Anda di halaman 1dari 7

Nama : MIFTAHUL HIKMAH

NIM : 20176523058
Kelas : Reguler B

1. Apakah tindakan pertama yang diberikan saat klien tiba di UGD?


Jawaban :
Tindakan pertama yang diberikan pada klien saat tiba di UGD adalah
1. Persiapan akan menerima pasien di UGD
2. 3A (Aman diri, Aman lingkungan dan Aman pasien)
3. Cek respon pasien
4. Lakukan Look (Lihat status mental), Listen (mendengar pernapasan), Feel
(merasakan hembusan pernapasan)
5. Kemudian melakukan pengkajian dasar ABCD pada pasien dan anamnesa
kepada keluarga pasien

2. Apakah yang pelu dikaji oleh perawat UGD?


Jawaban :
Perawat UGD perlu mengkaji : identitas klien, primary assesment, secondary
assesment, riwayat keperawatan ( nursing history), observasi dan pemeriksaan fisik,
pemeriksaan fisik ( B1 : Breathing, B2: Blood, B3: Brain, B4 : Bladder, B5 :
Bowel, B6 : Bone )

3. Apakah diagnosa keperawatan pada kasus di Atas?


Jawaban :
a. Hipotermia berhubungan dengan terpajan lingkungan yang dingin atau
kedinginan (dalam waktu lama)
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kelemahan otot pernapasan dan
respons pernapasan sentral yang tumpul terhadap hipoksemia dan hiperkapnea
c. Penurunan curah jantung berhubungan dengan bradikardi dan penurunan isi
sekuncup (IS)
4. Apa yang bisa direncanakan untuk mengatasi penurunan curah jantung?
Jawaban :
Rencana tindakan yang diberikan pada penurunan curah jantung antara lain :
1) Perawatan Jantung
2) Instruksikan pasien tentang pentingnya untuk segera melaporkan bila
merasakan nyeri dada
3) Evaluasi episode nyeri dada (intensitas, lokasi, radiasi, durasi dan faktor yang
memicu serta meringankan nyeri dada)
4) Monitor EKG adakah perubahan segmen ST, sebagaimana mestinya
5) Lakukan penilaian komprehensif pada sirkulasi perifer (misalnya cek nadi
perifer, edema, pengisian ulang kapiler, warna dan suhu ekstrimitas) secara
rutin sesuai kebijakan agen
6) Monitor tanda-tanda vital secara rutin
7) Monitor disritmia jantung
8) Dokumentasikan disritmia jantung
9) Catat tanda dan gejala penurunan curah jantung
10) Monitor status pernafasan terkait dengan adanya gejala gagal jantung
11) Monitor abdomen jika terdapat indikasi penurunan perfusi
12) Monitor keseimbangan cairan
13) Monitor peacemakaer sebagaimana mestinya
14) Evaluasi perubahan tekanan darah
15) Evaluasi respon pasien terhadap disritmia
16) Kolaborasi dalam pemberian terapi aritmia sesuai kebutuhan
17) Monitor respon pasien terhadap obat antiaritmia
18) Instruksikan pasien tentang pembatasan aktivitas
19) Susun waktu latihan dan istirahat untuk mencegah kelelahan
20) Monitor toleransi aktivitas pasien t) Monitor sesak nafas, kelelahan, takipnea
dan orthopnea

5. Apa yang bisa direncanakan untuk mengatasi hipotermia?


Jawaban :
Menurut Setiati (2014) dan Musliha (2010) manajemen hipotermia dimulai dengan
penilaian primer yaitu jalan napas, pernapasan, sirkulasi, dan jika diperlukan
dilakukan RJP (Resusitasi Jantung Paru).
1) Pengkajian secara cepat tentang ABCDE
a) Airway: menilai kelancaran jalan napas meliputi pemeriksaan adanya
obstruksi jalan napas yang dapat disebabkan benda asing, fraktur tulang
wajah, fraktur mandibula atau maksila, fraktur larinks atau trachea.
b) Breathing: jalan napas yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik,
pertukaran gas yang terjadi pada saat bernapas mutlak untuk pertukaran
oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida dari tubuh. Ventilasi yang baik
meliputi fungsi yang baik dari paru, dinding dada dan diafragma.
c) Circulation: menilai keadaan hemodinamik dengan observasi tingkat
kesadaran, warna kulit, nadi dan tekanan darah. Mengontrol perdarahan
segera bila terjadi perdarahan misalnya eksternal, internal, rongga thoraks,
rongga abdomen, fraktur pelvis dan fraktur tulang panjang.
d) Disability: menilai kesadaran, ukuran dan reaksi pupil.
e) Exposure: membuka seluruh pakaian untuk evaluasi penderita, tetap
menjaga korban untuk tidak kedinginan dengan memberikan selimut dan
ruangan cukup hangat.
2) Pasien dengan hipotermia sedang dapat diatasi dengan cara memindahkannya
dari lingkungan dingin dan menggunakan selimut.
3) Pasien dengan hipotermia berat, sebaiknya dipantau dengan pulse oxymetri.
4) Perhatikan jalan napas, pernapasan dan jantung. Bila tidak ada gangguan
kardiovaskular, penghangatan aktif eksternal dapat diterapkan (radiasi panas,
selimut hangat, immersi air hangat, dan objek yang dipanaskan) dengan cairan
hangat intravena dan oksigen yang dihangatkan.
5) Luka di kaki ditangani dengan pengangkatan, penghangatan, dan pembalutan
jari yang terluka. Nifedipin 20 mg per oral 3 kali sehari, kortikosteroid topikal
prednison, dan prostaglandin E1 (limaprost 20 mg per oral 3 kali sehari) dapat
membantu.
6) Pemanasan cepat dengan air yang mengalir pada suhu 42˚C selama 10 – 30
menit pada ekstremitas yang mengalami frostbite. Pasien bisa diberi narkotik,
ibuprofen, dan aloevera. Pemberian penicillin E 500.000 U setiap 6 jam selama
48 – 72 jam memperlihatkan hasil yang baik.
7) Luka bersih banyak mengandung prostaglandin dan tromboksan dapat
dibersihkan atau diaspirasi. Luka yang berdarah seharusnya dibersihkan dan
dirapikan kembali.
8) Jika ada ketidakstabilan kardiovaskular dibutuhkan pemanasan yang lebih
agresif (bilas lambung, kandung kemih, lavase peritoneal, dan pleural).
Temperatur cairan bilas bisa sampai 42˚C.
9) Pasien dengan kecurigaan kekurangan tiamin dan alkoholisme bisa diberikan
tiamin 100 mg intravena (intra-muskular) dan 50% glukosa sebanyak 50ml-
100ml intravena jika kadar glukosa sewaktu rendah.
10) Pasien dengan kecurigaan hipotiroidisme atau insufisiensi adrenal dapat
diberikan tiroksin intravena dan hidrokortison 100 mg.
11) Pada fibrilasi ventrikular dilakukan defibrilasi sampai temperatur 30˚C,
meskipun 3 countershock harus dilakukan.
12) Pemanasan kembali melalui sirkuit ekstrakorporal merupakan metode pilihan
dari pada pasien hipotermia berat dalam henti jantung. Jika perlengkapan tidak
tersedia, resusitasi trakeostomi dan pijat jantung dalam dan bilas mediastinal
merupakan alternatif yang dapat diterima. Semua pasien dengan frostbite
superfisial terlokalisir atau hipotermia sedang dapat dirujuk ke RS. Pasien yang
tidak dirawat, mereka bisa kembali ke lingkungan yang hangat.

6. Jelaskan bagaimana hipotermia merupakan kondisi darurat pada klien dengan koma
miksedema?
Jawaban :
Suhu pasien biasanya kurang dari 35,5 ° C (95,9 ° F) . Kondisi yang dapat memicu
koma miksedema seperti hipoglikemia dan paparan dingin dapat memperparah
hipotermi. Miksedema adalah keadaan lebih lanjut yang diakibatkan oleh kadar
hormon tiroid dalam darah berkurang. Miksedema merupakan komplikasi dari
hipotiroid sedangkan yang kita ketahui hormon tiroid memiliki banyak fungsi
penting antara lain membantu mengatur suhu tubuh dan detak jantung. Jadi apabila
terjadi hipotiroid berkepanjangan maka dapat menyebabkan terjadinya hipotermi.
Hipotermi bukanlah sekedar kedinginan, kondisi ini dapat menyebabkan gagal
jantung, gangguan sistem pernapasan dan bahkan kematian.
7. Apakah pemicu koma miksedema pada kasus diatas? Apa sajakan faktor pemicu
lain yang dapat menyebabkan koma miksedema?
Jawaban :
Faktor pemicu koma miksedema pada kasus di atas adalah hipertemia.
Faktor pemicu lain yang dapat menyebabkan koma miksedema adalah sebagai
berikut :
1. Obat-obatan (sedative, narkoba, dan obat anesthesi).
2. Faktor infeksi
3. Stroke
4. Trauma
5. Gagal jantung
6. Pendarahan saluran pencernaan
7. Hipotermia
8. Kegagalan pengobatan gangguan kalenjar tiroid.

8. Apakah tanda dan gejala ?


Jawaban :
Menurut Stillwell (2011) :
- Hipotermia
- Bradikardi
- Bradipnea
- Hipertensi
- Kulit : kasar dan kering, kemungkinan warna karotena, edema periorbital dan
edema pada wajah
- Neurologis : tumpul, koma atau kejang, refleks lambat
- Gastrointestinal : penurunan bising usus
- Endokrin : tiroid mungkin tidak dapat di palpasi, membesar atau membentuk
nodular
- Suara parau dan serak
- Hipoventilasi
- Penurunan fungsi mental
- Keletihan yang berat
- Intoleransi aktivitas
- Hiporefleksia
- Gagal jantung dan gagal nafas

9. Apakah pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosa koma miksedema?


Jawaban :
Penurunan T3 dan T4 bebas adalah hal yang paling umum terjadi, sedangkan
natrium biasanya menurun dan kalium meningkat. TSH meningkat secara mencolok
pada hipotiroidisme primer. Analisis gas darah arteri (GDA) biasanya menunjukkan
hiperkapnea berat disertai penurunan tegangan oksigen arteri (PaO 2) dan
peningkatan tegangan karbon dioksida arteri (PaCO2) (Marton, 2011).
Diagnosis yang ditegakkan bedasarkan indeks kecurigaan yang tinggi. Pemeriksaan
tiroid yang mengindikasikan hipotiroidisme primer adalah:
a. Peningkatan kadar hormon perangsang tiroid (TSH) (Tes Standar Emas) dan
indeks tiroksin bebas yang rendah (jika hasil pemeriksaan TSH tidak definitif)
b. Hiponatremia dan hipoglikemia mungkin terjadi
c. EKG menunjukkan voltase rendah, interval QT memanjang, dan gelombang T
datar atau invers.
d. Kadar kortisol juga mungkin rendah. (Stillwell,2011).

10. Kondisi apakah yang menandakan seseorang mengalami koma (terutama koma
miksedema)?
Jawaban :
- Suhu tubuh biasanya rendah (hipotermi), suhu inti mungkin serendah 26,6°c.
- Perubahan mental, atau tidur yang berkepanjangan (20 jam atau lebih)
- Defek termogulasi berupa hipotermia, bahkan pada keadaan sepsis sebaiknya
suhu tubuh pasien diukur dengan termometer dengan batas nilai bawah yang
rendah
- Terdapat faktor presipitasi seperti : kedinginan, infeksi, obat-obatan, trauma,
stroke, gagal jantung dan perdarahan saluran cerna.
DAFTAR PUSTAKA

Stillwell, Busan. B. (2011). Pedoman Keperawatan Kritis. Jakarta: EGC.


Honestdocs.id. (Feb 11, 2019). Koma Miksedema. https://www.honestdocs.id/koma-
miksedema Diakses pada tanggal 12 September 2020 07.00 WIB
Rifamima, Fhaphanda Kiasyafha. (2018). “Askep-koma-miksedema fix”.
https://www.scribd.com/document/387936180/Askep-Koma-Miksedema-fix-
docx. Diakses pada tanggal 11 September 2020 20.00 WIB
Meldaiska. ”Askep Koma Miksodoma” https://id.scribd.com/doc/296851513/Askep-
Koma-Miksedema. Diakses pada tanggal 27 Januari 2016

Anda mungkin juga menyukai