Anda di halaman 1dari 25

STASE KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN KRITIS

LAPORAN KASUS KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SYOK HYPOVOLEMIA DI IGD

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi Ners


Stase Keperawatan Gawat Darurat

Disusun oleh:

1. Ahmad Fauzi : 203203101


2. Oktavia Yudhaningtyas : 203203091
3. Novita Wawoina : 203203106
4. Younita Parandan : 203203112

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


ANGKATAN XVI
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA 2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SYOK HYPOVOLEMIA DI IGD

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi Ners


Stase Keperawatan Gawat Darurat

Telah disetujui pada


Hari :
Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(................................................) (...............................................)

i
Daftar Isi
LEMBAR PENGESAHAN i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar belakang1
B. Tujuan 2
BAB II TINJAUAN TEORI 3
A. Konsep Penyakit 3
B. Etiologi 3
C. Klasifikasi 3
D. Tanda & Gejala 4
E. Pengkajian Primer 4
F. Pengkajian Sekunder 4
G. Penatalaksanaan Medis 5
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 6
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 15
DAFTAR PUSTAKA 16

ii
iii
BAB I

1
2

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Triase IGD adalah proses penentuan atau seleksi pasien yang
diprioritaskan untuk mendapat penanganan terlebih dahulu di ruang
instalasi gawat darurat (IGD) (Menerez, 2015). Proses penentuan ini
dilakukan untuk mendapatkan urutan penanganan sesuai tingkat
kegawatdaruratan pasien, seperti kondisi cedera ringan, cedera berat
yang bisa mengancam nyawa dalam hitungan menit dan jam atau sudah
meninggal (Menerez, 2015).
Dalam sistem triase IGD, ada 4 kategori warna. Empat kategori
warna tersebut memiliki arti masing-masing yang disesuaikan dengan
kondisi pasien (Menerez, 2015).
Penelitian pengaruh moilisasi progresif terhadap tekanan darah dan
saturasi oksigen pasien kritis dengan penurunan kesadaran menunjukkan hasil
yang signifikan dimana tekanan darah didapatkan nilai p-value sebesar 0,024
(sistol) dan 0,002 (diastol, sedangkan saturasi oksigen didapatkan nilai p-value
0,000. Kondisi tersebutterjadi oleh karena adanyamekanisme kompensasi
terhadap adanya aktivitas yang dapat memberikanrangsangan simpatis
untuk meningkatkan fungsi organ kardiorespirasi gunamencukupi
kebutuhan oksigenasi (curah jantung) dan perfusijaringan(Hartoyo, dkk,
2017).Penelitian lain terkait pengaruh pemberian posisi terhadap nilai
tidalvolume menunjukan hasil posisi mempengaruhi nilai tidal volume pada
pasienterpasang ventilasi mekanik terutama dengan mode CPAP
(ContinuousPositive Airway Pressure). Nilai tidal volume pada posisi HOB
(Head of Bed)elevation 300 menunjukan nilai lebih baik dibandingkan posisi
lateral (BudiRustandi dkk, 2014).
Berdasarkan uraian diatas maka kami tertarik untuk memlih dan
mengangkat jurnal ini untuk dipaparkan lebih lanjut (dipresentasikan) dengan
judul “Pengaruh Moilisasi Progresif Level 1 Terhadap Tekanan Darah Dan
Saturasi Oksigen Pasien Kritis Dengan Penurunan Kesadaran”.
3

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Mampu memahami asuhan keperawatan pasien kritis
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan dengan baik
b. Mahasiswa mampu memilih diagnosa sesuai analisa data yang sudah di
klasifikasikan menggunakan refrensi NANDA 2018-2020.
c. Mahasiswa mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada klien
dengan diagnosa syok hypovolemia menggunakan refrensi NOC dan
NIC.
4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Penyakit
Syok hypovolemia adalah kondisi gawat darurat yang disebabkan oleh
hilangnya darah dan cairan tubuh dalam jumlah yang besar, sehingga jantung
tidak dapat memompa cukup darah ke seluruh tubuh. Syok hypovolemia harus
segera ditangani untuk mencegah kerusakan organ dan jaringan Ester M. (2018)
Syok hipovolemia sering kali disebabkan oleh perdarahan dan dehidrasi
berat. Syok hipovolemia akan ditandai dengan penurunan tekanan darah,
penurunan suhu tubuh dan denyut nadi yang cepat tetapi lemah (Ananda Putra, R.
2018)

