Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

GROSS HEMATURIA

Disusun oleh :

1. Nanda Yusril R (S16169) 11. Sindhi Maipuri (S16182)


2. Niluh Putu E (S16170) 12. Siti Ning Intan L (S16183)
3. Novita Juniati (S16172) 13. Tatik Widyastuti (S16184)
4. Okta Fianti (S16173) 14. Titin Purnamasari(S16185)
5. Puput Istu Widodo (S16174) 15. Ulfi Asmaroh (S18186)
6. Putri Tiara Elsaby (S16175) 16. Verily Endah J W (S18187)
7. Retno Wulandari (S16176) 17. Yoanita Putri (S16188)
8. Salma Deviyana(S16179) 18. Yudhi Prabowo (S16189)
9. Selvita Berlian D(S16180) 19. Dita Noviati(S14015)
10. Septiyan Bagus M (S16181)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2019

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hematuria adalah istilah klinis yang digunakan untuk menjelaskan
adanya darah, khususnya sel darah merah, dalam urin. Adanya darah dalam
urin ini bisa saja tidak kasat mata dan hanya terlihat di bawah mikroskop atau
atau juga mungkin darah dalam urin akan terlihat dalam jumlah yang cukup
dengan mata telanjang, hematuria merupakan tanda bahwa ada sesuatu yang
menyebabkan perdarahan abnormal pada saluran urogenital pasien. Sumber
perdarahan bisa terjadi di mana saja di sepanjang saluran ini: ginjal, ureter
(tabung yang berjalan dari ginjal ke kandung kemih), kelenjar prostat,
kandung kemih atau uretra.

Di Amerika Serikat, prevalensi hematuria gross pada anak-anak


diperkirakan 0,13%. Lebih dari setengah dari kasus (56%) ini disebabkan oleh
penyebab yang mudah diidentifikasi. Penyebab paling umum tampaknya
sistitis (20-25%). Seks mungkin mempengaruhi seorang anak untuk menderita
penyakit tertentu yang bermanifestasi sebagai hematuria. Misalnya, penyakit
terkait seks yaitu sindrom Alport memiliki kecenderungan pada laki-laki,
sedangkan nefritis lupus lebih sering terjadi pada gadis remaja. Prevalensi
kondisi tertentu juga bervariasi dengan usia. Misalnya, tumor Wilms lebih
sering pada anak-anak usia prasekolah, sedangkan postinfectious
glomerulonefritis akut lebih sering terjadi pada usia anak sekolah. Pada orang
dewasa, hematuria sering merupakan tanda keganasan dari saluran
Genitourinary (misalnya, karsinoma sel ginjal, kandung kemih tumor, tumor
prostat). Kondisi ini jarang terjadi pada anak-anak.
Hematuria adalah salah satu temuan kemih paling umum pada anak-
anak dengan penyakit nephrologis pediatrik. Secara umum, hematuria
didefinisikan sebagai muculnya 5 atau lebih sel darah merah per LPB dalam 3
dari 3 spesimen urin yang disentrifugasi secara berturut-turut yang diperoleh
paling sedikit 1 minggu. Pemeriksaan hematuria dengan dipstik harus
dikonfirmasi dengan analisa urin mikroskopis dengan cara mensentrifuse 10-
15 ml urin segar. False negatif terjadi bila terdapat formalin (bahan preservatif
urin) atau pada urin dengan konsentrasi asam askorbat yang tinggi. False
positif bila terkontaminasi darah menstruasi, urin basa dengan pH kurang dari
9, atau terkontaminasi agen oksida yang digunakan untuk membersihkan
perineum sebelum mengambil spesimen. Hematuria dapat gross /
makroskopik (yaitu, terang-terangan urin berdarah, atau berwarna teh) atau
mikroskopis.

Hematuria mungkin memiliki gejala atau tanpa gejala, sementara atau


terus-menerus, dan dapat pula terisolasi atau berhubungan dengan proteinuria
dan kelainan saluran kencing lainnya. Peran dokter dalam perawatan utama
pengelolaan anak dengan hematuria adalah dengan mengkonfirmasi temuan
serta menegakan etiologinya.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada pasien dengan kasus
hematuria?

