1. DEMAM REUMATIK
2. TETRALOGY OF FALLOT (TOF)
DISUSUN OLEH :
SISKA SYAFITRI
NENGCI MARYUNINGSIH
1
A. ASUHAN KEPERAWATAN PADA DEMAM REUMATIK
BAB I
TINJUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Penyakit jantung reumatik (Reumatic Heart Disease) merupakan
penyakit jantung didapat yang sering ditemukan pada anak. Penyakit
jantung reumatik merupakan kelainan katup jantung yang menetap akibat
demam reumatik akut sebelumnya, terutama mengenai katup mitral
(75%), aorta (25%), jarang mengenai katup trikuspid, dan tidak pernah
menyerang katup pulmonal. Penyakit jantung reumatik dapat
menimbulkan stenosis atau insufisiensi atau keduanya (Rudolph, 2011).
2 Etiologi
Penyebab secara pasti penyakit ini belum diketahui, namun penyakit
ini sangat berhubungan erat dengan infeksi saluran napas bagian atas
yang disebabkan oleh organisme streptococcus hemolitik B group A yang
pengobatannya tidak tuntas atau bahkan tidak terobati.
b) Jenis Kelamin
Dahulu sering dinyatakan bahwa penyakit jantung reumatik lebih
sering pada anak perempuan dari pada laki-laki.
2) Faktor lingkungan
a) Keadaan sosial ekonomi yang buruk
b) Iklim geografis
Penyakit ini terbanyak didapatkan pada daerah iklim sedang, tetapi
data akhir-akhir ini menunjukan bahwa daerah tropis memiliki
insiden tertinggi.
c) Cuaca
3 Patofisologi
Cedera jantung bukan merupakan akibat langsung infeksi, seperti
yang di tunjukan oleh hasil kultur streptococcus yang negatif pada bagian
jantung yang terkena (Ngastiyah, 2005). Fakta berikut ini menunjukan
bahwa hubungan tersebut terjadi akibat hipersensitifimunologi yang belum
terbukti terhadap antigen antigen streptococcus :
b. Insiden puncak antara umur 5-15 tahun, demam reumatik jarang terjadi
sebelum umur 4 tahun dan setelah umur 40 tahun.
e. Pada 75-85% kasus, yang terserang adalah katup mitral, katup aorta
pada 30% kasus (tetapi jarang berdiri sendiri), dan mengenai katup
pulmonalis kurang dari5%.
1) Kriteria mayor
a. Karditis merupakan peradangan pada jantung (miokarditis atau
endokarditis) yang menyebabkan terjadinya gangguan pada
katup mitral dan aorta dengan manifestasi terjadi penuruna curah
jantung (seperti hipotensi, pucat, sianosis, berdebar-debar dan
denyut jantung meningkat), bunyi jantung melemah dan
terdengar suarah bising katup. Pada auskultasi akibatstenosisdari
katup terutama mitral (bising sistolik), karditis paling sering
menyerang anak dan remaja. Beberapa tanda karditis, antara lain
kardiomegali, gagal jantung kongestif kanan dan kiri (pada anak
yang lebih menonjol sisi kanan), dan regurgitasi mitral serta
aorta.
2) Kriteria minor
a) Memang mempunyai riwayat penyakit jantung reumatik
b) Nyeri sendi tanpa adanya tanda objektif pada persendian, klien
juga sulit menggerakkan persendian.
c) Deman namun tidak lebih dari 39ᴼ C dan pola tidur tertentu.
5
g) Peningkatan anti streptolosin O (ASTO).
5. Komplikasi
a. Gagal jantung pada kasus yang berat.
b. Dalam jangka panjang timbul penyakit demam jantung reumatik.
c. Aritmia.
d. Perikarditis dengan efusi.
e. Pneumonia reumatik.
6. Penatalaksanaan
Dasar pengobatan demam reumatik terdiri dari istirahat, eradikasi
kuman streptokok, penggunaan obat anti radang, dan pengobatan
suportif.
6
untuk anak 12 tahun ke atas, dan 500 mg/hari untuk anak 12 tahun ke
bawah. Lama pemberian profilaksis sekunder bergantung ada tidaknya
dan beratnya karditis. Bagi yang berada di dalam yang mudah terkena
infeksi streptokok dianjurkan pemberian profilaksis seumur
hidup.Secara singkat penanganan demam reumatik adalah sebagai
berikut:
a. Artritis tanpa kardiomegali : Istirahat baring 2 minggu, rehabilitas 2
minggu,obat-obatan anti inflamasi, erdikasi dan profilaksi (seperti
yang diuraikan diatas). Anak boleh sekolah setelah 4 minggu
perawatan, olahraga bebas.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium :Dari pemeriksaan laboratorium darah
didapatkan peningkatan anti steptolisin (ASTO), peningkatan laju
endap darah (LED), terjadi leukositosis, dan dapat terjadi penurunan
hemoglobin.
7
d. Pemeriksaanelektrokardiogram Menunjukkan interval PR
menanjang
8
Konsep Asuhan Keperawatan
1 Pengkajian
Penyakit jantung rematik kebanyakan menyerang pada anak-anak dan
dewasa hal ini lebih dikarenakan bakteri streptococcus sering berada di
lingkungan yangtidak bersih.Penyakit ini lebih sering terkena pada anak
perempuan.
c. Jantung
• Inspeksi : iktus kordis tampak
• Palpasi : dapat terjadi kardiomegali
9
• Perkusi : redup
• Auskultasi : terdapat murmur, gallop
d. Abdomen
• Inspeksi perut simetris
• Palpasi kadang-kadang dapat terjadi hepatomigali
• Perkusi tympani
• Auskultasi bising usus normal
e. Genetalia : Tidak ada kelainan
f. Ekstermitas :Pada inspeksi sendi terlihat bengkak dan merah, ada
gerakan yang tidak disadari, pada palpasi teraba hangat dan terjadi
kelemahan otot.
10
• Poliatritis : nyeri dan nyeri tekan disekitar sendi, menyebar
pada sendi lutut, siku, bahu, dan lengan (gangguan fungsi
sendi).
• Nodul subkutan : timbul benjolan di bawah kulit, teraba lunak
dan bergerak bebas. Biasanya muncul sesaat dan umumnya
langsung diserap. Terdapat pada permukaan ekstensor
persendian.
2 Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraksi
otot jantung. Ditandai dengan wajah pasien pucat, dada terasa berdebar
debar, suara jantung abnormal yaitu murmur, takikardi, hipotensi.
11
3. Perencanaa
Tabel Rencana keperawatan
12
2. Nyeri akut Goal : pasien tidak akan Manajemen nyeri
berhubungan mengalami nyeri 1. Kaji secara
dengan agen selama dalam kompherensif tentang
perawatan nyeri, meliputi lokasi,
cedera bioogis
Objektif : klien akan karakteristik nyeri,
terbebas dari nyeri durasi, frekuensi,
setelah dilakukan intensitas / beratnya
tindakan keperawatan nyeri, dan faktor
selama 1x 24 jam presipitasi
dengan kriteria hasil : 2. Berikan informasi
1. Mengontrol nyeri: tentang nyeri, seperti
Mengenal faktor penyebab, berapa lama
penyebab nyeri, terjadi, dan tindakan
Tindakan pencegahan
pencegahan, tindakan 3. Ajarkan penggunaan
pertolongan non teknik non-farmakologi
analgetik, (misalnya : relaksasi,
menggunakan imajinasi terbimbing,
analgetik dengan terapi musik, distraksi
tepat, mengenal imajinasi terbimbing,
tanda-tanda pencetus masase)
nyeri untuk mencari 4. Evaluasi keefektifan dari
pertolongan, tindakan mengontrol
melaporkan gejala nyeri
kepada tenaga 5. Kolaborasi pemberian
kesehatan
analgetik
2. Menunjukkan tingkat
nyeri :
melaporkan nyeri,
frekuensi nyeri, lama
nyeri, ekspresi nyeri.
13
3. Hipertermi Goal : pasien tidak akan Penanganan Hipertermia
berhubungan mengalami hipertermi 1. Observasi suhu sesering
dengan selama dalam mungkin
proses perawatan. Objektif : 2. Observasi tekanan darah,
penyakit pasien dapat nadi, dan frekuensi nafas
menunjukkan
3. Observasi penurunan
termoregulasi yang baik
tingkat kesadaran
setelah dilakukan
tindakan keperawatan 4. Observasi adanya aritmea
selama 1x 24 jam 5. Berikan anti piretik
dengan kriteria hasil: 6. Berikan pengobatan
1. Suhu tubuh dalam untuk mengatasi
batas normal penyebab demam
2. Tidak sakit kepala 7. Selimuti klien
3. nadi dalam batas 8. Berikan cairan intravena
normal 9. Kompres klien pada
4. frekuensi nafas lipatan paha dan aksila
dalam batas normal
5. tidak ada perubahan
warna kulit
14
peningkatan berat hidup
badan 5. Anjurkan peningkatan
2. Tidak terjadi pemasukan protein dan
penurunan berat vitamin b
badan 6. Anjurkan agar banyak
3. Klien mampu makan dan buah serta
mengidentifikasi minum
kebutuhan nutrisi 7. Diskusi dengan ahli gizi
4. Asupan nutrisi dan dalam menentukan
cairan adekuat kebutuhan kalori dan
5. Klien melaporkan protein
keadekuatan 8. Ciptakan lingkungan
tingkat energy yang menyenangkan
sebelum makan
5. Intoleransi Goal : pasien akan Manajemen energy
aktivitas meningkatkan toleransi 1. Tentukan keterbatasan
terhadap aktivitas klien terhadap aktivitas
selama dalam perawatan 2. Dorong pasien untuk
Objektif : klien dapat menggungkapkan
menunjukkan toleransi perasaan tentang
terhadap aktivitas keterbatasan
setelah dilakukan 3. Motivasi untuk
tindakan keperawatan melakukan periode
selama 1x24 jam dengan
kriteria hasil : istirahat dan aktivitas
4. Rencanakan periode
1. Klien dapat
aktivitas saat klien
menentukan
memiliki banyak tenaga
aktivitas yang
sesuei dengan 5. Bantu klien untuk bangun
peningkatan nadi, dari tempat tidur atau
tekanan darah, dan duduk dismaping tempat
tidur atau berjalan
frekuensi napas,
6. Bantu klien untuk
2. Mempertahankan
mengidentivikasi
warna dan
aktivitas yang lebih
kehangatan kulit
disukai
dan aktivitas
7. Evaluasi program
3. Melaporkan peningkatan tingkat
peningkatan aktivitas
aktivitas harian.
Dikutip dari buku NANDA (2015), Wagner (2013), Swanson (2013)
15
3. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang telah ditetapkan
berdasarkandiagnosa keperawatan yang sudah ditegakkan.
4. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk menilai apakah tindakan yang telah dilakukan
berhasil untuk mengatasi masalah pasien dan dilihat juga berdasarkan tujuan
yang telah ditetapkan.
16
BAB III
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
1 Hasil Studi Kasus
1 Pengkajian
Identitas Pasien
Mahasiswa melakukan pengkajian pada pasien bernama Nn.N.A
diruangan Cempaka pada hari/tanggal senin 27 Mei 2019. Nomor rekam
medik 513284, pasien berjenis kelamin perempuan, tanggal lahir 29
november 1993, Umur 25 tahun, Agama Katolik, Alamat Walikota,
Pekerjaan Wiraswasta. Pasien masuk rumah sakit pada tanggal 22 mei 2019
jam 07:00 WITA dengan diagnosa medis Jantung Reumatik.
2 Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Saat ini, pasien mengeluh Nyeri dada, Nyeri seperti tertusuk-tusuk,nyeri
tidak menyebar,skala nyeri 4 (nyeri sedang),nyeri pada saat malam hari dan
pagi hari. Selain itu, pasien juga mengeluh dada berdebar- debar, kepala
sakit dan cepat lelah pada saat beraktivitas.
17
3 Pemeriksaan Fisik
Dari hasil pemeriksaan didapatkan :
a. TTV: TD : 110/80mmHg, Nadi : 85x/mnt, RR : 20x/mnt Suhu : 36 ◦C.
b. Kepala dan leher
Pasien mengatakan sakit kepala dan tidak pusing. Bentuk dan ukuran posisi
kepala dan leher normal. Tidak terdapat luka dan lesi pada kepala dan leher,
wajah simetris, konjungtiva anemis. Pasien dapat melihat dengan jelas,
tidak memakai alat bantu kaca mata, tidak ada masalah pada telinga,mampu
mendengar dengan baik. Pada pemeriksaan hidung, mulut dan tenggorokan
tidak ditemukan masalah.
c. Sistem Kardiovaskuler
Pada pemeriksaan kardiovaskuler, ditemukan nyeri dada. Kesadaran
composmentis dan GCS : E4V5M6. Bentuk dada simetris, bibir lembab,
kuku dan kaki normal. Capillary refill normal dilakukan dengan menekan
ujung jari tangan apakah keadaan kembali normal atau tidak. Vena jugularis
teraba.
e. Sistem Pencernaan
Saat dilakukan pemeriksaan,inspeksi keadaan bibir tampak lembab, turgor
kulit normal,warna mukosa bibir merah muda,tidak terdapat luka dan
pembesaran abdomen. Keadaan rektal normal,tidak terjadi pedarahan dan
tidak ada luka. Pada saat pemeriksaan bising usus normal yaitu 17x/mnt,saat
diperkusi dan palpasi tidak ditemukan masalah.
d. Istirahat dan tidur : Pasien biasa tidur malam jam 22 : terbangun jam 05
pagi,tidur siang jam 13 sampai jan 15 sore. Pasien akan mudah terbangun jika
terasa nyeri
19
6 Kegiatan keagamaan/spiritual
Pasien mengatakan taat dalam menjalankan ibadah,tidak terlibat dalam
organisasi keagamaan.
3 Intervensi Keperawatan
Dalam studi kasus ini, tahap perencanaan penulis menggunakan rujukan
NANDA (2015), Swanson (2013), dan Wagner (2013) didapatkan 2
diagnosa utama yaitu:
20
kriteria hasil : klien dapat menentukan aktivitas yang sesuei dengan
peningkatan nadi, tekanan darah, dan frekuensi napas dalam batas normal,
mempertahanakan warna dan kehangatan kulit dengan aktivitas,
melaporkan peningkatan aktivitas harian. Intervensi yang dapat dilakukan
yaitu : Tentukan keterbatasan klien terhadap aktivitas, dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan tentang keterbatasannya, bantu klien untuk
bagun dari tempat tidur atau duduk disamping tempat tidur, edukasi pasien
tentang batasan aktivitas pada pasien jantung.
4 Implementasi keperawatan
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi
pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan
sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru (Aspiani,
2010).
22
ada nyeri dada O: wajah pasien tidak tampak meringis kesakitan. A :
masalah teratasi P : Intervensi dihentikan.
Pembahasan
1 Pengkajian
Menurut (Aspiani, 2010) Pengkajian data difokuskan ditemukan
suhu tubuh meningkat kurang lebih 39ᴼ C, riwayat infeksi saluran napas,
tekanan darah menurun, denyut nadi meningkat, dada berdebardebar,
nyeri pada abdomen, mual, penurunan hemoglobin, kelemahan dan
adanya sesak napas. Pada kasus nyata Nn. N. A hasil pengkajian
ditemukan data pasien mengeluh dada berdebar debar, nyeri dada, kepala
sakit, dan cepat lelah saat beraktivitas. Hal ini menunjukan antara teori
dan kasus nyata terjadi kesenjangan dikarenakan keluhan utama yang
muncul pada teori seperti suhu tubuh meningkat >39ᴼ C, riwayat infeksi
saluran napas, tekanan darah menurun, denyut nadi meningkat, nyeri pada
abdomen, mual, penurunan hemoglobin, dan adanya sesak napas tidak
ditemukan pada Nn. N. A
2 Diagnosa keperawatan
Menurut NANDA (2015), diagnosa pada kasus dengan penyakit jantung
rematik adalah sebagai berikut: Penurunan curah jantung berhubungan
dengan perubahan kontraksi otot jantung, nyeri akut berhubungan dengan
agens cedera biologis, hipertermia berhubungan dengan proses penyakit,
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
anoreksia, intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik dan
defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuskuler.
Hasil pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti pada Nn. N.A pada
tanggal 27 Mei 2019 di ruangan Cempaka ditemukan 2 masalah
23
keperawatan pada Nn.N.A dengan penyakit jantung reumatik Nyeri akut
berhubungan dengan agen cedera biologis, Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan fisik.
3 Intervensi Keperawatan
Menurut NANDA (2015), Swanson (2013), dan Wagner (2013),
perencanaan disusun berdasarkan masalah yang ditemukan pada pasien dan
prioritas masalah yang mengancam kehidupan dan membutuhkan
penanganan segera. Tujuan yang dibuat ditetapkan lebih umum, tetapi pada
praktek nyata tujuan atau perawatan dimodifikasi sesuei kondisi pasien.
