Anda di halaman 1dari 15

Diagnosis dan Tatalaksana Rheumatic Heart Disease

Darwin Manuel, Jerrymias Salimulyo Nugroho, Ermenilda Sonia Dacamis, Yakin Arung Padang,
Dian Yulita Sarapan, Ivana Missy, Jessica Amara Wijaya, Adinda Suci Putri, Jessica Michelle
Theo

Mahasiswa Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jl. Terusan Arjuna Utara no. 6, Kebon Jeruk, Jakarta Barat – 11510

Abstrak
Rheumatic heart disease merupakan kerusakan pada katup dan otot jantung dari inflamasi dan
jaringan parut yang berasal dari demam rematik. Demam rematik ini disebabkan oleh
Streptococcus grup A beta hemolitikus dan berawal dari radang tenggorokan. Penyakit ini biasa
terjadi pada anak-anak tapi bisa berkembang saat sudah remaja. Diagnosisnya menggunakan
kriteria Jones. Penatalaksanaannya bisa menggunakan penicillin V jika masih ada faringitis jika
sudah ada kelainan pada katup bisa dilakukan replacement dan repair.
Kata kunci : RHD, demam rematik, anak
Abstract
Rheumatic heart disease is damage to the valves and heart muscle from inflammation and scar
tissue that originates from rheumatic fever. Rheumatic fever is caused by beta hemolytic group A
Streptococcus and starts from sore throat. This disease is common in children but can develop as
a teenager. The diagnosis uses the Jones criteria. Management can use penicillin V if there is
still pharyngitis if there is an abnormality in the valve can be done replacement and repair.
Keywords: RHD, rheumatic fever, children
Pendahuluan1,2

Rheumatic heart disease (RHD) ini merupakan penyakit penting secara internasional, tetapi
masih sedikit yang dipublikasikan tentang progresifitas dari penyakit ini. RHD disebabkan oleh
kerusakan pada katup dan otot jantung dari inflamasi dan luka yang berasal dari demam rematik
(rheumatic fever). Demam rematik ini banyak pada anak-anak yang merupakan respon abnormal
tubuh pada infeksi dengan bakteri streptococcal, yang biasanya berawal dari radang tenggorokan
atau tonsillitis pada anak-anak. Baik demam rematik akut dan RHD diperkirakan dari hasil
respon autoimun, tetapi pathogenesis yang pasti masih belum jelas. Makalah ini akan
menjelaskan lebih lanjut mengenai RHD yang berkaitan dengan kasus remaja perempuan
berusia 16 tahun datang ke IGD RS keluhan sesak nafas sejak 2 hari yang lalu.

Anamnesis3,4

Page 1 of 15
e-mail : jessica.2016fk239@civitas.ukrida.ac.id
Anamnesis dilakukan dengan tujuan mengambil data dari proses wawancara dengan pasien atau
dengan keluarga pasien jika pasien sedang tidak sadar. Pertanyaan yang diajukan juga harus
sistematis. Berpedoman dengan 4 pokok pikiran, yaitu riwayat penyakit sekarang, Riwayat
penyakit dahulu, riwayat kesehatan keluarga, riwayat social ekonomi. Sebelum ditanyakan lebih
lanjut ditanyakan identitas pasien (umur, jenis kelamin, ras, status pernikahan, agama dan
pekerjaan). Hal yang harus ditanya ada sebagai berikut

- Identitas pasien
Perempuan berusia 16 tahun
- Riwayat penyakit sekarang

Mengeluh sesak nafas sejak 2 hari yang lalu. Keluhan disertai sesak nafas yang hilang
timbul, meningkat setelah beraktivitas fisik dan membaik setelah beristirahat atau tidur
dengan 2-3 bantal di kepala. Tidak ada demam maupun keluhan lainnya.

