Anda di halaman 1dari 7

Zafira Uswatun Hasanah, Elvi Suryati | Penyakit Jantung Rematik pada Anak

Penyakit Jantung Rematik pada Anak


Zafira Uswatun Hasanah1, Elvi Suryati2
1
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2
Bagian Ilmu Kesehatan Anak, RSUD DR. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung

Abstrak
Demam rematik akut (DRA) adalah kondisi inflamasi yang dapat mempengaruhi berbagai organ dan sistem organ seperti
jantung, sendi, sistem saraf pusat dan jaringan subkutan akibat infeksi Streptokokus β hemolitikus grup A. Penyakit jantung
rematik (PJR) terjadi ketika reaksi silang antara dinding sel karbohidrat bakteri dengan jaringan katup jantung menyebabkan
kerusakan kronis pada katup jantung. Prevalensi PJR mencapai 33 juta kasus dan menyebabkan sekitar 270.000 kematian
setiap tahunnya. Seorang anak perrempuan berusia 15 tahun datang berobat dengan keluhan sering merasa lemas sejak 3
bulan yang lalu terutama setiap beraktivitas sedang-berat dan pulih jika beristirahat. Lemas diperberat saat datang bulan.
Pasien juga mengalami sesak napas saat beraktivitas sedang-berat Pasien memiliki riwayat batuk dan demam serta luka
pada tungkai kiri. Pada pemeriksaan fisik pasien didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, kompos mentis, nadi 112
kali/menit, tekanan darah 110/80 mmHg, laju nafas 20 kali/ menit, suhu 37,5 derajat celcius dan berat badan 52 kg. Pada
pemeriksaan kepala didapatkan pembesaran tonsil dengan detritus. Dan pada pemeriksaan thoraks didapatkan murmur
ejeksi sistolik. Hasil pemeriksaan penunjang menunjukkan imunoserologi ASTO positif. Foto toraks menunjukkan gambaran
jantung tidak membesar. Pasien didiagnosa dengan penyakit jantung rematik. Pasien dianjurkan untuk mengurangi aktifitas
berat. Pasien diberikan terapi benzatin penicillin 1,2 juta/IU IM 1x sehari, prednisone 2mg/kgBB/hari 2-6 mg, dan captopril
2x 12,5 mg.

Kata kunci: Demam rematik, penyakit jantung rematik, tatalaksana

Rheumatic Heart Disease in Children


Abstract
Acute rheumatic fever (DRA) is an inflammatory condition that can affect various organs and systems such as the heart,
joints, central nervous system and subcutaneous tissue due to group A β hemolytic Streptococcal infection. Rheumatic
heart disease (CHR) occurs when cross reactions between carbohydrate cell walls bacteria with heart valve tissue causing
chronic damage to the heart valves. The prevalence of PJR reaches 33 million cases and causes about 270,000 deaths each
year. A 15 year old girl came for treatment complaining that she often felt weak since 3 months ago, especially every
moderate-heavy activity and recovered when resting. Limp is exacerbated during menstruation. The patient also
experienced shortness of breath during moderate to heavy activity. The patient had a history of cough and fever and a
wound on the left leg. On physical examination of the patient, it was found that the general condition looked moderate,
mental compost, pulse 112 times / minute, blood pressure 110/80 mmHg, breath rate 20 times / minute, temperature 37.5
degrees Celsius and body weight 52 kg. On examination of the head, it was found that the tonsils were enlarged with
detritus. And on the chest examination found a systolic ejection murmur. The results of investigations showed positive
ASTO immunoserology. Chest X-ray shows the heart is not enlarged. The patient was diagnosed with rheumatic heart
disease. Patients are advised to reduce strenuous activities. Patients were given benzathine penicillin 1.2 million / IU IM
once a day, prednisone 2mg / kgBW / day 2-6 mg, and captopril 2x 12.5 mg.

