PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Mengetahui definisi Rheumatic Heart Disease
1.3.2 Mengetahui epidemiologi pada Rheumatic Heart Disease
1.3.3 Mengetahui etiologi pada Rheumatic Heart Disease
1.3.4 Mengetahui patofisiologis pada Rheumatic Heart Disease
1.3.5 Mengetahui pemeriksaan penunjang pada Rheumatic Heart Disease
1.3.6 Mengetahui penatalaksanaan pada Rheumatic Heart Disease
1.3.7 Mengetahui komplikasi pada Rheumatic Heart Disease
1.3.8 Mengetahui asuhan keperawatan pada Rheumatic Heart Disease
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
rumah sakit di seluruh dunia dengan 2-9,9% kasus tersebut berada di wilayah
asia (Sucipto, 2011).
4
marginatum dan khorea. Kelainan pada jantung dapat berupa endocarditis,
miokarditis, dan perikarditis.
1. Pemeriksaan Laboratorium
5
mencapai puncak minggu ke 3-6 setelah infeksi. Titer ASO naik > 333
unit pada anak-anak, dan > 250 unit pada dewasa. Sedangkan anti-
DNase B mulai meningkat minggu 1-2 dan mencapai puncak minggu ke
6-8. Nilai normal titer anti-DNase B= 1: 60 unit pada anak prasekolah
dan 1 : 480 unit anak usia sekolah (Alsagaf;Mukty, 2008).
d. Kultur tenggorok
Pemeriksaan kultur tenggorokan untuk mengetahui ada tidaknya
streptococcus beta hemolitikus grup A. Pemeriksaan ini sebaiknya
dilakukan sebelum pemberian antibiotik. Kultur ini umumnya negatif
bila gejala rheumatic fever atau rheumatic heart disease mulai muncul
(Alsagaf;Mukty, 2008).
e. Pemeriksaan Radiologi dan Pemeriksaan Elektrokardiografi
Pada pemeriksaan radiologi dapat mendeteksi adanya
kardiomegali dan kongesti pulmonal sebagai tanda adanya gagal jantung
kronik pada karditis. Sedangkan pada pemeriksaan EKG ditunjukkan
adanya pemanjangan interval PR yang bersifat tidak spesifik. Nilai
normal batas atas interval PR uuntuk usia 3-12 tahun = 0,16 detik, 12-14
tahun = 0,18 detik , dan > 17 tahun = 0,20 detik (Alsagaf;Mukty, 2008).
f. Pemeriksaan Ekokardiografi
Pada pasien RHD, pemeriksaan ekokardiografi bertujuan untuk
mengidentifikasi dan menilai derajat insufisiensi/stenosis katup, efusi
perikardium, dan disfungsi ventrikel. Pada pasien rheumatic fever
dengan karditis ringan, regurgitasi mitral akan menghilang beberapa
bulan. Sedangkan pada rheumatic fever dengan karditis sedang dan berat
memiliki regurgitasimitral/aorta yang menetap. Gambaran
ekokardiografi terpenting adalah dilatasi annulus, elongasi chordae
mitral, dan semburan regurgitasi mitral ke postero-lateral
(Alsagaf;Mukty, 2008).
6
2.6 Penatalaksanaan Pada Rheumatic Heart Disease
1. Medikamentosa
7
relatif mahal dan memerlukan follow up jangka panjang (Ninditasari,
2015).
Kategori Durasi
Demam rematik dengan karditis dan Sekurang-kurangnya 10 tahun sejak
kelainan menetap episode yang teakhir dan sampai usia
40 tahun dan kadang-kadang seumur
hidup
Demam rematik dengan karditis tanpa 10 tahun ataun sampai dewasa, bisa
kelainan katup yang menetap lebih lama
Demam rematik tanpa kardis 5 tahun atau sampai usia 21 tahun
*Klinis atau ekokardiografi
8
Minimal Sedang
Tirah Baring 2 minggu 2-3 minggu 4-6 minggu 2-4 bulan
Ambulansi 1-2 minggu 2-3 minggu 4-6 minggu 2-3 bulan
dalam rumah
Ambulasi luar 2 minggu 2-4 minggu 1-3 bulan 2-3 bulan
Aktifitas Setelah 4-6 Setelah 6-10 Setelah 3-6 Bervariasi
Penuh minggu minggu bulan
3. Pembedahan
Pembedahan mungkin diperlukan jika telah terjadi gagal jantung
yang menetap atau semakin memburuk meskipun telah mendapat terapi
medis yang agresif untuk penanganan rheumatic heart disease, operasi
untuk mengurangi defisiensi katup mungkin bisa menjadi pilihan untuk
menyelamatkan nyawa pasien. Pasien yang simptomatik, dengan disfungsi
ventrikel atau mengalami gangguan katup yang berat, juga memerlukan
tindakan intervensi (Ninditasari, 2015).
9
a. Stenosis Mitral: pasien dengan stenosis mitral murni yang ideal, dapat
dilakukan ballon mitral valvuloplasty (BMV). Bila BMV tak
memungkinkan, perlu dilakukan operasi (Ninditasari, 2015).
b. Regurgitasi Mitral: Rheumatic fever dengan regurgitasi mitral akut
(mungkin akibat ruptur khordae)/kronik yang berat dengan rheumatic
heart disease yang tak teratasi dengan obat, perlu segera dioperasi untuk
reparasi atau penggantian katup (Ninditasari, 2015).
c. Stenosis Aortik: stenosis katut aorta yang berdiri sendiri amat langka.
Intervensi dengan balon biasanya kurang berhasil, sehingga operasi
lebih banyak dikerjakan (Ninditasari, 2015).
d. Regurgitasi Aortik: regurgitasi katup aorta yang berdiri sendiri atau
kombinasi dengan lesi lain, biasanya ditangani dengan penggantian
katup (Ninditasari, 2015).
2.7 Komplikasi Pada Rheumatic Heart Disease
I. PENGKAJIAN
1. Status Kesehatan Klien Saat Ini
Keluhan utama : Demam dan nyeri sendi ± 3 hari
Faktor Pencetus : Radang tenggorokan ± 1 minggu yang lalu
Faktor yang memperberat keluhan : Mudah lelah saat bermain
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi keluhan : Kompres
10
Diagnosak medic : Rheumatic Heart Desease/Penyakit Jantung
Reumatik
2. Riwayat Kesehatan Klien Yang Lalu
Riwayat penyakit yang pernah dialami klien : Faringitis
Riwayat pengobatan :-
Riwayat operasi :-
Riwayat kecelakaan :-
Riwayat Hospitalisasi :-
Riwayat alergi : Tidak ada riwayat alergi makanan atau obat
Riwayat imunisasi : Imunisasi lengkap
3. Pola Kebiasaan Sehari-hari
Pola Nutrisi : Klien mengatakan tidak selera makan
Pola Eliminasi : Tidak ada perubahan eliminasi BAK dan BAB
Pola Aktifitas : Kelelahan, malaise
Pola Istirahat : Klien sulit tidur
Pola Konsep Diri dan Persepsi Diri : Klien ingin cepat sembuh
dan pulang kerumah
Pola Keyakinan Nilai : Orang tua klien mengajarkan anaknya untuk
berdoa
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Klien tampak lemah
BB : 30 kg
TB : 120 cm
b. Tanda-tanda vital
Kes : Composmentis
TD : 90/60 mmHg
HR : 110x/menit
RR : 26x/menit
Suhu : 37,8°C
c. Kepala : Bentuk simetris, rambut hitam, kepala bersih
d. Mata : Pupil isokor, konjungtiva (-) anemis
11
e. Hidung : Simetris, (-) pembesaran polip ataupun sinus
f. Mulut : Mukosa bibir kering
g. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
h. Pernafasan : Pernafasan vesikuler
i. Sirkulasi : Takikardi 110x/menit
j. Abdomen : (-) nyeri tekan
k. Anogenetal : Tidak dikaji
l. Neurologis : Composmentis
m. Integumen : Tugor kulit baik
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 20gr/dL
HMT : 45%
Leukosit : 12 ribu gr/dL
Trombosit : 120.000
Eritrosit : 4,6 juta
ASTO : 400
b. Radiologi
Pada pemeriksaan foto thoraks menunjukan terjadinya pembesaran
pada jantung.
c. Hapusan Tenggorokan
Ditemukan Steptococcus hemolitikus b grup A.
6. Analisa Data
12
DO : Poliartritis
- Klien tampak meringis ↓
kesakitan Nyeri
2. DS : Orang tua klien Aktivitas Peningkatan
mengatakan anaknya antigen/antibody suhu tubuh
demam ↓
DO : Inflamasi
- Klien tampak gelisah ↓
- Suhu tubuh klien di Impuls disampaikan
atas batas normal ke hipotalamus
TTV ↓
TD : 90/60 mmHg Peningkatan suhu
HR : 110x/menit tubuh
RR : 26x/menit
S : 37,8°C
3. DS : Katup jantung Intoleransi
-Klien mengatakan cepat mengalami gangguan Aktifitas
lelah ↓
DO : Peningkatan tekanan
-Klien tampak lemah vena dan arteri
-Klien tampak berbaring pulmonalis
ditempat tidur ↓
Klemahan Fisik
↓
Intoleransi aktifitas
13
3. Imtoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik d/d klien mengatakan cepat
lelah, klien tampak lemah dan berbaring ditempat tidur.
III. INTERVENSI KEPERAWATAN
14
tampak advise
tenang dokter
2. Suhu dalam
batas normal
: 36,5-
37,2°C
3. Imtoleransi Tujuan : -Monitor -Menghemat
aktivitas b/d Setelah tanda vital energy klien
kelemahan fisik dilakukan -Anjurkan
d/d klien intervensi ibu klien
mengatakan cepat keperawatan bantu klien
lelah, klien selama 3x2 beraktifitas
tampak lemah dan jam diharapkan -Berikan
berbaring masalah bantuan
ditempat tidur intoleransi sesuai
aktiftas dapat kebutuhan
teratasi
Kriteria Hasil :
1. Klien dapat
beraktifitas
secara
mandiri
15
S : 37,8°C
2. Mengkaji skala
13.00 nyeri : 6
3. Mengajarkan teknik
relaksasi : nafas
dalam
2. Peningkatan suhu Kamis, 03- 09.00 Mandiri :
tubuh b/d proses 11-2019 1. Memonitor tanda
inflamasi d/d klien vital
mengtakan TD : 90/60 mmHg
anaknya demam, 10.00 HR : 110x/menit
suhu tubuh diatas RR : 26x/menit
batas normal S : 37,8°C
2. Mengompres Klien
12.00 3. Memberi minuman
air hangat
Kolaborasi :
-Memberi anti piretik :
Novalgin 1 amp/12 j
3. Imtoleransi Kamis, 03- 20.00 Mandiri :
aktivitas b/d 11-2019 1. Memonitor tanda
kelemahan fisik vital
d/d klien TD : 90/60 mmHg
mengatakan cepat 20.00 HR : 110x/menit
lelah, klien tampak RR : 26x/menit
lemah dan S : 37,8°C
berbaring ditempat 2. Menganjurkan ibu
tidur 07.00 klien bantu klien
beraktifitas
3. Memberikan
bantuan sesuai
16
kebutuhan klien
V. EVALUASI KEPERAWATAN
17
tubuh teratasi
P: Intervensi
dilanjutkan
3. Imtoleransi Jumat, 04- S: Klien mengatakan
aktivitas b/d 11-2019 masih belum bisa
kelemahan fisik beraktifitas secara
d/d klien mandiri
mengatakan cepat O: Klien tampak
lelah, klien tampak dibantu keluarga
lemah dan dalam beraktifitas
berbaring ditempat A: Masalah intoleransi
tidur aktifitas belum teratasi
P: Intervensi
dilanjutkan
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
18
Pasien dengan riwayat rheumatic fever berisiko tinggi mengalami
kekambuhan. Resiko kekambuhan tertinggi dalam kurun waktu 5 tahun sejak
episode awal.
3.2 Saran
19