- Riwayat penyakit dahulu


Pernah mengalami batuk, mudah lelah dan sering berdebar 1 bulan lalu hingga sekarang.
Sering radang dan pilek saat kecil. Tidak ada keluhan berat badan sulit naik atau
menyusu sebentar-sebentar saat kecil.
- Riwayat obstetric (riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya)
Lahir spontan ditolong oleh bidan, langsung menangis dan tidak biru saat lahir
- Riwayat kesehatan keluarga
Tidak diketahui
- Riwayat social ekonomi
Tidak diketahui

Pemeriksaan fisik3,5

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menegakkan diagnosis. Dari anamnesis yang baik dapat
ditemukan informasi yang mengarah untuk perlakuan pemeriksaan fisik sehingga diagnosis yang
sudah diperkirakan dapat ditegakkan. Teknik pemeriksaannya terdiri dari inspeksi, palpasi
(perabaan), perkusi (mengetuk) dan auskultasi (mendengar dengan stetoskop). Mula-mula yang
diperiksa adalah tanda-tanda vital kemudian melakukan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Pada kasus ini terdapat data sebagai berikut

Page 2 of 15
e-mail : jessica.2016fk239@civitas.ukrida.ac.id
- Kesadaran
Compos mentis
- Keadaan umum
Tampak sakit berat
- Tanda-tanda vital (suhu, nadi, nafas dan tekanan darah)
Nadi 140x/menit, nafas 40x/menit, suhu 36,3oC
- Inspeksi
Tampak sesak, gelisah dan diaforetik namun tidak sianosis
- Palpasi
Pada pemeriksaan thorax teraba ictus cordis 2 jari lateral linea midclavicular sinistra di
sela iga 6
- Perkusi
Tidak diketahui
- Auskultasi
Nafas vesikuler dengan ronki basah halus pada kedua basal paru, terdengar pansistolik
murmur grade ¾ di apex jantung (mitral) dan diastolic murmur di sela iga 2 linea
sternalis kanan.

Pemeriksaan penunjang2,6

Pemeriksan penunjang yang dapat dilakukan ada berbagai macam, (1) kultur tenggorokan untuk
menemukan Streptococcus grup A beta-hemolitikus. Tetapi tes ini biasanya negative jika gejala
demam rematik/RHD muncul. Sebelum pemberian antibiotic dapat dicoba mengisolasi
organisme untuk membantu diagnosis faringitis oleh streptococcal. (2) Rapid antigen detection
test berguna untuk deteksi cepat antigen streptococcus grup A dan memungkinkan diagnosis
faringitis dan inisiasi terapi antibiotic. Tes ini memiliki spesifisitas lebih dari 95% tetapi
sensitivitas hanya 60-90%¸ jadi harus dilakukan bersama kultur. (3) Antistreptococcal antibodies
test ini berguna untuk mengetahui infeksi streptococcus grup A sebelumnya. Tes yang sering
digunakan termasuk antistreptolysin titer O (ASTO/ASO) dan antideoxyribonuclease B test.
Titer tertinggi pada 3-4 minggu setelah infeksi akut dan biasanya bertahan 2-3 bulan. (4) Acute
phase reactants mendeteksi C-reactive protein dan pengendapan eritrosit yang meningkat saat
demam rematik karena sifa.t inflamasi dari penyakit. Tes ini dapat memonitor peradangan,

Page 3 of 15
e-mail : jessica.2016fk239@civitas.ukrida.ac.id
kekambuhan saat menghentikan penggunaan aspirin atau mengidentifikasi kekambuhan
penyakit. (5) Pada Electrocardiography, didapat sinus takikardi sering menyertai RHD akut. Ada
beberapa anak yang memiliki sinus bradikardi, tetapi tidak ada hubungan antara bradikardi dan
keparahan dari carditis. AV block (perpanjangan interval PR) diteliti pada pasien dengan RHD.
Abnormalitas ini mungkin berkaitan dengan peradangan miokard local yang melibatkan nodus
AV atau vasculitis yang melibatkan arteri nodal AV. Pemanjangan interval PR ini tidak spesifik
dan tidak perlu digunakan untuk mendiagnosis RHD karena keadaan ini tidak ada kaitannya
dengan perkembangan penyakit menjadi RHD kronik. Pasien dengan RHD mungkin terjadi
atrial flutter, atrial takikardi multifocal atau atrial fibrilasi dari penyakit mitral stenosis dan
dilatasi atrium. (6) Foto rontgen dada dapat menunjukkan adanya kardiomegali, congesti paru
dan gambaran lain yang sesuai dengan gagal jantung. (7) Echocardiography (doppler) ini dapat
mengidentifikasi dan mengukur insufisisensi katup dan disfungsi ventrikel. Pada RHD kronis,
echocardiography ini bisa digunakan untuk melacak perkembangan dari katup stenosis dan dapat
membantu menentukan waktu intervensi bedah. (8) Kateterisasi jantung dilakukan untuk menilai
penyakit katup mitral dan aorta dan persiapan untuk valvuloplasty mitral stenosis.

Hasil pemeriksaan penunjang berdasarkan kasus adalah (1) Darah rutin tidak ada hasil, (2) Foto
thorax. Cor : CTR > 55%, gambaran double contour di jantung kanan, aortic knob kecil, segmen
pulmonal menonjol, RVH. Pulmones : hilus melebar, trachea lurus ditengah, parenchym paru
tidak tampak kelainan, coracan bronchovaskuler tidak meningkat. Diafragma/sinus : normal.
Kesan : Cor : tampak cardiomegaly, RVH (mitral configurasi), Pulmones :tak tampak kelainan
parenchyma paru.. (3) ASTO : +
Diagnosis kerja2,7-9

Rheumatic Heart Disease (RHD) merupakan hasil reaksi autoimun terhadap infeksi
streptococcus grup A yang menyebabkan inflamasi jantung dan terbentuk jaringan parut. Pada
fase akut, kondisi ini terdiri dari pankarditis, yang melibatkan inflamasi miokardium,
endocardium dan epicardium. Jika sudah kronis, penyakit ini dimanifestasikan oleh fibrosis
katup, sehingga terjadi stenosis katup. 100% melibatkan katup mitral, 20-30% melibatkan katup
aorta, 15-40% katup tricuspid, katup pulmonal hamper tidak pernah terinfeksi

RHD ini merupakan komplikasi yang paling serius dari demam rematik. Demam rematik akut
mengikuti 0,3% kasus dari faringitis yang disebabkan oleh streptokokus grup A beta-hemolitikus
pada anak. 39% pasien demam rematik akut akan berkembang menjadi berbagai tingkat

Page 4 of 15
e-mail : jessica.2016fk239@civitas.ukrida.ac.id
pancarditis dengan katup stenosis, gagal jantung, pericarditis hingga kematian. Pada pasien RHD
kronik, bisa terjadi katup stenosis dengan berbagai macam regurgitasi, dilatasi atrial, aritmia, dan
disfungsi ventricular. Pada kasus ini lebih mengarah pada Rheumatic heart disease (RHD)
berdasarkan dari kriteria Jones 2015, 1 kriteria mayor yaitu karditis dan juga pemeriksaan
penunjang ASTO yang positif.

Diagnosis banding2,7,9-11

Rheumatic fever

Rheumatic fever bisa menunjukkan manifestasi klinik dalam beberapa minggu diikuti dengan
faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus pyogenes . gejala yang paling sering terlihat
adalah demam (>90% pasien) dan arthritis (75% pasien). Manifestasi yang paling serius adalah
carditis (>50% pasien) karena dapat mengarah kepada RHD kronik, dimana gejala klinis lainnya
sembuh dalam beberapa minggu. Demam rematik ini dapat menyebabkan pancarditis yang
melibatkan pericardium, epicardium, miokardium dan endocardium. Tetapi, manifestasi klinis
dari demam rematik karditis mencerminkan keterlibatan endocardium, yang muncul sebagai
valvulitis dari katup mitral (mitral regurgitasi) dan yang jarang juga katup aorta. Pasien dengan
mitral regurgitasi dapat terdengan pansistolik murmur. Mitral regurgitasi ini berhubungan
dengan disfungsi dari katup, chordae tendinae dan papilaris. Intensitasnya beragam bisa pada
grade 2/6 atau lebih tinggi.

