Anda di halaman 1dari 51

Kelainan Jantung

Kongenital
Rini
Mulyati.,S.Pd.,SKM.,S.Kep.,Nrs.,M.Kep
Jenis penyakit jantung kongenital
1. Penyakit jantung sianotik
– tetralogi fallot
2. Penyakit jantung nonsianotik
– VSD
– ASD
– PDA
– Stenosisnaorta
– Stenosis pulmonal
– Koartasio aorta
KONDUKSI JANTUNG NORMAL
• SISTEM KONDUKSI JANTUNG DIMULAI
PADA NODUS SINOATRIAL (SA) YANG
MERUPAKAN PACU JANTUNG. DARI SA
IMPULS BERJALAN MELALUI ATRIUM
DISEPANJANG BERKAS BACHMAN SERTA
LINTASAN INTERNODUS KEDALAM NODUS
ATRIOVENTRIKULER (AV), KEMUDIAN TURUN
MENGIKUTI BERKAS HIS TERUS BERAKHIR
DI SERABUT PURKINJE UNTUK MENCAPAI
VENTRIKEL.
DEFINISI
 Defek Septum Ventrikel adalah suatu keadaan abnormal jantung
berupa adanya pembukaan antara ventrikel kiri dan ventrikel
kanan.(Rita &Suriadi, 2001).
 VSD adalah adanya hubungan (lubang) abnormal pada sekat
yang memisahkan ventrikel kanan dan ventrikel kiri. (Heni et al,
2001; Webb GD et al, 2011; Prema R, 2013; AHA, 2014)
 VSD adalah kelainan jantung berupa tidak sempurnanya
penutupan dinding pemisah antara kedua ventrikel sehingga
darah dari ventrikel kiri ke kanan, dan sebaliknya. Umumnya
congenital dan merupakan kelainan jantung bawaan yang paling
umum ditemukan (Junadi, 1982; Prema R, 2013; AHA, 2014)
PENYEBAB
• Belum dapat diketahui secara pasti (idopatik)
• Beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh
pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung
bawaan (PJB) yaitu:
 Faktor prenatal (faktor eksogen):
Ø Ibu menderita penyakit infeksi : Rubela
Ø Ibu alkoholisme
Ø Umur ibu lebih dari 40 tahun
Ø Ibu menderita penyakit DM yang memerlukan insulin
Ø Ibu meminum obat-obatan penenang
 Faktor genetik (faktor endogen):
Ø Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB
Ø Ayah/ibu menderita PJB
Ø Kelainan kromosom misalnya sindrom down
Ø Lahir dengan kelainan bawaan yang lain
Ø Kembar identik
patofisiologi
• Defek septum ventricular ditandai dengan
adanya hubungan septal yang memungkinkan
darah mengalir langsung antar ventrikel,
biasanya dari kiri ke kanan. Diameter defek ini
bervariasi dari 0,5  –  3,0 cm.
Perubahan fisiologi yang terjadi dapat adalah :
1. Tekanan lebih tinggi pada ventrikel kiri dan
meningkatkan aliran darah kaya oksigen melalui
defek tersebut ke ventrikel kanan.
2. Volume darah yang meningkat dipompa ke dalam
paru, yang akhirnya dipenuhi darah, dan dapat
menyebabkan naiknya tahanan vascular pulmoner.
3. Jika tahanan pulmoner ini besar, tekanan ventrikel
kanan meningkat, menyebabkan  pirau terbalik,
mengalirkan darah miskin oksigen dari ventrikel
kanan ke kiri, menyebabkan sianosis.
• Keseriusan gangguan ini tergantung pada ukuran
dan derajat hipertensi pulmoner.
• Jika anak asimptomatik, tidak diperlukan
pengobatan; tetapi jika timbul gagal jantung kronik
atau anak beresiko mengalami perubahan vascular
paru atau menunjukkan adanya pirau yang hebat
diindikasikan untuk penutupan defek tersebut.
• Resiko bedah kira-kira 3% dan usia ideal untuk
pembedahan adalah 3 sampai 5 tahun. (Kapita
Selekta Kedokteran, 2000; Webb GD et al, 2011;
Prema R, 2013; AHA, 2014)
Gambaran Klinis
• Menurut ukurannya :VSD dapat dibagi menjadi:
a. VSD kecil
Ø Biasanya asimptomatik
Ø Defek kecil 1-5 mm
Ø Tidak ada gangguan tumbuh kembang
Ø Bunyi jantung normal, kadang ditemukan bising peristaltic yang
menjalar ke seluruh tubuh pericardium dan berakhir pada waktu
distolik karena terjadi penutupan VSD
Ø EKG dalam batas normal atau terdapat sedikit peningkatan aktivitas
ventrikel kiri
Ø Radiology: ukuran jantung normal, vaskularisasi paru normal atau sedikit
meningkat
Ø Menutup secara spontan pada umur 3 tahun
Ø Tidak diperlukan kateterisasi
b. VSD sedang
Ø Sering terjadi symptom pada bayi
Ø Sesak napas pada waktu aktivitas terutama waktu minum,
memerlukan waktu lebih lama untuk makan dan minum, sering
tidak mampu menghabiskan makanan dan minumannya
Ø Defek 5- 10 mm
Ø BB sukar naik sehingga tumbuh kembang terganggu
Ø Mudah menderita infeksi biasanya memerlukan waktu lama
untuk sembuh tetapi umumnya responsive terhadap pengobatan
Ø Takipneu
Ø Retraksi bentuk dada normal
Ø EKG: terdapat peningkatan aktivitas ventrikel kiri maupun kanan,
tetapi kiri lebih meningkat. Radiology: terdapat pembesaran
jantung derajat sedang, conus pulmonalis menonjol, peningkatan
vaskularisasi paru dan pembesaran pembuluh darah di hilus
• VSD besar :
Ø Sering timbul gejala pada masa neonatus
Ø Dispneu meningkat setelah terjadi peningkatan pirau kiri ke kanan
dalam minggu  pertama setelah lahir
Ø Pada minggu ke 2 atau 3 simptom mulai timbul akan tetapi gagal
jantung biasanya  baru timbul setelah minggu ke 6 dan sering
didahului infeksi saluran nafas bagian  bawah
Ø Bayi tampak sesak nafas pada saat istirahat, kadang tampak sianosis
karena kekurangan oksigen akibat gangguan pernafasan
Ø Gangguan tumbuh kembang
Ø EKG terdapat peningkatan aktivitas ventrikel kanan dan kiri
Ø Radiology: pembesaran jantung nyata dengan conus pulmonalis
yang tampak menonjol pembuluh darah hilus membesar dan
peningkatan vaskularisasi paru perifer
Pemeriksaan Fisik
• VSD kecil
- Palpasi: Impuls ventrikel kiri jelas pada apeks
kordis. Biasanya teraba getaran bising pada SIC
III dan IV kiri.
- Auskultasi:
Bunyi jantung biasanya normal dan untuk
defek sedang bunyi jantung II agak keras.
Intensitas bising derajat III s/d VI.
• VSD besar
- Inspeksi: Pertumbuhan badan jelas terhambat,pucat dan
banyak keringat bercucuran. Ujung-ujung  jadi hiperemik.
Gejala yang menonjol ialah nafas pendek dan retraksi pada
jugulum, sela intercostal dan regio epigastrium.
- Palpasi: Impuls jantung hiperdinamik kuat. Teraba getaran
bising pada dinding dada.
- Auskultasi: Bunyi jantung pertama mengeras terutama pada
apeks dan
• sering diikuti ‘click’ sebagai akibat terbukanya katup pulmonal
dengan kekuatan pada pangkal arteria pulmonalis yang
melebar. Bunyi jantung kedua mengeras terutama pada sela
iga II kiri
Pemeriksaan penunjang dan diagnostik

Ø Kateterisasi jantung menunjukkan adanya


hubungan abnormal antar ventrikel
Ø EKG dan foto toraks menunjukkan hipertropi
ventrikel kiri
Ø Hitung darah lengkap adalah uji prabedah rutin
Ø Uji masa protrombin ( PT ) dan masa
trombboplastin parsial ( PTT ) yang dilakukan
sebelum pembedahan dapat mengungkapkan
kecenderungan perdarahan
Komplikasi
a. Gagal jantung kronik
b. Endokarditis infektif
c. Terjadinya insufisiensi aorta atau stenosis
pulmonar
d. Penyakit vaskular paru progresif
e. Kerusakan sistem konduksi ventrikel
PENATALAKSANAAN
• Pada VSD kecil: ditunggu saja, kadang-kadang
dapat menutup secara spontan. Diperlukan
operasi untuk mencegah endokarditis infektif.
• Pada VSD sedang: jika tidak ada gejala-gejala
gagal jantung, dapat ditunggu sampai umur 4-5
tahun karena kadang-kadang kelainan ini dapat
mengecil. Bila terjadi gagal  jantung diobati
dengan digitalis. Bila pertumbuhan normal,
operasi dapat dilakukan  pada umur 4-6 tahun
atau sampai berat badannya 12 kg
• Pada VSD besar dengan hipertensi pulmonal
yang belum permanen: biasanya pada
keadaan menderita gagal jantung sehingga
dalam pengobatannya menggunakan digitalis.
Bila ada anemia diberi transfusi eritrosit
terpampat selanjutnya diteruskan terapi besi.
Operasi dapat ditunda sambil menunggu
penutupan spontan atau bila ada gangguan
dapat dilakukan setelah berumur 6 bulan.
PROGNOSIS
• Kemungkinan penutupan defek septum secara
spontan cukup besar, terutama pada tahun
pertama kehidupan.
• Kemungkinan penutupan spontan sangat
berkurang pada pasien  berusia lebih dari 2
tahun dan umumnya tidak ada kemungkinan
lagi di atas usia 6 tahun. Secara keseluruhan,
penutupan secara spontan berkisar 40-50%
Paten duktus arteriosus (PDA)
• Patent Duktus Arteriosus adalah kegagalan
menutupnya ductus arteriosus (arteri yang
menghubungkan aorta dan arteri pulmonal)
pada minggu pertama kehidupan, yang
menyebabkan mengalirnya darah dari aorta
yang bertekanan tinggi ke arteri pulmonal
yang bertekanan rendah.
• Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal
dari arkus aorta ke VI pada janin yang
menghubungkan arteri pulmonalis dengan
aorta desendens. Pada bayi normal duktus
tersebut menutup secara fungsional 10 – 15
jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi
ligamentum arteriosum pada usia 2 – 3 minggu.
Bila tidak menutup disebut Duktus Arteriosus
Persisten (Persistent Ductus Arteriosus : PDA).
etiologi
1.   Faktor Prenatal :
• Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.
• Ibu alkoholisme, peminum obat penenang
atau jamu
• Umur ibu lebih dari 40 tahun.
• Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus
(DM) yang memerlukan insulin.
2. Faktor Genetik :
• Anak yang lahir sebelumnya menderita
penyakit jantung bawaan.
• Ayah / Ibu menderita penyakit jantung
bawaan.
• Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
• Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
Manifestasi klinis
Gejala klinis  PDA ditentukan oleh 2 faktor  yaitu :
• Diameter duktus arteriosus dan tahanan pembuluh darah paru.  Bila
tahanan pembuluh darah paru masih cukup tinggi (akibat asfiksia,
RDS dan sebagainya), walaupun diameter duktus arteriosus besar,
pirau dari kiri ke kanan masih kecil dan hanya timbul pada saat sistol
saja. Pada saat ini hanya terdengar bising sistolik di sela iga kedua
kiri tanpa disertai gejala klinis lain yang  jelas.
• Setelah 1-2 minggu, tahanan pembuluh darah paru makin menurun,
apalagi bila dia­meter duktus cukup besar, pirau dari aorta ke arteria
pulmonalis terjadi sepanjang siklus jantung. Timbul bising sistolik
kresendo dan bising diastolik dekresendo (bising kontinyu), dan
bising diastolik di apeks (karena stenosis mitral relatif).
Gejala klinis
• Tidak biru
• Tidak mau menetek
• Takipnea, takikardia
• Berkeringat
• Denyut nadi sangat keras, tekanan nadi melebar
(“pulsus celer”)
• Hati membesar
• Infeksi saluran pernafasan bagian bawah berulang.
Pemeriksaan penunjang
- Foto rontgen dada : jantung membesar, vaskularisasi ke paru-
paru meningkat. PDA kecil tidak ada perubahan gambaran foto
dada
- EKG : hipertrofi ventrikel kiri. PDA kecil tidak ada perubahan EKG
- Ekokardiografi : dilatasi atrium kiri (perbandingan dengan aorta
lebih dari 1,2)
- Kateterisasi : ‘step-up oxygen’ di tingkat arteria pulmonalis dan
kateter bisa masuk dari arteria pulmonalis ke aorta desendens
(distal dari arteria subklavia)
- Angiokardiografi (Aortogram) : bayangan radioopaque yang
menghubungkan arteri pulnonalis dan aorta desendens.
Atrium Septal Defect
• adalah" penyakit jantung bawaan berupa
lubang (defek) pada septum interatrial (sekat
antar serambi) yang terjadi karena kegagalan
fungsi septum interatrial semasa janin.
Gejala-gejala
• Insering mengalami infeksi saluran napas
• Sesak napas, terutama pada saat melakukan
aktivitas
• Pembengkakan pada tungkai, kaki, atau perut
• Kelelahan
• Palpitasi
• clubbing finger
Pemeriksaan penunjang
• Rontgen dada
• Ekokardiografi
• Doppler berwarna
• Ekokardiografi trans esophageal
• Kateterisasi jantung
• MRI dada
• Foto thorax
Tetralogi fallot
• Tetralogi fallot (TF) adalah kelainan jantung
dengan gangguan sianosis yang ditandai
dengan kombinasi 4 hal yang abnormal
meliputi defek septum ventrikel, stenosis
pulmonal, overriding aorta, dan hipertrofi
ventrikel kanan.
etiologi
1. Faktor endogen

- Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan


kromosom
- Anak yang lahir sebelumnya menderita
penyakit jantung bawaan
-Adanya penyakit tertentu dalam keluarga
seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit
jantung atau kelainan bawaan
2. Faktor eksogen

- Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut


program KB oral atau suntik,minum obat-
obatan tanpa resep dokter,
(thalidmide,dextroamphetamine.aminopte
rin,amethopterin, jamu)
- Ibu menderita penyakit infeksi : rubella
- Pajanan terhadap sinar -X
Pengkajian
• Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan sianotik,bayi tampak
biru setelah tumbuh.
• Clubbing finger tampak setelah usia 6 bulan.
• Serang sianotik mendadak (blue spells/cyanotic spells/paroxysmal
hiperpnea,hypoxic spells) ditandai dengan dyspnea, napas cepat dan
dalam,lemas,kejang,sinkop bahkan sampai koma dan kematian.
• Anak akan sering Squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan, setelah
berjalan beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa waktu
sebelum ia berjalan kembali (khas)
• Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras didaerah pulmonal yang
semakin melemah dengan bertambahnya derajat obstruksi
• Bunyi jantung I normal. Sedang bunyi jantung II tunggal dan keras.
• Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih besar tampak
menonjol akibat pelebaran ventrikel kanan
•  Ginggiva hipertrofi, gigi sianotik
DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Penurunan curah jantung b/d defek struktural
• Ketidakefektifan pola napas b/d kongesti pulmonal
• Kelebihan volume cairan b/d akumulasi cairan
• Intolerasi aktivitas b/d ketidak seimbangan antara pemakaian
oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel
• Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b/d tidak
adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan
• Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
meningkatnya kebutuhan kalori
• Resiko infeksi b/d menurunnya status kesehatan
• Perubahan peran orangtua b/d hospitalisasi anak
Penurunan curah jantung b/d defek struktural

Intervensi keperawatan :
• Berikan digoksin sesuai program
• Monitor TTV
• Berikan istirahat yang cukup
• Berikan diuretik
• Pastikan asupan kalium adekuat
• Observasi tanda hipokalemia ( kelemahan otot, hipotensi,
disritmia,takikardia/bradikardia, iritabilitas, mengantuk) atau
hiperkalemia ( kelemahan otot, kedutan, bradikardia, fibrilasi ventrikel,
oliguria, apnea)
• Cegah peningkatan suhu tubuh
• Pantau kadar elektrolit
• Pasang monitor jantung bila diprogramkan
Cara pemberian obat jantung
• Hitung denyut apikal selama 1 menit penuh
• Tunda obat dan beri tahu dokter bila frekuensi nadi kurang dari
90 – 100 x/menit(bayi) atau 70 – 85x/menit ( anak lebih besar)
• Sering kali irama EKG diperiksa untuk mengkaji status jantung
sebelum pemberian
• Kenali tanda toksisitas digoksin:
 mual
Muntah
Anoreksia
Bradikardia
distritmia
Ketidakefektifan pola napas b/d kongesti pulmonal

Intervensi keperawatan :
 Tempatkan dalam posisi miring 30-45 derajat
 Hindari pakaian yang ketat
 Berikan oksigen yang telah dilembabkan
sesuai program
 Kaji frekuensi pernapasan, kemudahan
pernapasan, warna kulit, dan saturasi oksigen
yang diukur melalui oksimetri
Kelebihan volume cairan b/d akumulasi cairan

Intervensi keperawatan :
 Berikan diuretik sesuai program
 Pertahankan asupan dan haluran yang akurat
 Timbang BB pada waktu dan timbangan yang sama
 Kaji adanya peningkatan atau penurunan edema
 Pertahanka pembatasan cairan , bila diprogramkan
 Ganti posisi dengan sering untuk mencegah
kerusakan kulir
 Gunakan kasur yang memiliki tekanan berganti
Intolerasi aktivitas b/d ketidak seimbangan antara
pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel

Intervensi keperawatan :
 Pertahankan suhu lingkungan
 Tempatkan bayi didalam inkubator
 Berikan makanan dengan jumlah sedikit
namun sering ( setiap 2 hingga 3 jam sekali)
dengan menggunakan dot lunak atau
personde
 Atur waktu pelaksanaan aktivitas keperawatan
Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b/d tidak
adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan

Intervensi keperawatan :
• Berikan diet yang cukup
• Monitor pertumbuhan dan perkembangan
• Berikan suplemen besi untuk mencegah
terjadinya anemia
• Berikan kebebasan anak untuk mengekspresikan
aktivitas dan membantu anak untuk melakukan
tugas perkembangannya
Implementasi yang dilakukan pada anak
dengan kelainan jantung :
• Membantu tindakan untuk meningkatkan fungsi
jantung
 dengan pemberian glikosida digitalis yang
memberikan efek terhadap peningkatan curah jantung,
pengurangan ukuran jantung, penurunan tekanan
darah vena, dan pengurangan gejala edema
Selama digitalisasi , keadaan anak dipantau dengan
bantuan EKG ( pemanjangan interval PR dan
penurunan frekuensi denyut ventrikel) dan mendeteksi
efek sampingnya, khususnya distritmia jantung
• Menghilangkan akumulasi cairan dan natrium
 terapi terdiri atas pemberian diuretik, dan
kemungkinan pembatasan cairan dan natrium
Agens yang paling sering digunakan adalah
furosemid ( lasix), golongan tiazida ( suspensi
klorotiazida) atau tablet hidriklorotiazida) dan
spironolakton ( Al-dactone)
Furosemid dan gol.thiasida menimbulkan depresi
kalium, suplemenkalium mungkin diprogramkan
dan pasien dianjurkan mengkonsumsi makanan
yang kaya elektrolit
• Menurunkan tuntutan kebutuhan jantung
 dengan mengurangi tuntutan kebutuhan
metabolik pada taraf yang minimal dengan :
 Membatasi aktivitas ( tirah baring)
 Menjaga suhu tubuh
 Mengatasi setiap infeksi
 Mengurangi upaya keras dalam bernapas ( posisi
semi –fowler)
 Dan memberikan obat untuk membuat anak yang
rewel mengantuk
• Mengurangi gawat napas
 Dengan mengatur posisi dan pemberian oksigen
Terapi oksigen yang kerapkali diberikan oksigen yang
dilembabkan via ( hood) atau tenda oksigen, kanula nasal atau
masker
Respons anak terhadap terapi oksigen dievalusi secara cermat
dengan mencatat :
- frekuensi respirasi
- kemudahan respirasi
- warna kulit
- saturasi oksigen yang diukur dengan alat oksimetri nadi
 anak dilindungi dari orang-orang yang mengalami infeksi
pernapasan
• Mempertahankan status gizi
 bayi harus diistirahatkan dengan baik sebelum menyusu dan segera
disusui begitu bayi terjaga sehingga energinya tidak habis untuk
menangis
 jadwal menyusui setiap 3 jam sekali
Mengunakan dot yang lunak atau sayatan yang memperlebar lubang dot
Bayi harus digendong dengan baik dan disussui dalam posisi setengah
tegak
Bayi dengan kesulitan menyusui memerlukan pemberian nutrisi enteral
lewat slang nasogastrik
Peningkatan kepadatan kalori dalam susu formula dengan memekatkan
susu dan menambahkan minyak jagung, trigliserida rantai –sedang (MCT
–oil)
• Mendukung anak dan keluarga
 membantu mengurangi rasa cemas melalui
persiapan antisipatif, dengan selalu berkomunikasi
dengan orangtua mengenai perkembangan
keadaan anaknya
Mengajarkan keluarga dalam pemberian obat dan
mewaspadai tanda-tanda kondisi yang
menunjukkan perburukan gagal jantung seperti :
 meningkatnya respirasi
 Penurunan haluran urine
 Jeleknya kemauan menyusu
Tindakan pada keluarga
• Membantu keluarga menyesuaikan diri dengan
penyakit
• Memberikan penyuluhan tentang penyakit
• Membantu mengetahui akibat dari penyakit
• Membantu anak dan keluarga dalam
mengahadapi pembedahan
 mengenalkan anak dan keluarga ke lingkungan
Mengakrabkan anak dan keluarganya dengan
peralatan dan prosedur
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai