Anda di halaman 1dari 12

SKENARIO 1 SESAK NAPAS

Ayah adalah orang yang sangat aktif. Di usianya yang sudah 68 tahun, ia masih mengurus bisnis
tambak ikan air tawarnya. Sejak muda, perawakannya hampir selalu ramping dan jarang sakit. Ia
juga terbiasa bolak-balik ke luar kota mengantarkan ikan-ikan pesanan pelanggannya. Satu-
satunya obat yang rutin ia minum adalah obat penurun kolesterol. Delapan tahun yang lalu, di
awal usia 60 tahun ayah pernah mengalami sesak napas setelah bekerja, namun ia tidak terlalu
mempedulikannya. Sampai empat tahun yang lalu keluhannya terasa semakin serius, ia baru
mempertimbangkan pergi ke dokter. “Pertama kali sesak napas, saya sedang memindahkan ikan-
ikan dari kolam ke kotak untuk dikirim” kata ayah pada dokter. “Saya berkali-kali berhenti untuk
istirahat dan mengambil napas dalam”. Dokter melakukan pemeriksaan fisik umum dan jantung
diikuti dengan pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG) namun semua menunjukkan hasil yang
normal. “Siapa yang akan percaya kalau ayah sakit jantung? hasil tes ayah bagus!” Setelah itu
ayah tidak lagi mengkhawatirkan keluhannya sampai tiga tahun kemudian. Tahun lalu, diusianya
yang ke 68, kami kelihat kebugaran ayah semakin menurun. Ia lekas lelah dan tidak seaktif dulu
meskipun masih tetap mengurus sendiri usahanya. “Begini ya rasanya jadi tua, mau ngapa-
ngapain cepat lelah. Mungkin ini kenapa orang pensiun diusia 65 tahun” kata Ayah. Sampai
suatu pagi, ketika ayah mau menaiki tangga ke lantai dua rumah kami, napasnya tersengal-
sengal. Ayah tampak pucat dan terlihat sangat lelah. Ayah mengatakan ia merasa lelah dan
kehabisan energi. Melihat kondisinya semakin memburuk, kami memaksa ayah pergi ke dokter
lagi. Oleh dokter umum, ia dirujuk ke dokter spesialis jantung yang lalu melakukan treadmill
stress test untuk mengukur aliran darah ke jantung ayah. Menurut dokter hasil tes ini
memberikan gambaran yang mengindikasikan beberapa area di jantung ayah kekurangan aliran
darah dan mengalami kerusakan jaringan. Ini juga menunjukkan adanya sumbatan. Untuk itu
dokter merekomendasikan ayah menjalani angiografi, suatu prosedur untuk mengidentifikasi
lokasi dan derajat sumbatan pada pembuluh darah. Dari hasil angiografi ditemukan bahwa arteri
koroner kanan-nya mengalami penyumbatan 95%. Inilah yang menghambat aliran darah ke
jantung ayah, kata dokter. Sumbatan ini menyebabkan jantung kekurangan oksigen, bekerja
semakin keras dan menguras energi ayah sehingga ia merasa sangat teramat lelah. Dokter
melakukan prosedur angioplasty untuk menempatkan stent pada arteri yang tersumbat sehingga
aliran darah ke jantung ayah kembali normal. Meskipun terasa sangat menakutkan bagi kami
keluarga ayah, kami akhirnya merasakan kelegaan besar karena prosedur tersebut berhasil.
Setelah prosedur pertama, ayah sebenarnya masih memiliki sumbatan pada arteri koroner lainnya
namun belum terlalu parah. Untuk mengatasinya, ayah perlu meminum obat secara 80 rutin.
Meski demikian, ayah masih merasa agak lelah dan belum kembali ke kondisinya sebelum sakit.
Enam bulan setelah prosedur pertama ayah menjalani angioplasty kedua untuk sumbatan pada
arteri koroner kirinya yang tersumbat 80-90%. Setelah prosedur kedua ini dijalani dengan sukses,
kondisi ayah jauh membaik. Ia merasa bertenaga kembali. Sejak itu, ayah lebih memperhatikan
kesehatannya, ia rutin berolahraga dan menjaga diri agar selalu makan makanan yang sehat.
“Ayah perlu olahraga buat jantung ayah, jantung adalah otot” kata ayah. Akhirnya ayah belajar
pentingnya menjaga kesehatannya, tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk kami
keluarganya. “Jangan main-main dengan hidup, setiap hari adalah anugerah yang harus
disyukuri” kata Ayah. Mengapa aktivitas fisik/bekerja memicu munculnya sesak napas pada
kasus di atas?

1. Bagaimana fisiologi Otot Jantung


Jantung terdiri atas tiga tipe otot jantung utama yakni: otot atrium, otot ventrikel, serat
serat otot eksitatorik dan penghantar khusus. Tipe otot atrium dan ventrikel berkontraksi
dengan cara yang sama seperti otot rangka, hanya saja durasi kontraksi otot-
otot tersebut lebih lama. Namun, serat eksitatorik dan penghantar khusus berkontraksi
dengan lemah sebab serat-serat ini hanya mengandung sedikit fibril kontraktil; serat ini
malah memperlihatkan lepasan muatan listrik berirama otomatis dalam bentuk potensial
aksi, maupun penghantaran potensial aksi melalui jantung, sehingga menjadi suatu sistem
eksitatorik yang mengatur denyut jantung berirama.
2. Jelaskan Anatomi dan Fisiologis Otot Jantung
otot jantung itu berlurik-lurik dengan pola yang sama dengan pola pada otot rangka.
Selanjutnya, otot jantung mempunyai miofibril-miofibril khas yang mengandung filamen
aktin dan miosin, yang hampir identik dengan filamen yang dijumpai di dalam otot
rangka; Otot Jantung sebagai Suatu Sinsitium. tampak daerah-daerah gelap yang
menyilang serat-serat otot jantung yang disebut sebagai diskus interkalatus; namun diskus
interkalatus sebenarnya merupakan membran sel yang memi-sahkan masing-masing sel
otot jantung satu sama lainnya. Jadi, serat-serat otot jantung terdiri atas banyak sel otot
jantung yang saling berhubungan dalam suatu rangkaian secara seri dan paralel satu
dengan lainnya.Pada setiap diskus interkalatus, membran selnya saling berfusi satu
dengan yang lain dengan cara yang sedemikian sehingga membran sel membentuk taut
"komunikasi" (taut imbas = gap junction) yang permeabel, yang memungkinkan di-difusi
ion-ion yang cepat. Oleh karena itu, dipandang dari segi fungsinya, ion-ion itu dengan
mudah bergerak dalam cairan intraselular sepanjang sumbu longitudinal serat otot
jantung sehingga potensial aksi dapat berjalan dengan mudah dari satu sel otot jantung ke
sel otot jantung yang lain, melewati diskus interkalatus.
Jadi, otot jantung merupakan suatu sinsitium dari banyak sel-sel otot jantung di
mana tiap sel otot jantung itu berhubungan dengan sangat erat sehingga bila salah
satu sel otot ini terangsang, potensial aksi akan menyebar ke seluruh jantung, dari
satu sel ke sel yang lain melalui kisi-kisi yang saling berhubungan tadi.
3. Bagaimana Potensial Aksi?

- denyut jantung, potensial intrasel tersebut meningkat dari suatu nilai yang sangat
negatif, sekitar —85 milivolt, menjadi sedikit positif, kira-kira +20 milivolt,
sepanjang denyut jantung.
- Setelah terjadi gelombang paku (spike) yang pertama, membran tetap dalam keadaan
depolarisasi selama kira-kira 0,2 detik, memperlihatkan suatu plateau (garis datar)
- dikuti dengan repolarisasi tiba-tiba pada bagian akhir dari plateau tersebut. Adanya
plateau pada potensial aksi ini menyebabkan kontraksi ventrikel berlangsung sampai
15 kali lebih lama daripada kontraksi otot rangka.
4. Perbedaan Otot rangka dan jantung?
1.Pertama, potensial aksi pada otot rangka ditimbulkan oleh adanya pembukaan yang
tiba-tiba dari kanal cepat natrium yang menyebabkan ion natrium dari cairan ekstraselular
dalam jumlah besar masuk ke dalam serat otot rangka. Kanal ini disebut sebagai kanal
"cepat" karena kanal ini tetap terbuka hanya selama seperberaparibu detik dan kemudian
menutup dengan tiba-tiba. Pada akhir proses penutupan ini, terjadi repolarisasi, dan
potensial aksi berakhir dalam waktu seperberaparibu detik berikutnya.

Sedangkan, Pada otot jantung potensial aksi ditimbulkan oleh permukaan dua macam
kanal, yaitu: (1) kanal cepat natrium yang sama dengan yang terdapat pada otot rangka,
dan (2) kelompok kanal lambat kalsium lain yang sangat berbeda, yang juga disebut
sebagai kanal kalsium-natrium. Kumpulan kanal yang kedua iniberbeda dengan kanal
cepat natrium karena lebih lambat membuka dan, yang lebih penting, kanal ini tetap
terbuka selama seperberapapuluh detik. Selama waktu ini, sejumlah besar ion kal-sium
dan ion natrium mengalir melalui kanal-kanal ini masuk ke dalam serat otot jantung, dan
hal ini akan mempertahankan periode depolarisasi dalam waktu yang lebih panjang,
menyebabkan plateau potensial aksi. Lebih lanjut, ion kalsium yang masuk selama fase
plateau ini membangkitkan proses kontraksi otot,

2. Perbedaan fungsional utama yang kedua antara otot jantung dan otot rangka yang
membantu menjelaskan perbedaan lamanya potensial aksi dan adanya plateau ialah:
Segera sesudah potensial aksi timbul, permeabilitas membran otot jantung terhadap ion
kalium menurun kira-kira 5 kali lipat, yang merupakan suatu efek yang tidak terjadi pada
otot rangka. penurunan permeabilitas terhadap kalium akan sangat menurunkan
pengeluaran ion kalium yang bermuatan positif selama terjadinya plateau potensial
aksi, mencegah kembalinya voltase potensial aksi yang dini ke tingkat istirahat. Bila
kanal lambat kalsium-natrium tertutup pada akhir dari 0,2 sampai 0,3 detik dan
pemasukan ion kalsium dan natrium berhenti, permeabilitas membran untuk ion kalium
juga akan meningkat dengan sangat cepat; dan hilangnya ion kalium yang cepat dari serat
segera akan mengembalikan potensial membran ke keadaan istirahat, dan mengakhiri
potensial aksi.
5. Bagaimana mekanisme otot jantung menyebabkan kontraksi?
potensial aksi menjalar sepanjang membran otot jantung, potensial aksi akan menyebar
ke bagian dalam serat otot jantung sepanjang membran tubulus transversus (T). Potensial
aksi tubulus T selanjutnya bekerja pada membran tubulus sarkoplasmik longitudi-nal
yang menyebabkan pelepasan ion-ion kalsium ke dalam sarkoplasma otot dari retikulum
sarkoplasmik. Dalam seper-berapa ribu detik berikutnya, ion kalsium ini akan berdifusi
ke dalam miofibril dan mengatalisasi reaksi kimawi yang mempermudah pergeseran
(sliding) filamen aktin dan miosin satu sama lain, hal ini akan menimbulkan kontraksi
otot.
6. Bagaimana siklus jantung?
Siklus jantung terdiri atas satu periode relaksasi yang disebut diastolik, yaitu periode
pengisian jantung dengan darah, yang diikuti oleh satu periode kontraksi yang disebut
sistolik. Lama berlangsungnya keseluruhan siklus jantung termasuk sistol dan diastol,
berbanding terbalik dengan frekuensi denyut jantung. Sebagai contoh, bila frekuensi
denyut jantung adalah 72 denyut/menit, lama siklus jantung adalah 1/72 denyut/
menit–sekitar 0,0139 menit per denyut, atau 0,833 detik perdenyut.
Apabila frekuensi denyut jantung meningkat, lama berlangsungnya setiap siklus jantung
akan turun, termasuk fase kontraksi dan relaksasi. Lama potensial aksi dan periode
kontraksi (sistol) juga turun, namun tidak sebesar persentase fase relaksasi (diastol). Pada
frekuensi denyut jantung normalsebesar 72 denyut/ menit, sistol berlangsung sekitar 0,4
bagian dari seluruh siklus jantung. Pada frekuensi tiga kali frekuensi denyut normal,
sistol berlangsung 0,65 bagian dari seluruh siklus jantung. Hal ini berarti bahwa jantung
yang berdenyut dengan frekuensi yang sangat cepat, tidak memiliki waktu relaksasi yang
cukup untuk pengisian sempurna ruang jantung,sebelum kontraksi berikutnya.
7. Bagaimana mekanisme pompa jantung?
Bila seseorang dalam keadaan istirahat, setiap menitnya jantung hanya akan memompa 4
sampai 6 liter darah. Selama bekerja berat, jantung mungkin perlu memompa darah
sebanyak empat sampai tujuh kali lipat dari jumlah ini. Dua cara dasar pengaturan
volume darah yang dipompakan oleh jantung adalah
(1) Pengaturan intrinsik pemompaan jantung sebagai respons terhadap perubahan volume
darah yang mengalir ke dalam jantung (mekanisme Frank-starling)
Secara mendasar,mekanisme Frank-Starling berarti semakin besar otot jantung
diregangkan selama pengisian, semakin besar kekuatan kontraksi dan semakin besar pula
jumlah darah yang dipompa ke dalam aorta.
Bila sejumlah darah tambahan mengalir ke dalam ventrikel, otot jantung sendiri akan
lebih teregang. Keadaan ini selanjutnya akan menyebabkan otot berkontraksi dengan
kekuatan yang bertambah karena filamen aktin dan miosin dibawa mendekati tahap
tumpang tindih yang optimal untuk membangkitkan kekuatan. Oleh karena itu, ventrikel,
karena peningkatan pemompaan, secara otomatis akan memompa darah tambahan ke
dalam arteri. Kemampuan otot yang diregangkan, sampai mencapai panjang yang
optimal, untuk berkontraksi dengan curah kerja yang bertambah.

kurva fungsi ventrikel merupakan cara lain untuk menyatakan mekanisme Frank-Starling
jantung. Yakni, sewaktu ventrikel diisi sebagai respons terhadap peningkatan tekanan
atrium, maka masing-masing volume ventrikel dan kekuatan kontraksi otot jantung juga
meningkat sehingga jantung akan memompa lebih banyak darah ke dalam arteri.
Gambar 9-10 memperlihatkan suatu jenis kurva fungsi ventrikel yang disebut sebagai
kurva curah kerja sekuncup (stroke work output curve). Perhatikan bahwa begitu tekanan
atrium untuk setiap sisi jantung meningkat, curah kerja sekuncup untuk sisi tersebut akan
meningkat sampai mencapai batas kemampuan kontraksi ventrikel.
Gambar 9-11 menggambarkan kurva fungsi ventrikel jenis lain yang disebut sebaga
kurva curah isi ventrikel (ventricular volume output curve). Kedua kurva pada Gambar
ini menunjukkan fungsi kedua ventrikel jantung manusia berdasarkan data yang
diekstrapolasikan dari binatang yang lebih rendah. Sewaktu tekanan atrium kiri dan
kanan meningkat, maka volume yang dikeluarkan oleh masing-masing ventrikelnya
dalam setiap menit juga akan meningkat.
(2) Pengendalian frekuensi denyut jantung dan kekuatan pemompaan jantung oleh sistem
saraf otonom.
perangsangan simpatis sering dapat meningkatkan curah jantung maksimum
sebanyak dua sampai tiga kali lipat, di samping peningkatan curahan yang
disebabkan oleh mekanime Frank-Starling yang sudah dibahas sebelumnya.
Sebaliknya, penghambatan saraf simpatis ke jantung dapat
menurunkan pemompaan jantung menjadi sedang cara sebagai beriku.
Pada keadaan normal, serat-serat saraf simpati ke jantung secara terus-menerus
melepaskan sinyal dengan kecepatan rendah untuk mempertahankan pemompaan kira-
kira 30 persen lebih tinggi bila tanpa perangsangan simpatik.Oleh karena itu, bila
aktivitas sistem saraf simpatis ditekan sampai di bawah normal, keadaan ini akan
menurunkan frekuensi denyut jantung dan kekuatan kontraksi otot ventrikel sehingga
akan menurunkan tingkat pemompaan jantung sampai sebesar 30 persen di bawah
normal. Perangsangan Parasimpatis (Vagus) pada Jantung. Perangsangan serat saraf
parasimpatis di dalarn nervus vagus yang kuat pada jantung dapat menghentikan denyut
jantung selama beberapa detik, tetapi biasanya jantung akan "mengatasinya" dan
berdenyut dengan kecepatan 20 sampai 40 denyut/menit selama perangsangan
parasimpatis terus berlanjut. Selain itu, perangsangan vagus yang kuat dapat menurunkan
kekuatan kontraksi otot jantung sebesar 20 sampai 30 persen. Serat-serat vagus
didistribusikan terutama ke atrium dan tidak begitu banyak ke ventrikel, tempat
terjadinya tenaga kontraksi yang sebenarnya. Hal ini menjelaskan pengaruh perangsangan
vagus yang terutama mengurangi frekuensi denyut jantung, dan bukan terutama
mengurangi kekuatan kontraksi jantung. Meskipun demikian, penurunan frekuensi denyut
jantung yang besar digabungkan dengan penurunan kekuatan kontraksi jantung yang
kecil akan dapat menurunkan pemompaan ventrikel sebesar 50 persen atau lebih.
Kurva dan Gambar 9-13 menunjukkan bahwa pada setiap nilai tekanan atrium kanan,
curah jantung akan meningkat ketika terjadi peningkatan perangsangan simpatis dan
menurun ketika terjadi peningkatan perangsangan parasimpatis. Perubahan curah jantung
yang disebabkan oleh perangsangan sistem saraf otonom ini merupakan akibat dari
perubahan frekuensi denyut jantung dan perubahan kekuatan kontraksi jantung, karena
kedua perubahan tersebut merupakan respons terhadap perangsangan saraf.

8. Bagaimana terbentuknya gelombang EKG?


Elektrokardiogram (EKG) adalah pemeriksaan yang bertujuan merekam aktivitas listrik
pada jantung.
 EKG dapat direkam dengan menggunakan elektroda aktif atau elektroda
eksplorasi yang dihubungkan ke sebuah elektroda indiferen pada potensial nol
(perekaman unipolar), atau dengan menggunakan dua elektroda aktif
(perekaman bipolar).
 Ketika gelombang berjalan melalui jantung, arus listrik menyebar ke dalam
jaringan sekitar jantung, dan sebagian kecil menyebar ke semua arah ke
permukaan tubuh. Bila elektroda ditempatkan di permukaan tubuh pada sisi
yang berhadapan dengan jantung, potensial listrik yang dibangkitkan oleh
jantung dapat direkam.
 Depolarisasi yang bergerak menuju elektroda aktif dalam suatu konduktor
volume menghasilkan defleksi/penyimpangan positif, sedangkan depolarisasi
yang bergerak ke arah berlawanan menghasilkan defleksi negatif.
 Gelombang P: terutama dihasilkan oleh depolarisasi atrium.
 Gelombang QRS: arus listrik yang ada ketika ventrikel mengalami kontraksi
sebleum kontraksi
 Gelombang P dan kompleks QRS: adalah gelombang depolarisasi
 Gelombang T: adalah repolarisasi ventrikel.
 Gelombang U: tidak selalu ditemukan yang mungkin disebabkan oleh miosit
ventrikel dengan potensial aksi panjang.

9. Mengapa aktivitas fisik/bekerja memicu munculnya sesak napas pada kasus di atas?
Menurutku ya : Ada gangguan diotot jantungnya, dimana ada sumbatan. Karena
tersumbat, aliran darah nggak lancar. Pada saat aktivitas berat, tubuh menggunakan lebih
banyak oksigen dan menghasilkan lebih banyak karbon dioksida karena otot-otot bekerja
lebih keras. Untuk mengatasi kebutuhan ekstra ini, tubuh merespon dengan bernapas
lebih dalam dan lebih sering untuk mengambil oksigen yang dibutuhkan. Kecepatan
pernapasan yang meningkat juga memfasilitasi pengantaran oksigen ke dalam aliran
darah, yang kemudian diangkut ke otot-otot yang bekerja. Karena gangguan, jadinya
pengantaran oksigen ke jantung terhambat, sehingga mudah lelah.
SUMBER
Guyton and Hall textbook of medical physiology 12th edition

Anda mungkin juga menyukai