B. Etiologi
1. Luka robek
2. Patah tulang
3. Pecah atau rupturenya kehamilan ektopik
4. Solusio plasenta
5. Cedera yang merusak organ, seperti hati, limpa atau ginjal
6. Perdarahan Ananda Putra, R. (2018)

C. Klasifikasi
1. Perdarahan tingkat 1
Darah hilang <750, Nadi <100, TD Normal, Respirasi 14-20, Urine
>30, kesadaran agak gelisah
2. Perdarahan tingkat 2
Darah hilang 750-1500, Nadi >100, TD Normal, Respirasi 20-30,
Urine 20-30, kesadaran gelisah
3. Perdarahan tingkat 3

5
6

Darah hilang 1500-2000, Nadi <120, TD Turun, Respirasi 30-40,


Urine >30, kesadaran gelisah dan bingung
4. Perdarahan tingkat 4
Darah hilang >2000, Nadi <140, TD Turun, Respirasi <35, Urine
tidak ada, kesadaran latergi Ester M. (2018)

D. Tanda & Gejala


1. Lemas
2. Hipotensi
3. Akral (ujung jari tangan atau telapak kaki) dingin
4. nafas cepat
5. pucat
6. cemas, bingung atau gelisah
7. penurunan kesadaran
8. jantung berdebar-debar Ester M. (2018)

E. Pengkajian Primer
a. Airway
a. Tidak erdapat secret di jalan nafas
b. Bunyi nafas normal vesikuler
b. Breathing
a. Tidak ada penggunaan otot asesoris pernafasan
b. Tidak ada kesulitan bernafas: lapar udara, diaforesis, dan sianoasis
c. Pernafasan memakai alat Bantu nafas
c. Circulation
a. Sakit kepala
b. Gangguan tingkat kesadaran: gelisah, mengantuk, gangguan mental
(ansietas, cemas)
F. Pengkajian Sekunder
Pemeriksaan fisik untuk mengetahui perubahan klinis yang terjadi :
penimbunan skret, kolaps paru, komplikasi lain.
7

Lakukan dengan : inspeksi dan palpasi ( nafas cepat ), auskultasi ( vesikuler


atau ada suara lain seperti krekels / rales, mengi / ronki, atau friction rubs.
SUBYEKTIF
1. Riwayat penyakit / factor pencetus
2. Gejala syok hypovolemia
OBYEKTIF
1. Tanda dan gejala respiratory distress, hypoksemia, hypoksia, hyperkapnu
2. Analisa gas darah
3. Foto thorax
Diagnostik :
1. Endoskopi
2. Tes darah lengkap
3. Rongten Heather H.T. (2018)

G. Penatalaksanaan Medis
1. Menentukan deficit cairan
2. Mengatasi syok dengan cairan kristaloid (RL atau NaCl 0,9%) 20
ml/kgBB dalam 30-60 menit
3. Pemberian epinephrine
4. Pemberian dobutamine Heather H.T. (2018)
G. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
a. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif
b. Resiko syok (hipovolemik) b/d penurunan aliran darah ke jaringan ditandai
dengan hipoksia dan hipotensi
c. Ketidakefeltifan perfusi jaringan perifer b/d penurunan perfusi darah ke
perifer
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SYOK HYPOVOLEMIA


DI RUANG IGD

1. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama Klien : Tn A
No. RM : 059xxx
Umur : 26 tahun
Jenis Kelamin :L
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Alamat : Bantul
Status perkawinan : Menikah
Diagnosa Medis : Syok Hipovolemik
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Tanggal masuk RS: 30 November 2021
Tanggal pengkajian : 30 November 2021, 08:00 WIB
B. PENGKAJIAN PRIMER
b. Airway (status jalan nafas)
Terpasang NRM 10/L/m, tidak ada sumbatan jalan nafas
c. Breathing (status Pernafasan)
Sesak nafas, frekuensi pernafasan 28 x/menit SpO2 95%
d. Circulation (Status sirkulasi)
Tekanan darah 137/87 mmHg, suhu 35,2oC, HR : 106x/menit, akral dingin
e. Disability
Kesadaran apatis, GCS 12 (E3 M5 V4). Terdapat reaksi cahaya pada pupil mata
kanan dan mata kiri. Post ORIF H3, Fraktur Cruris sinistra
f. Eksposure
Luka post OP orif H3 setelah keluar dari Rumah sakit
C. PENGKAJIAN SEKUNDER
a. Riwayat kesehatan

8
9

Data diperoleh dari klien dan keluarga


1) Keluhan utama
Klien mengatakan saat ini merasa sesak nafas
2) Riwayat keperawatan sekarang
Keluarga pasien mengatakan ia mengalami kecelakaan pada hari 8 hari lau
kemudian di Bantul kemudian dibawa ke RS menjalani operasi ORIF Fr.
Cruris sinistra. Pada hari Selasa 30 November 2021, klien mengalami sesak
napas dan penurunan kesadaran
3) Riwayat Keperawatan Dahulu
Klien mengatakan pernah mengalami kecelakaan sebelumnya dan diamputasi
digiti ke 5 pada tahun 2021
4) Riwayat keperawatan keluarga
Keluarga klien mengatakan bahwa tidak ada yang menderita penyakit jantung,
diabetes melitus, HIV, TBC dan hipertensi maupun penyakit kronis lain.
D. PENGKAJIAN POLA FUNGSI
1. Manajemen Kesehatan
Klien dan keluarga menganggap bahwa kesehatan adalah hal yang sangat
penting, sehingga apabila ada anggota keluarga yang sakit langsung dibawa ke
pusat pelayanan kesehatan terdekat.
2. Cairan dan elektrolit
Pada saat sakit pasien minum minuman yang disediakan oleh RS setiap harinya,
yaitu minum sebanyak 3x sehari dengan porsi masing masing 200cc. kemudian
klien juga mendapatkan terapi cairan berupa RL 60 cc/jam
3. Nutrisi
Klien makan makanan yang disediakan oleh RS, hanya makan ¼ porsi yang
disediakan RS. Diit lunak 3x/hari
4. Eliminasi
Pasien menggunakan kateter dengan jumlah urine saat dikaji sebanyak
1000ml/7 jam dengan aaroma khas, warna kuning
5. Pola persepsi dan sensori
Pasien hanya bekerja sebagai karyawan bangunan. Saat sakit pasien tidak
bekerja karena kondisinya saat ini tidak memungkinkan sehingga pasien
merasa ingin sembuh agar dapat melakukan semua kegiatan kegiatan keseharian
dan mencari nafkah untuk keluarganya.
10

6. Aktivitas dan latihan


Semua ADL klien dipenuhi dan dibantu oleh keluarga saat dirumah dan
dirumah sakit
7. Konsep diri
Identitas diri : klien adalah seorang laki laki berusia 26 tahun dan bersatu
menikah
Ideal diri : klien mengatakan ingin segera cepat sembuh agara bisa
mencaari nafkah kembali untuk keluarganya dan agar bisa menjalankan
aktivitas seperti biasanya.
Gambaran diri : klien mengatakan seluruh anggota tubuh adalah penting jadi
ketika sakit makan akan mempengaruhi pola aktivitas yang telah dijalaninya
selama ini
Peran : klien mengatakan seorang suami dari seorang istri yang sedang
hamil 7 bulan dan ia bertanggung jawab sebagai kepala keluarga
8. Pola hubungan sosial
Klien mengatakan rumah tangga dengan istrinya harmonis, di rumah dengan
keluarga baik dengan tetangga serta kerabat keluarga yang lain pun baik
9. Pola seksualitas dan reproduksi
Status pasien adalah seorang laki laki sebagai pasangan usia subur.
10. Nilai dan keyakinan
Klien beragam islam dan biasanya saat sebelum sakit klien melakukan ibadah
sholat lima waktu. Pada saat ini di RS klien melakukan ibadah dengan berdoa di
atas tempat tidur.
E. PENGKAJIAN FISIK
1. Sistem Pernafasan
Bentuk dada simetris, klien tidak batuk, pernafasan dangkal dan cepat, klien
dapat bernafas dengan spontan. Suara nafas vesikuler dan klien menggunakan
nonrebreathing mask dengan aliran oksigen 10 tpm. RR klien saat dikaji sebesar
26x/menit.
2. Sistem Kardiovaskular
TD 137/87 mmHg, Suhu 36,3oC, HR : 59x/menit, akral hangat, ICS tampak,
dan tidak ditemukan suara bising jantung.
3. Sistem Penginderaan
11

