Anda di halaman 1dari 20

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN REUMATOID HEART DISEASE ( RHD )

http://learntogether-aries.blogspot.com/2011/09/askep-reumatoid-heart-diseaserhd.html

A. 1)

KONSEP DASAR PENYAKIT Pengertian RHD Rematoid heart disease ( RHD ) merupakan penyebab terpenting dari penyakit jantung yang didapat,baik pada anak maupun pada dewasa. Rematoid fever adalah peradangan akut yang sering diawali oleh peradangan pada farings. Sedangkan RHD adalah penyakit berulang dan kronis. Pada umumnya seseorang menderita penyakit rematoid fever akut kira-kira dua minggu sebelumnya pernah menderita radang tenggorokan. Reumatoid heart disease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang mengenai jaringanjaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung dan pembuluh darah oleh organisme streptococcus hemolitic-b grup A (Pusdiknakes, 1993). RHD adalah suatu penyakit peradangan autoimun yang mengenai jaringan konektif seperti pada jantung,tulang, jaringan subcutan pembuluh darah dan pada sistem pernapasan yang diakibatkan oleh infeksi streptococcus hemolitic-b grup A. Epidemiologi / Insiden Kasus RHD terdapat diseluruh dunia. Lebih dari 100.000 kasus baru demam rematik didiagnosa setiap tahunnya, khususnya pada kelompok anak usia 6-15 tahun. Cenderung terjangkit pada daerah dengan udara dingin, lembab, lingkungan yang kondisi kebersihan dan gizinya kurang memadai.Sementara dinegara maju insiden penyakit ini mulai menurun karena tingkat perekonomian lebih baik dan upaya pencegahan penyakit lebih sempurna. Dari data 8 rumah sakit di Indonesia tahun 1983-1985 menunjukan kasus RHD rata-rata 3,44 dari seluruh jumlah penderita yang dirawat.Secara Nasional mortalitas akibat RHD cukup tinggi dan ini merupakan penyebab kematian utama penyakit jantung sebelum usia 40 tahun.

2)

3)

Penyebab / Faktor Predisposisi Penyebab secara pasti dari RHD belum diketahui, namun penyakit ini sangat berhubungan erat dengan infeksi saluran napas bagian atas yang disebabkan oleh streptococcus hemolitik-b grup A yang pengobatanya tidak tuntas atau bahkan tidak terobati. Pada penelitian menunjukan bahwa RHD terjadi akibat adanya reaksi imunologis antigen-antibody dari tubuh.Antibody yang melawan streptococcus bersifat sebagai antigen sehingga terjadi reaksi autoimun. Terdapat faktor-faktor predisposisi yang berpengaruh pada reaksi timbulnya RHD : a. Faktor-faktor pada individu Faktor Genetik Meskipun pengetahuan tentang faktor genetik pada RHD ini tidak lengkap namun pada umumnya ada pengaruh faktor keturunan pada proses terjadinya RHD, walaupun cara penurunanya belum dapat dipastikan. Jenis Kelamin Dulu sering dinyatakan bahwa RHD lebih sering terjadi pada anak wanita daripada anak lakilaki. Golongan Etnik dan Ras

