Anda di halaman 1dari 23

RHD

Dosen Fasilisator :
Umi Hanik Fetriyah, Ns., M.Kep

Disusun Oleh:
Arini
Edward Ritsi Pierrlie

Program Studi Sarjana keperawatan


Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia
Banjarmasin
2021
Apa itu
RHD?
Pengertian RHD
Penyakit jantung rematik adalah kondisi di mana katup
jantung mengalami kerusakan akibat komplikasi dari demam
rematik, yaitu sebuah penyakit peradangan yang dapat
memengaruhi berbagai organ tubuh.Penyakit jantung rematik
perlu mendapat penanganan segera dan penanganannya akan
disesuaikan dengan kerusakan yang terjadi. Bila tidak segera
ditangani, penyakit jantung rematik berpotensi menimbulkan
gagal jantung hingga kematian. (Willy, 2019)
Angka Kejadian
Secara global, diperkirakan dari 33,4 juta penderita penyakit jantung rematik, hanya
kurang dari 1% yang tinggal di negara dengan penghasilan tinggi. (Med, 2017)Beban
kematian global akibat penyakit jantung rematik menurun hampir 50% dari tahun 1990
hingga 2015, tetapi prevalensinya sangat bervariasi di antara negara-negara. Prevalensi
tertinggi terdapat di daerah Oceania, Afrika sub-Sahara, dan Asia Selatan. Penyakit
jantung rematik diperkirakan sebanyak 3,4 kasus per 100.000 populasi di negara-negara
non-endemik seperti Australia dan Amerika Serikat. Sedangkan di negara-negara endemik
seperti Afrika dan Asia selatan terdapat kasus sebanyak 444 kasus per 100.000
populasi.(World Health Organization,2018)Belum ada data epidemiologis nasional
mengenai penyakit jantung rematik di Indonesia. Berdasarkan data WHO, negara dengan
prevalensi tertinggi pada tahun 2015 antara lain India (13,17 juta kasus), China (7,07
juta kasus), Pakistan (2,25 juta kasus), dan di Indonesia sendiri mencapai 1,18 juta
kasus. (Johnson, 2017)
Demam reumatik akut di Indonesia belum diketahui secara pasti, meskipun beberapa
penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa prevalensi penyakit jantung
reumatik anak berkisar 0,3 sampai 0,8 per 1.000 anak sekolah. Dengan demikian,
secara kasar dapat diperkirakan bahwa prevalensi demam reumatik akut di Indonesia
pasti lebih tinggi dan angka tersebut, mengingat penyakit jantung reumatik anak
merupakan akibat dari demam reumatik akut. (Kemenkes RI, 2018)
Etiologi
Etiologi dari penyakit jantung rematik berawal dari faringitis akibat infeksi
Streptococcus grup A yang menyebabkan demam rematik akut. Demam
rematik akut menginduksi reaksi inflamasi pada jantung, sendi, jaringan
subkutan, dan sistem saraf pusat. Reaksi inflamasi pada jantung melibatkan 3
lapisan jantung yaitu, perikardium, miokardium, dan endokardium, termasuk
juga katup-katup jantung. Inflamasi yang berulang oleh demam rematik akut
akan mengakibatkan penebalan jaringan ikat pada katup-katup jantung. Proses
penebalan jaringan ikat ini akan menyebabkan kekakuan katup jantung dan
menyebabkan 2 kondisi, yaitu stenosis katup atau regurgitasi katup jantung.
Streptococcus pyogenes diketahui sebagai agen etiologi dari demam rematik
akut. Bakteri gram positif ini merupakan bagian dari kelompok Streptococcus
grup A beta hemolitikus. Streptococcus grup A menyebabkan berbagai infeksi,
salah satu yang paling sering ditemukan adalah faringitis pada anak usia 5-15
tahun. Rute utama penyebaran infeksi saluran pernapasan atas tersebut
adalah melalui droplet. (Ariyani, 2019)
Tanda dan Gejala
Tanda dan Gejala
 Demam tinggi
 Nyeri sendi, rasa nyeri seperti bergerak dari satu titik sendi ke titik lain
 Siku, lutut, dan pergelangan tangan/kaki membengkak dan terasa hangat saat
dipegang
 Terdapat benjolan kecil di bawah kulit yang tak terasa sakit
 Nyeri dada
 Jantung mendesir (murmur)
 Gelisah, perilaku tidak biasa
 Kecapekan
Karena penyakit rematik jantung menyerang katup jantung, gejala kerusakan
katup jantung juga perlu menjadi perhatian.
 Rasa tidak nyaman pada dada
 Jantung berdetak tak beraturan atau terlalu cepat
 Sesak napas
 Kelelahan, Pusing seperti hendak pingsan
 Kaki, pergelangan, dan perut membengkak (Porotuo, 2016)
Proses Terjadinya RHD?
Proses Terjadinya RHD?
Penyakit jantung rematik merupakan komplikasi dari
demam rematik, yang disebabkan infeksi tenggorokan oleh
bakteri Streptococcus tipe A. Penularan infeksi Streptococcus
tipe A dapat terjadi secara langsung melalui percikan ludah
atau dahak yang keluar ketika orang yang terinfeksi bersin
atau batuk. Selain secara langsung, penularan juga dapat
terjadi melalui benda-benda yang terkontaminasi bakteri.
(Ariyani, 2020)
Pencegahan
1. Mencuci tangan setelah beraktivitas.
2. Terapkan diet sehat.
3. Istirahat yang cukup.
4. Hindari berbagi barang pribadi. (Willy,
2019)
Pemeriksaan Penunjang
Kultur Tenggorokan
Pemeriksaan laboratorium
Radiologi

Ekokardiogram
Pemeriksaan elektrokardiogram
Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium
2.Radiologi
3.Pemeriksaan ekokardiogram
4.Pemeriksaan elektrokardiogram
5.Kultur tenggorokan (Suhadi, 2018)
1. Gagal jantung pada
kasus yang berat.
2.Dalam jangka
panjang timbul
Komplikasi yang penyakit demam
jantung reumatik.
mungkin terjadi 3.Aritmia.
karena RHD ? 4.Perikarditis dengan
efusi.
5.Pneumonia
reumatik. (Suhadi,
2019)
Prognosis
Pasien dengan riwayat rheumatic fever berisiko tinggi mengalami
kekambuhan. Resiko kekambuhan tertinggi dalam kurun waktu 5 tahun sejak
episode awal. Semakin muda rheumatic fever terjadi, kecenderungan kambuh
semakin besar. Kekambuhan rheumatic fever secara umum mirip dengan
serangan awal, namun risiko karditis dan kerusakan katup lebih besar.
Manifestasi rheumatic fever pada 80% kasus mereda dalam 12 minggu. Insiden
RHD setelah 10 tahun adalah sebesar 34% pada pasien dengan tanpa serangan
rheumatic fever berulang, tetapi pada pasien dengan serangan rheumatic fever
yang berulang kejadian RHD meningkat menjadi 60%. (Rilantono, 2016)
Penatalaksanaan
Memberikan KIE tentang pentingnya
minum obat

Bedah Jantung
Penatalaksanaan
● Penatalaksanaan Operatif dapat berupa intervensi invasif berupa bedah pada
bagian jantung yang mengalami masalah seperti halnya valvulotomi,
rekonstruksi aparat subvalvular, kommisurotomi atau penggantian katup.
(Stollerman, 2016)
● Terapi medikasi: salisilat untuk pasien dengan derajat karditis ringan sampai
berat,sedangkan steroid hanya digunakan untuk pasien dengan karditis berat.
Aspirin diberikan dalam dosis 80-100mg/kg/hari selama 4-8 minggu. Terapi
dengan steroid diresepkan pada dosis 2mg/kg/hari selama 2-3 minggu,
diikuti dengan monitoring ketat selama 2-3minggu. Pada pasien dengan gagal
jantung dapat digunakan digoxin dan diuretic. (Kliegman, 2017)
● Penatalaksanaan keperawatan, dengan memberikan KIE tentang pentingnya
minum obat untuk mencegah kekambuhan dari penyakit dan memberitahukan
anggota keluarga pasien untuk menjadi pengawas minum obat agar pasien
taat. (Kliegman, 2017)
Konsep Asuhan
Keperawatan
Pengkajian
Pola Fungsi Kesehatan (11 Pola
Fungsional Gordon) Informasi Umum Pasien
1. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan 1. Identitas pasien dan penanggung
2. Pola Nutrisi/metabolic 2. Riwayat penyakit keluarga
3. Pola eliminasi 3. Satus kesehatan saat ini
4. Pola aktivitas dan latihan 4. Status kesehatan masa lalu
5. Pola tidur dan istirahat
6. Pola kognitif-perseptual
7. Pola persepsi diri/konsep diri
8. Pola seksual dan reproduksi
9. Pola peran-hubungan
10. Pola manajemen koping stress
11. Pola keyakinan-nilai
Diagnosa
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan
perubahan kontraksi otot jantung. Ditandai dengan
wajah pasien pucat, dada terasa berdebar debar, suara
jantung abnormal yaitu murmur, takikardi, hipotensi.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis.
Ditandai dengan pasien mengeluh nyeri dada.
3. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.
Ditandai dengan peningkatan suhu tubuh yaitu 38
derajat celcius.
Intervensi
Diagnosa NOC NIC

Penurunan Goal: pasien tidak akan mengalami Perawatan jantung


curah jantung penurunan curah jantung selama 1. Lakukan penilaian komprehensif
berhubungan dalam perawatan. terhadap sirkulasi perifer
dengan Objektif: pasien tidak mengalami (misalnya, cek nadi perifer, edema,
perubahan perubahan kontraksi otot jantung pengisian kapiler, dan suhu
kontraksi
setelah dilakukan tindakan ekstrimitas).
otot jantung
keperawatan selama 3x24 jam 2. Catat adanya disritmia, tanda dan
dengan kriteria hasil: gejala penurunan curah jantung.
3. Observasi tanda-tanda vital.
1. Tekanan darah dalam rentang 4. Kalaborasi dalam pemberian terapi
normal yaitu 120/70 mmHg antiaritmia sesuai kebutuhan.
2. Toleransi terhadap aktivitas 5. Instruksikan klien dan keluarga
3. Nadi perifer kuat tentang pembatasan aktivitas.
4. Tidak ada disritmia
5. Tidak ada bunyi jantung abnormal
yaituterdengar bunyi murmur
6. Tidak ada angina
7. Tidak ada kelelahan
Intervensi
Diagnosa NOC NIC

Nyeri akut Goal: pasien tidak akan mengalami nyeri selama Manajemen nyeri:
berhubung dalam perawatan. 1. Kaji secara komperhensif
an dengan Objektif: klien akan terbebas dari agens cedera tentang nyeri, meliputi lokasi,
agens biologis karasteristik dan awitan,
cedera setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x durasi, frekuensi, kualitas,
biologis 24 jam dengan kriteria hasil: intensitas/beratnya nyeri, dan
1. Mengontrol nyeri: faktor presipitasi
a. Mengenal faktor penyebab nyeri 2. Berikan informasi tentang
b. Tindakan pencegahan nyeri, seperti penyebab,
c. Tindakan pertolongan nonanalgetik berapa lama terjadi, dan
d. Menggunakan analgetik dengan tepat tindakan pencegahan
e. Mengenal tandatanda pencetus nyeri untuk 3. Ajarkan penggunaan teknik
mencari pertolongan non-farmakologi (misalnya,
f. Melaporkan gejala kepada tenaga kesehatan relaksasi, imajinasi terbimbing,
2. Menunjukan tingkat nyeri: terapi musik, distraksi,
a. Melaporkan nyeri imajinasi terbimbing, terapi
b. Frekuensi nyeri musik, distraksi, terapi
c. Lamanya episode nyeri panasdingin, masase)
d. Ekspresi nyeri 4. Evaluasi keefektifan dari
e. Posisi melindungi bagian tubuh yang nyeri. tindakan mengontrol nyeri
f. Perubahan nadi, tekanan darah, dan frekuensi 5. Kalaborasi pemberian analgetik
napas
Intervensi
Diagnosa NOC NIC

Hipertermia Goal: pasien tidak akan mengalami Penanganan demam


berhubungan hipertermi selama dalam perawatan. 1. Observasi suhu sesering
dengan Objektif: pasien dapat menunjukkan mungkin dan kontinu
proses termoregulasi yang baik 2. Observasi tekanan darah,
penyakit nadi, dan frekuensi nafas
setelah dilakukan tindakan keperawatan
3. Observasi penurunan
selama 1x24 jam dengan kriteria hasil:
tingkat kesadaran
1. Suhu tubuh dalam batas normal 4. Observasi adanya aritmia
(36,5ᴼ C– 37,5ᴼ C) 5. Berikan anti piretik
2. Tidak sakit kepala 6. Berikan pengobatan untuk
3. Nadi dalam batas normal (80-100 mengatasi penyebab dari
x/mnt) demam
4. Frekuensi nafas dalam batas normal 7. Selimuti klien
(12-24 x/mnt) 8. Berikan caiaran intravena
5. Tidak ada perubahan warna kulit 9. Kompres klien
6. Hidrasi cukup
7. Otot tidak nyeri
8. Tidak mengantuk
Referensi
Tito, Dede Jumatri dan mefti Yanni.(2020). Perubahan morpologi katup Mitral pada
demam Rematik Akut dan Penyakit Jantung rematik. Human Care jurnal
universitas fort De Cock. Bukittinggi
Majid Abdul.(2016) Anatomi Jantung dan pembuluh darah, Sistem Kardiovaskuler
secara Umum, Denyut Jantung dan Aktifitas Listrik Jantung, dan Jantung
sebagai Pompa. Fisiologi Kardiovaskular. Medan
Zu”hlke, Liesl J et all. (2017). Group A Streptococcus, Acute Rheumatic fever and
Rhreumatik Heart Disease
Rilantono, LI. (2017)Penyakit Kardiovaskular (PKV). Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta
NANDA. 2018. Diagnosa keperawatan definisi dan Klasifikasi 2018-2020 Edisi 11.
Jakrta: EGC

Anda mungkin juga menyukai