Klien tidak mengalami gangguan pengideraan baik penglihatan, pendengaran,


penghidung, pengecapan maupun perabaan
4. Sitem Perkemihan
Klien menggunakan kateter, saat dikaji tertampang 1000cc urin. Urin berwarna
kuning dan berbau khas.
5. Sistem Percernaan
Tidak ada keluhan pada saluran pencernaan. Terdapat nyeri tekan pada
abdomen, tidak ada distensi, terdapat jejas pada permukaan luar abdomen.
6. Sistem Musculoskeletal
Fraktur cruris sinistra, dislokasi manus sinistra. Skala kekuataan otot eksremitas
atas dan bawah dextra sinistra 4, klien bedrest. Klien dibuntu saat mandi,
makan, berpakaina, dan toileting.
7. Sistem Integument
Terdapat jejas pada permukaan kulit di ekstremitas atas dan bawah serta pada
permukaan abdomen CRT < 2 detik.
8. Sistem Reproduksi
Klien merupakan seorang laki laki berusia 21 tahun
9. Sistem Endokrin
Klien tidak memiliki alergi tertentu. Klien tidak mengalami penyakit gangguan
endokrin seperti diabetes mellitus.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Hasil pemeriksaan laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 6,9 g/dl 13.2 -17.3
Leukosit 10,5 x10^3/uL 4.0 – 11
Trombosit 265 x10^3/uL 150 – 450
Hematokrit 37 % 40 – 52
Eritrosit 3,9 x10^3/uL 4.4 – 5.9
MCV 77 fL 80 – 100
MCH 23 Pg 26 – 34
MCHC 30 g/dl 31 – 36
Eosinofil 1 % 0–5
12

Basofil 0 % 0–1
Netrofil 71 % 50 – 70
Limfosit 26 % 25 – 40
Monosit 3 % 2–8
Gol. Darah 0 %
Rhesus Positif
KIMIA KLINIK
GDS 144 mg/dl 70 - 150
Ureum 27 mg/dl 15 – 40
Creatinin 0.7 mg/dl 0,5 – 0,9
CK – MB 22 U/L <25
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
ELEKTROLIT
Na 135 mmol/L 135 – 145
K 3,3 mmol/L 3,5 – 5
CI 95 mmol/L 95 -105
Ca 1,5 mmol/L 1.3 – 2.1
Mg 1,4 mmol/L 1.3 – 2.1

2. Hasil Pemeriksaan radiologi


a. Pemeriksaan foto thorax AP
Kesan :
- Konfigurasi jantung normal
- Corakan bronkovaskular meningkat
- Tampak infiltrasi pada basal paru kanan bertambah luas dan rebal
- Diafragma normal
- Contusion pulmo basal kanan bertambah tebal dan luas

G. PROGRAM TERAPI
1. Ceftriaxone 1gr/12 jam
2. Ketorolac 30mg/12 jam
3. Ranitidine 50 mg/12 jam
4. Metronidazole 500mg/12 jam
5. Vit K 2x 1 ampul (10 mg)
6. Asam traneksamat 500mg/8 jam
7. Dexamethasone 0,5 mg premed
8. Methyl prednisolone 125 mg/8jam
9. Meropenem 500mg/8jam
10. RL 60 cc/jam
13

H. ANALISA DATA
No Data focus Etiologi Masalah
1 Ds : klien mengatakan sesak napas Penurunan Pola nafas tidak
Do : ekspansi paru efektif
TD: 80/50 mmHg
MAP: 60
RR : 28x/menit
HR: 59
SaO2 : 99%
Terpasang NRM 8L/m

2 Ds : klien mengatakan merasa Penurunan aliran Ketidakefektifan


pusing darah perifer perfusi jaringan
Do : perifer
TD: 80/50 mmHg
MAP: 60
RR : 28x/menit
HR: 59
SaO2 : 99%
Terpasang NRM 8L/m
3 Ds: klien mengatakan tubuh terasa Kehilangan cairan Kekurangan
lemas yang mutlak volume cairan
Do:
a. Pasen tampak lemas
b. Mukosa mulut tampak
kering
c. Hb 6,9 gr/dl
d. Leukosit 10,5 x103/uL
14

e. Hematokrit 37 %
f. Eritrosit 3.9 x103/uL
g. GDS 144
h. Na 135
i. CI 95
j. Ca 1,5
k. Mg 1,4
TD: 80/50 mmHg
MAP: 60
RR : 28x/menit
HR: 59
SaO2 : 99%
Terpasang NRM 8L/m
4 Ds : Tindakan invasif Resiko infeksi
- Pasien mengatakan luka
masih basah.
- Pasien mengatakan ada rasa gatal
pada daerah luka.
Do :
Luka pasien masih terlihat
basah dan terlihat sedikit
ada cairan eksudat pada
luka, warna putih kuning.
luka kemerahan, luka tidak
berbau dan tidak ada
pembengkan disekitar luka.
- Hasil labor pasien
didapatkan leukosit
10,5/mm3

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif b/d penurunan ekspansi paru
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d penurunan aliran darah perifer
3. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan yang mutlak
15

4. Resiko infeksi b/d Tindakan invasif


J. INTERVENSI
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan Airway Management
b/d penurunan tindakan keperawatan 1. Monitor TTV
ekspansi paru selama 2x24 jam 2. Posisikan pasien
diharapkan pola nafas untuk
klien kembali efektif memamksimalka
dengan kriteria : n ventilasi
1. Status respirasi 3. Catat pergerakan
dalam batas dada dan adanya
normal retraksi
2. Klien 4. Monitor pola
tidakmengeluh nafas
sesak napas 5. Berikan alat
3. Tidak ada tanda bantu pernafasan
dan gejala
sianosis
2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan Fluid Managemenr
perfusi jaringan perifer tindakan keperawatan 1. Mo nitor TTV
b/d penurunan aliran selam 2x24 jam 2. Gunakan Prinsip
darah perifer diharapkan aliran aspetik untuk
perfusi jaringan perifer kontak dengan
klien efektif yang pasien
ditandai dengan 3. Monitor adanya
1. Tekanan sistol tromboplebitis
dan diastole 4. Batasi gerakan
dalam rentang pada ekstremitas
yang 5. Kolaborasi
diharapkan pemberian obat
2. Mampu
menunjukkan
konsentrasi
16

3. Tidak ada
ortostatik
hipertensis
3 Kekurangan volume Setelah dilakukan Hipolovemia
cairan b/d kehilangan tindakan keperawatan Management
cairan yang mutlak selama 1x2 jam 1. Mengevaluasi
diharapkan volume tanda vital
cairan klien seimbang 2. Evaluasi
dengan kriteria hasil : kebutuhan cairan
1. Balance cairan 3. Evaluasi
baik kebutuhan nutrisi
2. TTV normal 4. Penuhi kebutuhan
3. Tidak ada tanda cairan dan
tanda dehidrasi elektrolit
4. Elastisitas 5. Tingkatkan
turgor baik, asupan nutrisi
mukosa lembab pasien
6. Kolaborasi
pemberian obat
4 Resiko infeksi b/d Setelah dilakukan Infection control
Tindakan invasif tindakan keperawatan ( control infeksi)
selama 1x2 jam 1. Monitor tanda dan
diharapkan volume gejala infeksi
cairan klien seimbang sistemik dan lokal
dengan kriteria hasil : 2. Monitor kerentanan
terhadap infeks
Immune status 3. Berikan perawatan
kulit pada daerah
a. Klien bebas dari epidema
tanda dan gejala 4. Cuci tangan setiap
infeksi sebelum dan setelah
b. Mendeskripsikan melakukan tindakan
proses penularan 5. Gunakan baju,
penyakit sarung tangan
17

c. Menunjukkan sebagai alat


kemampuan untuk pelindung
mencegah 6. Pertahankan
timbulnya infeksi lingkungan aseptik
d. Jumlah leukosit selama pemasangan
dalam batas normal alat
e. Menunjukkan 7. Ganti letak IV
perilaku hidup sehat perifer dan line
sentral dan dressing
sesuai dengan
petunjuk umum
8. Dorong masukan
nutrisi yang cukup
9. Dorong istirahat
10. Ajarkan cara
menghindari infeksi
11. Berikan terapi
antibiotik bila perlu

K. IMPLEMENTASI/EVALUASI
Tgl/jam Dx Implementasi Evaluasi TTD
Kep
30/11/2021 1 Airway Management S : klien kelompok
jam 13.45 1. Memonitor TTV mengatakan sesak
2. Memposisikan pasien nafas berkurang
untuk O : SaO2 : 100%,
memamksimalkan TD 89/63mmHg,
ventilasi MAP: 70, N :
3. Mencatat pergerakan 64x/menit, RR :
dada dan adanya 20x/menit, S : 37oC
retraksi Terpasang nasal
4. Memonitor pola nafas kanul oksigen 4L/m
18

5. Memberikan alat A : masalah teratasi


bantu pernafasan sebagian
P : lanjutkan
intervensi
30/11/2021 2 Fluid Managemenr S : klienmengatakan kelompok
jam 13.45 1. Memonitor TTV sudah tidak pusing
2. Menggunakan O : CRT 2x, tak
Prinsip aspetik tampak adanya
untuk kontak sianosis, TD 89/63
dengan pasien mmHg, MAP: 70, N
3. Memonitor adanya : 64x/emnit, RR :
tromboplebitis 20x/menit, S : 37C
4. Membatasi gerakan A : masalah teratasi
pada ekstremitas sebagian
5. Berkolaborasi P : Lanjutkan
pemberian obat intervensi
30/11/2021 3 Hipolovemia Management S: klien mengatakan kelompok
jam 13.45 1. Mengevaluasi tubuh terasa lebih
tanda vital baik
2. Mengevaluasi O:
kebutuhan cairan a. Terapi PRC
3. Mengevaluasi 2 kolf dan
kebutuhan nutrisi WB 2 kolf
4. Memenuhi telah
kebutuhan cairan diberikan
dan elektrolit b. Asupan
5. Meningkatkan makan
asupan nutrisi meningkat
pasien c. Balance
6. Berkolaborasi 115
pemberian obat d. Turgor baik
mukosa
lembab
A: masalah teratasi
19

sebagian
P: lanjutkan
intervensi
30/11/2021 4 Infection control ( control S : klien kelompok
jam 13.45 infeksi) mengatakan luka
1. Monitor tanda dan sedikit lebih
gejala infeksi nyaman, rasa gatal
sistemik dan lokal berkurang
2. Monitor kerentanan O : luka tampak
terhadap infeks bersih, perban
3. Memberikan tampak rapi,
perawatan A : masalah teratasi
kulit/luka pada sebagian
daerah P : Lanjutkan
epidema dengan intervensi
teknik aseptik
4. Anjurkan masukan
nutrisi yang cukup
dan istirahat
5. Mengajarkan cara
menghindari infeksi
6. Memberikan terapi
antibiotik, injeksi
cefttriaxone melalui
IV
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Terapi koplementer mobilisasi progresif berpengaruh terhadap
peningkatan tekanan darah, saturasi oksigen dan menurunkan masalah
edema pada pasien yang di bed rest
2. Terapi koplementer mobilisasi progresih menigkatkan rasa nyaman pada
pasien
B. SARAN
1. Diharapkan perawat diruang IGD dapat menerapkan teknik mobilisasi
progresif untuk meminimalisir masalah yang timbul pada pasien sebelum
klien dipindah di bangsal atau pulang.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ananda Putra, R. (2018) Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Congestive


Heart Failure (CHF) Di Bangsal JAntung RSUP Dr.Djamil Padang..
Ester M. 2018 .Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi NANDA2018-
2020.Jakarta : EGC
Diana Hestings. RGN RCNT.2011, The Machmillan Guide to home Nursing
London, Machmillan London LTD. Ahli bahasa : Prilian Pranajaya, 1980
editor lilian juwono Jakarta, Arcan.
Gallagher, J. J. (2011). Intraabdominal Hypertension.Aacn Advanced Critical
Care, 21(2), 205-217.
Guyton, Arthur C. (2013). Fisiologi Manusia dan Mekanisme Panyakit, Edisi 3,
Jakarta: EGC
Heather H.T. 2018 .NANDA International Nursing diagnoses and classification
2018-2020. Jakarta: EGC Silbernagl, S. and Lang F.,2012.Teks& Atlas
Berwarna Patofisiologi.Jakarta : EGC.
Udjianti, Wajan J. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba medika

21

Anda mungkin juga menyukai