1.3 Tujuan Tujuan


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
kasus hematuria.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi dari penyakit hematuria.
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari penyakit hematuria.
3. Untuk mengetahui etiologi dari penyakit hematuria.
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari penyakit hematuria.
5. Untuk mengetahui epidemiologi dari penyakit hematuria.
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari penyakit hematuria.
7. Untuk menegatahui pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
pada penderita hematuria.
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada
penderita hematuria.
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan gross
hematuria

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan
1. Terciptanya mahasiswa yang paham tentang proses terjadinya
hematuria.
2. Menambah referensi pendidikan mengenai asuhan keperawatan
pada pasien hematuria.
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Untuk menambah wawasan mengenai konsep hematuria dan
asuhan keperawatan pada pasien hematuria.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Hematuria adalah keadaan abnormal dengan ditemukannya sel darah
merah dalam urin. Ada dua macam hematuria, yaitu hematuri mikroskopis
dan hematuri makroskopis (gross hematuria). Hematuria makroskopis dapat
terjadi bila sedikitnya 1cc darah perliter urin sedangkan hematuria
mikroskopis sering kita temukan pada pemeriksaan laboratorium urinlisis
pada pasien dengan pasien berbagai keluhan, atau pada saat tes kesehatan
(check up). Dikatakan hematuria bila pada pemeriksaan mikroskop ditemukan
3 atau lebih per lapang besar urin yang disentrifugasi, dari evaluasi sedimen
urin dua dari tiga contoh urin yang diperiksa.
Hematuria adalah didapatkannya sel-sel darah merah di dalam urine.
Penemuan klinis sering di dapatkan pada populasi orang dewasa, dengan
prevalensi yang mulai dari 2,5% menjadi 20,0% . Secara visual terdapatnya
sel-sel darah merah di dalam urine dibedakan dalam 2 keadaan, yaitu:
1. Hematuria makroskopik
Hematuria makroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata dapat
dilihat sebagai urine yang berwarna merah, mungkin tampak pada awal
miksi atau pada akhirnya yang berasal dari daerah posterior uretra atau
leher kandung kemih. Hematuria makroskopik yang berlangsung terus
menerus dapat mengancam jiwa karena dapat menimbulkan penyulit
berupa: terbentuknya gumpalan darah yang dapat menyumbat aliran urine,
eksanguinasi sehingga menimbulkan syok hipovolemik/anemi, dan
menimbulkan urosepsis. (Mellisa C Stoppler, 2010)
2. Hematuria mikroskopik
Hematuria mikroskopik adalah hematuria yang secara kasat mata tidak
dapat dilihat sebagai urine yang berwarna merah tetapi pada pemeriksaan
mikroskopik diketemukan lebih dari 2 sel darah merah per lapang
pandang. Meskipun gross hematuria didefinisikan didapatkannya sel-sel
darah merah di dalam urine, ada kontroversi mengenai definisi yang tepat
dari hematuria mikroskopik. American Urological Association (AUA)
mendefinisikan hematuria mikroskopis klinis yang signifikan karena
terdapat lebih dari 3 sel darah merah (sel darah merah) pada lapangan
pandang besar pada 2 dari 3 spesimen urin dikumpulkan dengan selama 2
sampai 3 minggu. Namun, pasien yang berisiko tinggi untuk penyakit
urologi harus dievaluasi secara klinis untuk hematuria jika urinalisis
tunggal menunjukkan 2 atau lebih sel darah merah pada lapangan
pandang besar. (Mellisa C Stoppler, 2010)

Evaluasi yang tepat dan waktu yang cepat sangat penting, karena setiap
derajat hematuria dapat menjadi tanda dari penyakit genitourinari yang serius.

2.2 Klasifikasi
Dalam mengevaluasi hematuria, terutama hematuria makroskopik,
banyak ahli mencoba untuk mempersempit penyebab yang mungkin melalui
klasifikasi stadium dimana perdarahan terjadi selama urinasi. Meskipun
klasifikasi ini tidak definitif, namun sering memberikan indikator yang
diperlukan umtuk pemeriksaan dan tes lebih lanjut.
1. Hematuria inisial: darah yang muncul saat mulai berkemih, sering
mengindikasikan masalah di uretra (pada pria, dapat juga di prostat).
2. Hematuria terminal: darah yang terlihat pada akhir proses berkemih
dapat menunjukkan adanya penyakit pada buli-buli atau prostat.
3. Hematuria total: darah yang terlihat selama proses berkemih, dari awal
hingga akhir, menunjukkan permasalahan pada buli-buli, ureter atau
ginjal.