24
Tujuan yang dibuat mempunyai batasan waktu, dapat diukur, dapat dicapai,
rasional sesuei kemampuan pasien, sedangkan intervensi disusun
berdasarkan diagnosa yang ditegakkan. Pada kasus Nn. N. A ditemukan
kesenjangan antara teori dan kasus nyata maka intervensi yang dapat
diterapkanyaitu: Diagnosa pertama nyeri akut penulis menggunakan
keempat intervensi yaitu: melakukan pengkajian secara komperehansif
yang meliputi kapan nyeri terjadi, lokasi, durasi, karakteristik, observasi
adanya petunjuk nonverbal, ajarkan teknik non farmakologi (nafas
dalam),kolaborasi pemberian analgetik, hal ini di karenakan keempat
intervensi tersebut sesuai dengan kondisi pasien.
Pada diagnosa kedua kasus Nn. N. A ada satu intervensi yang yang
penulis tidak mengambil yaitu; rencanakan priode aktifitas saat pasien
memiliki banyak tenaga, hal ini dikarenakn kondisi pasien tidak
memungkinkan karena pasien mengeluh jantungnya masih berdebar-
debar jika beraktifitas berlebihan. Adapun intervesin yang dapat dilakukan
yaitu, tentukan keterbatasan klien terhadap aktivitas,dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan tentang keterbatasannya, bantu klien untuk
bangun dari tempat tidur atau duduk disamping tempat tidur, edukasi
pasien tentang batasan aktivitas pada pasien jantung.
4 Implementasi
Implementasi disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang
ditegakkan serta berorientasi pada pasien dan tindakan keperawatan yang
direncanakan. Berdasarkan teori perencanaan menurut NANDA (2015),
Swanson (2013), dan Wagner (2013), pada saat melakukan implementasi
pada Nn. N. A ditemukkan kesenjangan antara teori dan kasus nyata
25
napas dalam, (09:30),mengevaluasi respon pasien dari hasil tindakan teknik
relaksaksi napas dalam.
5 Evaluasi
Sebagai tahap akhir dari proses keperawatan setelah melakukan pengkajian,
merumuskan diagnosa keperawatan, menetapkan perencanaan dan
implementasi. Catatan perkembangan dilakukan sebagai bentuk evaluasi
menggunakan (SOAP). Evaluasi pada Nn. N. A sesuai kriteria hasil yang
ditetapkan.
Dari hasil tindakan keperawatan yang dilakakukan selama 2 hari.
Evaluasi yang di dapatkan pada tanggal 27 Mei 2019 untuk diagnosa pertama
nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis evaluasi yang diperoleh
pada hari pertama yaitu pasien mengeluh nyeri pada dada, skala nyeri 4
(nyeri sedang), pada hari kedua pasien tidak ada nyeri sehingga masalah
keperawatan nyeri akut teratasi. Untuk Intoleransi aktivitas evaluasi yang
didapat pada hari pertama yaitu pasien mengeluh cepat lelah saat melakukan
aktivitas, pada evaluasi hari kedua masih sama yaitu pasien masih mengeluh
cepat lelah saat melakukan aktivitas. Hal ini membuktikan bawah tidak
semua masalah keperawatan yang ada pada pasien dapat teratasi dalam
waktu perawatan yang di lakukan selama dua hari.
26
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada pasien Jantung Rematik pada umumnya sama
antara teori dan kasus, hal ini dibuktikan dalam penerapan kasus pada Nn.
N.A yang menderita penyakit jantung rematik. Penerapan kasus ini dilakukan
dengan menggunakan proses keperawatan diantaranya : pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi keperawatan.
27
DAFTAR PUSTAKA
28
Analisa Data
No Data- Data Etiologi Masalah
1. DS: Pasien mengatakan Agen cedera biologis Nyeri akut
nyeri dada, dan sakit
kepala
DO : Keadaan
umum lemah,
aktivitas dibantu
oleh keluarga. Hasil
TTV: TD : 110/80
mmHg,
N :85x/m, RR 20x/m.
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan nyeri dada
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan pasien
cepat lelah pada saat beraktivitas
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan NOC Intervensi NIC
1. Nyeri akut Goal : pasien tidak akan Manajemen nyeri
berhubungan mengalami nyeri selama 6. Kaji secara
dengan agen cedera dalam perawatan kompherensif
biologis Objektif : klien akan tentang nyeri,
terbebas dari nyeri setelah meliputi lokasi,
dilakukan karakteristik nyeri,
29
tindakan keperawatan durasi, frekuensi,
selama 1x 24 jam dengan intensitas / beratnya
kriteria hasil : nyeri, dan faktor
5. Mengontrol nyeri: presipitasi
Mengenal faktor 7. Berikan informasi
penyebab nyeri, tentang nyeri, seperti
Tindakan pencegahan, penyebab, berapa
tindakan pertolongan lama terjadi, dan
non analgetik, tindakan
menggunakan pencegahan
analgetik dengan tepat, 8. Ajarkan penggunaan
mengenal tanda-tanda teknik non-
pencetus nyeri untuk farmakologi
mencari pertolongan, (misalnya : relaksasi,
melaporkan gejala imajinasi terbimbing,
kepada tenaga terapi musik,
kesehatan distraksi
6. Menunjukkan tingkat imajinasi
nyeri : melaporkan terbimbing, masase)
nyeri, frekuensi nyeri, 9. Evaluasi keefektifan
lama nyeri, ekspresi dari tindakan
nyeri. mengontrol nyeri
10. Kolaborasi
pemberian analgetik
2. Intoleransi aktivitas Goal : pasien Manajemen energy
berhubungan akan 8. Tentukan
dengan kelemahan meningkatkan toleransi keterbatasan klien
fisik terhadap aktivitas selama terhadap aktivitas
dalam perawatan 9. Dorong pasien untuk
Objektif : klien dapat menggungkapkan
menunjukkan toleransi perasaan tentang
terhadap aktivitas setelah keterbatasan
dilakukan tindakan 10. Motivasi untuk
keperawatan selama melakukan periode
1x24 jam dengan kriteria istirahat dan
hasil :
aktivitas
4. Klien dapat
11. Rencanakan
menentukan aktivitas
periode aktivitas saat
yang sesuei dengan
peningkatan nadi, klien memiliki
tekanan darah, dan banyak tenaga
frekuensi napas, 12. Bantu klien
5. Mempertahankan untuk bangun dari
warna dan tempat tidur atau
kehangatan kulit dan duduk dismaping
aktivitas tempat tidur atau
6. Melaporkan
30
peningkatan aktivitas berjalan
harian. 13. Bantu klien
untuk
mengidentivikasi
aktivitas yang lebih
disukai
14. Evaluasi
program peningkatan
tingkat
aktivitas
Implementasi
No. Diagnosa Hari/tanggal Tindakan
dan Jam
1. Nyeri akut Senin, 27 1. Mengkaji nyeri yang telah
berhubungan dengan Mei 2019 dirasakan pasien dengan
agen cedera biologis 09:20 menggunakan PQRST (P :
nyeri dada, Q : nyeri seperti
tertusuk-tusuk, R : nyeri
dirasakan pada daerah dada
S : skala nyeri 4 yaitu
sedang, T : nyeri muncul
pada pagi hari dan malam
hari.
