Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

SYOK HIPOVOLEMIK

Disusun Oleh:

Dinda Firdaus (2110095)

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS HUSADA

JAKARTA

2024
A. Pengertian
Syok adalah suatu syndrome klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik
dan metabolik yang ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk
mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital tubuh (Sudoyo & Aru,
2006).
Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimanah terjadi
kehilangan cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan multiorgan. Syok
hipovolemik juga dapat terbagi berdasarkan penyebabnya, yaitu karena adanya
perdarahan yang disebut juga syok hemoragic dan karena adanya kehilangan cairan
tubuh atau non hemoragi (Hidayatulloh et al., 2016).
Syok hipovolemik mengacu pada suatu kondisi dimanah darah, plasma, atau
kehilangan cairan yang menyebabkan penurunan sirkulasi darah dan kardiak output.
Hal ini menyebabkan kegagalan multiorgan karena perfusi jaringan yang tidak
adekuat (Munro, 2015).
Syok hipovolemik adalah hilangnya volume dapat menurunkan preload yang
menyebabkan penurunan curah jantung, tekanan darah serta gangguan perfusi jaringan
(Saputra et al., 2021).
Berdasarkan definisi dari beberapa ahli diatasi dapat disimpulkan bahwa syok
hipovolemik adalah suatu kondisi di mana terjadi kehilangan darah atau cairan tubuh
yang menyebabkan terjadinya penurunan curah jantung, tekanan darah serta perfusi
jaringan yang dapat menyebabkan kegagalan multiorgan.

B. Etiologi
Menurut Standl et al. (2018) penyebab dari syok hipovolemi dibagi dalam 4 bagian,
yaitu:
a. Syok hemoragik, dikarenakan adanya perdarahan akut tanpa terjadi cedera pada
jaringan lunak.
b. Syok hemoragik traumatik, dikarenakan adanya perdarahan akut yang disertai
cedera pada jaringan lunak ditambah dengan adanya pelepasan aktivasi sistem
imun.
c. Syok hipovolemik karena kurangnya sirkulasi plasma darah secara kritis tanpa
adanya perdarahan.
d. Syok hipovolemik traumatik, karena kurangnya sirkulasi plasma darah secara
kritis tanpa adanya perdarahan, terjadi cedera pada jaringan lunak serta adanya
pelepasan aktivasi sistem imun.

C. Manifestasi Klinik
Menurut Pardede (2017), manifestasi syok hipovolemik yaitu:

a. Kulit memucat dan dingin karena pembuluh darah kulit tertutup.

b. Denyut nadi cepat karena jantung berusaha mempertahankan peredaran darah.


c. Denyut nadi lemah karena jantung tidak dapat memompa dengan kuat.
d. Pusing dan lemah karena darah ke otak dan otot berkurang.

e. Oliguri-anuria: produksi urine umumnya akan berkurang pada syok


hipovolemik.
f. Hipotensi karena tekanan darah adalah produk resistensi pembuluh darah
sistemik dan curah jantung, vasokontriksi perifer adalah faktor yang esensial
dalam mempertahankan tekanan darah. Autoregulasi aliran darah otak dapat
dipertahankan selama tekanan arteri turun tidak di bawah 70 mmHg.

Menurut (Timby & Smith, 2015) manifestasi klinis dari syok hipovolemik
tidak akan terlihat terkecuali tubuh telah kehilangan darah sekitar 15% atau lebih dari
30% (750ml atau lebih dari 1000ml) manifestasi yang muncul juga berkaitan dengan
berbagi mekanisme kompensasi yang terjadi. Pada awalnya, manifestasi klinis yang
muncul adalah takikardia dan penurunan tekanan darah hingga kurang dari 90/40
mmHg. Selain itu, pasien akan terlihat cemas, gelisah, akral dingin, pengisian kapiler
juga tertunda, output kurang dari 10ml/jam, serta terjadi peningkatan pada laju
pernapasan (Bastian, 2019).

D. Komplikasi
Menurut Danusantoso, (2016) komplikasi syok hipovolemik yaitu:
a. Kegagalan multi organ akibat penurunan aliran darah dan hipoksia jaringan
yang berkepanjangan.
b. Sindrom distres pernapasan dewasa akibat destruksi pertemuan alveolus
kapiler karena hipoksia.
c. Koagulasi intravaskuler disseminate akibat hipoksia dan kematian jaringan
yang luas sehingga terjadi pengaktifan berlebihan jenjang koagulasi.
d. Hipoksia cerebral.
e. Gagal ginjal akut.

E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan syok hipovolemik meliputi mengembalikan tanda tanda vital
dan hemodinamik kepada kondisi dalam batas normal. Selanjutnya kondisi tersebut
dipertahankan dan dijaga agar tetap pada kondisi satabil. Penatalaksanaan syok
hipovolemik tersebut yang utama terapi cairan sebagai pengganti cairan tubuh atau
darah yang hilang (Kolecki and Menckhoff, 2016).
Menurut (Dewi & Rahayu, 2010) Penatalaksanaan pada syok hipovolemik
adalah sebagai berikut:
a. Mempertahankan suhu tubuh dengan memakaikan selimut pada penderita untuk
mencegah kedinginan dan mencegah kehilangan panas. Jangan sekali-kali
memanaskan tubuh penderita karena akan sangat berbahaya. b. Pemberian Cairan
1) Penderita hanya boleh minum bila penderita sadar betul dan tidak ada indikasi
kontra. Pemberian minum harus dihentikan bila penderita menjadi mual atau
muntah.
2) Cairan intravena seperti larutan isotonik kristaloid merupakan pilihan pertama
dalam melakukan resusitasi cairan untuk mengembalikan volume
intravaskuler, volume interstitial, dan intra sel. Cairan plasma atau pengganti
plasma berguna untuk meningkatkan tekanan onkotik intravaskuler.

3) Pada syok hipovolemik, jumlah cairan yang diberikan harus seimbang dengan
jumlah cairan yang hilang. Sedapat mungkin diberikan jenis cairan yang sama
dengan cairan yang hilang, darah pada perdarahan, plasma pada luka bakar.
Kehilangan air harus diganti dengan larutan hipotonik. Kehilangan cairan
berupa air dan elektrolit harus diganti dengan larutan isotonik. Penggantian
volume intra vaskuler dengan cairan kristaloid memerlukan volume 3–4 kali
volume perdarahan yang hilang, sedang bila menggunakan larutan koloid
memerlukan jumlah yang sama dengan jumlah perdarahan yang hilang. Telah
diketahui bahwa transfusi eritrosit konsentrat yang dikombinasi dengan larutan
Ringer Laktat (RL) sama efektifnya dengan darah lengkap.
4) Pemantauan tekanan vena central penting untuk mencegah pemberian cairan
yang berlebihan.
c. Monitor tekanan darah
Pada pasien dengan syok hemoragik, tekanan darah sistol dipertahankan >70
mmHg dengan MAP >65 mmHg.
d. Mengukur CVP (Central Venous Pressure)
Nilai CVP normal yaitu 5-7 mmHg pada orang dewasa dengan bernapas secara
spontan. Nilai CVP <5 mmHg menandakan pasien mengalaami syok hipovolemik. e.
Pemberian posisi Passive leg raising (PLR)
Merupakan posisi yang rutin digunakan sebagai tatalaksana awal pada
intensive care unit sebelum mendapatkan resusitasi cairan pada pasien hipovolemik
dan hipotensi. Efek hemodinamik yang dihasilkannya bermanfaat sebagai auto
transfusi pada pasien hipovolemik dan hipotensi. Pada manuver ini kedua kaki pasien
diangkat 0 - 90 derajat sehingga aliran darah dari tubuh bagian bawah ke bagian
sentral tubuh akan bertambah, seperti ke otak dan kompartemen sentral tubuh yaitu di
kavitas jantung.
F. Pathway
G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah pertama dalam proses keperawatan dengan
mengadakan kegiatan mengumpulkan data-data atau mendapatkan data yang akurat
dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada (Aziz Alimul
Hidayat, 2021).
a. Identitas
Mengkaji biodata pasien yang berisikan nama klien dan nama penanggung jawab,
umur, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, alamat, golongan darah, pendidikan terakhir,
tanggal masuk RS, agama, status perkawinan, pekerjaan, nomor register, dan diagnosa
medis.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan atau gejala saat awal dilakukan pengkajian yang
menyebabkan pasien berobat (Aziz Alimul Hidayat, 2021). Pasien yang mengalami
syok hipovolemik akan terjadi penurunan kesadaran, lemas, adanya perdarahan aktif,
mual muntah dan diare (Dewi & Rahayu, 2010). c. Pengkajian Primer
Tujuan dari primary survey adalah untuk mengidentifikasi dan memperbaiki dengan
segera masalah yang mengancam kehidupan. Prioritas yang dilakukan pada
primary survey antara lain (Maria Imaculata, 2020):
1) Airway
Penilaian kepatenan jalan nafas, meliputi pemeriksaan mengenai adanya obstruksi
jalan napas, adanya benda asing. Pada klien yang dapat berbicara dapat dianggap jalan
napas bersih. Dilakukan pula pengkajian adanya suara napas tambahan seperti
snoring.
2) Breathing
Penilaian frekuensi jalan napas, apakah ada penggunaan otot bantu pernapasan retraksi
dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi pengembangan paru, auskultasi suara
napas, kaji adanya suara napas tambahan seperti ronchi, wheezing dan kaji adanya
trauma pada dada.
3) Circulation
Pada pengkajian sirkulasi dilakukan pengkajian tentang volume darah dan cardiac
output serta adanya perdarahan. Pengkajian juga meliputi status hemodinamik,
warna kulit, dan nadi.

4) Disability
Nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil. Gejala-gejala syok seperti
kelemahan, penglihatan kabur, dan kebingungan. Nyeri dada, perut, atau
punggung mungkin menunjukkan gangguan pada pembuluh darah.
5) Exposure
Pada pengkajian ini yang dilakukan yaitu menentukan apakah pasien mengalami
cidera tertentu.
d. Pengkajian Sekunder
1) Riwayat penyakit
Menurut (Aziz Alimul Hidayat, 2021) yang perlu dikaji pada riwayat penyakit
diantaranya:
a) Riwayat penyakit terdahulu: catatan tentang penyakit yang pernah dialami pasien
sebelum masuk rumah sakit.
b) Riwayat penyakit sekarang: catatan tentang riwayat penyakit pasien saat dilakukan
pengkajian.
c) Riwayat penyakit keluarga: catatan tentang penyakit keluarga yang berhubungan
dengan penyakit pasien saat ini.
2) Tanda-tanda vital pasien
Pengkajian tanda-tanda vital dilakukan untuk mengetahui kondisi pasien meliputi nadi
(frekuensi, irama, kualitas), tekanan darah, pernafasan (frekuensi, irama, kedalaman
dan pola pernafasan) dan suhu tubuh (Dewi & Rahayu, 2010).
3) Pengkajian fisik
Pada pengkajian fisik menurut (Aziz Alimul Hidayat, 2021) meliputi pemeriksaan
pada :
a) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut dan kulit kepala, adakah pembesaran pada leher,
ada tidaknya nyeri telan, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan
pendengaran, lidah sering terasa tebal, mukosa bibir, gusi mudah bengkak dan
berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh. b)
Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban
dan, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku. c) Sistem
pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada, adakah suara nafas tambahan seperti
ronchi dan wheezing.
d) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis. e)
Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrasi, bising usus,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas. f) Sistem urinary
Poliuri, retensi urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih. g)
Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah, lemah
dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas. h) Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat,
kacau mental, disorientasi, dan kekuatan otot.
H. Diagnosa Keperawatan
1. Hipovolemia

2. Penurunan curang jantung

3. Gangguan pertukaran gas

4. Perfusi perifer tidak efektif

5. Risiko perfusi renal tidak efektif

I. Rencana Keperawatan
J. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Aziz
Alimut Hidayat, 2021).

K. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan
cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai
atau tidak. Menurut Hidayat (2021) evaluasi keperawatan dibagi menjadi: a.
Evaluasi Formatif

Evaluasi formatif merupakan hasil observasi dan analisa perawat terhadap


respon segera pada saat dan setelah dilakukan tindakan keperawatan. b. Evaluasi
Sumatif

Evaluasi Sumatif merupakan rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan


analisa status kesehatan sesuai waktu pada tujuan ditulis pada catatan perkembangan.
DAFTAR PUSTAKA

Ainun Najib Hidayatulloh, M. et al. (2016) pengaruh resusitasi cairan terhadap status
hemodinamik (map), dan status mental (gcs) pada pasien syok hipovolemik di igd rsud
dr. meowardi surakarta, Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan. Available at:
http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/jikk/article/view/37 6
Danusantoso, M. M. (2016). Pengukuran Indeks Syok untuk Deteksi Dini Syok Hipovolemik
pada Anak dengan Takikardia: telaah terhadap perubahan indeks isi sekuncup. Sari
Pediatri, 15(5), 319. https://doi.org/10.14238/sp15.5.2014.319-24.

Dewi, E., & Rahayu, S. (2019). Kegawatdaruratan Syok Hipovolemik.


Jurnal Berita Ilmu Keperawatan, 2, 93–96. https://doi.org/10.23917/bik.v2i2.3799
Fatimah, S., Surur, M. A., A’tourrohman, M., Rohman, A., & Khumaera, F. (2019).
Koagulasi dan Komposisi darah. Fisiologi Hewan, 20(May), 1– 12.
Hidayatulloh, M. A. N., Supriyadi, & Sriningsih, I. (2016). Pengaruh Resusitasi Cairan
Terhadap Status Hemodinamik (Map), Dan Status Mental (Gcs) Pada Pasien Syok
Hipovolemik Di Igd Rsud Dr. Meowardi Surakarta. Jurnal Ilmu Keperawatan
Dan Kebidanan, 8(2), 222–229.
http://182.253.197.100/ejournal/index.php/jikk/article/view/376
Hidayat, A. A. (2021). Proses Keperawatan; Pendekatan NANDA, NIC, NOC dan SDKI -
Google Books. Retrieved from https://www.google.co.id/
books/edition/Proses_Keperawatan_Pendekatan_NANDA_NIC/h3scEA AAQBAJ?
hl=id&gbpv=0.
Munro, R. (2015). Paramedic – Evidence Based Medicine (P - EBP) Program Paramedic –
Evidence Based Medicine (P - EBP) Program. 2–4.
Pardede, S. O., Djer, M. M., Cahyani, F. S., Ambarsari, G., Soebadi, A., Kedokteran, P., &
Lxiv, B. (n.d.). FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK Penyunting: Tata Laksana Berbagai
Keadaan Gawat Darurat pada Anak.
Saputra, D. N., Rahman, A., & Sutanto, B. (2021). Tatalaksana syok hipovolemik pada
perdarahan intraabdominal. Proceeding Book National Symposium and Workshop
Continuing Medical Education.

XIV. https://publikasiilmiah.ums.ac.id/xmlui/handle/11617/12785
Kolecki, P. and Menckhoff, C. R. (2016) Hypovolemic Shock Treatment & Management:
Prehospital Care, Emergency Department Care, Medscape. Available at:
https://emedicine.medscape.com/article/760145-treatment.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI (2018) Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Standl, T., Annecke, T., Cascorbi, I., Heller, A. R., Sabashnikov, A., & Teske, W. (2018).
The Nomenclature, Definition and Distinction of Types of Shock. Deutsches Arzteblatt
International, 115(45), 757–767. https://doi.org/10.3238/arztebl.2018.0757.

Anda mungkin juga menyukai