Keywords: Rheumatic fever, rheumatic heart disease, treatment

Korespondensi: Zafira Uswatun Hasanah, Alamat Jl. Imam Bonjol Gg. H. Jamaludin No.29, Langkapura Baru, Langkapura,
Bandar Lampung, HP 082180468396, Email hasanahfira@gmail.com

Pendahuluan polyarthralgia, polyarthritis, chorea dan


Demam Rematik Akut (DRA) adalah eritema marginatum.1 Jantung Rematik Akut
kondisi inflamasi yang dapat mempengaruhi (JRA) timbul ketika terjadi reaksi silang antara
berbagai organ dan sistem organ seperti dinding sel karbohidrat bakteri dengan
jantung, sendi, sistem saraf pusat, dan jaringan katup jantung yang menyebabkan
jaringan subkutan. Demam rematik kerusakan kronis pada katup jantung tersebut
disebabkan oleh infeksi Streptokokus β yang kemudian menjadi Penyakit Jantung
hemolitikus grup A. Gejala yang ditimbulkan Rematik (PJR). Penyakit ini terutama mengenai
awalnya adalah sakit tenggorokan, Sekitar 2-4 katup mitral (75%) dan aorta (25%), jarang
minggu kemudian muncul demam,

Medula |Volume 10 |Nomor 3 | Oktober 2020 | 484


Zafira Uswatun Hasanah, Elvi Suryati | Penyakit Jantung Rematik pada Anak

mengenai katup trikuspid dan tidak pernah adanya keluhan seperti nyeri dada, nyeri-nyeri
menyerang katup pulmonal.2 pada sendi keringat malam dan nyeri kepala
PJR merupakan penyakit jantung yang dan mudah berkeringat jika berakivitas ringan-
paling umum terjadi di dunia, terutama pada sedang. Pasien juga mengatakan jika datang
anak-anak di negara berkembang. Prevalensi bulan jumlah darahnya cukup banyak (lima
PJR mencapai 33 juta kasus dan terjadi kali ganti pembalut). Lama menstruasi pasien
270.000 kematian setiap tahunnya.3 Angka delapan hari.
mortalitas dan disabilitas yang tinggi serta Riwayat kehamilan ibu pasien selama
peningkatan risiko pada negara miskin dan hamil tidak pernah mengalami sakit seperti
berkembang merupakan aspek epidemiologi hipertensi, DM, infeksi paru-paru, dan
PJR. Insidensi puncak demam rematik akut penyakit keganasan. Ibu juga rutin melakukan
(DRA) yakni usia 5-14 tahun sedangkan pemeriksaan kehamilan di bidan. Pasien lahir
insidensi puncak PJR usia 10-14 tahun.4 PJR ini secara spontan pervaginam dibantu oleh
banyak diderita penduduk negara miskin- bidan, hamil cukup bulan, dan langsung
berkembang karena terkait kemiskinan, menangis dengan BBL 3000 gr dan PBL 50 cm.
rendahnya kesadaran akan kesehatan, akses Riwayat imunisasi pasien lengkap ( BCG 1 kali,
terhadap tenaga kesehatan rendah, serta DPT 3 kali, Campak 1 kali, Hepatitis 3 kali, dan
padat penduduk.5 Polio 4 kali).
PJR merupakan termasuk penyakit Pasien memiliki riwayat penyakit dahulu
