Anda di halaman 1dari 18

Seorang Penderita Sistemik Lupus Eritematosus Dengan Miokarditis Akut

I Gede Yudha Kartika1, I Gede Kambayana2, Ida Bagus Rangga Wibhuti3


1
Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana/RSUP Sanglah, Denpasar, Bali, Indonesia. 2Departemen/KSM Penyakit Dalam,
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah, Denpasar, Bali, Indonesia

Corresponding Author: I Gede Yudha Kartika, Universitas Udayana


Email: yudhakartika88@gmail.com

Received 09 Juni 2022; Accepted 12 Juni 2022; Online Published 15 Juli 2022

ABSTRACT
Systemic lupus erythematosus (SLE) is a classic autoimmune disease in which the complex interactions
of apoptotic disorders, upregulation of the innate and adaptive immune systems, activation of
complement, immune complexes and inflammation of the tissues lead to autoimmune processes.
Cardiovascular disease (CVD) risk factors and markers appear to provide a statistical explanation for the
high risk of CVD in SLE. Markers of inflammation such as acute-phase reactants include CRP and
PAF-acetylhydrolase, dyslipidemia, Triglycerides (TG) and High Density Lipoprotein (HDL)), elevated
LDL, antiphospholipid antibodies (aPL; lupus anticoagulant), kidney disease and hypertension. Overall,
a combination of traditional and non-traditional risk factors might explain the increased risk of CVD in
people with SLE. Given the high risk of cardiovascular disease in patients with SLE, a proactive
approach should be taken in the management of risk factors. A holistic approach for patients with SLE
should include an assessment of risk factors so that lifestyle, weight, smoking and exercise are taken
into account and dietary controls can help improve dyslipidemia.

Keywords: Systemic Lupus Erythematosus, Cardiovascular Disease, Management.

2797
PENDAHULUAN masih banyak. Pada pasien SLE, Acute lupus
Systemic lupus erythematosus adalah myocarditis akibat autoimunemechanisms
penyakit autoimun klasik dimana interaksi memerlukan perhatian yang serius karena
kompleks dari gangguan apoptosis, dapat berkembang menjadi aritmia, gangguan
peningkatan regulasi sistem imun bawaan, konduksi, kardiomiopati dilatasi dan gagal
adaptif, aktivasi komplemen, kompleks imun jantung. Barbhaiya et al. menganalisis data
dan peradangan pada jaringan berujung pada dari tahun 2000 hingga 2010 dan
proses autoimun. Berbagai mekanisme mengidentifikasi 65.788 pasien SLE dimana
pathogen dapat terjadi dengan fenotipe klinis 93,1% adalah wanita dan 42% adalah ras
yang kita sebut SLE. Banyak organ dan Afrika Amerika, 38% Kaukasia, 16%
jaringan yang dipengaruhi oleh SLE dimana Hispanik, 3% Asia, dan 1% Penduduk Asli
manifestasi klinis dan fenomena autoimun Amerika Indian/Alaska. Risiko kejadian
sangat heterogen yang terdapat pada pasien kardiovaskular meningkat di antara orang
sering berubah pada tiap individu. Oleh Afrika-Amerika dibandingkan dengan
karena itu, diagnosis seringkali sulit atau Kaukasia, sedangkan Hispanik dan Asia
terlambat dan bergantung pada ketelitian dari memiliki risiko Miokard Infark yang lebih
keahlian klinis untuk menggabungkan temuan rendah.2
klinis dan imunologi tersebut.1 Faktor dan penanda untuk risiko
Manifestasi klinis dari SLE sangat Cardiovaskular Disease (CVD) pada pasien
beragam, salah satu organ yang terlibat secara SLE memberikan penjelasan secara statistik
klinis adalah jantung yang diperkirakan lebih untuk risiko tinggi terjadinya CVD. Penanda
dari 50% pada pasien SLE. Semua struktur radang reaktan fase akut seperti CRP, PAF-
jantung dapat terlibat seperti perikardium, acetylhydrolase, dyslipidemia, Trigliserida
miokardium, endokardium, arteri koroner, dan (TG), High Density Lipoprotein (HDL)),
jaringan konduksi. Keterlibatan ini peningkatan LDL, antibodi antiphospholipid,
disebabkan oleh SLE atau penyakit sistemik penyakit ginjal dan hipertensi dikombinasi
lainnya seperti hipertensi. Penelitian dengan faktor risiko tradisional dan non-
menunjukkan prevalensi miokarditis pada tradisional faktor risiko peningkatan CVD
pasien SLE sebesar 40-70%, hanya 5-10% pasien SLE. Kasus ini diangkat karena pada
dilaporkan dengan miokarditis simtomatik pasien SLE mempunyai risiko tinggi kejadian
sedangkan miokarditis subklinis diperkirakan CVD khususya miokarditis akut sehingga kita

2798
bisa mengendalikan faktor risiko dan kemerahan pada kedua tangan dan kaki
tatalaksana yang baik untuk penyakit berbatas tegas dan tidak meninggi. Buang air
kardiovaskuler.3 besar dan buang air kecil dikatakan normal.
Makan dan minum dikatakan berkurang sejak
ILUSTRASI KASUS 3 hari lalu, keluhan mual ada tetapi tidak
Seorang wanita 39 tahun, suku Bali, datang ke disertai dengan muntah. Pasien sebelumnya
IGD RSUP Sanglah dengan keluhan demam. riwayat terdiagnosa dengan sistemik lupus
Demam dirasakan sejak 3 hari sebelum MRS, eritematosus sejak 5 tahun yang lalu dengan
demam awalnya tidak terlalu tinggi tetapi terapi metil prednisolone 4 mg tiap 24 jam
semakin hari semakin meningkat dan namun sejak 2 hari ini tidak minum obat.
membaik dengan pemberian obat Riwayat penyakit kronis sebelumnya seperti
parasetamol. Pasien juga mengeluh batuk diabetes, hipertensi, penyakit jantung,
kering tanpa ada dahak dan tidak ada batuk penyakit ginjal disangkal. Riwayat keluarga
darah. Mengeluh nafas terasa berat sejak 4 dengan keluhan yang sama disangkal.
hari sebelum MRS, ketika berjalan nafas Riwayat keluarga dengan penyakit kronis
terasa bertambah berat dan membaik jika lainnya disangkal. Pasien adalah ibu rumah
diistirahatkan. Pada malam hari kadang tangga. Kebiasaan sosial dikatakan tidak
pasien merasa nafas agak berat tetapi ketika memiliki kebiasaan merokok atau minum-
posisi kepala agak tinggi, sesak berkurang. minuman alkohol. Riwayat alergi terhadap
Bengkak pada kedua kaki yang dirasakan makanan, obat-obatan dan lainnya disangkal.
sejak 1 minggu yang lalu dan muncul bercak

2799
A B

Gambar 1. (a) Foto klinis pasien saat masuk di IGD (b) Gambaran vaskulitis
pada kaki (c) Gambaran vaskulitis pada tangan

Pada pemeriksaan fisik pasien tampak leher. Dari pemeriksaan fisik paru ditemukan
sakit berat, didapatkan kesadaran pasien adanya ronki di paru kanan bagian tengan dan
composmentis dengan Glasgow Coma Scale bawah lapangan paru bawah. Pemeriksaan
(GCS) E4V5M6, tekanan darah 90/60 mmHg, fisik jantung kesan membesar. Dari
laju nadi 87 kali tiap menit, suhu terukur pemeriksaan fisik abdomen tidak dijumpai
37.50C, laju napas 25 kali tiap menit dengan kelainan, baik pembesaran organ maupun
saturasi oksigen perifer 99% pada pemberian gangguan peristaltik usus. Pemeriksaan
oksigen 4 liter tiap menit dengan nasal. ekstremitas inferior ditemukan macula eritema
Dari pemeriksaan fisik wajah leher batas tegas ukuran 1x3 cm, sedang pada
didapatkan mata dan leher tampak normal, ektremitas superior ditemukan macula eritema
tidak ditemukan pembesaran kelenjar sekitar berbatas tegas dengan ukuran 5x7 cm.

2800
Pada pemeriksaan penunjang darah mmol/L, SO2c 99.0%, TCO2 15.2 mmol/L,
lengkap didapatkan nilai leukosit 17.77 x 103 Natrium 121 mmol/L, Kalium 4.93 mmol/L,
/μL, limfosit 14.15%, hemoglobin 12.51 g/dL, CK-MB 6.8ng/mL, LDH 6713 U/L Troponin
MCV 81.58, MCH 25.99, hematokrit 39.29%, T 70 ng/L.
trombosit 192.5 x 103 /μL, neutrofil 13.6 x 103 Dari pemeriksaan elektrokardiografi
/μL. Hasil kimia darah nilai SGOT 38.4 U/L, (EKG) didapatkan irama sinus, aksis normal,
SGPT 21 U/L, GDS 146 mg/dL, BUN 16.7 laju reguler 135 kali tiap menit, low voltage
mg/dL, SCr 0.76 mg/dL Albumin 2.3 g/dl. mengesankan sinus takikardi, 135 kali tiap
Hasil analisis gas darah pCO2 21.0 mmHg, menit, low voltage.
pO2 131, BE -9.4 mmol/L, HCO3 14.6

Gambar 2. Foto pemeriksaan EKG pasien

Gambar 3. Gambaran foto toraks pasien saat masuk IGD.


Dari hasil pemeriksaan penunjang foto toraks ditemukan jantung ukuran membesar dan
gambaran konsolidasi pada paru zona tengah hingga bawah paru kanan, sinus pleura kanan dan
kiri tumpul bawah mengesankan jantung kesan membesar, pneumonia dan efusi pleura bilateral.

2801
Gambar 4. Gambar Echocardiografi pada pasien.

IVSd : 0.8 cm LVOT diam : 1.9 cm


LVIDd : 4.8 cm LVOT VTI : 6.8 cm
LVPWD : 0.7 cm HR : 125 bpm
EF Teich : 43 % MAP : 80
EF BP : 48 % SV : 19.2 mL
TAPSE : 1.5 cm CO : 2.4 L/min
RWT : 0.31 SVR : 2150 dyne
LVMI : 72.6 g/m2 LVVI : 58 ml/m2 2802
IVC max : 2.2 cm LAVI : 18.16 ml/m2
IVC min : 1.4 cm E/A : 1.98
eRAP : 15 mmHg E/E’ avg : 8.17
Kesimpulan
Normal Cardiac chamber dimension
LVH (-)
Decreased left ventricle systolic function (EF BP 48 %)
Decreased LV diastolic function grade I
Decreased right ventricle contractility (TAPSE 1.5 cm)
LV wall segmental analysis: Global hypokinetic
Valves : MR Mild, TR Mild – intermediate probability of PH (TR
Vmax 3.20 m/s, TR maxPG 40.9 mmHg)
eRAP: 15 mmHg
Others :
• No pericardial effusion
• No thrombus, no mass, no vegetation

Berdasarkan hasil anamnesis, nadi 87x/menit, saturasi 96% kemudian pada


pemeriksaan fisik dan penunjang, pasien hari ke 3 pasien mengalami perburukan
kemudian didiagnosis sebagai suatu kondisi dimana mengalami desaturasi dari
kecurigaan Sistemik Lupus Eritematosus 98% menjadi 51% dan bradikardi kemudian
Severe Flare Up,Vaskulitis, Acute Heart dari tim jaga memberikan sulfas atropine 0,5
Failure dicurigai Myocarditis atau Lupus mg setelah dievalusi tidak terjadi perbaikan
Cardiomyopati, Pneumonia PSI Class IV, kondisi 10 menit kemudian pasien asistole.
Hipoalbuminemia ec inflamasi kronis, Tim jaga kemudian memberikan 1 ampul
Hiponatremia dan Discarded COVID 19. epineprin kemudian pasien mengalami Return
Pasien kemudian dirawat inap dengan Of Sustained Perfusing Circulation (ROSC).
pemberian terapi metil prednisolone pulse Setelah itu dosis vascon dinaikan menjadi 2
dose 500 mg tiap 24 jam intravena selama 3 mcg/kgbb/menit tetapi saat itu saturasi pasien
hari, hidroksiklorokuin 200 mg tiap 24 jam turun 50-51% dengan fraksi oksigen 100%.
oral, antibiotic kombinasi ceftriaxone 2 gram Satu jam kemudian pasien kembali bradikardi
tiap 24 jam intravena, levofloxasin 750 mg dan asistole kemudian dari tim jaga dilakukan
tiap 24 jam intravena, transfusi albumin 20% RJP dan pemberian epinephrine diulang
1 flsh/hari intravena, drip dobutamin 5 sebanyak 4 kali. Setelah itu tim jaga
mcg/kgbb/menit, drip norepinephrine 0,5 melakukan echocardiografi ditemukan tanda
mcg/kgbb/menit, tunda drip furosemide, Pulmonary Emboli (PE) sehingga dicurigai
tunda ace inhibitor dan B-blocker. Setelah susp PE, akhirnya dari tim jaga memeberikan
dirawat hari ke 1 Kondisi pasien lemas dan terapi streptokinase tetapi pasien tidak ada
sesak, tensi 100/80 mmhg, nadi 90x/menit, respond dan cenderung asistole akhirnya
saturasi 95%, pada hari ke 2 dirawat pasien meninggal dengan penyebab langsung syok
masih mengeluh sesak tensi 100/80 mmhg, kardiogenik dan PE.

2803
sirkulasi sel endotel apoptosis yang
DISKUSI berkorelasi dengan disfungsi endotel dan
Sistemic Lupus Erithematosus adalah pembentukan faktor jaringan. Berbagai
penyakit autoimun kompleks dengan molekul adhesi terlarut, seperti sel vascular
relapsing-remitting course dan variabel cell adhesion molecule (VCAM), adhesi antar
manifestasi yang mengarah ke spektrum sel molekul dan E-selektin, yang dilepaskan
penyakit mulai dari ringan hingga setelah kerusakan sel endotel, meningkat pada
mengancam nyawa. Onset klinis dari Sistemic pasien SLE dan berkorelasi dengan
Lupus Erithematosus (SLE) berasal dari peningkatan kalsium koroner. Selain itu,
interaksi antara predisposisi genetik, tingkat protein endotel antitrombotik C
lingkungan, imunologi, hormonal dan reseptor yang larut, dilepaskan akibat
kecenderungan pada wanita usia muda. inflamasi aktivasi metaloproteinase
Manifestasi dari SLE dikaitkan dengan meningkat pada SLE dan berkorelasi dengan
adanya beberapa autoantibodies (Ab) yang adanya plak karotis. Gangguan vaskular
menyebabkan pembentukan dan deposisi kronis dan peradangan berperan penting pada
imun kompleks, serta proses kekebalan patologi aterosklerotik. Kematian sel endotel
lainnya. Pada pasien ini masuk dalam kriteria yang cepat pada lupus memicu perbaikan
Severa SLE dengan skor Systemic Lupus vaskular yang meningkat sehingga
Erythematosus Disease Activity Index menyebabkan gangguan secara signifikan
(SLEDAI) lebih dari 12 dan mengancam pada pasien SLE. Pada pasien SLE telah
organ utama yaitu jantung. Manifestasi severa terjadi penurunan Endothelial Progenitor
SLE pada pasien ini ditemukan manifestasi Cells (EPC)/Circulating Angiogenic Cells
miokarditis dan effusi pleura sedangkan (CAC) yang bersirkulasi dan ditandai
manifestasi lain yang bisa ditemukan yaitu peningkatan apoptosis. Selama penyakit tidak
pericarditis, endocarditis, asites dan neuritis aktif, proangiogenik menurunkan sintesis
optic.4,5 molekul untuk bergabung ke dalam struktur
Patofisiologi SLE dengan penyakit vaskular yang terbentuk dan berdiferensiasi
CVD, dimana terjadi peningkatan jumlah menjadi sel endotel yang matang.6,7,8

2804
Gambar 1. Interaksi dari berbagai mediator inflamasi meningkatkan kerusakan
vaskular dan pembentukan plak pada SLE.9

Faktor risiko tradisional dan faktor risiko non- tradisional lainnya seperti merokok
tradisional diperkirakan dapat menjelaskan merupakan faktor risiko yang penting.10,11,12
risiko tinggi CVD pada SLE. Faktor risiko Selain faktor tradisional dan non
tersebut adalah faktor penanda peradangan trradisional berperan dalam risiko CVD, ada
seperti peningkatan kadar reaktan fase akut, beberapa faktor risiko CVD terkait
TNF-a, dyslipidemia (Trigliserida meningkat peradangan pada SLE diidentifikasi dalam
dan HDL rendah), peningkatan oksidasi LDL, epidemiologi studi. Bengtsson dkk,
Anti Fosfolipid Antibody (aPL), Lupus menemukan skor SLEDAI yang tinggi
Anticoagulan (LAC), Antibodies Oxidized berhubungan dengan stroke dan Miokard
LDL (aOxLDL) dan tingkat homosistein yang Infark (MI) pada pasien SLE diikuti selama 7
tinggi. Penelitian sebelumnya menunjukkan tahun. Nikpour Touma dkk, menemukan
bahwa hipertensi merupakan faktor risiko aktivitas penyakit dengan SLEDAI yang
penting untuk CVD pada pasien SLE. Selain tinggi adalah prediktor sederhana yang
itu pada studi kohort multietnis di amerika meningkatnya risiko CAD selama periode 6
serikat melaporkan bahwa faktor risiko sampai 37 tahun. Pada durasi penyakit Toloza

2805
dkk. melaporkan bahwa peningkatan durasi peningkatan risiko 4 kali lipat mengalami
SLE dikaitkan dengan peningkatan risiko kejadian CVD di atas 6 tahun. Durasi
semua jenis kejadian vaskular. Dalam studi penggunaan glukokortikoid yang lama juga
lumina, adanya antibodi antifosfolipid positif dihubungkan dengan kejadian CVD.13,14
secara bermakna dikaitkan dengan

Gambar 2. Kombinasi tradisional dan faktor risiko non-tradisional


berkontribusi pada CVD) pada SLE. 15

Miokarditis didefinisikan sebagai menjadi penyebab kematian jantung mendadak


radang miokardium, dimana penggunaan biopsi pada usia dewasa muda 8,6% hingga 12%.16
endomiokard telah membantu dalam Patogenesis dari miokarditis pada SLE
menentukan miokarditis dan memperjelas mungkin dimediasi oleh fenomena imunologi.
korelasi klinikopatologis pada pasien. Studi immunofluoresensi menunjukkan
Presentasi klinis penyakit ini berkisar dari kompleks fine granular immune dan
gejala sistemik nonspesifik seperti demam, pengendapan komplemen pada dinding
mialgia, palpitasi, dispnea saat aktivitas dan jaringan perivaskular pembuluh darah miokard
kematian mendadak. Berbagai macam terdapat immune deposit yang tersebar dan
manifestasi klinis membuat kejadian diamati sepanjang bundel miosit. Sehingga
miokarditis sulit ditentukan sehingga data mendukung hipotesis bahwa lupus miokarditis
postmortem terbaru menunjukan miokarditis merupakan fenomena vaskular yang dimediasi
oleh kompleks imun yang mengarah pada

2806
aktivasi komplemen, inflamasi dan cedera gejala yang lain seperti demam, myalgia, gejala
miokard. Autoantibodi yang bersirkulasi, pernapasan dan gejala gastrointestinal.19
termasuk antiribonucleo protein, Miokarditis akut sering kali pertama
antimyocardial, anti-Ro (SS-A), dan kali didiagnosis sebagai Dilated
antiphospholipid antibodi juga mungkin terlibat Cardiomyopathy. Gambaran klinis miokarditis
dimana satu penelitian melaporkan hubungan biasanya bervariasi dan tidak spesifik seperti
antara Antibodi anti-Ro dan miokarditis dengan gejala penyakit jantung iskemik, gagal jantung
defek konduksi pada SLE. Antibodi dan miokarditis terkait dengan miositis skeletal.
antribonukleoprotein dapat ditemukan pada Pada pasien ini ditemukan gejala yang
sebagian pasien yang cenderung mengalami mengarah pada AHF dengan adanya efusi
miokarditis dan miositis skeletal, sehingga pleura, piting oedema. Miokarditis lupus
menunjukkan aktivitas autoimun ini ditujukan dianggap sebagai kompleks imun penyakit
pada otot lurik. Antibodi antimyokard banyak yang dimediasi pada aktivasi komplemen,
ditemukan pada pasien SLE, tetapi tidak peradangan dan cedera miokard. Anti-Heart
spesifik untuk keterlibatan miokardial.17,18 Antibodies ditemukan terdeteksi pada 20 dari
Disfungsi miokard pada SLE biasanya 32 pasien SLE dalam satu seri. Low
multifaktorial dan disebabkan oleh cedera Complements C3 dan C4, hipoalbuminemia,
imunologis, iskemia, penyakit katup dan peningkatan Erythrocyte Sedimentation Rate
penyakit yang menyertai seperti hipertensi. (ESR) dan anti-dsDNA positif juga ditemukan
Prevalensi klinis pasien miokarditis pada pada pasien lupus miokarditis.20
pasien SLE sekitar 9% tetapi sekitar 57% dari Diagnosis pasti lupus miokarditis
data post mortem menunjukkan penyakit adalah histologis, dimana pada pasien ini tidak
subklinis. Manifestasinya dilakukan. Kriteria Dallas mempunyai standart
berkisar dari penyakit subklinis, kematian histopatologi untuk definisi miokarditis,
mendadak dan sindrom mirip infark miokard meskipun memiliki keterbatasan diagnostik
akut. Gejala jantungnya sangat bervariasi cukup besar 10% hingga 20% tetapi tetap
termasuk kelelahan, palpitasi, nyeri dada menjadi standar emas untuk diagnosis secara
prekordial dan sinkop. Nyeri dada pada pasti. Biopsi biasanya dilakukan dalam 1
miokarditis akut bisa disebabkan dari minggu pada onset gejala sehingga memiliki
perikarditis atau spasme arteri coroner dan hasil yang baik. Penggunaan biomarker jantung
seperti Creatin Kinase (CK), Troponin I dan T

2807
yang dicurigai pada miokarditis. CK atau dan memiliki reproduktifitas tinggi dan
isoformnya (CK-MB) umumnya tidak terlalu variabilitas intra dan interobserver rendah.23,24
bermakna. Lauer et al melaporkan bahwa Pada pasien ini juga didiagnosa AHF
hanya 28 dari 80 pasien yang diduga dengan klinis bervariasi mulai dari kelebihan
miokarditis meningkatkan kadar troponin. Pada volume hingga syok kardiogenik. Ada sebagian
Echocardiografi ditemukan Decreased left besar pasien mengalami kongesti, beberapa
ventricle systolic function ( EF BP 48%), pasien datang dengan curah jantung rendah dan
decreased LV diastolic function grade 1, hipoperfusi dengan atau tanpa kongesti. Selain
decreased right ventricle contractility (TAPSE gejala umum dispnea, ortopnea, dan dispnea
1,5 cm), LV wall segmen global hypokinetic paroksismal dan batuk nokturnal dapat menjadi
,valve MR mild,TR mild intermediate gejala kelebihan volume. Pada pasien SLE
probability of PH (TR V max 3,20 m/s,TR max dimana AHF bisanya disebabkan oleh MI
PG 40,9 mmHG). 21,22 akibat aterosklerosis atau thrombosis arteri dari
Meski menjadi standar emas diagnosis, sindrom antibodi antifosfolipid, radang
biopsi endomiokard tidak dapat digunakan miokardium, vaskulitis pembuluh darah kecil,
secara rutin atau berulang kali, terutama pada obat-obatan seperti steroid atau antimalarial
pasien tanpa gejala. Hasil histologi dari lupus dan infeksi. Pada pasien SLE juga berisiko
miokarditis biasanya tidak spesifik dan mengalami aterosklerosis prematur, penting
menyerupai bentuk miokarditis lainnya, untuk menyingkirkan miokard iskemia, baik
termasuk miokarditis karena virus. Cardiac melalui tes stres atau coroner angiogram.
Magnetic Resonance (CMR) sensitif terhadap Biopsi endomiokard dapat mengetahui temuan
banyak perubahan yang menjadi ciri lupus spesifik pada miokarditis seperti miosit yang
miokarditis, terutama melalui pencitraan T2- tervakuolasi dengan lisosom sekunder
weighted (edema miokard) dan CMR awal menunjukkan curvilinier dan myeloid.25,26
(EGE) dan akhir (LGE) gadolinium. Kombinasi Keterlibatan jantung pada vaskulitis
urutan pencitraan EGE, LGE, dan T2 telah sistemik primer penting untuk ditahui karena
dilaporkan memiliki sensitivitas 76% dan berhubungan dengan peningkatan mortalitas
95,5% spesifisitas untuk mendeteksi inflamasi dan memerlukan diagnosis serta pengobatan
miokard. Selain itu, CMR lebih unggul dari yang tepat. Hampir semua vaskulitis primer
teknik lain dari ukuran, fungsi, dan massa dapat menargetkan organ jantung, meskipun
ventrikel kiri resolusi spasial tinggi, noninvasif gangguan jantung adalah manifestasi pada

2808
vaskulitis, kurang dari 10% pasien yang vasodilator seperti nitroprusside atau
terkena. Secara keseluruhan beberapa penyakit, nitrogliserin intravena.28
seperti Eosinophilic Granulomatosis with Penatalaksanaa pasien dengan severe
Polyangiitis (EGPA) dan Arteritis Takayasu SLE yaitu dengan pemberian metilprednisolone
(TAK) dapat menyebabkan komplikasi jantung 500-1000 mg iv selama 3 hari yang diberikan
hingga 60%. pasien. Setiap jaringan jantung untuk mengurangi peradangan dengan cepat
dapat terkena biasanya dengan berbagai pada pasien SLE onset akut, seperti cerebritis
sindrom klinikopatologi termasuk perikarditis, atau miokarditis. Kortikosteroid adalah salah
miokarditis, arteritis koroner, valvulopati, dan satu agen antiinflamasi paling efektif yang
trombosis jantung intracavitary. Indeks tersedia dan digunakan pada penyakit autoimun
kecurigaan yang tinggi diperlukan karena dan inflamasi. Kortikosteroid memiliki
elektrokardiografi (EKG), ekokardiografi, berbagai efek farmakologis dan mekanisme
Cardiac Magneticresonance imaging (cMRI), komprehensif termasuk penurunan jumlah
dan angiografi koroner tidak sepenuhnya limfosit, neutrofil dan monosit, respons sel-T
sensitif atau spesifik untuk mendiagnosis terhadap IL-1, proliferasi sel-B, total produksi
vaskulitis, dan pengambilan sampel histologis IgG, kemotaksis monosit, produksi TNF-, IFN-
tidak selalu memungkinkan. Terapi tergantung , IL-1, IL-2 dan IL-37. Methylprednisolone
pada manifestasi spesifik atau kerusakan adalah glukokortikoid sintetis yang tidak
sebelumnya. Pendekatan manajemen medis dan membutuhkan aktivasi di hati, murah dan
pembedahan sudah dilakukan meskipun studi mudah dikelola, baik rawat inap maupun rawat
terkontrol tentang hasilnya belum didapatkan jalan. Memiliki aktivitas glukokortikoid yang
pada sebagian besar kasus.27 kuat tetapi hanya setengah dari aktivitas
Perawatan suportif adalah terapi lini mineralokortikoid kortisol. Dalam waktu 24
pertama untuk miokarditis yang biasanya jam dengan cepat menurunkan monosit dan
membutuhkan support untuk hemodinamik limfosit yang bersirkulasi, terutama limfosit
seperti intervensi farmakologis yang agresif, T.29,30
termasuk vasopressors dan agen inotropik Agen antimalaria telah lama digunakan
positif. Biasanya pasien datang seperti pasien dalam pengobatan penyakit autoimun,
gagal jantung karena gangguan ventrikel kiri. klorokuin bersama dengan hidroksilnya turunan
Tekanan pengisian ventrikel yang meningkat hydroxychloroquine digunakan sebagai agen
diterapi dengan diuretik intravena dan antimalarial, sekarang juga digunakan dalam

2809
pengobatan penyakit autoimun seperti respons terhadap kortikosteroid atau
rheumatoid arthritis dan SLE. Kloroquine dan siklofosfamid bersama dengan manajemen
hydroxychloroquine disetujui untuk yang mendukung. Laporan manfaat
pengobatan SLE dan berfungsi untuk penggunaan IVIg dalam menangani lupus
mengurangi frekuensi serangan penyakit miokarditis masih sedikit.33
terutama pada lupus nephritis, pemeliharaan Untuk terapi AHF pada pasien ini
remisi, memperpanjang onset penyakit dan diberikan terapi diuretik Intravena (IV) yang
mengurangi risiko komplikasi. Selain sebagai merupakan terapi untuk pasien dengan AHF.
imunomodulator pada SLE, agen ini juga telah Pemberian diuretik lebih dini pada AHF
terbukti melindungi dari kejadian trombotik, dihubungkan dengan mortalitas yang lebih
memperbaiki profil glukosa, lipid, mencegah rendah sehingga dapat mengontrol tekanan
kerusakan ginjal dan menurunkan risiko darah, fungsi ginjal dan faktor independen
kardiovaskular yang merupakan faktor risiko lainnya. Pada pasien dengan AHF tanpa
independen. Sehingga meningkatkan tingkat hipotensi direkomendasikan penggunaan
kelangsungan hidup pada pada pasien SLE.31,32 vasodilator IV yang sudah dinilai
Imunoglobulin intravena (IVIG) effectivitasnya pada pasien AHF. Selain itu
digunakan pada penyakit miokarditis karena direkomendasikan penggunaan inotropik positif
Immunoglobulin (IgG) berinteraksi dengan termasuk dobutamine, dopamine, milrinone dan
berbagai reseptor Fc sehingga terjadi levosimendan, untuk pasien dengan AHF
downregulasi pengaktifan FcRIIA, FcRIIC dan dengan tanda dan gejala hipoperfusi organ.34
peningkatan regulasi penghambatan FcRIIB. Mengingat resiko yang tinggi terjadinya
Selain itu terjadi penghambatan kerusakan penyakit kardiovaskuler pada pasien SLE,
yang dimediasi komplemen, modulasi produksi harus dilakukan pendekatan yang proaktif
sitokin, dan antagonis sitokin, modulasi fungsi dalam pengelolaan faktor risiko. Saat ini belum
T- dan B-limfosit, induksi apoptosis pada ada uji klinis yang menjadi dasar rekomendasi
limfosit dan monosit, penurunan regulasi ini, tetapi besarnya risiko kardiovaskular yang
produksi autoantibodi, manipulasi jaringan terkait dengan SLE sehingga pasien SLE harus
idiotipe, dan netralisasi autoantibodi patogen. dianggap sebagai suatu potensi terjadinya
Tidak ada pedoman standar untuk mengobati penyakit jantung koroner. Pendekatan holistik
lupus myocarditis; sebagian besar laporan untuk pasien dengan SLE harus mencakup
kasus telah menunjukkan hasil yang baik penilaian faktor risiko seperti gaya hidup, berat

2810
badan, merokok dan olahraga, harus manajemen faktor risiko pada pasien SLE dan
diperhatikan dan kontrol diet dapat membantu penilaian risiko kardiovaskular harus dilakukan
memperbaiki dyslipidemia. Selain itu terapi secara rutin. Sebagai tambahannya modifikasi
kortikosteroid dan obat antimalarial seperti gaya hidup, tekanan darah dan kadar kolesterol
hydroxychloroquine yang biasa digunakan harus ketat terkontrol, dan pemberian aspirin
dalam pengelolaan SLE harus diperhatikan. harus dipertimbangkan dalam pemilihan
Penggunaan statin juga harus dipertimbangkan pasien.
pada penderita SLE dimana memiliki
prevalensi dislipidemia yang tinggi dimana
obat ini tidak hanya memiliki efek
menguntungkan pada metabolisme lipoprotein DAFTAR PUSTAKA
tetapi juga memiliki peran imunomodulator.35
1. Fava A, Petri M. Systemic Lupus
RINGKASAN Erythematosus: Diagnosis And Clinical
Telah dilaporkan seorang pasien perempuan Management. Journal of Autoimmunity.
berusia 39 tahun dengan Severe Flare Up dan 2018:1-13.
Acute Heart Failure yang dicurigai akibat 2. Stojan G, Petri M. Epidemilogy Of
miokarditis. Pasien riwayat SLE sejak 5 tahun Systemic Lupus Erythematosus: An
yang lalu datang dengan keluhan sesak dengan Update. Curr Opin Rheumatol. 2017:1-
dan pemeriksaan radiologi ditemukan cor 7.
prominen, pneumonia dan efusi pleura 3. Frostegard J. Systemic Lupus
bilateral. Risiko CVD sangat tinggi pada pasien Erythematosus And Cardiovascular
SLE terkait aterosklerosis oleh karena itu Disease. Lupus. 2008:1-4.
merupakan masalah klinis yang penting. Faktor 4 Basta F, Fasola F, Triantafyllias K.
risiko tradisional yang terlibat dalam SLE Systemic Lupus Erythematosus Therapy:
termasuk, misalnya, dislipidemia, hipertensi, The Old And The New. Rhematol Ther.
penyakit ginjal, non-tradisional seperti 2020:1-14.
inflamasi, antibodi antiphospholipid dan 5 Michalski JP, Kodner C. Systemic
oksidasi low-density lipoprotein (LDL) terkait Lupus Erythematosus Safe And
dengan CVD di SLE. Sehingga perlu sikap Effective Management In Primary Care.
proaktif dalam pendekatan terhadap SLE Management in Primary Care.

2811
2010: 767–778. Internal Medicine. 2005:257:485-495.
6. Kahlenberg JM, Kaplan MJ. The 12 Svenungsson E, Urstad KJ, Hamsten A,
Interplay Of Inflammation And Frostegard J. TNF α: A Link Between
Cardiovascular Disease In Systemic Hypertriglyceridemia And Inflammation
Lupus Erythematosus. Arthritis Reserch In SLE Patients With Cardiovascular
And Therapy. 2011,13:203. Disease. 2003:1-9.
7. Magadmi ME, Bodill H, Ahmad Y, 13. Schoenfeld SR, Kasturi S, Costenbader
Durrington PN et all. Systemic Lupus KH. The Epidemiology Of
Erythematosus An Independent Risk Atheroscerotic Cardiovascular Disease
Factor For Endothelial Dysfunction In Among Patients With SLE: A Systemic
Women. Circulation. 2004:1-4. Review. Elsevier. 2013:77-95.
8. Sinicato NA, Cardoso PA, Appenzeller 14. Bengtsson C, Ohman ML, Nived O,
S. Risk Factors In Cardiovascular Rantapaa S. Cardiovascular Event In
Disease In Systemic Lupus Systemic Lupus Erythematosus In
Erythematosus. Current Cardiology Northern Sweden: Incidence And
Reviews. 2013: 9, 15-19. Predictors In A 7- Year Follow Up
9. Esdaile JM, Abrahamowicz M, Study. Lup Sangpub. 2012: 452–459.
Grodzicky T, Li Y, Panaritis C, du 15. Svenungsson E, Fei GZ, Jensen-Urstad
Berger R, Côte R, Grover SA, Fortin PR, K, de Faire U, Hamsten A, Frostegard J.
Clarke AE, Senécal JL: Traditional TNF-alpha: a link between
Framingham risk factors fail to fully hypertriglyceridaemia and inflammation
account for accelerated atherosclerosis in in SLE patients with cardiovascular
systemic lupus erythematosus. Arthritis disease. Lupus 2003; 12: 454–61.
Rheum. 2001, 44:2331-2337. 16. McCarthy RE, Boehmer JP, Hruban RH,
10. Haque S, Bruce IN. Therapy Insight: Hutchins GM, Kasper EK, Hare JM,
Systemic Lupus Erythematosus As A Baughman KL. Long-term Outcome of
Risk Factor For Cardiovascular Disease. Fulminant Myocarditis as Compared
Nature clinical practice cardiovascular with Acute (non-fulminant) Myocarditis.
medicine. 2005:1-8. N Engl J Med. 2000;342:690 – 695.
11. Frostegard. SLE, Artherosclerosis And 17. Liu PP, Mason JW. Advances in the
Cardiovascular Disease. Journal of Understanding of Myocarditis.

2812
Circulation. 2001;104:1076 –1082. of 27 patients in India. J Postgrad Med
18. Wijetunga M, Rockson S. Myocarditis in 2006;52:5–10.
Systemic Lupus Erythematosus. Am J 25. Teerlink JR, Alburikan K, Metra M,
Med. 2002;113:419-423. Rodgers JE. Acute Decompensated
19. Tariq S, Garg A, Gass A, Aronow W. Heart Failure Update. Current
Myocarditis due to systemic lupus Cardiology Review. 2015:11,53-62.
Erythematosus Associated with 26. Appenzeller A, Pineau CA, Clarke AE.
Cardiogenic Shock. Arch Med Sci. 2018; Acute Lupus Myocarditis: Clinical
14, 2: 460–462. Features And Outcome. Lup Sangepub.
20. Jain D, Halushka MK. Cardiac 2011:1-9.
Pathology Of Systemic Lupus 27. Miloslavsky E, Unizony S. The Heart in
Erythematosus. JCP BMJ. 2013:1-10. Vasculitis. Rheum Dis Clin N Am.
21. Murphy JG, Franz RP, Cooper LT, 2014;11–26.
Totowa NJ. Endomyocardial Biopsy in 28. Cooper LT, Okura Y, Hare JM, Grogan
Myocarditis. Humana Press. 2003;1-10. M. Survival in Biopsy Proven Cardiac
22. Greaves K, Oxford JS, Price CP, Clarke Sarcoidosis is Similar to Survival in
GH, Crake T. The Prevalence of Lymphocytic Myocarditis and Dilated
Myocarditis and Skeletal Muscle Injury Cardiomyopathy. In: Kimchi A, ed.
During Acute Viral Infection in Adults: Heart Disease: New Trends in Research,
Measurement of Cardiac Troponins I Diagnosis, and Treatment. Medimond
and T in 152 Patients with Acute Medical Publications. 2001;491– 496.
Influenza Infection. Arch Intern Med. 29. Thong B, Olsen NJ. Systemic Lupus
2003;163:165–168. Erythematosus Diagnosis And
23. Croca SC, Rahman A. Imaging Management. Rheumatology. 2016:1-11.
Assesment Of Cardiovascular Disease In 30. Parker BJ. Bruce IN. High Dose
Systemic Lupus Erythematosus. Clinical Methylprednisolone Therapy For The
and Developmental Immunology. Treatment Of Severe Systemic Lupus
2012:1-8. Erythematosus. Lup Sagepub. 2007:387-
24. Panchal L, Divate S, Vaideeswar P, et al. 393.
Cardiovascular involvement in systemic 31. Dorner T. Hydroxyhloroquine in SLE:
lupus erythematosus: an autopsy study Old Drug New Perspsectives. Nrrheum.

2813
2010;1-3. Int. 2010;30:1503–1505.
32. James, J. A. Hydroxychloroquine Sulfate 34. Sinnenberg L, Givertz MM. Acute Heart
Treatment is Associated with Later Failure. Elsevier. 2019:1-9.
Onset of Systemic Lupus 35. Wajed J et al. Prevention Of
Erythematosus. Lupus. 2007;401–409. Cardiovascular Disease In Systemic
33. Suri V, Varma S, Joshi K, Malhotra P, Lupus Erythematosus Proposed
Kumari S, Jain S. Lupus Guidelines for risk factor management.
Myocarditis:Marked Improvement in Rheumatol.2004:43:7–12.
Cardiac Function After Intravenous
Immunoglobulin Therapy. Rheumatol

2814

Anda mungkin juga menyukai