakit : Tirah baring dan dengar
e. Personal hygiene
1). kebiasaan
8. Kesehatan sosial
9. Kegiatan keagamaan
takut tidak bisa sembuh dari penyakitnya dan membuat dia meniggal
60
c. Pola interaksi dengan tenaga kesehatan : Klien mengatakan takut
tentang penyakitnya
11. Penatalaksanaan
b. Obat-obatan
- Alprazolan 1 tablet
- Terapi cairan RL
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. Pemeriksaan Radiologi
61
13. Patway Kasus
Defisit Nutrisi
Pembuluh Darah Pecah
Ancaman Kematian
Hipovolemik
62
Ansietas
Tabel.3.1
Klasifikasi Data
63
Data Subjektif Data Objektif
sakit 1x/hari mata dan selalu fokus pada diri
- Klien mengatakan BB sebelumsakit 60 sendiri
Kg -Klien nampak gelisah
-Klien nampak tegang setiap
ditanya
-IMT :17,0 (Kategori Kurus)
Tabel.3.2
Analisa Data
N DATA PROBLEM
O
1. Ds: Hipovolemia
- Klien mengeluh berak darah lebih
dari 10 kali sehari dan itu saya
rasakan setiap buang air besar selalu
ada darah warnah merah segar di
mulai pada tanggal 12/05/2019.
- Klien Mengatakan merasa lemas
- Klien Mengatakan Frekuensi BAK
selama sakit 1x/hari
Do:
64
N DATA PROBLEM
O
- KU Tampak Lemah
- TTV
Tekanan Darah : 90/70 mmHg
Pernafasan : 20 x/menit
Nadi : 110 x/menit
Suhu : 36oC
- Turgor Kulit Nampak Menurun
- Membran Mukosa nampak kering
2. Ds: Defisit Nutrisi
- Klien mengatakan kurang nafsu
makan
- Klien mengatakan cepat kenyang
apabila makanan 1 piring dari
pembagi makanan tidak pernah
dihabiskan hanya ¼ saja.
- Klien mengatakan Berat badan
sebelum sakit 60 Kg.
Do:
- Nampak berat badan saat sakit 41
kKg
- Nampak membran mukosa pucat
- Bising usus:35x/Menit
- IMT : 17,0 (Kategori Kurus)
3. Ds: Ansietas
- Klien mengatakan khwatir tidak
bisa sembuh dari penyakitnya dan
membuat dia meninggal karena
penyakit ini.
- Klien mengatakan takut berbicara
dengan tenaga kesehatan karena
takut mendegar tentang penyakitnya
Do:
- kurang kontak mata dan selalu
fokus pada diri sendiri
- Klien Nampak Gelisah
- Klien nampak tegang setiap ditanya
65
6.18 Diagnosis Keperawatan dan Prioritas Masalah
Tabel 3.3
Diagnosa Keperawatan dan Prioritas Masalah
No Tangga Kode Diagnosa Keperawatan Nama/
l Diagnosi Tanda
s Tanga
(SDKI) n
1 14/05/ (D.0023) Hipovolemia berhubungan dengan Cici
2019 kehilangan cairan aktif ditandai dengan Fitria
66
Ds:
- Klien mengeluh berak darah lebih dari 10
kali sehari dan itu saya rasakan setiap
buang air besar selalu ada darah warnah
merah segar di mulai pada tanggal
12/05/2019.
- Klien Mengatakan merasa lemas
- Klien Mengatakan Frekuensi BAK selama
sakit 1x/hari
Do:
- KU Tampak Lemah
- TTV
Tekanan Darah : 90/70 mmHg
Pernafasan : 20 x/menit
Nadi : 110 x/menit
Suhu : 36oC
- Turgor Kulit Nampak Menurun
- Membran Mukosa nampak kering
2 14/05/ (D.0019) Defisit Nutrisi berhubungan dengan Cici
2019 ketidakmampuan menelan makanan ditandai Fitria
dengan
Ds:
- Klien mengatakan kurang nafsu makan
- Klien mengatakan cepat kenyang apabila
makanan 1 piring dari pembagi makanan
tidak pernah dihabiskan hanya ¼ saja.
- Klien mengatakan Berat badan sebelum
sakit 60 Kg.
Do:
- Nampak berat badan saat sakit 41 kKg
- Nampak membran mukosa pucat
- Bising usus:35x/Menit
- IMT : 17,0 (Kategori Kurus)
3 14/05/ (D.0080) Ansietas berhubungan dengan ancaman Cici
2019 terhadap kematian ditandai dengan Fitria
Ds:
- Klien mengatakan khwatir tidak bisa
sembuh dari penyakitnya dan membuat
dia meninggal karena penyakit ini.
- Klien mengatakan takut berbicara dengan
tenaga kesehatan karena takut mendegar
tentang penyakitnya
Do:
- kurang kontak mata dan selalu fokus pada
diri sendiri
- Klien Nampak Gelisah
- Klien nampak tegang setiap ditanya
67
68
5. INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama : Tn.N Jenis Kelamin : Laki-Laki
TTL : Abeli 31 Desember 1960 RM : 55 11 87
Dx.Medis : Hematochezia
Tabel.3.4
Rencana Keperawatan
TUJUAN/KRITERIA
TANGGAL DX.KEPERAWATAN HASIL RENCANA TINDAKAN
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
14/05/2019 Hipovolemia (D0023) Setelah dilakukan intervensi Intervensi Utama Manajemen Hipovolemia
keperawatan selama 3 jam maka (I.03116)
Di Tandai Dengan: status cairan (L.030228) 1. Tindakan Observasi
membaik dengan kriteria hasil : - Periksa tanda dan gejala hipovolemia
Ds:
- Frekuensi Nadi 5 (Mis.Frekuensi nadi meningkat,nadi
68 - Klien mengeluh berak
- Tekanan Darah 5 teraba lemah,tekanan darah
darah lebih dari 10 kali menurun,tekanan nadi menyempit
- Tekanan Nadi 5
sehari dan itu saya - Membran Mukosa 5 ,turgor kulit menurun,membran
rasakan setiap buang air - JVP(Jugular Venous Presure mukosa kering,volume urin
besar selalu ada darah - Kadar HB 5 menurun,hematokrit
warnah merah segar di - Berat Badan 5 meningkat,haus,lemah).
mulai pada tanggal - Hepatomogali 5 - Monitor intake dan autput cairan
12/05/2019. - Oliguri 5 2. Tindakan Terapeutik
- Hitung kebutuhan cairan
- Klien Mengatakan - Intake Cairan 5
- Status Mental 5 - Berikan posisi modified trendelenburg
merasa lemas - Berikan asupan cairan oral
- Klien Mengatakan - Suhu Tubuh 5
3. Tindakan Edukasi
Frekuensi BAK selama - Anjurkan memperbanyak asupan
sakit 1x/hari cairan oral
Do: - R/ Memberikan indikator
- KU Tampak Lemah - Anjurkan menghindari perubahan
- TTV
69
TUJUAN/KRITERIA
TANGGAL DX.KEPERAWATAN HASIL RENCANA TINDAKAN
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
Tekanan Darah : posisi mendadak
90/70 mmHg 4. Tindakan Kolaborasi
Pernafasan : 20 - Kolaborasi pemberian cairan IV
x/menit isotonis (mis.NaCL,RL)
Nadi : 110 - Kolaborasi pemberian cairan IV
x/menit hipotonis (mis,Glukosa 2,5%,NaCL
Suhu : 0,4)
36oC - Kolaborasi pemberian cairan
- Turgor Kulit Nampak koloid(mis,albumin,Plasmanate)
Menurun - Kolaborasi pemberian obat
- Membran Mukosa antiperdarahan,jika perlu
nampak kering - Kolaborasi pemberian produk darah
R/ penggantian cairan tergantung pada
derajat hipovolemia dan lamanya
perdarahan (akut/kronis). Tambahan
69 volume (albumin) dapat diinfuskan
sampai golongan darah dan
pencocokan silang dapat dapat
diselesaikan dan transfusi darah
dimulai. Kurang lebih 80%-90%
oerdarahan dikontrol oleh risusitasi
cairan dan menejemen medik.
14/05/2019 Devisit Nutrisi (D.0019). Setelah dilakukan Intervensi Intervensi Utama Manajemen nutrisi
Di tandai dengan : Keperawatan selama 3 jam maka (I.03119)
Ds: Status Nutrisi (L03030) 1. Tindakan Observasi
- Klien mengatakan Membaik dengan Kriteria Hasil : - Identifikasi status nutrisi
kurang nafsu makan - Berat badan 5 - Identifikasi alergi dan intoleransi
- Klien mengatakan cepat - Frekuensi Makan 5 makanan
- Bising Usus 5 - Identifikasi makanan yang disukai
kenyang apabila - Membran Mukosa 5 - Identifikasi kebutuhan kalori dan
70
TUJUAN/KRITERIA
TANGGAL DX.KEPERAWATAN HASIL RENCANA TINDAKAN
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
makanan 1 piring dari jenis nutrient
pembagi makanan tidak - Identifikasi perlunya pengunaan
pernah dihabiskan hanya selang nasogastrik
¼ saja. - Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
- Klien mengatakan
Berat badan sebelum - Monitor hasil pemeriksaan
sakit 60 Kg. laboratorium
Do: 2. Tindakan Terapeutik
- Nampak berat badan - Lakukan oral hygine sebelum makan
saat sakit 41 kKg jika perlu
- Nampak membran - Fasilitasi menentukan pedoman diet
mukosa pucat ( mis.piramida makanan
- Bising usus:35x/Menit - Sajikan makanan yang menarik dan
- IMT : 17,0 (Kategori suhu yang sesuai
Kurus) - Berikan makanan yang tinggi serat
70 untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan yang tinggi kalori
dan tinggi protein
- Berikan suplemen makanan jika
perlu
- Hentikan pemberian makan melalui
selang NGT jika asupan oral dapat
ditoleransi
3. Tindakan Edukasi
- Anjurkan posisi duduk jika mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan
4. Tindakan Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makana (mis ,pereda
71
TUJUAN/KRITERIA
TANGGAL DX.KEPERAWATAN HASIL RENCANA TINDAKAN
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
nyeri,antlemetik),jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang di butuhkan,jika perlu
14/05/2019 Ansietas (D.0080) Setelah dilakukan Intervensi Intervensi Utama Reduksi Ansietas (I.09314)
Keperawatan selama 3 jam maka 1. Tindakan Observasi
Di tandai dengan : Tingkat Ansietas Menurun - Identifikasi saat tingkat ansietas
Ds: (L09093) Menurun dengan berubah (mis.kondisi,waktu,stresor)
- Klien mengatakan Kriteria Hasil : - Identifikasi kemampuan mengambil
khwatir tidak bisa - Verbalisasi Kebingungan 5 keputusan
sembuh dari - Verbalisasi Khawatir akibat - Monitor tanda-tanda ansietas(verbal
penyakitnya dan kondisi yang di hadapi 5 dan non verbal)
membuat dia meninggal - Perilaku Gelisah 5 2. Tindakan Terapeutik
karena penyakit ini. - Perilaku Tegang 5 - Ciptakan suasana terapeutik untuk
71 - Klien mengatakan takut - Keluhan pusing 5 menumbuhkan kepercayaan
berbicara dengan tenaga - Anoreksia 5 - Temani pasien untuk mengurangi
kesehatan karena takut - Pucat kecemasan,jika memungkinkan
mendegar tentang - Pahami situasi yang membuat ansietas
penyakitnya - Dengarkan dengan penuh perhatian
- Gunakan pendekatan yang tenang dan
Do: meyakinkan
- kurang kontak mata dan - Tempatkan barang pribadi yang
selalu fokus pada diri memberikan kenyamanan
sendiri - Motivasi mengidentifikasi stuasi yang
- Klien Nampak Gelisah memicu kecemasan
Klien nampak tegang setiap - Diskusikan perencanaan realistis
ditanya tentang peristiwa yang akan datang
3. Tindakan Edukasi
- Jelaskan prosedur ,termaksuk sensasi
72
TUJUAN/KRITERIA
TANGGAL DX.KEPERAWATAN HASIL RENCANA TINDAKAN
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
yang mungkin dialami
- Informasikan secara faktual mengenai
diagnosis,pengobatan dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien,jika perlu
- Anjurkan melakukan kegiatan yang
tidak kompetitif ,sesuai kebutuhan
- Anjurkan mengunakan perasaan dan
presepsi
- Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegagan
- Latih pengunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
- Latih tehnik relaksasi
4. Tindakan Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat
antiansietas,jika perlu
72
73
1. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari : I (14/05/2019)
Tabel.3.5
Tindakan Keperawatan
TINDAKAN KEPERAWATAN DIAGNOSA PARAF
JAM (SIKI) KEPERAWATAN
(SDKI)
74
TINDAKAN KEPERAWATAN DIAGNOSA PARAF
JAM (SIKI) KEPERAWATAN
(SDKI)
di lidahnya
08:50 Melayani Terapi Obat Adona 30 mg 1 tablet/hari D.0023 Cici Fitria
09:00 - Hasil : Memberikan Obat oral Adona 30 mg 1 tablet /hari ke Klien
Mengidentifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis,kondisi,waktu ,Steresor) D.0080 Cici Fitria
09:30 - Hasil : Saat Dokter visite dan menjelaskan tentang keadaanya sekarang ini
Monitor Tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal) D.0080 Cici Fitria
- Hasil : Verbal : Klien Mengatakan takut tidak bisa sembuh dari
penyakitnya dan membuat dia meninggal karena Penyakit ini dan klien
juga mengatakan takut berbicara dengan Dokter karena takut mendengar
10:30 penjelasan tentang penyakitnya D.0023 Cici Fitria
- Hasil : NonVerbal: kurang kontak mata dan selalu fokus pada diri sendiri
Memonitor Berat Badan D.0019 Cici Fitria
- Hasil : Berat Badan Klien 62 kg sebelum sakit 68 Kg
11:20 Mengidentifikasi Makanan Yang disukai D.0019 Cici Fitria
- Hasil :Roti yang berisikan coklat D.0019 Cici Fitria
12:30 Melakukan oral hygine sebelum makan
- Hasil : Klien Menolak di lakukan Oral Hygine D.0019 Cici Fitria
12:53 Mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang di butuhkan D.0080 Cici Fitria
- Hasil : Klien dikonsulkan ke ahli gizi
13:02 Melatih tehnik relaksasi D.0019 Cici Fitria
74 - Hasil : Klien Menolak melakukan Tehnik relaksasi
13:20 Memberikan makanan yang tinggi kalori dan tinggi protein
- Hasil : Klien Makan telur rebus
75
Hari : II (15/05/2019)
Nama : Tn.N Jenis Kelamin : Laki-Laki
TTL : Abeli 31 Desember 1960 RM : 55 11 87
Dx.Medis : Hematochezia
Tabel.3.6
Implementasi Keperawatan
TINDAKAN KEPERAWATAN DIAGNOSA PARAF
JAM (SIKI) KEPERAWATAN
(SDKI)
76
TINDAKAN KEPERAWATAN DIAGNOSA PARAF
JAM (SIKI) KEPERAWATAN
(SDKI)
- Hasil : Verbal : Klien Mengatakan tetap optimis dan penyakitnya pasti bisa
di sembuhkan dan tidak akan membuatnya meninggal.
10:30 - Hasil : NonVerbal: Mulai ada kontak mata dan Mulai fokus pada diri
sendiri
10:40 Melayani Obat Alprazolan 1 tablet /hari D.0080 Cici Fitria
- Hasil : Klien Meminum Obat Alprazolan 1 Tablet/hari melalui Oral D.0023 Cici Fitria
12:30 Memonitor Berat Badan
- Hasil : Berat Badan Klien 63 kg sebelum sakit 68 Kg D.0019 Cici Fitria
13:20 Melakukan oral hygine sebelum makan
- Hasil : Klien Mau di lakukan Oral Hygine D.0019 Cici Fitria
Mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis D.0019 Cici Fitria
nutrien yang di butuhkan
13:30 - Hasil : makanan klien tinggi kalori dan tinggi protein
- Hasil : Klien Menolak melakukan Tehnik relaksasi D.0019 Cici Fitria
Memberikan makanan yang tinggi kalori dan tinggi protein
- Hasil : Klien Makan telur rebus
76
77
Hari : III (16/05/2019)
Nama : Tn.N Jenis Kelamin : Laki-Laki
TTL : Abeli 31 Desember 1960 RM : 55 11 87
Dx.Medis : Hematochezia
Tabel.3.7
Tindakan Keperawatan
TINDAKAN KEPERAWATAN DIAGNOSA PARAF
JAM (SIKI) KEPERAWATAN
(SDKI)
78
TINDAKAN KEPERAWATAN DIAGNOSA PARAF
JAM (SIKI) KEPERAWATAN
(SDKI)
11:20 - Hasil : Berat Badan Klien 65 kg sebelum sakit 68 Kg
Melakukan oral hygine sebelum makan D.0019 Cici Fitria
11:40 - Hasil : Klien Mau di lakukan Oral Hygine
Membantu pengurusan Administrasi Klien Untuk Pulang
- Hasil : Klien Pulang jam 13:50
78
79
2. EVALUASI SOAP
Hari : I (15/05/2019)
Nama : Tn.N Jenis Kelamin : Laki-Laki
TTL : Abeli 31 Desember 1960 RM : 55 11 87
Dx.Medis : Hematochezia
Tabel.3.8
Evaluasi Keperawatan
TANGGAL DIAGNOSA EVALUASI SOAP PARAF
KEPERAWATAN
15 Mei D.0077 S:
- Klien mengatakan berak darah segar 5x/hari dengan konsistensi cair
2019 Cici Fitria
79 - Klien mengatakan lemas
- Klien mengatakan frekuensi BAK selama sakit 3x/hari.
O:
- KU Tampak Lemah
- TTV
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
RR : 20 x/menit
Nadi : 100 x/menit
Suhu : 36,5oC
- Turgor kulit nampak menurun
- Membran mukosa Nampak kering
A : Hipovolemia
80
TANGGAL DIAGNOSA EVALUASI SOAP PARAF
KEPERAWATAN
L.030228
- Frekuensi Nadi (4)
- Tekanan Darah (3)
- Tekanan Nadi (4)
- Membran Mukosa (3)
- Kadar Hb (3)
- Berat Badan (3)
- Intake Cairan (4)
- Suhu Tubuh (2)
P:
Intervensi dilanjutkan dengan:
Manajemen Hipovolemia (I.03116)
D.0019 S: Cici Fitria
- Klien mengatakan mulai sedikit enak untuk makan
- Klien mengatakan cepat kenyang apabila makanan 1 piring dari
pembagi makanan tidak pernah di habiskan hanya ½ saja
- Klien mengatakan frekuensi makan sebelum sakit 3x/hari setelah
sakit 2x/hari
- Klien mengatakan berat badan sebelum sakit 68 Kg
80 O:
- Nampak berat badan saat sakit 41 kg
- Nampak membran mukosa pucat
- Bising usu :35x/menit
- IMT : 17,0 (Kategori Kurus)
A : Devisit Nutrisi
L.03030
- Berat Badan (5)
- Frekuensi Makan (4)
- Bising Usus (5)
- Membran Mukosa (5)
P:
81
TANGGAL DIAGNOSA EVALUASI SOAP PARAF
KEPERAWATAN
Intervensi Dilanjutkan dengan
Manajemen Nutrisi (I.03119)
D.0080 S: Cici Fitria
- Klien mengatakan tetap optimis dan penyakitnya pasti bisa sendiri
dan tidak akan membuatnya meninggal
O:
- Mulai ada kontak mata dan mulai fokus pada diri sendiri
A : Ansietas
L.09093
- Perilaku gelisah (3)
- Perilaku Tegang (3)
- Keluhan Pusing (3)
- Anoreksia (3)
- Frekuensi Nadi (4)
- Tekanan darah (3)
P:
Intervensi di lanjutkan dengan
Reduksi Ansietas (I.09314)
81
82
Hari : II (16/05/2019)
Tabel.3.9
Evaluasi Keperawatan
TANGGAL DIAGNOSA EVALUASI SOAP PARAF
KEPERAWATAN
16 Mei D.0077 S:
- Klien mengatakan sudah tidak ada darah segar yang keluar pada
2019 Cici Fitria
saat berak hari ini
- Klien mengatakan merasa cukup baik
- Klien mengatakan BAK 3x/hari
O:
82 - KU Nampak Cukup Membaik
- TTV
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Pernafasan : 20 x/menit
Nadi : 90 x/menit
Suhu : 36,5oC
83
TANGGAL DIAGNOSA EVALUASI SOAP PARAF
KEPERAWATAN
A : Hipovolemia
L.030228
- Frekuensi Nadi (2)
- Tekanan Darah (2)
- Tekanan Nadi (2)
- Membran Mukosa (2)
- Kadar Hb (2)
- Berat Badan (2)
- Intake Cairan (2)
- Suhu Tubuh (2)
P:
Intervensi dihentikan, pasien pulang
D.0019 S: Cici Fitria
- Klien mengatakan nafsu makan cukup baik
O:
- Berat badan 41,5 Kg
- Bising usus 28x/menit
- Frekuensi makan 3x/hari
- Membran mukosa cukup baik
A : Devisit Nutrisi
L.03030
- Berat Badan (2)
83 - Frekuensi Makan (1)
- Bising Usus (1)
- Membran Mukosa (2)
P:
Intervensi Dihentikan, pasien pulang
84
TANGGAL DIAGNOSA EVALUASI SOAP PARAF
KEPERAWATAN
sudah cukup membaik
O:
- Ada kontak mata
- Klien nampak tidak gelisah
- Klien nampak tidak tegang
A : Ansietas
L.09093
- Perilaku gelisah (1)
- Perilaku Tegang (1)
- Keluhan Pusing (1)
- Anoreksia (2)
- Frekuensi Nadi (2)
- Tekanan darah (1)
P:
Intervensi dihentikan, pasien pulang
84
85
86
BAB V
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pada teori penyebab dari Penyakit Hematochezia ada tuju antara lain: Perdarahan
Neoplasia kolon, Divertikulum Meckel. Sedangkan pada kasus di temukan penyebab dari
Penyakit Hematochezia klien adalah Riwayat Penyakit Perianal dalam hal ini adalah
hemoroid itu berarti antara teori dan kasus tidak terdapat kesenjangan. Dalam mencari
penyebab Penyakit Hematochezia klien tidak ada hambatan karena pada saat melakukan
pengkajian pada klien penulis banyak mendapatkan dukungan pada senior-senior perawat
Pada teori Manifistasi klinis klien yang mengalami Penyakit Hematochezia secara teori
menurut Mansjoer (2000) pada pasien dengan Penyakit Hematochezia. di bagi atas dua yaitu
perdarahan akut dan perdarahan kronik Perdarahan akut antara lain Sinkop : takikardia,
kepala pusing, melayang. Syok : tekanan darah turun (sistolik< 90 mmHg atau turun > 30
mmHg dari semula). Takikardi: nadi cepat (> 100x/mnt) denyut kecil, lemah atau tidak
teraba, muka (kulit, mukosa) pucat akral dingin, berkurangnya pembentukan air kemih.,
berkurangnya aliran darah ke otak (bingung, disorientasi, rasa mengantuk dan syok)
Sedangkan Perdarahan Kronik Akibat kehilangan darah kronik: anemia def.Fe, palpitasi,
Sedangkan pada kasus di temukan data yang sama yaitu klien mengalami perdarahan akut
dengan keluhan sebagai berikut Sinkop : takikardia, kepala pusing,melayan Syok : Tekanan
darah turun (sistolik< 90 mmHg atau turun > 30 mmHg dari semula), takikardi, nadi cepat
87
(> 100x/mnt) denyut kecil, lemah atau tidak teraba, muka (kulit, mukosa) pucat, akral
dingin, berkurangnya pembentukan air kemih. Ini bisa disimpulkan bahwa tidak terjadi
Komplikasi klien yang akan timbul akibat Penyakit Hematochezia secara teori menurut
Mansjoer (2000) anatara lain: Ensefalopati adalah istilah yang mengacu pada kelainan
struktur atau fungsi otak akibat suatu kondisi atau penyakit. Kelainan struktur atau fungsi ini
dapat bersifat permanen,sehingga deteksi dan penaganan yang segera perlu dilakukan untuk
meningkatkan peluang kesembuhanya. Asites adalah kondisi dimana terdapat cairan pada
rongga perut dengan organ dalam perut kondisi umumnya disebabkan oleh beberapa
penyakit seperti penyakit liver,kanker,gagal ginjal,atau gagal jantung. Sirosis Hepatis adalah
penyakit yang diakibatkan karena kerusakan hati jangka panjang ,pada sirosis cedera hati
meningalkan bekas luka yang mengakibatkan hati tak lagi bekerja normal seperti membuat
protein baru ,melawan infeksi,menyingkirkan zat tidak bergunan dari darah, mencerna
Sedangkan pada kasus tidak di temukan komplikasi Penyakit Hematochezia yang ada
pada teori itu berarti teori dan kasus tidak terjadi kesenjangan itu di buktikan dari hasil
pemeriksaan dan diagnosa yang diberikan oleh dokter selama klien di rawat di rumah sakit
klien hanya di diagnosa oleh dokter yang menagani dengan diagnosa Penyakit
Hematochezia.
Pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan pada pasien akibat Penyakit Hematochezia
secara teori menurut Doenges (2000) anatara lain: Anoskopi/Rektoskopi Pada umumnya
dapat segera, mengetahui sumber perdarahan tersebut bila berasal dari perdarahan hemoroid
interns atau adanya tumor rektum. Dapat dikerjakan tanpa persiapan yang optimal.
88
Sigmoidoskopi Perdarahan dari sigmoid (misalnya tumor sigmoid) masih mungkin dapat
diidentifikasi dengan pemeriksaan ini dengan hanya persiapan laksan enema (YAL) atau
klisma, mengingat darah dalam lumen usus itu sendiri sudah bersifat laksan. Kolonoskopi
Pada, keadaan yang bersifat elektif dengan persiapan yang optimal, pemeriksaan ini dapat
dengan relatif mudah mengidentifikasi sumber perdarahan di seluruh bagian kolon sampai
ileum terminal. Tetapi pada, keadaan perdarahan aktif, lumen usus penuh darah (terutama
bekuan darah), maka lapang pandang kolonoskop akan terhambat. Diperlukan usaha yang
berat untuk membersihkan lumen kolon secara, kolonoskopi. Sering sekali lumen skop
tersumbat total sehingga pemeriksaan harus dihentikan. Tidak jarang hanya dapat
menyumbangkan informasi adanya demarkasi atau batas antara lumen kolon yang bersih
dari darah dan diambil kesimpulan bahwa letak sumber perdarahan di distal demarkasi
tersebut. Push Enteroskopi Pemeriksaan ini dilakukan melalui SCBA dan melewati
ligamentum Treitz serta dapat mengidentifikasi perdarahan pada usus kecil. Sarana ini masih
sangat jarang di indonesia. Barium Enema (colon in loop) Pada keadaan perdarahan akut dan
emergensi, pemeriksaan ini tidak mempunyai peran. Bahkan kontras yang ada akan
menyumbat saluran pada skop) atau skintigrafi (kontras barium akan mengacaukan
interpretasi) bila diperlukan. Serta tidak ada tambahan manfaat terapeutik. Tetapi pada
keadaan yang efektif, pemeriksaan ini mampu mengidentifikasi berbagai lesi yang dapat
Angiografi/Arteriografi Injeksi zat kontras lewat kanul yang dimasukkad melalui arteri
femoralis dan arteri mesenterika superior atau inferior, memungkinkan visualisasi lokasi
sumber perdarahan. Dengan teknik ini biasanya, perdarahan arterial dapat terdeteksi bila
89
lebih dari 0,5 ml per menit. Arteriografi dapat dilanjutkan dengan embolisasi terapeutik
pada, pembuluh darah yang menjadi sumber perdarahan. Blood Flow Scintigraphy (Nuclear
Scintigraphy) Darah pasien diambil dan dilabel dengan zat radioaktif (99m.technitium),
kemudian dimasukkan kembali ke dalam tubuh. Darah yang berlabel tersebut akan
bersirkulasi dan keluar pada daerah/lokasi lesi. Teknik ini dilaporkan dapat mendeteksi
perdarahan yang relatif sedikit (0,1 ml per menit). Scanning diambil pada jam 1 dan 4
setelah injeksi darah berlabel Berta 24 jam setelah itu atau sesuai dengan prakiraan
dengan cara mengambil scanning pada jam-jam tertentu. Operasi Laparatomi Eksplorasi
Tentunya proses operasi secara langsung dapat mengidentifikasi sumber perdarahan. Tetapi
masalahnya adalah kapan tindakan ini akan dilakukan sebagai modalitas diagnostik
sekaligus terapeutik, bagaimana pertimbangan toleransi operasi bagi pasien dan sejauh mana
kemudahan untuk mengidentifikasi sumber perdarahan durante operasi. Secara nyata dalam
Keadaan ini membutuhkan koordinasi multidisiplin yang terkait. Pada dasarnya laparatomi
eksplorasi diindikasikan bila perdarahan hebat yang tidak dapat diatasi secara konservatif.
Perdarahan berulang pada keadaan yang sudah teridentifikasi sumber perdarahan pada
operasi. Risiko operasi akan menurun bila pada operasi tersebut dapat dilakukan identifikasi
90
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa pada Penyakit Hematochezia secara teori terdiri atas diagnosa antara
lain: Defisit volume cairan sehubungan dengan perdarahan (kehilangan secara aktif),
berhubungan dengan luka bakar kimia ,refleks spasme otot pada dinding perut dan
Sedangkan pada kasus diagnosa yang penulis angkat ada 3 antara lain: Hipovolemia
berhubungan dengan kehilangan cairan aktif dibuktikan dengan frekuensi nadi meningkat
tampak gelisah,tampak tegang sulit tidur (D.0080) Berbedanya nama diagnosa keperawatan
yang ada di kasus di karenakan saya memakai pedoman beda kalau di teori mereka pake
buku panduan Dungus sedangkan pada Askep kasus yang saya buat memakai buku SDKI
Prioritas masalah pada teori yaitu mengatasi Defisit volume cairan klien sedangkan
pada kasus sama dengan teori yaitu Hipovolemi, ini berarti tidak terjadi kesenjangan antara
teori dan kasus karena dalam intervensinya sama sama mengedepangkan status cairan
pasien.
91
D. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
adalah susah untuk membuat percaya klien terhadap setiap tindakan yang akan kita berikan
terhadap mereka contoh kecil dalam pelaksanaan implementasi keperawatan ada beberapa
pada diagnosa Ansietas dengan Implementasi Rujuk ke perawat psikiatrik /penasehat agama
E. Evaluasi
selama tanggal 14-16 Mei 2019 yaitu tingkat kepercayaan klien terhadap perawat yang
masih kurang ini akan menjadi hambatan yang besar dalam melaksanakan intervensi
keperawatan, pada diagnosa ketiga Ansietas dengan tujuan yang ingin di capai adalah klien
dapat meningkatkan penurunan stress hasil yang di capai hanya tercapai sebagaian hal ini
92
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
Ds:
- Klien mengeluh berak darah lebih dari 10 kali sehari dan itu saya rasakan setiap buang
air besar selalu ada darah warnah merah segar di mulai pada tanggal 12/05/2019.
- Klien mengatakan cepat kenyang apabila makanan 1 piring dari pembagi makanan
- Klien mengatakan khwatir tidak bisa sembuh dari penyakitnya dan membuat dia
- Klien mengatakan takut berbicara dengan tenaga kesehatan karena takut mendengar
DO:
TTV:
Pernafasan : 20 x/menit
93
Nadi : 110 x/menit
Suhu : 36,oC
- Nampak frekuensi makan sebelum sakit 3x/hari dan setelah sakit : 1x/hari
- Klien nampak kurang kontak mata dan selalu fokus pada diri sendiri
2. Diagnosa keperawatan
keperawatan, tujuan dan kriteria hasil, rencana tindakan keperawatan. Pada diagnose
94
Terapeutik, Tindakan Edukasi dan Tindakan Kolaborasi sedangkan diagnosa ke dua dan
4. Pelaksanaan tindakan keperawatan
dilakukan pada diagnosa 1, enam tindakan keperawatan yang dilakukan pada diagnosa 2
5. Evaluasi
menurun minimal 10% dibawah rentang ideal (D.0019) dan Ansietas berhubungan
dengan ancaman terhadap kematian ditandai dengan tampak gelisah,tampak tegang sulit
efektif b/d adanya tekanan pada organ paru akibat odema anasarka,Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia,mual dan Intoleransi aktifitas b/d oksigenasi
B. Saran
1. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu keperawatan
95
Agar dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien, saat melakukan pengkajian
agar klien benar-benar di kaji secara lengkap, akurat, dan sesuai kenyataan karena
kebenaran data sangat penting untuk merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan
2. Bagi institusi pelayanan kesehatan
Agar laporan seminar akhir keperawatan ini menjadi bahan masukan bagi
perawat untuk menjadi acuan dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada kasus
Hematochezia
agar laporan seminar akhir keperawatan ini dapat dijadikan sebagai tambahan referensi
4. Bagi masyarakat umum dan khususnya untuk klien
Bagi klien agar bisa berkerja sama dan kooperatif saat di berikan asuhan
keperawatan supaya tindakan yang telah di rencanakan dapat di berikan secara efesien.
96
97
98
99