2.3 Etiologi
Hematuria dapat disebabkan oleh kelainan-kelainan yang berada di dalam
sistem urogenitalia atau kelainan yang berada di luar urogenitalia.
Kelainan yang berasal dari sistem urogenitalia antara lain adalah:
1. Infeksi antara lain pielonefritis, glomerulonefritis, ureteritis, sistitis, dan
uretritis
2. Menstruasi
3. Tumor jinak atau tumor ganas yaitu: tumor ginjal (tumor Wilms), tumor
grawitz, tumor pielum, tumor ureter, tumor buli-buli, tumor prostat, dan
hiperplasia prostat jinak.
4. Kelainan bawaan sistem urogenitalia, antara lain : kista ginjal
5. Trauma yang mencederai sistem urogenitalia.
6. Batu saluran kemih. (Mellisa C Stoppler, 2010)
Kelainan-kelainan yang berasal dari luar sistem urogenitalia antara lain
adalah:
1. Kelainan pembekuan darah (Diathesis Hemorhagic)
2. Penggunaan antikoagulan, atau proses emboli pada fibrilasi atrium
jantung maupun endokarditis. (Wim de Jong, dkk, 2004)

2.4 Patofisiologi
Berdasarkan lokasi yang mengalami kelainan atau trauma, dibedakan
glomerulus dan untuk memisahkan bidang nefrologi. Darah yang berasal dari
nefron disebut hematuria glomerulus. Pada kedaan normal, sel darah merah
jarang ditemukan pada urin. Adanya eritrosit pada urin dapat terjadi pada
kelainan herediter atau perubahan stuktur glomerulus dan integritas kapiler
yang abnormal. Erisolit bila berikatan dengan protein TaamHorsfall akan
membentuk silinder eritrosis. Ini merupakan petunjuk penyakit / kelainan
glomerulus yang merupakan petanda penyakit ginjal kronik. Pada penyakit
manefron/glomelus biasanya hanya ditemukan sel darah merah saja tanpa
silinde. Proteinuria merupakan tanda lesi nefron / glomerulus.
Hematuria mikroskopik bila ditemukan eristrosit 3 atau lebih dari
3/lapang pandang besar. bila hematuria disertai protenuria positif 1 dengan
menggunakan dipstick dilanjutkan dengan pemeriksaan kuantitatif eskresi
protein/24 jam. Bila eskresi protein lebih dari 1g/24jam segera konsultasi
nefrologi untuk evaluasi. Pada ekskresi protein lebih dari 500mg/24jam yang
makin meningkat atau persisten di perkirakan suatu kelainan parenkim ginjal.
Perlu diperhatikan dalam mpengambilan contoh urine: pada
perempuan harus disingkirkan penyebab hematuria lain misalnya menstruasi,
laserasi pada organ genitalia sedangkan pada laki-laki apakah disirkumsisi
atau tidak.
Infeksi Tumor
mikroorganisme

ISK (pielonefritis, glomerulonefritis, Penekanan Sel kanker Mengambil nutrisi dari sel
ureteritis, sistitis, uretritis) pembuluh darah
Inflamasi Sel normal mati
Trauma pada
saluran urin
Obstruksi Mengeluarkan Apitosis
saluran kemih mediator nyeri
Pecahnya pembuluh
darah di renal Nekrosis di tubulus proksimal
Resiko Menekan ujung
infeksi saraf bebas
Pendarahan Fungsi ginjal menurun
Nyeri
Reabsorpsi menurun
Urine tercampur Anemia
darah
Penurunan sekresi H+ Penurunan
HEMATURIA Tampak Nutrisi ke HCO3 & PCO2
pucat jaringan
menurun Penurunan pH
Asidosis respiratorik
Asidosis metabolik
O2 ke otak menurun Lemas
Nafas kusmaull
Resiko Penurunan Intoleransi aktifitas Ketidakefektifan
syok kesadaran Hiperventilasi pola nafas
2.5 Epidemiologi
Di Amerika Serikat, prevalensi hematuria gross pada anak-anak
diperkirakan 0,13%. Lebih dari setengah dari kasus (56%) ini disebabkan
oleh penyebab yang mudah diidentifikasi. Penyebab paling umum tampaknya
sistitis (20-25%). Seks mungkin mempengaruhi seorang anak untuk
menderita penyakit tertentu yang bermanifestasi sebagai hematuria. Misalnya,
penyakit terkait seks yaitu sindrom Alport memiliki kecenderungan pada laki-
laki, sedangkan nefritis lupus lebih sering terjadi pada gadis remaja.
Prevalensi kondisi tertentu juga bervariasi dengan usia. Misalnya, tumor
Wilms lebih sering pada anak-anak usia prasekolah, sedangkan post
infectious glomerulonefritis akut lebih sering terjadi pada usia anak sekolah.
Pada orang dewasa, hematuria sering merupakan tanda keganasan dari
saluran Genitourinary (misalnya, karsinoma sel ginjal, kandung kemih tumor,
tumor prostat). Kondisi ini jarang terjadi pada anak-anak.

2.6 Manifestasi Klinis


Gajala klinis yang dapat ditimbulkan antara lain:
1. Darah pada urin (hematuria makroskopis atau hematuria mikroskopis)
2. Nyeri saat proses mengeluarkan urin (disuria)
3. Urgensi
4. Nyeri pada daerah pelvis atau pinggang
5. Hematuria dapat menimbulkan retensi bekuan darah sehingga pasien
datang dengan meminta pertolongan karena tidak dapat miksi

2.7 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan per-rektal atau vaginal.
Hal ini berguna untuk memeriksa keberadaan tumor dengan ukuran yang
cukup besar.
2. Sistoskopi (atau disebut juga sistouretroskopi)
Suatu pemeriksaan yang mana alat ini dimasukkan sepanjang uretra untuk
memeriksa kandung kemih dan traktus urinarius untuk melihat adanya
suatu abnormalitas struktural atau obstruksi, seperti tumor atau batu.
Contoh jaringan kandung kemih (biopsi) dapat diambil melalui sistoskop
untuk kemudian diperiksa dengan menggunakaan mikroskop.
3. Intavenous pyelogram (IVP)
Pemeriksaan ini berguna untuk memeriksa ginjal, ureter, dan kandung
kemih, mendeteksi adanya tumor, abnormalitas, batu, dan mengetahui
obstrusi lainnya. Pemeriksaan IVP dapat mendeteksi adanya tumor buli
berupa filling deffect. Didapatkannya hidroureter atau hidronefrosis
merupakan salah satu tanda adanya infiltrasi tumor ke ureter atau muara
ureter.
4. Laboratorium
Laboratorium yang dapat digunakan anatara lain darah rutin, kimia darah,
urin mikroskopis dan deteksi bakteri di dalam urin. Selain itu dapat pula
dilakukan pemeriksaan sitologi urin, yaitu pemeriksaan sel-sel urotelium
yang terlepas bersama urin.
5. USG, berguna untuk menentukan letak dan sifat massa ginjal dan prostat
(padat atau kista), adanya batu atau lebarnya lumen pyelum, penyakit
kistik, hidronefrosis, atau urolitiasis ureter, kandung kemih dan uretra,
bekuan darah pada buli-buli/pielum, dan untuk mengetahui adanya
metastasis tumor di hepar. Ultrasonografi dari saluran kemih sangat
berguna pada pasien dengan hematuria berat, nyeri abdomen, nyeri
pinggang, atau trauma. Jika hasil penelitian awal ini tetap normal,
disarankan dilakukan pemeriksaan kreatinin dan elektrolit serum.
6. Pemeriksaan endoskopi uretra dan kandung kemih memberikan gambaran
jelas dan kesempatan untuk mengadakan biopsy.
7. Intervenous Urography (IVU)
Pemeriksaan ini menggunakan cahay X-Ray melalui injeksi IV, dan
dimasukkan ke dalam ginjal dan ureter. Pemeriksaan ini dapat
mendeskripsikan dan mendeteksi adanya batu pada ginjal dan lesi pada
ureter.
8. KUB X-Ray
Pemeriksaan ini dapat mendeteksi adanya batu pada saluran perkemihan
terutama dilakukan pada pasien mudayang memiliki resiko terjadinya
tumor ureter. Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi terjadinya hematuria
atau perdarahan yang terjadi di glomerulus.
9. CT-Scan
Pemeriksaan ini efektif digunakan untuk memeriksa adanya gangguan
pada saluran kemih bagian atas.
10. MRI
Pemeriksaan ini digunakan untuk mengevaluasi terjadinya hematuria.
(Bruce, 2008)