jantung katup, Indonesia belum mempunyai yaitu batuk dan demam. Pasien juga pernah
data resmi mengenai prevalensi penyakit mengalami luka pada tungkai kiri. Pasien
jantung katup menurut etiologi maupun jenis pernah dirawat di Suri Asih karena anemia
kelainannya. Pada RS Jantung Harapan Kita dengan kadar hemoglobin 5 g/dL. Ditemukan
(RSJHK) sebagai pusat rujukan jantung penyakit keluarga pada ayah pasien terdapat
nasional, terlihat bahwa stenosis aorta akibat penyakit DM sedangkan ibu tidak ada. Tidak
degeneratif adalah jenis kelainan katup yang terdapat riwayat penyakit jantung pada
jarang dijumpai. Hal ini belum tentu keluarga.
disebabkan karena prevalensi yang rendah, Pada pemeriksaan fisik didapatkan
namun mungkin karena deteksi yang kurang pasien tampak sakit sedang, kompos mentis
atau rendahnya kesadaran pasien untuk dengan tekanan darah 110/80 mmHg, nadi
datang berobat. Kelainan yang paling sering 112 kali/menit, laju napas 20 kali/menit, suhu
dijumpai pada RSJHK adalah kelainan katup 37,50C, berat badan 52 kg, tinggi badan 158
mitral akibat degeneratif dan rematik.6 cm, dan lingkar lengan 25 cm. Pada
pemeriksaan kepala didapatkan normocepal,
Kasus rambut hitam dan sulit dicabut, ubun-ubun
Seorang anak perempuan berinisial An. besar tertutup, mata terdapat konjungtiva
NNF, berusia 15 tahun dibawa orangtuanya ke anemis dan tidak terdapat iketerik,
poli anak Rumah Sakit Abdul Moeloek (RSAM) tenggorokan terdapat tonsil membesar (T2)
dengan keluhan sering merasa lemas sejak 3 dan detritus, dan mulut dalam batas normal.
bulan yang lalu. Lemas dirasa setiap habis Pada pemeriksaan kulit tampak kulit terlihat
beraktivitas sedang-berat dan pulih jika pucat, tidak terdapat sianosis, ikterus ataupun
beristirahat. Lemas juga sering dirasakan edema. Pada pemeriksaan Jugularis Venous
ketika pasien datang bulan. Pressure (JVP) di leher, tidak terdapat
Keluhan juga disertai sesak napas jika peningkatan. Pada pemeriksaan fisik jantung
beraktivitas sedang-berat dan tidak didapatkan iktus kordis tidak terlihat, iktus
dipengaruhi oleh cuaca maupun debu, namun kordis teraba di intercostalis (ICS) V aksila
berkurang saat beristirahat. Pasien kadang anterior tanpa disertai thrill, dengan batas
menggunakan dua bantal saat tidur untuk jantung kanan atas ICS II parasternal dekstra,
mengurangi efek sesak nafasnya. Selain itu kanan bawah ICS IV parasternal dekstra, kiri
pasien juga merasakan keluhan seperti atas ICS II parasternal sinistra, dan kiri bawah
berdebar dan pusing. Pasien menyangkal ICS V aksila anterior sinistra. Pada auskultasi

Medula |Volume 10 |Nomor 3 | Oktober 2020 | 485


Zafira Uswatun Hasanah, Elvi Suryati | Penyakit Jantung Rematik pada Anak

didapatkan bising (murmur) ejeksi sistolik. organ seperti jantung, sendi, basal ganglia,
Pada pemeriksaan fisik paru didapatkan ataupun kulit yang kemudian akan
pergerakan pernapasan simetris, sonor bermanifestasi sebagai reaksi hipersensitivitas
seluruh lapang paru dan vesikuler di seluruh tipe lambat.9
lapang paru. pada auskultasi abdomen bising Manifestasi klinis demam rematik
usus 7x/menit, Pada palpasi tidak terdapat secara garis besar dibagi menjadi gejala mayor
distensi dan tidak ada organomegali. Pada dan gejala minor. Kriteria diagnosis untuk
ekstremitas superior dan inferior terba menegakkan diagnosis demam rematik
hangat, tidak terdapat edema ataupun tofus, didasarkan pada kriteria yang dibuat oleh
tidak terdapat sianosis. Jones pada tahun 1994, kemudian di revisi
Pada hasil pemeriksaan penunjang oleh Amercican Heart Association (AHA) pada
didapatkan Hb 10,8 g/dL, hematokrit 34%, tahun 1992. Kriteria ini terdiri dari beberapa
leukosit 9.500/mikroliter, dan trombosit gejala mayor yang merupakan presentasi klinis
367.000 /mikroliter. Pada pemeriksaan utama dari penyakit, dan beberapa gejala
imunoserologi didapatkan Anti Streptolisin O minor serta hasil tes laboratorium. Diagnosis
(ASTO) positif dan C-Reactive Protein (CRP) demam rematik ditegakkan jika terdapat 2
kuantitatif negatif (<6 mg/dL). Pada kriteria mayor, atau 1 gejala mayor dan 2
pemeriksaan foto toraks didapatkan gejala minor, disertai juga dengan adanya
gambaran jantung tidak membesar, sinuses bukti infeksi GABHS dari pemeriksaan
dan diafragma normal, dan pada paru laboratorium.10 Kriteria Jones yang telah
didapatkan gambaran hili normal, corakan direvisi oleh AHA pada tahun 1992 dijelaskan
bronkovaskuler normal, dan tidak tampak pada tabel 1.7,10
bayangan opak nodular/infiltrasi. Kesan
didapatkan tidak tampak kardiomegali dan Tabel 1. Kriteria diagnosis DRA (Kriteria Jones revisi
7,10
tidak tampak TB paru aktif. tahun 1992)
Berdasarkan data yang didapatkan di Kriteria Mayor Kriteria Minor
atas pasien didiagnosa dengan penyakit  Karditis dan  Hiperpireksia
jantung rematik. Pasien dianjurkan untuk valvulitis  Arthralgia, tanpa
mengurangi aktifitas berat. Pasien diberikan  Poliartritis migrans, tanda inflamasi
terutama pada lainnya
terapi benzatin penicillin 1,2 juta/IU IM 1x
sendi-sendi besar  Indikator tes
sehari, prednisone 2mg/kgBB/hari 2-6 mg, dan
 Nodul subkutan laboratorium yang
captopril 2x 12,5 mg.  Chorea menunjukkan fase
 Eritema akut: peningkatan
Pembahasan marginatum LED, CRP
Demam Rematik adalah penyakit  Interval PR
sistemik yang disebabkan infeksi memanjang pada
Streptococcus beta hemolitikus grup A EKG
(GABHS).7 Demam rematik terjadi karena LED: Laju Endap Darah; CRP: C-Reactive Protein; EKG:
Elektrokardiografi
adanya respon autoimun yang diinisiasi
dengan infeksi faringitis oleh GAS.8 Respon Penegakan diagnosis didasarkan pada
autoimun dimulai dari presentasi antigen S. kriteria Jones 1992 selama 23 tahun sebelum
pyogenses oleh sel T dan Sel B. Sel T CD4+ direvisi kembali oleh AHA pada tahun 2015.
selanjutnya akan teraktivasi dan akan Pada revisi tahun 2015 (tabel 2) terdapat
menginiasiasi sel B untuk memproduksi pembagian kelompok menjadi populasi risiko
antibodi IgG dan IgM spesifik. Kerusakan rendah dan risiko sedang-tinggi. Selain itu,
jaringan dimediasi oleh mekanisme imun yang pada versi revisi 2015, AHA
dimulai karena adanya kemiripan molekuler. merekomendasikan dilakukan pemeriksaan
Kemiripan struktural antara antigen dan echocardiografi untuk mengkonfirmasi karditis
protein dalam tubuh manusia menimbulkan klinis maupun subklinis.1,8,10
reaksi silang yang mengaktivasi antibodi Manifestasi awal dari demam rematik
dan/atau sel T menyerang protein dibeberapa yang paling sering terjadi adalah karditis.

Medula |Volume 10 |Nomor 3 | Oktober 2020 | 486


Zafira Uswatun Hasanah, Elvi Suryati | Penyakit Jantung Rematik pada Anak

Sekitar 50-80% penderita demam rematik akut lesi yang paling sering terjadi pada katup
mengalami karditis. Katup mitral adalah mitral dan katup aorta atau gabungan
bagian yang paling sering terkena dan keduanya. Regurgitasi mitral akan
regurgitasi mitral sebagai bentuk abnomarlitas dikompensasi dengan dilatasi atrium kiri dan
yang paling sering terjadi. Regurgitasi aorta ventrikel kiri untuk mempertahankan cardiac
juga sering terjadi namun biasanya disertai output. Proses kompensasi yang dapat
dengan regurgitasi mitral.8 dilakukan jantung inilah yang menyebabkan
episode asimtomatik pada PJR dapat bertahan
Tabel 2. Kriteria diagnosis DRA (revisi AHA tahun lama. Penebalan ventrikel kiri yang terus
1,10
2015) terjadi akan menyebabkan disfungsi pada
Kriteria Mayor ventrikel kiri yang kemudian berakibat
Populasi Risiko menurunnya cardiac output.8,11
Populasi Risiko Rendah
Sedang-Tinggi
Gejala awal yang disebabkan oleh
 Karditis (klinis atau  Karditis (klinis atau
penurunan cardiac output adalah cepat lelah
subklinis) subklinis)
 Poliartritis  Artritis (poliartritis
dan keterbatasan dalam melakukan aktivitas.
 Chorea atau monoartritis) Jika penyakit terus berjalan, akan terjadi
 Eritema  Poliatralgia dilatasi pada atrium kiri dan hipertensi vena
marginatum  Chorea pulmonal yang menyebabkan dispneu pada
 Nodul subkutan  Eritema saat aktivitas, paroxysmal nocturnal dyspnea
marginatum dan orthopnea. Kejadian-kejadian tersebut
 Nodul subkutan akan menunjukkan tanda-tanda terjadinya
gagal jantung.8
Kriteria Minor Pada pasien An. NNF, 15 tahun sudah
Populasi Risiko mulai didapatkan tanda-tanda PJR kronik
Populasi Risiko Rendah
Sedang-Tinggi yang sebelumnya didahului dengan episode
 Poliatralgia  Monoatralgia DRA. Pada anamnesis, ibu pasien mengatakan
 Hiperpireksia  Hiperpireksia pasien sebelumnya mengalami demam dan
0 0
(≥38,5 C) (≥38,0 C)
batuk serta luka di tungkai kirinya. Riwayat
 LED ≥60 mm/h  LED ≥30 mm/h
penyakit pasien tersebut juga didukung
dan/atau CRP ≥ 3.0 dan/atau CRP ≥3.0
mg/dl mg/dl dengan hasil pemeriksaan fisik. Pada pasien
 Interval PR  Interval PR didapatkan kedua tonsil membesar (T2-T2)
memanjang (durasi memanjang dengan detritus. Hal ini dapat menunjukkan
interval sesuai usia, (durasi interval bahwa sebelumnya pasien pernah mengalami
kecuali terdapat sesuai usia, kecuali infeksi faringitis oleh GABHS. Diagnosis DRA
karditis) terdapat karditis) pada pasien kemudian dapat ditegakkan
LED: Laju Endap Darah; CRP: C-Reactive Protein dengan adanya tes imunoserologi ASTO positif
pada pasien.
Kerusakan katup jantung yang terjadi Episode DRA yang terus berlanjut
sejak episode pertama demam rematik akut menyebabkan kerusakan katup jantung pada
atau karena adanya episode rekuren dapat pasien semakin parah. Saat ini gejala yang
menyebabkan PJR. Faktor predisposisi yang dirasakan pasien seperti sering merasa
memungkinkan terjadinya PJR pada pasien berdebar, cepat lelah terutama ketika
DRA adalah usia yang lebih muda pada melakukan aktivitas sedang-berat ataupun
episode pertama DRA, karditis yang lebih sesak napas pada saat bearktivitas dan saat
parah pada episode pertama DRA, dan malam hari, merupakan gejala PJR yang
frekuensi jumlah rekurensi DRA yang dialami tampak pada pasien. Hasil anamnesis ini juga
pasien.8,9 didukung dengan hasil pemeriksaan fisik yang
Selain pada kasus DRA anak dengan dilakukan pada pasien. Pada pemeriksaan
karditis berat ataupun PJR dini, PJR biasanya jantung pasien, tidak didapatkan pembesaran
tidak menunjukan gejala klinis sampai jantung pada saat palpasi namun pada
kemudian mulai bermanifestasi pada saat auskultasi didapatkan murmur ejeksi sistolik.
memasuki masa dewasa. Pada onset dini PJR,

Medula |Volume 10 |Nomor 3 | Oktober 2020 | 487


Zafira Uswatun Hasanah, Elvi Suryati | Penyakit Jantung Rematik pada Anak

Tetapi pada pasien tidak dilakukan Pasien diberikan prednisone yang


pemeriksaan echocardiografi untuk merupakan obat antiinflamasi golongan
mengkonfirmasi adanya kelainan katup yang glukokortikoid. Hal ini sudah sesuai karena
biasa terjadi pada PJR. Dari hasil anamnesis, pasien demam rematik dengan karditis dan
pemeriksaan fisik serta pemeriksaan kardiomegali atau gagal jantung kongestif
penunjang berupa pemeriksaan serologi ASTO, harus mendapatkan terapi kortikosteroid.
pasien An. NNF, 15 tahun dapat didiagnosis Dosis prednison yang biasa diberikan adalah
sebagai PJR. sebesar 2 mg/kg/hari yang dibagi ke dalam 4
Pengobatan demam rematik akut terdiri dosis selama 2-3 minggu. Pemberian
dari pemberian terapi antiinflamasi, terapi prednison ini selanjutnya diikuti dengan
antibiotik, dan manajemen gagal jantung. Hal pengurangan dosis sebesar 5 mg/24 jam
ini bertujuan untuk menghilangkan gejala setiap 2-3 hari. Pada awal pengurangan dosis
manifestasi penyakit akut, eradikasi GABHS prednison, aspirin harus dimulai dengan dosis
dan profilaksis terhadap infeksi GABHS di 75 mg/kg/hari dalam 4 dosis terbagi yang
masa mendatang untuk mencegah kemudian dilanjutkan selama 6 minggu.16
perkembangan penyakit jantung.13
Tatalaksana yang diberikan kepada pasien Tabel 3. Durasi pemberian antibiotik profilaksis
12
pada kasus ini berupa benzatin penicillin 1,2 sekunder
juta/IU IM 1x sehari, prednisone Kategori Durasi
2mg/kgBB/hari 2-6 mg, dan captopril 2x 12,5 Demam rematik dengan 10 tahun atau sampai
karditis atau penyakit usia 40 tahun (mana
mg.
jantung residual yang lebih panajang)
Pemberian benzathine penicillin pada Demam rematik dengan
pasien ini memiliki dua tujuan, yaitu untuk 10 tahun atau sampai
karditis namun tanpa
mengeradikasi GABHS serta sebagai dosis usia 21 tahun (mana
penyakit jantung
pertama profilaksis sekunder yang selanjutnya yang lebih panjang)
residual (tanpa penyakit
akan diberikan tiap 21 atau 28 hari.12 Penicilin katup)
merupakan antibiotik golongan β-lactam. Obat 5 tahun atau sampai usia
Demam rematik tanpa
ini bekerja dengan menghambat 21 tahun (mana yang
karditis
pembentukan peptidoglikan pada dinding sel lebih panjang)
sehingga dapat menyebabkan perpecahan sel
(sitolisis) ketika bakteri mencoba untuk Pasien ini juga diberikan captopril.
membelah diri.13 Dosis pemberian benzathine Pemberian captopril bertujuan untuk
penicillin pada anak adalah sebesar 600.000 IU mengurangi afterload serta mempertahankan
pada anak dengan berat badan di bawah 30 kg fungsi ventrikel kiri.16 Captopril merupakan
dan 1,2 juta IU untuk anak diatas 30 kg. obat golongan penghambat ACE yang bekerja
Pemberiannya dilakukan secara intramuskular dengan menghambat sistem renin-
dan diberikan sekali apabila tujuannya untuk angiotensin-aldosteron dengan menghambat
mengeradikasi GABHS.14 perubahan Angiotensin I menjadi Angiotensin
Benzathine penicllin ini selanjutnya II sehingga menyebabkan vasodilatasi dan
diberikan sebagai pencegahan sekunder mengurangi retensi sodium dengan
terjadinya demam rematik akut di kemudian mengurangi sekresi aldosteron. Dosis inisial
hari. Hal ini dilakukan karena penyakit jantung captopril adalah sebesar 6,25-12,5 mg
rematik semakin memberat seiring sebanyak 2-3 kali/hari dan diberikan dengan
berulangnya demam rematik. Durasi pengawasan yang tepat.17
pemberiannya ditentukan berdasarkan risiko Prognosis pasien adalah dubia ad
berulangnya demam rematik dan tingkat bonam. Hal ini mengingat morbiditas dan
keparahan dari penyakit. Durasi ini morbiditas demam reumatik akut berkaitan
ditunjukkan pada tabel 3.12,15 Untuk pasien erat dengan derajat keterlibatan jantung.
pada kasus ini, maka pemberian benzathine Penggunaan penisilin sebagai profilaksis
penicillin dilakukan selama 10 tahun atau skunder menurunkan kemungkinan
sampai pasien berusia 21 tahun. berkembangnya penyakit menjadi penyakit
vaskular kronik pasca demam rematik akut.

Medula |Volume 10 |Nomor 3 | Oktober 2020 | 488


Zafira Uswatun Hasanah, Elvi Suryati | Penyakit Jantung Rematik pada Anak

Karena hal inilah, tatalaksana edukasi juga progression and outcomes: A multi-state
perlu dilakukan kepada keluarga pasien model. J Am Heart Assoc. 2017; 6:3498.
terutama mengenai pemberian antibiotik 5. Global, regional and national incidence,
profilaksis sekunder yang memerlukan waktu prevalence and years lived with disability
cukup panjang. Selanjutnya pasien akan for 310 disease and injuries, 1990-2015: a
disarankan untuk kontrol rutin ke poli anak systematic analysis for the Global burden
sehingga perkembangan dari penyakit jantung of Disease study 2015. Lancet.
rematik ini mengarah kepada prognosis yang 2016;388:1563-4.
lebih baik.12 6. Soesanto AM. Penyakit Jantung Katup di
Indonesia: masalah yang hampir
Simpulan terlupakan. J Kardiol Indones. 2012;
Pada kasus ini penegakkan diagnosis 33:205-8.
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, 7. Felicia D, Pamela. Diagnosis demam
dan pemeriksaan penunjang sudah sesuai. rematik pada anak: update. CDK-280.
Hanya saja belum dilakukan echocardiography 2019;46(11):687-90.
untuk melihat keadaan jantung pasien. 8. Balaji A, Sivasubramanian R. Rheumatic
Penatalaksaan pasien pada laporan kasus ini fever and rheumatic heart disease in
sudah cukup sesuai dengan kepustakaan. children. Indian J Pediatr. 2020;87(4):
Penyakit jantung rematik merupakan kelainan 305-11.
katup jantung akibat demam rematik akut 9. Dianne S, Andrea B, Aparna R, Andrew S,
yang disebabkan infeksi GABHS sebelumnya. Jonathan C. Acute rheumatic fever and
Jenis pengobatan dan durasinya bergantung rheumatic heart disease. Dalam: Joseph
pada tingkat keparahan penyakit. Pasien JF, Dennis LS, Vincent AF, editor.
dengan penyakit ini harus dipantau dengan Streptococcus pyogens : basic biology to
ketat agar prognosisnya baik. clinical manifestastion. Oklahoma city:
university of Oklahoma health centre;
Daftar Pustaka 2016:771-827.
1. Gewitz M, Baltimore R, Tani LY, Sable CA, 10. Izabela S, Elzibieta H, Beata K, Agnesia G,
Shulman ST, Carapetis J, et al. Revision of Maria M, Gietka P. Rheumatic fever –
the Jones criteria for the diagnosis of new diagnostic criteria. Rheumatologia.
acute rheumatic fever in the era of 2018; 56(1): 37-41.
Doppler echocardiography: a scientific 11. David AW, Andrea ZB, Jonathan RC,
statement from the American Heart Ganesan K, Bongani MM. JACC. 2018;
Association. Circulations. 2015;134:1806– 72(12):1398-1416.
18. 12. Gerber MA, Baltimore RS, Eaton CB,
2. Longmore M, Wilkinson I, Baldwin A, Gewitz M, Rowley AH, Shulman ST, et al.
Wallin E. The Oxford handbook of clinical Prevention of rheumatic fever and
medicine. 9th edn. New York: Oxford diagnosis and treatment of acute
University Press. 2014:136. Streptococcal pharyngitis: a scientific
3. Vos T, Barber R, Bell B, Villa AB, Biryukov statement from the American Heart
S, Bolliger I, et al. Global burden of Association Rheumatic Fever,
disease Study 2013 Collaborators. Global, Endocarditis, and Kawasaki Disease
regional and national incidence, Committee of the Council on
prevalence and years lived with the Cardiovascular Disease in the Young, the
disability for 301 acute and chronic Interdisciplinary Council on Functional
diseases and injuries in 188 countries; Genomics and Translational Biology, and
1990– 2013: a systematic analysis for the the Interdisciplinary Council on Quality of
global burden of disease study 2013. Care and Outcomes Research: endorsed
Lancet. 2015;386:743–800. by the American Academy of Pediatrics.
4. Cannon J, Roberts K, Milne K, Carapetis Circulation 2009; 119:1541.
JR. Rheumatic eart disease severity,

Medula |Volume 10 |Nomor 3 | Oktober 2020 | 489


Zafira Uswatun Hasanah, Elvi Suryati | Penyakit Jantung Rematik pada Anak

13. Kapoor G, Saigal S, Elongavan A. Action 16. Shulman ST. Rheumatic fever. In: Nelson
and resistance mechanisms of antibiotics: Textbook of Pediatrics, 20th Edition, R. E.
A guide for clinicians. J Anaesthesiol Clin Behrman and R. M. Kliegman, editors, W.
Pharmacol. 2017;33(3):300‐305. B. Saunders Company, publishers (2015):
14. Robertson KA, Volmink JA, Mayosi BM. 1332-1337.
Antibiotics for the primary prevention of 17. McMurray J, Cohen-Solal A, Dietz R,
acute rheumatic fever: a meta-analysis. Eichhorn E, Erhardt L, Hobbs FDR, et al.
BMC Cardiovasc Disord. 2005; 5:11. Practical recommendations for the use of
15. World Health Organization. Rheumatic ACE inhibitors, beta-blockers, aldosterone
fever and rheumatic heart disease: report antagonists and angiotensin receptor
of a WHO expert consultation. Geneva. blockers in heart failure: putting
WHO, 20 Oct to 1 Nov, 2001. WHO Tech guidelines into practice. Eur J Heart Fail.
Rep Ser 2001; 923. 2005;7(5):710‐721.

Medula |Volume 10 |Nomor 3 | Oktober 2020 | 490

Anda mungkin juga menyukai