2. Melatih teknik relaksaksi
napas dalam.
3. Mengevaluasi respon
pasien dari hasil tindakan
teknik relaksaksi napas
dalam.
09:25
09:30
31
2. Intoleransi aktivitas Senin, 27 1. Menganjurkan kepada
berhubungan dengan Mei 2019 keluarga agar aktivitas
kelemahan fisik 10:35 dibatasi (misalnya aktivitas
seperti duduk terlalu lama).
2. Menanyakan pada pasien
aktivitas apa saja yang
membuat ia lelah.
10:38 3. Mengatur posisi semifowler.
4. Edukasi pasien tentang
batasan aktivitas pada pasien
jantung.
12: 10
12:30
07:25
09:30
32
2. Intoleransi aktivitas Selasa, 1. Menganjurkan kepada
berhubungan dengan 28 keluarga agar aktivitas
kelemahan fisik Mei 2019 dibatasi (misalnya aktivitas
10:05 seperti duduk terlalu lama).
2. Edukasi pasien tentang
batasan aktivitas pada pasien
jantung.
3. Melakukan TTV TD:
110/80mmHg, N: 85x/mnt S:
10:45 36 0C, RR: 18x/mnt.
11:30
Evaluasi
No Diagnosa Jam Evaluasi
1. Nyeri akut berhubungan 14 : 45 S : Pasien mengatakan masih
dengan agen cedera merasakan nyeri pada dada,
biologis nyeri seperti ditusuk, skala
nyeri 4 (nyeri sedang),
nyeri tersebut tidak
menjalar, nyeri dirasakan
saat malam hari dan pagi
hari.
O: Pasien tampak meringis
kesakitan
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan.
33
No Diagnosa Jam Evaluasi
1. Nyeri akut 14 : 30 S : Pasien mengatakan tidak
berhubungan dengan ada nyeri dada
agen cedera biologis O: Wajah pasien tidak tampak
meringis kesakitan.
A : Masalah teratasi P :
Intervensi dihentikan.
34
B. ASUHAN KEPERAWATAN TETRALOGY OF FALLOT
BAB 1. TINJAUAN PUSTAKA
Pada penyakit (TOF) yang memegang peranan penting adalah defek septum ventrikel dan
stenosis pulmonalis, dengan syarat defek pada ventrikel paling sedikit sama besar dengan lubang aorta
(Yayan A.I, 2010).
35
2. Etiologi
Kebanyakan penyebab dari kelainan jantung bawaan tidak diketahui, biasanya melibatkan
berbagai faktor. Faktor prenatal yang berhubungan dengan resiko terjadinya tetralogi Fallot adalah:
1. Selama hamil, ibu menderita rubella (campak Jerman) atau infeksi virus lainnya
2. Gizi yang buruk selama
3. Ibu yang alkoholik
4. Usia ibu diatas 40 tahun
5. Ibu menderita diabetes
6. Tetralogi Fallot lebih sering ditemukan pada anak-anak yang menderita sindroma Down Tetralogi
Fallot dimasukkan ke dalam kelainan jantung sianotik karena terjadi pemompaan darah yang sedikit
mengandung oksigen ke seluruh tubuh, sehingga terjadi sianosis (kulit berwarna ungu kebiruan)
dan sesak nafas.
Mungkin gejala sianotik baru timbul di kemudian hari, dimana bayi mengalami serangan sianotik
karena menyusu atau menangis (Yayan A.I, 2010).
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan juga diduga karena adanya
faktor endogen dan eksogen, antara lain :
A. Faktor endogen :
1. Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom
2. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
3. Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung
atau kelainan bawaan
B. Faktor eksogen :
1. Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau suntik,minum obat-obatan
tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine.aminopterin, amethopterin, jamu).
2. Ibu menderita penyakit infeksi : rubella
3. Pajanan terhadap sinar –X
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang terpisah
menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90% kasus penyebab adaah
multifaktor. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab harus ada sebelum akhir bulan
kedua kehamilan , oleh karena pada minggu ke delapan kehamilan pembentukan jantung janin
sudah selesai
36
4. Manifestasi Klinis
Pada tetralogi fallot terdapat empat macam kelainan jantung yang bersamaan, yaitu :
1. Darah dari aorta berasal dari ventrikel kanan bukan dari kiri, atau dari sebuah lubang pada
septum, seperti terlihat dalam gambar, sehingga menerima darah dari kedua ventrikel.
2. Arteri pulmonal mengalami stenosis, sehingga darah yang mengalir dari ventrikel kanan ke
paru-paru jauh lebih sedikit dari normal; malah darah masuk ke aorta.
3. Darah dari ventrikel kiri mengalir ke ventrikel kanan melalui lubang septum ventrikel dan
kemudian ke aorta atau langsung ke aorta, mengaabaikan lubang ini. 4. Karena jantung bagian
kanan harus memompa sejumlah besar darah ke dalam aorta yang bertekanan tinggi, otot-ototnya
akan sangat berkembang, sehingga terjadi pembesaran ventrikel kanan (Yayan A.I, 2010).