2.8 Penatalaksanaan
Saat terjadi gumpalan pada urin yang menimbulkan retensi maka perlu
dilakukan kateterisasi dan bilasan buli dengan memakai cairan garam
fisiologis. Jika gagal maka sebaiknya pasien dirujuk untuk ditangani lebih
lanjut dengan evakuasi bekuan darah dan menghentikan sumber pendarahan.
Jika pendarahan sampai menyebabkan anemia maka perlu difikirkan untuk
tranfusi darah. Jika terjadi infeksi maka harus diberikan antibiotic. Setelah
gejala hematuria di tangani selanjutnya dicari penyebab primernya.
Tidak ada pengobatan spesifik untuk hematuria. Pengobatannya
tergantung pada penyebabnya:
1. Infeksi saluran kemih, bisanya diatasi dengan antibiotic
2. Batu ginjal, dengan banyak minum. Jika batu tetap tidak keluar, dapat
dilakukan ESWL atau pembedahan.
3. Pembesaran prostat, diatasi dengan obat-obatan atau pembedahan.
4. Kanker, dilakukan pembedahan, untuk mengangkat jaringan kanker, atau
kemoterapi.
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
a. Identitas
Pasien yang beresiko tinggi penyakit urologi, seperti pada usia lanjut,
memiliki prevelensi hematuria yang tinggi. Penyakit urologi pada pasien–
pasien ini bervariasi yang berhubungan dengan factor resiko anatara lain :
1. Usia > 40 tahun
2. Pria
3. Riwayat merokok
b. Keluhan utama
1. Nyerti pada flank area (diantara iga dan panggul), punggung, perut
bawah, atau kemaluan nyeri atau rasa panas saat berkemih
2. Demam
3. Mual muntah
4. Berat badan menurun
5. Sering berkemih
6. Anyang–ayangan
7. Sensasi terbakar pada saat buang air kecil
8. Urine berwarna kelabu oleh adanya nanah dalam urine
9. Riwayat penyakit sebelumnya
Adanya riwayat penyakit sebelumnya yang berhubungan dengan
keadaan penyakit sekarang perlu ditanyakan. Diabetes Mellitus,
Hipertensi, PPOM, Jantung koroner, dan ketahui pula adanya riwayat
penyakit saluran kencing dan pembedahan terdahulu.
10. Riwayat kesehatan lingkungan
Riwayat kesehatan lingkungan meliputi riwayat penyakit pada anggota
keluarga yang sifatnya menurun seperti : hipertensi, DM, asma.
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
2. Resiko syok (hipovolemik)
3. Ketidakefektivan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi

3.3 Intervensi Keperawatan


1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x 24 jam rasa
nyeri berkurang dan pasien dapat mengontrol terjadinya nyeri
Kriteria Hasil:
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri)
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri
c. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Intervensi:

a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,


karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan factor prepitasi
b. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
c. Tingkatkan istirahat
d. Ajarkan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
e. Kolaborasikan pemberian obat analgesic

2. Resiko syok
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x 24 jam pasien
tidak mengalami pendarahan
Kriteria Hasil:
a. Nadi, irama jantung, frekuensi nafas, dan irama pernapasan dalam
batas yang diharapkan
b. Natrium serum, kalium serum, klorida serum, kalsium serum,
magnesium serum dalam batas normal
c. pH darah serum balam batas normal
Intervensi:

a. Pantau hasil lab: Hb, Ht, AGD dan elektrolit


b. Monitor TTV
c. Monitor tanda awal syok
d. Monitor fungsi neurologis
e. Monitor fungsi renal
BAB III
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hematuria adalah istilah klinis yang digunakan untuk menjelaskan 
adanya darah, khususnya sel darah merah, dalam urin. Adanya darah dalam
urin  ini bisa saja tidak kasat mata dan hanya terlihat di bawah mikroskop atau
atau juga mungkin darah dalam urin akan terlihat dalam jumlah yang cukup
dengan mata telanjang, hematuria merupakan tanda bahwa ada sesuatu yang
menyebabkan perdarahan abnormal pada saluran urogenital pasien. Sumber
perdarahan bisa terjadi di mana saja di sepanjang saluran ini: ginjal, ureter
(tabung yang berjalan dari ginjal ke kandung kemih), kelenjar prostat,
kandung kemih atau uretra. Penyebab terjadinya hematuria ini yaitu: adanya
infeksi, tumor jinak atau tumor ganas, kelainan bawaan sistem urogenitalia,
trauma yang mencederai sistem urogenitalia,batu saluran kemih, kelainan
pembekuan darah, penggunaan antikoagulan.

4.2 Saran
Mengenai makalah yang kami susun, bila ada kesalahan maupun
ketidaklengkapan materi batu ginjal kami memohon maaf. Kamipun sadar bahwa
makalah yang kami buat tidaklah sempurna. Oleh karena itu, kami mengharap
kritik dan saran yang membangun.
DAFTAR PUSTAKA

Bruce, Turner. 2008. Haematuria: Causes and Management. Nursing Standard


Purnomo, Basuki B. 2011. Dasar-Dasar Urologi. Jakarta: Sagung Seto
Setyohadi, Bambang (dkk). 2006. Ilmu Penyakit Dalam Edisi 4. Jakarta: EGC
Silvia and Wilson. 2006. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta: EGC.
Sjamsuhidayat, R. 2004. Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula.Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai