Rumusan Masalah
1. Apakah penyebab demam yang berkepanjangan pada pasien diatas? (gilang)
2. Apa efek samping dari penggunaan obat intravena? (hana)
3. Berapa nilai normal pada pemeriksaan tes widal? (fadil)
4. Apa saja kemungkinan penyakit yang diderita oleh pasien tersebut? (fadil)
5. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital pasien apa saja yang tidak normal? (Fidelis)
Hipotesis
1. Disebabkan oleh adanya infeksi yang belum diketahui penyebabnya
2. Efek samping dari penggunaan obat intravena :
● Peradangan vena
● Memar
● Bekuan darah
● Keseimbangan elektrolit
3. Nilai normal tes widal dibawah 1/40 semakin ke 0 maka mengindikasikan
pemeriksaan normal
4. Penyakit Jantung Rematik
5. Pemeriksaan Tanda vital yang tidak normal pada pasien :
● Terdapat splenomegali
● Terdapat bising sistolik di ICS 2
● Denyut nadi tidak normal (lebih tinggi)
● Ditemukan leukositosis
● Terdapat konjungtiva anemis
Skema
Learning Objective 1
Definisi dan Jenis-Jenis Penyakit Jantung Rheumatik
Sumber :
Sudoyo, Aru W dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Demam Rheumatik
Dan Pemyakit Jantung Rheumatik Jilid II Edisi V. Jakarta : InternaPublishing
Kementrian Kesehatan. (2023). Penyakit Jantung Rheumatik. Diakses pada 19 Juli
2023 dari Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan (kemkes.go.id)
Learning Objective 2
Etiologi dan Faktor Resiko Penyakit Jantung Rheumatik
Penyakit jantung reumatik adalah demam reumatik. Demam rematik akut (ARF), juga
dikenal sebagai demam scarlet, disebabkan oleh reaksi autoimun terhadap faringitis
streptokokus grup A β-hemolitik, yang disebabkan oleh infeksi faringitis streptokokus bakteri
pada masa kanak-kanak, juga dikenal sebagai "radang tenggorokan". Ini biasanya
mempengaruhi anak-anak antara usia 5 dan 15 tahun. Streptococcus Grup A adalah bakteri
yang hidup di flora mulut dan menyebar melalui kontak dengan tetesan dari orang yang
terinfeksi dengan batuk, bersin, atau sentuhan. ARF disebabkan oleh respons autoimun
setelah terpapar infeksi tenggorokan streptococcus grup A. Meskipun tidak sepenuhnya
dipahami, patogenesis respon autoimun tampaknya terkait dengan reaksi imun inang terhadap
protein permukaan bakteri. Bakteri streptokokus memiliki protein permukaan, M, T, dan R,
yang dikenali oleh molekul antigen leukosit manusia (HLA) kelas II inang. Molekul HLA
menghasilkan antibodi yang mengikat protein permukaan bakteri, tetapi antibodi juga
mengikat protein inang melalui mimikri molekuler, yang menyebabkan reaksi autoimun.
Autoantibodi ini menyebabkan reaksi autoimun sistemik yang dapat berinteraksi dengan
sendi, kulit, otak, dan jantung. Mimikri antigenik autoimun menyebabkan penghancuran
protein jantung jantung manusia yang melibatkan endokardium katup jantung. Selama ARF,
karditis dan valvulitis dapat terjadi tetapi biasanya sembuh sendiri. Serangan ARF yang
berulang atau parah kemudian menyebabkan kerusakan katup jantung permanen, yang
menyebabkan penyakit jantung rematik kronis (RHD). Valvulitis merupakan tanda utama
reumatik karditis yang paling banyak mengenai katup mitral (76%), katup aorta (13%) dan
katup mitral dan katup aorta (97%).
Faktor Risiko
Faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan penyakit demam rematik akut dan penyakit
jantung rematik adalah usia, jenis kelamin, lingkungan, dan genetik.
● Usia
Demam rematik akut paling sering terjadi pada rentang usia 5‒15 tahun, jarang terjadi
di atas usia 30 tahun. Pasien yang mengalami demam rematik akut saat kecil berisiko
untuk terkena penyakit jantung rematik di kemudian hari, insidensinya mencapai 60%.
● Jenis kelamin
Insidensi demam rematik akut hampir sama antara wanita dan pria. Namun, insidensi
penyakit jantung rematik akut 1,6‒2,0 kali lebih banyak terdeteksi pada wanita. Hal
ini disebabkan karena perburukan kondisi penyakit yang umum terjadi pada saat
kehamilan, dan faktor hormonal.
● Lingkungan
Prevalensi penyakit jantung rematik lebih banyak terjadi pada negara berkembang
dibandingkan dengan Negara maju. Hal ini dikaitkan dengan air yang tidak bersih,
populasi yang padat, sanitasi yang buruk, minimnya akses ke fasilitas kesehatan, serta
kondisi sosial ekonomi rendah yang menjadi faktor risiko eksternal penyakit
ini.Kurangnya akses ke fasilitas kesehatan juga menjadi faktor risiko. Faringitis akibat
Streptococcus grup A yang tidak terdeteksi dan ditangani dengan baik dapat berlanjut
menjadi demam rematik akut dan menyebabkan sekuel penyakit jantung rematik.
Pasien yang tidak mendapat antibiotik profilaksis demam rematik akut berulang, lebih
berisiko terkena penyakit jantung rematik.
● Faktor Genetik
Penyakit jantung rematik dikaitkan juga dengan faktor predisposisi genetik, yaitu pada
gen HLA DR2, DR4, DR1, and DRw6. Sebuah metaanalisis juga mengaitkan risiko
penyakit jantung rematik terjadi pada 44% kembar monozigot dibandingkan 12%
pada kembar dizigot.
Sumber :
Baumgartner H, Falk V, Bax JJ, et al. 2017 ESC/EACTS Guidelines for the management of
valvular heart disease. Eur Heart J. 2017;38:2739–2791. European guidelines for the
management of patients with valvular heart disease.
Hakko S, Bisno AL. Acute Rheumatic Fever. In: Fuster V, Alexander RW, O’Rourke et al.
Hurst The Heart; vol.II; 10th ed. Mc Graw-Hill : New York, 2001; p. 1657 – 65.
Learning Objective 3
Epidemiologi Penyakit Jantung Rheumatik
Untuk diagnosis rheumatic fever digunakan kriteria Jones yang pertama kali
diperkenalkan pada tahun 1944. Kriteria ini membagi gambaran klinis menjadi dua, yaitu
manifestasi mayor dan minor.
1. Kriteria Mayor
Poliartritis Migrans
Merupakan manifestasi yang paling sering dari rheumatic fever, terjadi pada sekitar
70% pasien rheumatic fever. Gejala ini muncul 30 hari setelah infeksi Streptococcus yakni
saat antibodi mencapai puncak. Radang sendi aktif ditandai dengan nyeri hebat, bengkak,
eritema pada beberapa sendi. Nyeri saat istirahat yang semakin hebat pada gerakan aktif dan
pasif merupakan tanda khas. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi-sendi besar
seperti sendi lutut, pergelangan kaki, siku, dan pergelangan tangan. Gejala ini bersifat
asimetris dan berpindah-pindah (poliartritis migrans). Peradangan sendi ini dapat sembuh
spontan beberapa jam sesudah serangan namun muncul pada sendi yang lain. Pada sebagian
besar pasien dapat sembuh dalam 1 minggu dan biasanya tidak menetap lebih dari 2 atau 3
minggu.
Karditis
Karditis adalah komplikasi yang paling serius dan paling sering terjadi setelah poli
artritis. Pada pemeriksaan fisik, karditis paling sering ditandai dengan murmur dan takikardia
yang tidak sesuai dengan tingginya demam.
Chorea sydenham terjadi pada 13-14% kasus rheumatic fever dan dua kali lebih
sering pada perempuan. Manifestasi ini mencerminkan keterlibatan proses radang pada
susunan saraf pusat, ganglia basal, dan nukleus kaudatus otak. Gejala awal biasanya emosi
yang lebih labil dan iritabilitas. Kemudian diikuti dengan gerakan yang tidak disengaja, tidak
bertujuan, dan inkoordinasi muskular. Semua bagian otot dapat terkena, namun otot
ekstremitas dan wajah adalah yang paling mencolok. Gejala ini semakin diperberat dengan
adanya stress dan kelelahan, namun menghilang saat beristirahat.
Eritema Marginatum
Nodulus Subkutan
Nodulus terletak pada permukaan ekstensor sendi, terutama pada siku, ruas jari, lutut,
dan persendian kaki. Kadang juga ditemukan di kulit kepala bagian oksipital dan di atas
kolumna vertebralis. Nodul berupa benjolan berwarna terang keras, tidak nyeri, tidak gatal,
mobile, dengan diameter 0,2-2 cm. Nodul subkutan biasanya terjadi beberapa minggu setelah
rheumatic fever muncul dan menghilang dalam waktu sebulan. Nodul ini selalu menyertai
karditis rematik yang berat.
2. Kriteria Minor
Demam biasanya tinggi sekitar 39 C dan biasa kembali normal dalam waktu 2-3
minggu, walau tanpa pengobatan. Artralgia, yakni nyeri sendi tanpa disertai tanda-tanda
objektif (misalnya bengkak, merah, hangat) juga sering dijumpai. Artralgia biasa melibatkan
sendi-sendi yang besar. Penanda peradangan akut pada pemeriksaan darah umumnya tidak
spesifik, yaitu LED dan CRP umumnya meningkat pada rheumatic fever. Pemeriksaan dapat
digunakan untuk menilai perkembangan penyakit.
Sumber :
Made Indra Premana, Pande. 2018. PENYAKIT JANTUNG REMATIK.
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA.
http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/20536/1/0e73a5a1848daa8a0350ca46705ffa17.pdf
Learning objective 6
Penegakan Diagnosis Penyakit Jantung Reumatik
A. Anamnesis
Sebanyak 70% remaja dan dewasa muda pernah mengalami sakit tenggorok 1-5
minggu sebelum muncul rheumatic fever dan sekitar 20% anak-anak menyatakan pernah
mengalami sakit tenggorokan. Keluhan mungkin tidak spesifik, seperti demam, tidak enak
badan, sakit kepala, penurunan berat badan, epistaksis, kelelahan, malaise, diaforesis dan
pucat. Terkadang pasien juga mengeluhkan nyeri dada, ortopnea atau sakit perut dan muntah.
Gejala spesifik yang kemudian muncul adalah nyeri sendi, nodul di bawah kulit,
peningkatan iritabilitas dan gangguan atensi, perubahan kepribadian seperti gangguan
neuropsikiatri autoimun terkait dengan infeksi Streptococcus, difungsi motorik, dan riwayat
rheumatic fever sebelumny
● Kriteria Mayor
Karditis
Karditis adalah komplikasi yang paling serius dan paling sering terjadi setelah poli
artritis. Pankarditis meliputi endokarditis, miokarditis dan perikarditis. Pada stadium lanjut,
pasien mungkin mengalami dipsnea ringan-sedang, rasa tak nyaman di dada atau nyeri pada
dada pleuritik, edema, batuk dan ortopnea. Pada pemeriksaan fisik, karditis paling sering
ditandai dengan murmur dan takikardia yang tidak sesuai dengan tingginya demam.
Gambaran klinis yang dapat ditemukan dari gangguan katup jantung dapat dilihat pada table.
Gangguan Manifestasi
● Kriteria Minor
Demam biasanya tinggi sekitar 39oC dan biasa kembali normal dalam waktu 2-3
minggu, walau tanpa pengobatan. Artralgia, yakni nyeri sendi tanpa disertai tanda-tanda
objektif (misalnya bengkak, merah, hangat) juga sering dijumpai. Artralgia biasa melibatkan
sendi-sendi yang besar. Penanda peradangan akut pada 9 pemeriksaan darah umumnya tidak
spesifik, yaitu LED dan CRP umumnya meningkat pada rheumatic fever. Pemeriksaan dapat
digunakan untuk menilai perkembangan penyaki
C. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
- Reaktan Fase Akut Merupakan uji yang menggambarkan radang jantung ringan.
Pada pemeriksaan darah lengkap, dapat ditemukan leukosistosis terutama pada fase
akut/aktif, namun sifatnya tidak spesifik. Marker inflamasi akut berupa Creactive protein
(CRP) dan laju endap darah (LED). Peningkatan laju endap darah merupakan bukti non
spesifik untuk penyakit yang aktif. Pada rheumatic fever terjadi peningkatan LED, namun
normal pada pasien dengan congestive failure atau meningkat pada anemia. CRP merupakan
indikator dalam menetukan adanya jaringan radang dan tingkat aktivitas penyakit. CRP yang
abnormal digunakan dalam diagnosis rheumatic fever aktif.
- Rapid Test Antigen Streptococcus Pemeriksaan ini dapat mendeteksi antigen bakteri
Streptococcus grup A secara tepat dengan spesifisitas 95 % dan sensitivitas 60-90 %.
c. Pemeriksaan Ekokardiografi
D. Dasar Diagnosis
Tabel 3. Kriteria WHO 2002-2003 dalam Mendiagnosis Rheumatic Fever dan RHD
Learning Objecctive 7
Diagnosis Banding Penyakit Jantung Rheumatik
Diagnosis Banding
Penyakit jantung rematik dan demam rematik akut memiliki spektrum klinis yang luas,
sehingga gejala klinis pada penyakit ini dapat menimbulkan banyak diagnosis banding.
Karena itu, penegakkan diagnosis harus dilihat secara komprehensif dan sesuai dengan
kriteria.
Endokarditis Infektif
Endokarditis infektif dapat didiagnosis dengan kriteria Duke. Peradangan pada endokardium
paling banyak disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus dan Enterococcus, oleh
karena itu pemeriksaan kultur darah menjadi kriteria mayor penegakan diagnosis.
Kardiomiopati
Pada kardiomiopati, dapat terjadi dilatasi annulus katup akibat pembesaran ventrikel jantung
sehingga dapat menyebabkan regurgitasi katup. Pada ekokardiografi, dapat ditemukan
hipertrofi atau dilatasi ventrikel.[24]
Learning objective 8
Penatalaksanaan Penyakit Jantung Reumatik
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien dengan rheumatic heart disease secara garis besar bertujuan
untuk mengeradikasi bakteri Streptococcus beta hemolyticus grup A, menekan inflamasi dari
respon autoimun, dan memberikan terapi suportif untuk gagal jantung kongestif.
a. Terapi Antibiotik
Profilaksis Primer Eradikasi
Penisilin G Benzathine IM, penisilin V pottasium oral, dan amoxicilin oral adalah obat
pilihan untuk terapi Streptococcus beta hemolyticus grup A faring pada pasien tanpa riwayat
alergi terhadap penisilin. Setelah terapi antibiotik selama 24 jam, pasien tidak lagi dianggap
dapat menularkan bakteri Streptococcus beta hemolyticus group A. Penisilin V pottasium
lebih dipilih dibanding dengan penisilin G benzathine karena lebih resisten terhadap asam
lambung. Namun terapi dengan penisilin G benzathine lebih dipilih pada pasien yang tidak
dapat menyelesaikan terapi oral 10 hari, pasien dengan riwayat rheumatic fever atau gagal
jantung rematik, dan pada mereka yang tinggal di lingkungan dengan faktor risiko terkena
rheumatic fever (lingkungan padat penduduk, status sosio-ekonomi rendah).
Learning Objective 9
Komplikasi Penyakit Jantung Rheumatik
Penyakit jantung rematik umumnya laten atau diam sampai komplikasi jantung berkembang
di usia dewasa akhir. Beberapa komplikasi penyakit jantung rematik antara lain:
Gagal jantung.
Hal ini dapat terjadi baik dari katup jantung yang sangat menyempit atau bocor.
Endokarditis bakterial.
Ini adalah infeksi pada lapisan dalam jantung, dan dapat terjadi ketika demam rematik telah
merusak katup jantung.
Komplikasi kehamilan dan persalinan karena kerusakan jantung.
Wanita dengan penyakit jantung rematik harus membicarakan kondisi mereka dengan
penyedia layanan kesehatan mereka sebelum hamil.
Aritmia (detak jantung tidak normal).
Fibrilasi atrium (detak jantung abnormal di bagian atas jantung yang mencegah
aliran darah normal).
Komplikasi lainnya.
Adalah, hipertensi arteri pulmonal, stroke, hingga kematian.
Sumber ;
Learning Objective 11
Jenis Penyakit Jantung Rheumatik yang memerlukan Rujukan
Pada kasus gangguan katup jantung berat, maka tindakan pembedahan merupakan
pilihan terapi yang dapat dilakukan untuk memperbaiki fungsi katup jantung. Jika tidak
memungkinkan untuk melakukan perbaikan katup, pasien mungkin memerlukan operasi
penggantian katup. Dokter bedah akan mengganti katup yang rusak dengan katup mekanik
atau katup bioprostetik. Jika sudah terjadi gagal jantung, maka pasien perlu diberi obat-
obatan untuk mengurangi gejala gagal jantung dan mencegah perburukan penyakit.
Sumber :