Data di Amerika menunjukan bahwa serangan awal maupun serangan ulangan lebih sering terjadi pada orang berkulit hitam dibandingkan orang berkulit putih Umur RHD paling sering terjadi pada anak-anak berumur antara 6- 15 tahun ( usa sekolah ) dengan puncak sekitar umur 8 tahun. Tidak biasanya ditemukan pada anak sebelum berumur 3 tahun atau setelah 20 tahun b. Faktor-faktor lingkungan Keadaan sosial ekonomi yang buruk Keadaan sosial ekonomi yang buruk adalah sanitasi lingkungan yang buruk, rumah dengan penghuni yang padat, rendahnya pendidikan sehingga pemahaman untuk segera mencari pengobatan anak yang menderita infeksi tenggorokan sangat kurang ditambah pendapatan yang rendah sehingga biaya perawatan kesehatan kurang Iklim dan geografis RHD adalah penyakit kosmopolit. Penyakit ini terbanyak didapatkan pada daerah beriklim sedang,tetapi data akhir-akhir ini menunjukan bahwa daerah tropispun mempunyai insiden yang tinggi. Didaerah yang letaknya tinggi, insiden RHD lebih tinggi daripada dataran rendah Cuaca Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insiden infeksi saluran napas atas meningkat, sehingga mengakibatkan kejadian RHD juga dapat meningkat Patofisiologi Hubungan yang pasti antara infeksi streptokokus dan demam rematik akut tidak diketahui. Cedera jantung bukan merupakan akibat langsung infeksi, seperti yang ditunjukkan oleh hasil kultur streptokokus yang negative pada bagian jantung yang terkena. Fakta berikut ini menunjukkan bahwa hubungan tersebut terjadi akibat hipersensitifitas imunologi yang belum terbukti terhadap antigen-antigen streptokokus : Demam rematik akut terjadi 2-3 minggu setelah faringitis streptokokus, sering setelah pasien sembuh dari faringitis. Kadar antibody anti streptokokus tinggi (antistreptolisin o, anti DNase, anti hialoronidase ) terdapat pada pasien demam rematik akut. Pengobatan dini faringitis streptokokus dengan penisilin menurunkan resiko demam rematik akut. Immunoglobulin dan komplemen terdapat pada permukaan membrane sel-sel miokardium yang terkena.

4)

1. 2. 3. 4.

Hipersensitifitas kemungkinan bersifat imunologik, tetapi mekanisme demam rematik akut masih belum diketahui. Adanya antibody-antibodi yang memiliki aktifitas terhadap antigen streptokokus dan sel-sel miokardium menunjukkan kemungkinan adanya hipersensitifitas tipe II yang diperantarai oleh antibody reaksi silang. Adanya antibody-antibodi tersebut di dalam serum beberapa pasien yang kompleks imunnya terbentuk untuk melawan antigen-antigen streptokokus menunjukkan hipersensitifitas tipe III. (Pathway terlampir.) 5. Manifestasi Klinis dan Kriteria diagnosis

a. 1)

2)

3)

4)

5)

b. 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9)

Untuk menegakkan diagnosis RHD dengan melihat tanda dan gejala maka digunakan kriteria Jones yang terdiri dari kriteria mayor dan kriteria minor. Kriteria Mayor Carditis Yaitu terjadi peradangan pada jantung ( miokarditis dan atau endokarditis ) yang menyebabkan terjadinya gangguan pada katup mitral dan aorta dengan manifestasi terjadi penurunan curah jantung ( seperti hipotensi, pucat, sianosis, berdebar-debar dan heart rate meningkat ), bunyi jantung melemah, dan terdengar suara bising katup pada auskultasi akibat stenosis dari katup terutama mitral ( bising sistolik ), Friction rub. Polyarthritis Klien yang menderita RHD biasanya datang dengan keluhan nyeri pada sendi yang berpindahpindah, radang sendi-sendi besar, lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan, siku ( polyarthritis migrans ), gangguan fungsi sendi. Khorea Syndenham Merupakan gerakan yang tidak disengaja / gerakan abnormal , bilateral,tanpa tujuan dan involunter, serta sering kali disertai dengan kelemahan otot ,sebagai manifestasi peradangan pada sistem saraf pusat. Eritema Marginatum Eritema marginatum merupakan manifestasi RHD pada kulit, berupa bercak-bercak merah dengan bagian tengah berwarna pucat sedangkan tepinya berbatas tegas , berbentuk bulat dan bergelombang tanpa indurasi dan tidak gatal. Biasanya terjadi pada batang tubuh dan telapak tangan. Nodul Subcutan Nodul subcutan ini terlihat sebagai tonjolan-tonjolan keras dibawah kulit tanpa adanya perubahan warna atau rasa nyeri. Biasanya timbul pada minggu pertama serangan dan menghilang setelah 1-2 minggu. Ini jarang ditemukan pada orang dewasa.Nodul ini terutama muncul pada permukaan ekstensor sendi terutama siku,ruas jari,lutut,persendian kaki. Nodul ini lunak dan bergerak bebas. Kriteria Minor Memang mempunyai riwayat RHD Artralgia atau nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif pada sendi, klien kadang-kadang sulit menggerakkan tungkainya Demam namun tidak lebih dari 39 derajat celcius dan pola tidak tentu Leukositosis Peningkatan laju endap darah ( LED ) C- reaktif Protein ( CRP ) positif P-R interval memanjang Peningkatan pulse/denyut jantung saat tidur ( sleeping pulse ) Peningkatan Anti Streptolisin O ( ASTO ) Selain kriteria mayor dan minor tersebut, terjadi juga gejala-gejala umum seperti , akral dingin, lesu,terlihat pucat dan anemia akibat gangguan eritropoesis.gejala lain yang dapat muncul juga gangguan pada GI tract dengan manifestasi peningkatan HCL dengan gejala mual dan anoreksia Diagnosis RHD ditegakkan apabila ada dua kriteria mayor dan satu kriteria minor, atau dua kriteria minor dan satu kriteria mayor.

6. a. b. c. d. e. 7.

Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang Pemeriksaan laboratorium Dari pemeriksaan laboratorium darah didapatkan peningkatan ASTO, peningkatan laju endap darah ( LED ),terjadi leukositosis, dan dapat terjadi penurunan hemoglobin . Radiologi Pada pemeriksaan foto thoraks menunjukan terjadinya pembesaran pada jantung. Pemeriksaan Echokardiogram Menunjukan pembesaran pada jantung dan terdapat lesi Pemeriksaan Elektrokardiogram Menunjukan interval P-R memanjang. Hapusan tenggorokan :ditemukan steptococcus hemolitikus b grup A Komplikasi Penyakit jantung rematik merupakan komplikasi dari demam rematik dan biasanya terjadi setelah serangan demam rematik. Insiden penyakit jantung rematik telah dikurangi dengan luas penggunaan antibiotic efektif terhadap streptokokal bakteri yang menyebabakan demam rematik.

8.

Therapy / Penatalaksanaan Tata laksana RHD aktif atau reaktifitas adalah sebagai berikut : a. Tirah baring dan mobilisasi bertahap sesuai dengan keadaan jantungnya. Kelompok Klinis - Karditis ( - ) - Artritis ( + ) - Karditis ( + ) - Kardiomegali (-) Tirah baring ( minggu ) 2 4 Mobilisasi bertahap ( minggu) 2 4

b. c.

d. e.

Karditis ( + ) Kardiomegali(+) 6 6 karditis ( + ) Gagal jantung (+ ) >6 > 12 Eradikasi dan selanjutnya pemberian profilaksis terhadap kuman sterptococcus dengan pemberian injeksi Benzatine penisillin secara intramuskuler. Bila berat badan lebih dari 30 kg diberikan 1,2 juta unit dan jika kurang dari 30 kg diberikan 600.000-900.000 Unit. Untuk antiradang dapat diberikan obat salisilat atau prednison tergantung keadaan klinisnya. Salisilat diberikan dengan dosis 100 mg/kg BB/hari selama kurang lebih 2 minggu dan 25 mg/ Kg BB/hari selama 1 bulan. Prednison diberikan selama kurang lebih 2 minggu dan teppering off ( dikurangi bertahap ). Dosis awal prednison 2 mg/ kg BB/hari. Pengobatan rasa sakit dapat diberikan analgetik Pengobatan terhadap khorea hanya untuk symtomatik saja, yaitu klorpromazin,diazepam atau haloperidol. Dari pengalaman ternyata khorea ini akan hilang dengan sendirinya dengan tirah baring dan eradikasi.

f.

Pencegahan komplikasi dari carditis misal adanya tanda-tanda gagal jantung dapat diberikan terapi digitalis dengan dosis 0,04-0,06 mg/kg BB. g. Pemberian diet bergizi tinggi mengandung cukup vitamin 9. Pencegahan Jika kita lihat di atas bahwa penyakit jantung paru sangat mungkin terjadi dengan adanya kejadian awal yaitu demam rematik (DR). tentu saja pencegahan yang terbaik adlah bagaimana upaya kita jangan sampai mengalami demam rematik (terserang infeksi kuman streptokokus beta hemolyticus ). Ada beberapa factor yang dapat mendukung seseorang terserang kuman tersebut, diantaranya factor lingkungan seperti kondisi kehidupan yang jelek, kondisi tinggal yang berdesakan dan akses kesehatan yang kurang merupakan determinan yang signifikan dalam distribusi penyakit ini. Variasi cuaca juga mempunyai peranan yang besar dalam terjadinya infeksi streptokokus untuk terjadi DR. Seseorang yang terinfeksi kuman streptokokus beta hemolyticus dan mengalami demam rematik harus diberikan terapi yang maksimal dengan antibiotiknya. Hal ini menghindarkan kemungkinan serangan kedua kalinya atau bahkan menyebabkan penyakit jantung rematik. Prognosis Prognosis RHD terdiri dari lama penyakit, kesempatan komplikasi dari penyakit, kemungkinan hasil, prospek untuk pemulihan, pemulihan periode untuk penyakit, harga hidup, tingkat kematian, dan hasil kemungkinan lainnya dalam keseluruhan prognosa dari penyakit jantung reumatik.

10.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Data fokus: Peningkatan suhu tubuh tidak terlalu tinggi kurang dari 39 derajat celcius namun tidak terpola Adanya riwayat infeksi saluran nafas. Tekanan darah menurun, denyut nadi meningkat, dada berdebar-debar.. Nyeri abdomen, Mual, anoreksia dan penurunan hemoglobin Arthralgia, gangguan fungsi sendi Kelemahan otot Akral dingin Mungkin adanya sesak. Manifestasi khusus: carditis: takikardia terutama saat tidur ( sleeping pulse ) kardiomegali suara bising katup ( suara sistolik ) perubahan suara jantung perubahan ECG (PR memanjang) Precordial pain Precardial friction rub Lab : leukositosis, LED meningkat, peningkatan ASTO,.

Polyarthritis Nyeri dan nyeri tekan disekitar sendi Menyebar pada sendi lutut, siku, bahu, lengan ( gangguan fungsi sendi ) Nodul subcutaneous: Timbul benjolan dibawah kulit, teraba lunak dan bergerak bebas, Muncul sesaat, pada umumnya langsung diserap. Terdapat pada permukaan ekstensor persendian Khorea: Pergerakan ireguler pada ekstremitas, involunter dan cepat. Emosi labil Kelemahan otot Eritema marginatum: bercak kemerahan umum pada batang tubuh dan telapak tangan. Bercak merah dapat berpindah lokasi tidak permanen eritema bersifat non pruritus

2. Diagnosis Keperawatan yang mungkin muncul 1) Penurunan curah jantung b/d adanya gangguan pada penutupan pada katup mitral ( stenosis katup ) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9) Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan metabolisme terutama perifer akibat vasokonstriksi pembuluh darah Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada membran sinovial Hipertermia berhubungan dengan Peradangan pada membran sinovial dan peradangan katup jantung Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan asam lambung akibat kompensasi sistem saraf simpatis. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot, tirah baring atau imobilisasi Syndrome kurang perawatan diri Poltarthritis/arthalgia dan therapi bed rest . berhubungan Gangguan muskuloskeletal ;

Kerusakan integritas kulit behubungan dengan peradangan pada kulit dan jaringan subcutan. Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan darah diparu akibat pengisian atrium yang meningkat

10) Resiko cidera berhubungan dengan Gerakan involunter,irrigulaer, cepat dan kelemahan otot/khorea

3. Rencana Tindakan Keperawatan 1) Penurunan curah jantung b/d adanya gangguan pada penutupan katup mitral ( stenosis katup ) Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan,penurunan curah jantung dapat diminimalkan. Kriteria hasil: Menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia terkontrol atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung (mis : parameter hemodinamik dalam batas normal, haluaran urine adekuat). Melaporkan penurunan episode dispnea,angina. Ikut serta dalam akyivitas yang mengurangi beban kerja jantung. Intervensi dan rasional: Intervensi Rasional 1. Kaji frekuensi nadi, RR, TD Memonitor adanya perubahan sirkulasi secara teratur setiap 4 jam. jantung sedini mungkin dan terjadinya takikardia-disritmia sebagai kompensasi meningkatkan curah jantung Pucat menunjukkan adanya penurunan 2. Kaji perubahan warna kulit perfusi perifer terhadap tidak adekuatnya terhadap sianosis dan pucat. curah jantung. Sianosis terjadi sebagai akibat adanya obstruksi aliran darah pada ventrikel. Istirahat memadai diperlukan untuk memperbaiki efisiensi kontraksi jantung 3. Batasi aktifitas secara adekuat. dan menurunkan komsumsi O2 dan kerja berlebihan. Stres emosi menghasilkan vasokontriksi yang meningkatkan TD dan meningkatkan kerja jantung. 4. Berikan kondisi psikologis Meningkatkan sediaan oksigen untuk lingkungan yang tenang. fungsi miokard dan mencegah hipoksia. Diberikan untuk meningkatkan kontraktilitas miokard dan menurunkan 5. Kolaborasi untuk pemberian beban kerja jantung. oksigen 6. Kolaborasi digitalis untuk pemberian

2) Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan perubahan metabolism terutama perifer akibat vasokonstriksi pembuluh darah

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan , perfusi jaringan perifer efektif Kriteria hasil : Klien tidak pucat, Tidak ada sianosis, Tidak ada edema Intervensi dan rasional : Intervensi 1. Selidiki perubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinyu, contoh: cemas, bingung, letargi, pingsan. Rasional 1. Perfusi serebral secara langsung sehubungan dengan curah jantung dan juga dipengaruhi oleh elektrolit atau variasi asam basa, hipoksia, atau emboli sistemik.

2. Vasokontriksi sistemik 2. Lihat pucat, sianosis, belang, kulit diakibatkan oleh penurunan curah jantung mungkin dibuktikan oleh dingin atau lembab. Catat kekuatan penurunan perfusi kulit dan nadi perifer. penurunan nadi. 3. Indikator trombosis vena dalam. 4. Pompa jantung gagal dapat mencetuskan distress pernapasan. Namun dispnea tiba-tiba atau berlanjut menunjukkkan komplikasi tromboemboli paru. 5. Indikator perfusi atau fungsi organ

3. Kaji tanda edema. 4. Pantau pernapasan, catat kerja pernapasan.

5. Pantau data laboratorium, contoh: GDA, BUN, creatinin, dan elektrolit.

3)

Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada membran sinovial

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, masalah nyeri teratasi. Kriteria hasil : Skala nyeri 0-1, tanda-tanda vital dalam batas normal, klien tidak mengeluh nyeri, tidak ada nyeri tekan dan klien tidak membatasi gerakanya.Klien tampak rileks Intervensi dan rasional: Intervensi 1. Kaji keluhan nyeri. Perhatikan intensitas ( skala 110 ) Rasional 1. Memberikan informasi sebagai dasar dan pengawasan intervensi 2. Mengetahui keadaan umum dan memberikan informasi sebagai dasar dan pengawasan intervensi

2. Pantau tanda-tanda vital (TD, Nadi, RR , suhu) 3. Menurunkan spasme/ tegangan sendi dan jaringan sekitar

3. Pertahankan posisi daerah sendi yang nyeri dan beri posisi yang nyaman 4. Kompres dengan air hangat jika diindikasikan 5. Ajarkan teknik relaksasi progresif ( napas dalam, Guid imageri,visualisasi )

4. Menghambat kerja reseptor nyeri 5. Membantu menurunkan spasme sendi-sendi, meningkatkan rasa kontrol dan mampu mengalihkan nyeri. 6. Menghilangkan nyeri

6. Kolaborasi untuk pemberian analgetik

4)

Hipertermia berhubungan dengan Peradangan pada membran sinovial dan peradangan katup jantung. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah hiperteemia teratasi Kriteria hasil : Suhu normal ( 26-37 derajat celcius ), nadi normal,leukosit normal (4.30011.400 per mm darah), tidak ditemukan steptococcus hemolitikus b grup A pada hapusan tenggorokan. Intervensi dan rasional : Intervensi Rasional 1.Kaji suhu tubuh klien dan ukur 1. Mengetahui data dasar terhadap tanda-tanda vital lain seperti nadi, TD perencanaan tindakan yang tepat dan respirasi 2. Membantu meberikan evek 2.Berikan klien kompres hangat pada vasodilatasi pembuluh darah lipatan tubuh dan terdapat banyak sehungga pengeluaran panas pembuluh darah besar seperti aksilla, terjadi secara evaporasi perut ) 3. Peningkatan suhu juga dapat 3.Anjurkan klien untuk minum 2 meyebabkan kehilangan cairan liter/hari jika memungkinkan akibat evaporasi 4. Mencegah terjadinya peningkatan reaksi peradangan dan hipermetabolisme. 5. Mengurangi proses peradangan sehingga peningkatan suhu tidak terjadi serta streptococus hemolitikus b grup A akan mampu dimatikan

4.Anjurkan klien untuk tirah baring ( bed rest )

5.Kolaborasi untuk pemberian antipiretik dan antiradang seperti salisilat/ prednison serta pemberian Benzatin penicillin

5. Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan asam lambung akibat kompensasi sistem saraf simpatis Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan dapat teratasi. Kriteria hasil : Klien mengatakan mual dan anoreksia berkuarang / hilang, masukan makanan adekuat dan kelemahan hilang. BB dalam rentang normal.

Intervensi dan Rasional : Intervensi Rasional

1. Kaji status nutrisi( perubahan 1. Menyediakan data dasar untuk BB< pengukuran antropometrik dan memantau perubahan dan mengevaluasi nilai HB serta protein intervensi 2. Kaji pola diet nutrisi klien( riwayat diet, makanan kesukaan) 2. Membantu dalam mempertimbangkan penyusunan menu sehingga klien berselera makan

3. Menyediakan informasi mengenai faktor yang harus ditanggulangi sehingga 3. Kaji faktor yang berperan untuk asupan nutrisi adekuat. menghambat asupan nutrisi ( anoreksia, mual) 4. Membantu mengurangi produksi asam lambnung/HCl akibat faktor-faktor 4. Anjurkan makan dengan porsi perangsang dari luar tubuh sedikit tetapi sering dan tidak makan makanan yang merangsang pembentukan Hcl seperti terlalu 5. Membantu mengurangi produksi HCL panas, dingin, pedas oleh epitel lambung 5. Kolaborasi untuk pemberian obat penetral asam lambung seperti antasida 6. Mendorong peningkatan selera makan. 6. Kolaborasi untuk penyediaan makanan kesukaan yang sesuai dengan diet klien

6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot, tirah baring atau imobilisasi Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan intoleransi aktivitas teratasi Kriteria hasil : klien tidak mudah lelah , klien dapat melakukan aktivitas sesuai batas toleransi Intervensi dan rasional : Intervensi Rasional

1. Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila pasien menggunakan vasolidator, diuretik, penyekat beta. 2. Catat respon kardiopulmonal terhadap aktifitas, catat takikardi, disritmia, dispnea, berkeringat, pucat.

1. Hipertensi ortostatik dapat terjadidengan aktivitas karena efek obat (vasodilasi), perpindahan cairan (diuretik) atau pengaruh fungsi jantung 2. Penurunan /ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas, dapat menyebabkan peningkatan segera pada frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen, juga peningkatan kelelahan dan kelemahan. 3. Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung daripada kelebihan aktivitas.

3. Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas

4. Kolaborasi Implementasikan program rehabilitasi jantung/aktifitas.

4. Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja jantung/konsumsi oksigen berlebihan. Penguatan dan perbaikan fungsi jantung dibawah stres, bila disfungsi jantung tidak dapat membaik kembali.

7) Syndrome kurang perawatan diri berhubungan Gangguan muskuloskeletal ; Polyarthritis / Arthralgia dan therapi bed rest. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah pemenuhan ADL klien teratasi. Kriteria hasil : Klien mengatakan perawatan diri / ADL terpenuhi, Klien dapat melakukan perawatan diri dalam batas toleransi Intervensi dan Rasional : Intervensi Rasional

1. Bantu pemenuhan ADL klien

1.Memenuhi kebutuhan klien sehingga klien tetap bed rest dan tenang 2.Kebutuhan klien akan l;ebih terpenuhi sehingga klien merasa tetap diperhatikan 3.Mencegah adanya komplikasi peradangan sampai ketingkat gagal jantung.

2. Libatkan keluarga untuk membantu memenuhi kebutuhan klien

3. Beri penjelasan kepada klien bahwa klien harus tirah baring sesuai dengan waktu yang diindikasikan

8) Kerusakan integritas kulit behubungan dengan peradangan pada kulit dan jaringan subcutan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan,kerusakan integritas kulit teratasi. Kriteria hasil : Eritema hilang pada tangan dan tubuh klien, mempertahanakan integritas kulit. Mendemonstrasikan perilaku / teknik mencegah kerusakan kulit Intervensi dan Rasional : Intervensi 1. Kaji tingkat kerusakan kulit Rasional 1.Memberikan pedoman untuk memberikan intervensi yang tepat

2.Terlalu kering adan lembab merusak 2. Berikan perawatan kulit sering, kulit dan mempercepat kerusakan minimalkan dengan kelembaban/ ekskresi 3.Memperbaiki sirkulasi/ menurunkan

3. Ubah posisi sering di tempat tidur / kursi, bantu latihan rentang gerak pasif/aktif 4. Berikan bantalan yang lembut pada badan 5. Kolaborasi untik pemberian obat antiradang ( prednison )

waktu satu area yang mengganggu aliran darah 4.Mencegah penekanan pada eritema sehingga tidak meluas 5.Mengurangi reaksi peradangan sehingga eritema hilang.

9) Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan darah diparu akibat pengisian atrium yang meningkat Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah resiko kerusakan pertukaran gas tidak terjadi Kriteria hasil : Mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenasi adekuat pada jaringan ditunjukkan oleh GDA/ oksimetri dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan. Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam batas kemampuan/situasi Intervensi dan rasional: Intervensi 1. Auskultasi bunyi nafas, catat krekels, mengii. Rasional 1. Menyatakan adanay kongesti paru/pengumpulan sekret menunjukkan kebutuhan untuk intervensi lanjut. 2. Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran oksigen. 2. Anjurkan pasien batuk efektif, nafas dalam. 3. Pertahankan posisi semifowler, sokong tangan dengan bantal Jika memungkinkan 3. Menurunkan komsumsi oksigen/kebutuhan dan meningkatkan ekspansi paru maksimal. 4. Meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar, yang dapat memperbaiki/menurunkan hipoksemia jaringan. 5. Hipoksemia dapat menjadi berat selama edema paru

4. Kolaborasi dalam pemberianoksigen tambahan sesuai indikasi.

5. Kolaborasi untuk pemeriksaan AGD 6. Kolaborasi untuk pemberian obatdiuretik. 7. Kolaborasi untuk pemberian obat bronkodilator

6.Menurunkan kongesti alveolar, meningkatkan pertukaran gas. 7.Meningkatkan aliran oksigen dengan mendilatasibjalan nafas kecil dan mengeluarkan efek diuretic ringan untuk menurunkan kongesti paru

10. Resiko cidera berhubungan dengan Gerakan involunter,irrigulaer, cepat dan kelemahan otot/khorea Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan resiko cidera tidak terjadi. Kriteria hasil : Menyatakan pemahaman factor yang terlibat dalam kemugkinan cedera. Menunnjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan factor resiko dan untuk melindungi diri dari cedera. Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan Intervensi dan Rasional : Intervensi 1. Kaji tingkat gerakan klien yang berlebihan 2. Pantau dan bila mungkin temani klien selama serangan khorea dan jauhkan benda-benda berbahaya dari klien 3. Pasang pengaman tempat tidur klien 4. Anjurkan keluarga untuk menemani klien 5. Kolaborasi intuk pemberian obat penenang ( klorpromazine atau diazepam ) sesuai indikasi Rasional 1.Menentukan dalam memberikan intervensi 2.Mencegah terjadinya cidera akibat terjatuh atau terkena bahan berbahaya

3.Mengurangi resiko klien terjatuh dari tempat tidur 4.Memberikan rasa aman klien sehingga cidera tidak terjadi 5.Memberikan efek rileks pada otot sehingga klien tenang.

4. Evaluasi 1) Penurunan curah jantung b/d adanya gangguan pada penutupan pada katup mitral ( stenosis katup ) dapat teratasi.dengan kriteria evaluasi : Menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia terkontrol atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung (mis : parameter hemodinamik dalam batas normal, haluaran urine adekuat). Melaporkan penurunan episode dispnea,angina. Ikut serta dalam akyivitas yang mengurangi beban kerja jantung. 2) Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan metabolism terutama perifer akibat vasokonstriksi pembuluh darah dapat teratasi dengan criteria evaluasi : klien tidak pucat, tidak ada sianosis, tidak ada edema 3) Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada membran sinovial dapat teratasi dengan kriteria evaluasi : Skala nyeri 0-1, tanda-tanda vital dalam batas normal, klien tidak mengeluh nyeri, tidak ada nyeri tekan dan klien tidak membatasi gerakanya.Klien tampak rileks 4) Hipertermia berhubungan dengan Peradangan pada membran sinovial dan peradangan katup jantung. Dapat teratasi dengan kriteria evaluasi : Suhu normal ( 26-37 derajat celcius ), nadi normal,leukosit normal (4.300-11.400 per mm darah), tidak ditemukan steptococcus hemolitikus b grup A pada hapusan tenggorokan. 5) Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan asam lambung akibat kompensasi sistem saraf simpatis. Dapat teratasi dengan kriteria evaluasi : Klien mengatakan mual dan anoreksia berkuarang / hilang, masukan makanan adekuat dan kelemahan hilang. BB dalam rentang normal. 6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot, tirah baring atau imobilisasi dapat teratasi dengan criteria evaluasi : klien tidak cepat lelah, dapat beraktivitas sesuai dengan batas toleransi 7) Syndrome kurang perawatan diri berhubungan Immobilitas fisik akibat Gangguan muskuloskeletal ; arthralgia dan therapi.dapat terpenuhi dengan kriteria evaluasi : Klien mengatakan perawatan diri / ADL terpenuhi, Klien dapat melakukan perawatan diri dalam batas toleransi 8) Kerusakan integritas kulit behubungan dengan peradangan pada kulit dan jaringan subcutan. Dapat teratasi dengan kriteria evaluasi : Eritema hilang pada tangan dan tubuh klien, mempertahanakan integritas kulit. Mendemonstrasikan perilaku / teknik mencegah kerusakan kulit 9) Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan darah diparu akibat pengisian atrium yang meningkat tidak menjadi aktual dengan kritera evaluasi: Mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenasi adekuat pada jaringan ditunjukkan oleh GDA/

oksimetri dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan. Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam batas kemampuan/situasi 10) Resiko cidera berhubungan dengan Gerakan involunter,irrigulaer, cepat dan kelemahan otot/khorea tidak menjadi aktual dengan kritera evaluasi: Menyatakan pemahaman factor yang terlibat dalam kemugkinan cedera. Menunnjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan factor resiko dan untuk melindungi diri dari cedera. Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan

Daftar Pustaka -- Arthur C. Guyton and John E. Hall ( 1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

- Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

- Nelson (1993), Ilmu Kesehatan Anak: Textbook of Pediatrics Edisi 12, Buku kedokteran EGC, Jakarta.

- Sunoto Pratanu (1990), Penyakit Jantung Rematik, Makalah Tidak dipublikasikan, Surabaya

- Sylvia A. Price (1995), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit Edisi 4, Buku kedokteran EGC, Jakarta.

- Wong and Whaleys (1996), Clinical Manual of Pediatrics Nursing 4th Edition, Mosby-Year Book, St.Louis, Missouri. - Heni,dkk, (2001),Buku Ajar keperawatan Kardiovasculer Edisi 1, Harapan Kita, Jakarta

- Suddarth, brunner, ( 2002). Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah VOl 2 Edisi 8, EGC, Jakarta.

- Carpenito, Lynda juall, ( 2001),BUku Saku diagnosa keperawatan EDisi 8, EGC, Jakarta

- Nanda,2005-2006, Diagnosis Keperawatan

-Lily, Dkk, (2001 ), Buku Ajar Kardiologi, EGC, Jakarta.

http://www.docstoc.com/docs/31034818/Rheuma-heart-Disease

Anda mungkin juga menyukai