Jika sudah parah, dapat terdengar suara tambahan diastolic murmur (Carey-Coombs murmur).
Mekanisme ini berhubungan dengan stenosis mitral. Lebih terdengar jelas dengan stetoskop
ketika pasien berbaring ke kiri dan ekspirasi. Basal diastolic murmur dapat terdengar saat
regurgitasi aorta awal dan terdengar jelas di batas sternum kanan atas setelah ekspirasi dan
pasien sedikit condong ke depan.

Kardiomegali juga bisa muncul ketika regurgitasi katup sudah parah. Pasien yang dicurigai
demam rematik akut harus dilakukan echocardiogram untuk memastikan dari klinis serta
memastikan tingkat keparahan dari regurgitasi katup, fungsi jantung.

Penyakit jantung didapat :

Page 5 of 15
e-mail : jessica.2016fk239@civitas.ukrida.ac.id
Endocarditis infektif merupakan infeksi mikroba pada permukaan endotel jantung, biasanya
paling banyak mengenai katup jantung, namun dapat juga terjadi pada lokasi defek septal atau
korda tendinea atau endocardium mural. Infeksi yang paling sering disebabkan oleh
streptococcus, Staphylococcus aureus, enterococci dan coccobacilli gram negative, tetapi bisa
disebabkan oleh jamur, mycobacteria, rickettsiae, chlamydiae dan mikoplasma. Lesi yang khas
berupa massa yang terdiri dari platelet, fibrin, mikroorganisme dan sel-sel inflamasi. Massa ini
bisa pecah dan bermigrasi ke berbagai bagian tubuh, menghambat aliran darah atau menyebarkan
infeksi.

Miokarditis merupakan penyakit inflamasi pada miokard yang biasa disebabkan karena infeksi
maupun non infeksi. Patofisiologinya belum sepenuhnya dimengerti. Miokarditis dibagi menjadi
2 yaitu primer (disebabkan oleh virus akut atau respons autoimun pasca infeksi viral) dan
sekunder (disebebkan oleh pathogen spesifik mencakup bakteri, jamur, protozoa). Infeksi yang
paling sering adalah virus parvovirus B19 dan human herpes virus. Infeksi ini dapat sebagian
kecil/besar otot jantung, membuat otot jantung sulit memompa darah yang dapat menyebabkan
gagal jantung

Penyakit jantung bawaan asianotik

Penyakit jantung bawaan merupakan masalah pada struktur jantung yang terlihat saat lahir.
Defek pada jantung meliputi dinding jantung, katup jantung dan pembuluh darah di dekat
jantung. Darah yang mengalir dapat melambat, mengalir ke arah/tempat yang salah atau
terhambat sepenuhnya. Ada defek yang tidak memerlukan penanganan, tetapi beberapa
membutuhkan penanganan langsung setelah lahir.

Ada berbagai tipe penyakit jantung bawaan (mulai dari yang sederhana hingga yang rumit dan
kritis). Defek sederhana seperti ASD dan VSD, mungkin tidak ada gejala dan mungkin tidak
membutuhkan operasi.

Atrial septal defect (ASD) terjadi ketika ada lubang diantara atrium, lubang ini menyebabkan
darah atrium kiri dan bercampur dengan atrium kanan yang seharusnya dipompa ke seluruh
tubuh. ASD ini merupakan penyakit jantung bawaan yang sederhana karena tidak memerlukan
operasi dan bisa menutup sendiri saat jantung berkembang di masa anak-anak dan perbaikan
mungkin tidak diperlukan. (Gambar)

Page 6 of 15
e-mail : jessica.2016fk239@civitas.ukrida.ac.id
Gambar. Jantung normal dan arterial septal defect (ASD)

Sumber : https://www.nhlbi.nih.gov/health-topics/congenital-heart-defects

Ventricular septal defect merupakan lubang yang ada pada dinding antara ventrikel. Darah bisa
mengalir dari ventrikel kiri dan bercampur dengan darah di ventrikel kanan (seharusnya di
pompa ke seluruh tubuh). Jika lubangnya besar, menyebabkan jantung dan paru bekerja lebih
keras dan dapat menyebabkan cairan terbendung di paru. Defek ini dapat menutup dengan
bertambahnya usia, kecuali defek sub aortic, sub pulmonic atau defek tipe kanal. Defet menutup
secara spontan pada saat umur pasien 2 tahun, 90% pada saat 10 tahun. (Gambar)

Gambar. Jantung normal dan ventricular septal defect (VSD)

Page 7 of 15
e-mail : jessica.2016fk239@civitas.ukrida.ac.id
Sumber : https://www.nhlbi.nih.gov/health-topics/congenital-heart-defects

Patent ductus arteriosus (PDA) ini merupakan penyakit jantung bawaan lainnya yang sederhana.
Kelainan ini terjadi ketika vascular yang menghubungkan arteri pulmonal dengan aorta pada fase
fetal, tetap paten sampai lahir (pertama kali ditemukan oleh Galen). Sehingga celah ini bisa
dilewati oleh darah dari aorta ke arteri pulmonal yang seharusnya tidak terjadi. Celah ini dapat
menutup sendiri. (Gambar)

Gambar. Jantung normal dan patent ductus arteriosus

Sumber : https://www.nhlbi.nih.gov/health-topics/congenital-heart-defects

Etiologi 1,2,7,8

Demam rematik diperkirakan hasil dari respons inflamasi autoimun/delayed autoimun. Demam
rematik ini banyak pada anak-anak dan remaja. Ini merupakan komplikasi dari faringitis yang
disebabkan oleh streptococcus grup A beta-hemolitikus pada tonsilofaringitis dengan masa laten
sekitar 1-3 minggu. Hanya infeksi Streptococcus dari faring yang memulai/kekambuhan demam
rematik. RHD (rheumatic heart disease) sendiri terjadi kerusakan pada katup jantung dan otot
jantung karena peradangan dan scarring yang disebabkan oleh demam rematik.

Epidemiologi6,9,12

Page 8 of 15
e-mail : jessica.2016fk239@civitas.ukrida.ac.id
Pada tahun 2005, tercatat sekitar 471.000 kasus demam rematik akut tiap tahun. 15,6-19,6 juta
kasus RHD dan sekitar 350.000 terjadi kematian tiap tahun akibat dari demam rematik akut dan
RHD, dan hampir semua kematian terjadi pada orang-orang yang berpenghasilan rendah-
menengah. Studi dari Global Burden of Disease (SBD) pada tahun 2013 memperkirakan ada 33
juta kasus RHD yg umum terjadi dan 275.000 kematian tiap tahun. Menurut WHO, Afrika, Asia
Tenggara dan Pasifik Barat merupakan daerah yang paling parah, tercatat 84% kasus dan 80%
diperkirakan meninggal akibat RHD pada tahun 2015. India (dalam wilayah Asia Tenggara)
menempati prevalensi global tertinggi yaitu 27% kasus.

Gambar. Jumlah prevalensi kasus RHD 2013 per negara dan prevalensi umur standard RHD
dari 1990-2013 menurut Global Burden of Disease Study 2013

Sumber : Carapetis JR, Beaton A, Cunningham MW, Guilherme L, Karthikeyan G, et al. Acute
rheumatic fever and Rheumatic heart disease vol. 2. University of Western Australia, West Perth.
2016 Jan.

Factor resiko berupa (1) Umur. Demam rematik akut tersering terjadi pada anak-anak usia 5-14
tahun, meski serangan pertama muncul pada anak-anak lebih muda (ada laporan anak berusia 2-3

Page 9 of 15
e-mail : jessica.2016fk239@civitas.ukrida.ac.id
tahun). Kekambuhan sering terjadi pada anak-anak >14 tahun dan dapat terjadi hingga remaja
muda. Prevalensi puncak RHD terjadi pada usia 20-an dan 30-an, meski RHD pada anak dan
remaja tetap besar. (2) Jenis kelamin. Sebagian besar populasi demam rematik sama besar antara
perempuan dan laki-laki. Tetapi, RHD sering muncul pada perempuan terutama saat kehamilan
karena terkain beban jantung yang lebih tinggi. (3) Faktor lingkungan telah ditunjukkan bahwa
demam rematik akaut dan RHD lebih umum di daerah pedesaan dan daerah terpencil serta
daerah perkotaan yang kumuh. Tetapi, mungkin ada factor resiko lain, seperti kepadatan rumah
tangga karena status social ekonomi yang rendah atau mungkin bisa juga karena sulitnya akses
ke sumber daya medis. Selain itu, ada potensi antara gizi yang tidak memadai pada masa kanak-
kanak dan kerentanan terhadap demam rematik akut. Tetapi, hal ini masih belum jelas.

Patofisiologi8,9,12

Mekanisme pathogenesis dari demam rematik akut tidak sepenuhnya dimengerti. Terjadinya
demam rematik merupakan hasil dari respon imun humoral dan seluler yang terjadi 1-3 minggu
setelah onset faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus grup A beta-hemolitikus. Setelah
bakteri telah menginfeksi faring, neutrophil, makrofag dan sel dendritic memakan bakteri
(karena bakteri Streptococcus memiliki molecular mimicry terutama M-protein) dan antigen
bakteri dipresentasikan ke antibody T dan B. CD4+ dari sel T mengaktifkan dan memproduksi
IgG spesifik dan IgM hasil dari sel B. Pada orang yang rentan, bakteri akan memicu reaksi
autoimun terhadap jaringan (jantung, otak, sendi, kulit). Respons kekebalan silang menyebabkan
poliartritis sebagai pembentukan kompleks imun, mengarah ke Sydenham’s chorea jika antibody
mengikat ganglia basal dan sel saraf, menyebabkan erythema marginatum dan subcutaneous
nodules (kadang subcutaneous noudles dapat berbentuk lesi granulomatosa yang terbentuk di
dermis sebagai hasil delayed hypersensitivity terhadap antigen Streptococcus) pada kulit karena
antibody mengikat keratin dan mengarah pada inflamasi di kedua katup jantung dan
myocardium. Jika terjadi kerusakan permanen pada katup bisa terjadi RHD.

Gejala klinis2,9

Demam rematik akut adalah penyakit multisystem yang ditandai dengan keterlibatan jantung,
sendi, system saraf pusat (SSP), jaringan subkutan dan kulit. Selain jantung, sebagian besar
organ ini hanya berdampak ringan dan sementara. Diagnosis klinis bergantung dengan kriteria

Page 10 of 15
e-mail : jessica.2016fk239@civitas.ukrida.ac.id
yang melibatkan system ini dan juga laboratorium yang menunjukkan infeksi streptococcus.
Kriteria yang digunakan adalah kriteria Jones. (Gambar)

Gambar. Kriteria Jones

Sumber : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK425394/

Demam rematik dapat menunjukkan beberapa manifestasi klinik dalam beberapa minggu
bersama dengan kekambuhan dari faringitis. Gejala yang paling sering terlihat adalah demam
(>90%) dan arthritis (75%). Manifestasi yang paling serius adalah karditis (>50%) karena bisa
menuju RHD kronik. (1) Arthritis dari demam rematik akut biasanya menyerang sendi-sendi
besar, dan bisa menjadi polyarthritis dengan onset yang berbeda atau bersamaan. Nyeri sendi
bisa sangat sakit terutama pada remaja dan anak-anak muda. (2) Karditis. Pancarditis merupakan
komplikasi tersering pada demam rematik. Pasien mungkin saja mengeluh dyspnea, dada terasa
tidak nyaman ringan-sedang, nyeri dada preluritik, edema, batuk, atau orthopnea. Dalam
pemeriksan fisik, karditis paling sering dideteksi melalui murmur baru dan takikardi di luar
demam. Murmur baru atau pergantian murmur dapat dianggap untuk diagnosis rheumatic
valvulitis. Beberapa ahli jantung mengusulkan echocardiogram biasa dilakukan untuk melihat
adanya MR, khusunya dalam hubungan dengan AR. Pansistolik murmur (apical pansistolik
murmur) dapat didengar pada pasien dengan mitral regurgitasi yand bervariasi suaranya dari
grade 2/6 atau lebih tinggi. Pansistolik murmur tidak dipengaruhi oleh respirasi atau posisi. Jika
Page 11 of 15
e-mail : jessica.2016fk239@civitas.ukrida.ac.id
mitral regurgitasi sudah parah bisa terdengan bunyi tambahan yaitu diastolic murmur (Carey-
Coombs murmur). Mekanisme dari murmur ini sendiri berhubungan dengan mitral stenosis yang
terdengar jelas jika pasien dalam posisi miring ke kiri dan pernapasan ekspirasi. Basal diastolic
murmur dapat didengar pada aorta regurgitasi yang terdapat pada kanan atas daerah sternal
setelah ekspirasi dalam dengan posisi pasien condong ke depan. Kardiomegali dapat ditemukan
juga pada valvular regurgitasi parah. (3) Chorea juga disebut dengan Sydenham’s chorea atau St.
Vitu’s dance. Karakteristiknya berupa gerakan tidak disadari, non-ritmik dan pergerakan tanpa
tujuan dari tangan dan kaki. Chorea rematik juga bisa mengenai bagian wajah dan
karakteristiknya berupa grimace, menyeringai. Gejala chorea ini menghilang saat tidur.
Echocardiogram harus dilakukan karena chorea biasanya bersamaan dengan karditis. (3)
Erythema marginatum disebut juga dengan erythema annulare dengan diameter 1-3 cm, lesi
non-purutic macula atau papul dengan warna merah muda hingga merah yang berada di batang
dan kaki bagian atas tetapi tidak pernah di wajah. Subcutaneous nodules muncul pada siku, lutut,
mata kaki dan pada kulit kepala. (4) manifestasi lainnya bisa termasuk demam, arthralgia,
peningkatan reaktan fase akut, perpanjangan interval PR pada EKG. Manifestasi lain yang tidak
termasuk dalam kriteria Jones berupa nyeri perut, epistaxis, takikardi.

Manifestasi klinik dari RHD kronik berupa kelainan katup, tromboembolisme, anemia hemolitik
jantung dan aritmia atrial. Mitral stenosis terjadi 25% pada pasien dengan RHD dan berhubungan
dengan mitral regurgitasi dalam 40% lainnya. Kelainan katup aorta hanya 20-30% kasus dan
katup tricuspid dalam 15-40%.

Komplikasi9,12

Komplikkasi dari RHD termasuk gagal jantung, stroke embolic, endocarditis dan atrial
fibrillation.

Penatalaksanaan2,9

Terapi obat-obatan untuk menghilangkan faringitis jika masih ada, menurunkan peradangan dari
respons autoimun, memberikan pengobatan suportif untuk gagal jantung kongestif. Antibiotic
digunakan untuk faringitis Streptococcus grup A. DOC untuk faringitis Streptococcus grup A
adalah Penicillin V. Untuk pasien yang alergi terhadap penicillin dapat digunakan Eritromisin.
Penatalaksanaan untuk inflamasi akut dari demam rematik akut berupa salisilat dan steroid.

Page 12 of 15
e-mail : jessica.2016fk239@civitas.ukrida.ac.id
Aspirin dapat mengurangi semua gejala kecuali chorea. Chorea biasanya hilang sendiri tetapi
bisa diringankan atau di kendalikan dengan phenobarbital atau diazepam. Jika terdapat karditis
mungkin mengindikasi kardiomegali, third-degree heart block atau CHF diberi terapi salisilat
sebagai pengganti prednisone. Diuretic (furosemide dan spironolakton) paling sering digunakan
bersama digoxin untuk anak dengan gagal jantung. Digoxin digunakan setelah mengecek
elektrolit dan menangani hipokalemi.

40% pasien dengan RHD akut akan berkembang menjadi mitral stenosis saat dewasa. Pasien
dengan stenosis kritis, indikasi yang mungkin dilakukan adalah mitral valvotomy, percutaneous
balloon valvuloplasty atau mitral valve replacement.

Prognosis8

Rheumatic mitral valve disease memiliki hasil setelah perbaikan operasi tidak sebagus perbaikan
untuk prolapse katup mitral karena jaringan parut selain itu juga ada kemungkinan progresivitas
dari katup setelah di perbaiki. Tetapi, rheumatic mitral stenosis yang tidak diikuti dengan fusi
chordal berat atau pemendekan atau kalsifikasi bisa ditangani dengan percutaneous atau open
mitral commissurotomy dengan tingkat keberhasilan yang tinggi.

Pencegahan2,6,7,9

Terdapat 3 level untuk mencegah RHD; mengurangi factor resiko untuk demam rematik
(primordial prevention); primary prevention pada demam rematik dan RHD; dan secondary
prevention (profilaksis) dari demam rematik dan RHD. (1) Primordial prevention dengan cara
memperbaiki nutrisi pada masa kanak-kanak dan juga tempat tinggal yang terlalu ramai juga
meningkatkan factor resiko penyebaran Streptococcus pyogenes. (2)Primary prevention
menggunakan Bezathine enicillin G injeksi tunggal IM. (3) Secondary prevention dengan injeksi
0,6-1,2 juta unit dari benzathine penicillin G IM setiap 4 minggu.

Menurut WHO, jika pasien tidak dengan bukti karditis maka profilaksis dilakukan selama 5
tahun setelah serangan terakhir atau sampai usia 18 tahun. Jika pasien dengan karditis, dilakukan
selama 10 tahun setelah serangan atau paling tidak sampai usia 25 tahun dan jika kelainan katup
yang lebih parah maka profilaksis dilakukan seumur hidup. Setelah operasi katup juga dilakukan
profilaksis seumur hidup.

Page 13 of 15
e-mail : jessica.2016fk239@civitas.ukrida.ac.id
Kesimpulan

Pada kasus ini pasien disuspect RHD dengan kriteria mayor karditis dan juga ASTO +.
Perempuan ini harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut seperti echocardiogram untuk melihat
apakah sudah terjadi kerusakan pada katup dan kultur tenggorok agar mengetahui apakah masih
ada Streptococcus grup A untuk menentukan pengobatan.

Daftar pustaka

1. World Health Organization. Cardiovascular diseases (CVDs). 2017. Diunduh dari


http://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/cardiovascular-diseases-(cvds) . 24-9-
2018.
2. Chin TK. Pediatric rheumatic heart disease treatment & management. 2017. Diunduh
dari https://emedicine.medscape.com/article/891897-overview . 24-9-2018.
3. Redhono D, Putranto W, Budiastuti VI. Komunikasi III; history taking. Universitas
Sebelas Maret; 2011.
4. Bachnas MA, Edwin EY, Prabowo W, Nitria WPA, Sulistyowati S. Keterampilan pemeriksaan
obstetric. Universitas Sebelas Maret.
5. Bickley ls. Buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan bates. Edisi ke-8. Jakarta:
egc; 2009.h.11-2.
6. World Health Organization. Rheumatic fever and rheumatic heart disease. 2018.
7. Leman S. Demam rematik akut dan penyakit jantung rematik. Buku ajar ilmu penyakit
dalam jilid II edisi VI. Jakarta: Interna Publishing; 2015. h. 1164-9.
8. Burke AP. Pathology of rheumatic heart disease. 2015. Diunduh dari
https://emedicine.medscape.com/article/1962779-overview#a1 . 24-9-2018.
9. Paotonu DS, Beaton A, Raghu A, Steer A, Carapetis J. Acute rheumatic fever anda
theumatic heart disease. Streptococcus pyogenes : basic biology to clinical
manifestations. University of Oklahoma Health Sciences Center; 2016.
10. National Heart, Lung, and Blood Institute. Congenital heart defects. 2015. Diunduh dari
https://www.nhlbi.nih.gov/health-topics/congenital-heart-defects . 24-9-2018.
11. National Heart, Lung, and Blood Institute. Heart inflammation.
https://www.nhlbi.nih.gov/health-topics/heart-inflammation . 24-9-2018.

Page 14 of 15
e-mail : jessica.2016fk239@civitas.ukrida.ac.id
12. Beaton A, Karthilkeyan G, Guilherme L, Mayosi BM, Carapetis JR, Cunningham MW, et
al. Acute rheumatic fever and rheumatic heart disease. University of Western Australia,
Australia; 2016.

Page 15 of 15
e-mail : jessica.2016fk239@civitas.ukrida.ac.id

Anda mungkin juga menyukai