Kesulitan fisiologis utama akibat Tetralogi Fallot adalah karena darah tidak melewati paru
sehinggatidak mengalami oksigenasi. Sebanyak 75% darah vena yang kembali ke jantung dapat
melintas langsung dari ventrikel kanan ke aorta tanpa mengalami oksigenasi (Yayan A.I, 2010). Untuk
klasifikasi/ Derajat TOF dibagi dalam 4 derajat :
1. Derajat I : tak sianosis, kemampuan kerja normal
2. Derajat II : sianosis waktu kerja, kemampuan kerja kurang
37
3. Derajat III : sianosis waktu istirahat. kuku gelas arloji, waktu kerja sianosis bertambah, ada
dispneu.
4. Derjat IV : sianosis dan dispneu istirahat, ada jari tabuh.
6. Parthway
7. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi
oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit
antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2),
penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.pasien dengan Hn dan Ht normal
atau rendah mungkin menderita defisiensi besi (Samik Wahab, 1996).
38
2. Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak ada
pembesaran jantung . gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat sehingga seperti
sepatu.
3. Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi
ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal
4. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel
kanan,penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-paru
5. Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum ventrikel
multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer.
Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan
tekanan pulmonalis normal atau rendah (Samik Wahab, 1996)..
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan deangan kemungkinan penderita Tetralogi Fallot dapat dirawat jalan jika
derajat termasuk pada derajat I, II, atau III tanpa sianosis maupun dispneu berat. Jika penderita
perlu rawat inap, apabila Tetralogi Fallot termasuk dalam derajat IV dengan sianosis atau
dispneu berat (Yayan A.I, 2010). Berikut penatalaksanaannya:
A. Tatalaksana Penderita Rawat Inap:
1. Mengatasi kegawatan yang ada.
2. Oksigenasi yang cukup.
3. Tindakan konservatif.
4. Tindakan bedah (rujukan) :
- Operasi paliatif : modified BT shunt sebelum dilakukan koreksi total:
dilakukan pada anak BB < 10 kg dengan keluhan yang jelas. (derajat III
dan IV)
- Koreksi total: untuk anak dengan BB > 10 kg : tutup VSD + reseksi
infundibulum.
5. Tatalaksana gagal jantung kalau ada.
6. Tatalaksana radang paru kalau ada.
7. Pemeliharaan kesehatan gigi dan THT, pencegahan endokarditis
39
B. Tatalaksana Rawat Jalan
1. Derajat I :
- Medikametosa : tidak perlu
Operasi (rujukan ) perlu dimotivasi, operasi total dapat dikerjakan kalau
BB > 10 kg. Kalau sangat sianosis/ada komplikasi abses otak, perlu
dilakukan operasi paliatif.
- Kontrol : tiap bulan.
2. Derajat II dan III :
- Medikamentosa ; Propanolol
- Operasi (rujukan) perlu motivasi, operasi koreksi total dapat dikerjakan
kalau BB > 10 kg. Kalau sangat sianosis/ada komplikasi abses otak, perlu
dilakukan operasi paliatif.
- Kontrol : tiap bulan
- Penderita dinyatakan sembuh bila : telah dikoreki dengan baik.
C. Pengobatan Pada Serangan Sianosis
a. Usahakan meningkatkan saturasi oksigen arteriil dengan cara :
- Membuat posisi knee chest atau fetus
- Ventilasi yang adekuat
b. Menghambat pusat nafas denga Morfin sulfat 0,1-0,2 mg/kg im atau subkutan
c. Bila serangan hebat bisa langsung diberikan Na Bic 1 meq/kg iv untuk mencegah asidosis metabolik
d. Bila Hb < 15 gr/dl berikan transfusi darah segar 5 ml/kg pelan sampai Hb 15-17
gr/dl
e. Propanolol 0,1 mg/kg iv terutama untuk prolonged spell diteruskan dosis
rumatan 1-2 mg/kg oral
Tujuan utama menangani Tetralogi Fallot adalah koreksi primer yaitu penutupan defek
septum ventrikel dan pelebaran infundibulum ventrikel kanan. Pada umunya koreksi
primer dilaksanakan pada usia kurang lebih 1 tahun dengan
perkiraan berat badan sudah mencapai sekurangnya 8 kg. Jika syaratnya belum terpenuhi,
dapat dilakukan tindakan paliatif, yaitu membuat pirau antara arteri sistemik dengan
dengan arteri pulmonalis, misalnya Blalock-Tausig shunt (pirau antara A. subclavia
dengan cabang A. pulmonalis). Bila usia anak belum mencapai 1 tahun(Yayan A.I, 2010).
Orang tua dari anak-anak yang menderita kelainan jantung bawaan bisa
diajari tentang cara-cara menghadapi gejala yang timbul:
- Menyusui atau menyuapi anak secara perlahan
40
- Memberikan porsi makan yang lebih kecil tetapi lebih sering.
- Mengurangi kecemasan anak dengan tetap bersikap tenang.
- Menghentikan tangis anak dengan cara memenuhi kebutuhannya.
- Membaringkan anak dalam posisi miring dan kaki ditekuk ke dada selama
serangan sianosis.
41
BAB 2. STUDI KASUS
2.1 Ilustrasi Kasus
42
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian Keperawatan
43
Klien biasanya minum ± 5 – 6 gelas/hari masing – masing 100 cc. Sekarang klien hanya bisa minum
± 4 gelas
- Eleminasi BAB/BAK
Keluarga mengatakan, BAB klien di rumah maupun di Rumah Sakit satu kali, sedangkan BAK klien
normal, tidak ada gangguan.
2. Aktivitas
Ibu klien mengatakan, aktivitas klien berkurang, karena klien sering mengalami kelelahan dan
sering mengalami sesak dalam bernafas.
3. Rekreasi
Ibu klien juga mengatakan saat diajak jalan – jalan bersama keluarga klien mudah keletihan
4. Istirahat tidur
Klien terbiasa tidur ± 2 – 3 jam pada siang hari dan di malam hari tidur jam 20.30 – 6.00. ibu
mengatakan pasien sering terbangun di malam hari karena mengalami kesulitan dalam bernafas.
5. Kebersihan diri
Saat pengkajian kondisi klien bersih karena selalu dibantu ibunya untuk mandi dan klien sudah bisa
berpakaian dan gosok gigi sendiri.
6. Suhu tubuh
Menurut ibu klien suhu tubuh klien setelah sakit tidak menentu, sebelum dibawa ke rumah sakit
suhu tubuh normal, saat pengkajian ibu klien tidak mengeluh suhu tubuh klien panas.
7. Rasa nyaman
Klien menangis ketika beraktivitas karena sesak napas
8. Rasa aman
Klien selalu merasa tenang saat bersama dan jika selalu dekat dengan kedua orang tuanya.
9. Belajar
Keluarga klien mengatakan, belum bisa belajar secara efektif karena masih kecil.
10. Prestasi
Klien belum bersekolah, dan belum mempunyai prestasi dibidang akademik.
e. Pengkajian Fisik
1. Kesadaran Umum
Kesadaran : CM ( Compos Mentis )
Kebersihan : cukup bersih
2. Pergerakan : agak terbatas karena, terpasang infuse pada extrimitas kanan atas
Postur : tegak agak kurus
Status gizi : baik
44
3. Sistem penglihatan
Bentuk mata normal, pergerakan mata normal, pupil dilatasi, konjung tipa merah muda, sclera putih,
visus 6/6.
4. Sistem pendengaran
Bentuk normal, keadaan bersih, pendengaran normal, serumen tidak ada, kelainan tidak ada.
5. Sistem wicara
Mulut bersih, mukosa bibir merah muda, stomatitis tidak ada, caries tidak ada.
6. Warna kulit : Sawo mateng
7. Suara waktu menangis : Cukup melengking dan agak keras
8. Tonus otot : Normal
9. Turgor kulit : Normal
10. Kepala : Bentuk normal, UUB tertutup, ketombe dan rambut rontok tidak ada.
11. Hidung : Bentuk normal, secret tidak ada, gerakan cuping hidung tidak ada,
kelainan tidak ada
12. Leher : bentuk normal, kaku kuduk tidak ada, pembesaran kelenjar limfa di
leher positif.
13. Persyarafan : normal
14. Alat kelamin : kebersihan cukup, bentuk normal, kelainan tidk ada.
15. Anus : bentuk normal, kebersihan cukup, hemoroid tidak ada.
16. Gejala cardinal :
suhu = 36oC
nadi = 80 x / menit
respirasi = 29 x / menit
Tekanan darah = 100 x/80mmHg
17. Antropometri :
BB = 9 kg (sebelum sakit)
BB= 7 kg (saat dikaji)
TB = 75 cm
45
3.2 Analisa Data
46
DS:
2 Intoleransi Intoleransi
- Ibu klien
. mengatakan, aktifitas aktifitas.
aktivitas
klien Aktivitas
berkurang, berkurang
karena klien
sering
Sering
mengalami
mengalami
kelelahan
kelelahan dan
dan sering
sesak bernafas.
mengalami
sesak dalam
bernafas. Ketidakseimban
- Ibu klien gan antara
mengatakan bahwa suplai dan
klien mengalami kebutuhan
kesulitan dalam oksigen
bernafas.
DO:
- Pasien tampak
Iemah dan
kebiruan
- suhu = 36oC
- nadi = 80 x / menit
- respirasi = 29 x /
menit
-Tekanan darah = 100
x/80mm
Hg.
DS:
3 Ketidakseimban Ketidakseimban
- . Ibu klien gan nutrisi: gan nutrisi:
mengatakan, klien kurang dari kurang dari
tidak nafsu makan,
47
awal 1 porsi, sekarang kebutuhan kebutuhan
menjadi ¼ porsi. tubuh tubuh
- Ibu klien
mengatakan,
Berat badan
aktivitas klien
menurun
berkurang, karena
klien sering
mengalami kelelahan Kurang minat
dan sering pada makanan
mengalami sesak
dalam bernafas.
DO:
- Klien biasanya
minum ± 5 sampai 6
gelas/hari masing.
Sekarang hanya bisa
minum ± 4 gelas.
- Pasien tampak
lemah
- BB = 9 kg (sebelum
sakit)
- BB= 7 kg (saat
dikaji)
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan hipoksemia ditandai dengan Ibu kalien
mengatakan pasien mengalami kesulitan dalam bernafas, pasien tampak Iemah dan
kebiruan (sianosis), pasien terlihat sesak napas, suhu 36oC, nadi 80 x / menit, respirasi
= 29 x / menit, tekanan darah = 100 x/80mmHg.
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen ditandai dengan Ibu klien mengatakan aktivitas klien berkurang
karena klien sering mengalami kelelahan dan sering mengalami sesak dalam bernafas, Ibu
klien mengatakan bahwa klien mengalami kesulitan dalam bernafas. Pasien tampak
48
Iemah dan kebiruan, suhu = 36oC, nadi = 80 x / menit, respirasi = 29 x / menit, tekanan
darah = 100 x/80mmHg.
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurang minat pada makanan ditandai dengan Ibu klien mengatakan, klien tidak nafsu
makan, awal 1 porsi, sekarang menjadi ¼ porsi, Ibu klien mengatakan, aktivitas klien
berkurang, karena klien sering mengalami kelelahan dan sering mengalami sesak dalam
bernafas. Klien biasanya minum ± 5 sampai 6 gelas/hari masing, sekarang hanya bisa
minum ± 4 gelas, pasien tampak lemah, BB = 9 kg (sebelum sakit), BB= 7 kg (saat
dikaji).
Diagnosa
N Tujuan dan Kriteria Intervensi
o Keperawatan Hasil
Gangguan
1 Setelah diberi Monitor tanda-tanda vital
pertukaran gas asuhan keperawatan Monitor kecepatan, irama,
2 x 24 jam kedalaman dan kesulitan
diharapkan bernafas
gangguan pertukaran Catat pergerakan dada, catat
gas dalam tubuh ketidaksimetrisan,
klien dapat diatasi. penggunaan otot-otot bantu
Dengan kriteria hasil nafas, dan reaksi otot
: supraclaviculas dan
interkosta
- Klien dapat bernafas
Monitor suara tambahan
dengan normal
seperti ngorok atau mengih
- Tanda-tanda vital
Monitor pola nafas
normal : RR:23-35
(misalnya bradipneu,
x/menit takipneu, hiperfentilasi,
49
- Warna kebiruan respirasi beot, dan pola
yang timbul pada ataxic)
tubuh dapat Monitor saturasi oxygen
berkurang pada pasien yang tersedia
(seperti SAO2, SVO2,
SPO2) sesuai dengan
protokol yang ada
Pasang sensor pemantauan
oksigen noninfasif
(misalnya pasang alat pada
jari, hidung dan dahi)
dengan mengatur alarm
pada pasien beresiko tinggi
(misalnya pasien yang
obesitas, melaporkan
pernah mengalami apnea
saat tidur, mempunyai
riwayat penyakit dengan
terapi oksigen menetap, usia
extrim) sesuai dengan
prosedur yang ada.
50
2 Intoleren Setelah diberikan Pertimbangkan
. Aktivitas asuhan kemampuan klien dalam
keperawatan berpartisipasi melalui
selama 2 x 24 aktivitas spesifik
jam, Berkolaborasi dengan
diharapkan (ahli) terapis fisik,
okupasi dan terapi
Kriteria Hasil :
rekreasional dalam
- Klien dapat perencanaan dan
melakukan pemantauan program
aktivitas aktivitas, jika memang
diperlukan
- Klien tidak
tampak Pertimbangkan
51
rencana perawatan
dengan melibatkan klien
dan orang-orang
terdekatnya dengan tepat
Ajarkan dan dukung
konsep nutrisi yang baik
dengan klien(dan orang
terdekat klien dengan
tepat)
Dorong klien untuk
Setelah diberikan mendiskusikan makanan
asuhan keperawatan yang disukai bersama
Ketidakseimbangan
selama 2 x 24 jam, dengan ahli gizi
nutrisi: kurang
3 diharapkan gangguan Kembangkan hubungan
dari kebutuhan
nutrisi kurang dari yang mendukung
tubuh
kebutuhan tubuh dapat dengan klien
diatasi, dengan Monitor tanda-tanda
fisiologis (tanda-tanda
Kriteria Hasil :
vital, elektrolit) jika
- klien terlihat segar diperlukan
dan tidak Timbang berat badan
lemah klien secara rutin ( pada
hari yang sama dan
- Nafsu makan klien
setelah BAB/BAK)
meningkat dengan
Monitor intake/asupan
menghabiskan porsi
dan asupan cairan secara
makan klien saat
tepat
dirumah sakit
Monitor asupan kalori
makanan harian
52
53
3.5 Implementasi
N
Hari/tanggal/jam Diagnosa Implementasi p
O a
r
a
f
54
Memasang sensor
pemantauan oksigen
noninfasif (misalnya
pasang alat pada jari,
hidung dan dahi) dengan
mengatur alarm pada
pasien beresiko tinggi
(misalnya pasien yang
obesitas, melaporkan
pernah mengalami apnea
saat tidur, mempunyai
riwayat penyakit dengan
terapi oksigen menetap,
usia extrim) sesuai
dengan prosedur yang
ada.
55
frekuensi dan jarak
aktifitas
Membantu klien
untuk mengeksplorasi
tujuan personal dari
aktivitas-aktivitas
yang biasa dilakukan
(misalnya bekerja)
dan aktivitas-aktivitas
yang disukai
Membantu klien
untuk memilih
aktivitas dan
pecapaian tujuan
melalui aktivitas yang
konsisten dengan
kemampuan fisik,
fisiologis dan sosial.
Rabu,
3 18 Maret Ketidakseimbangan Melakukan kolaborasi A
2018 nutrisi: kurang dari
dengan tim kesehatan K
kebutuhan tubuh
lain untuk
mengembangkan
rencana perawatan
dengan melibatkan
klien dan orang-orang
terdekatnya dengan
tepat
Mengajarkan dan
dukung konsep nutrisi
yang baik dengan
klien(dan orang
56
terdekat klien dengan
tepat)
Mendorong klien
untuk mendiskusikan
makanan yang disukai
bersama dengan ahli
gizi
Mengembangkan
hubungan yang
mendukung dengan
klien
Memonitor tanda-
tanda fisiologis
(tanda-tanda vital,
elektrolit) jika
diperlukan
Melakukan timbang
berat badan klien
secara rutin ( pada hari
yang sama dan setelah
BAB/BAK)
Memonitor
intake/asupan dan
asupan cairan secara
tepat
Memonitor asupan
kalori makanan harian
3.6 Evaluasi
57
1. Sabtu, 21 Gangguan S : Ibu klien
Maret 2020 pertukaran gas mengatakan
bahwa, saat
bernafas klien
sudah terasa lebih
lega atau tidak
susah lagi dalam
bernafas.
O : klien terlihat
bernafas dengan
normal dan tidak
terlihat tersengal –
sengal yaitu
30x/mnt, Saturasi
O2 klien ada pada
batas normal,
Warna kebiruan
yang timbul pada
tubuh mulai
berkurang
A :.Masalah gang
guan pertukaran
gas teratasi
sebagian
P: lanjutkan
intervensi
58
2. Sabtu, 21 Intol S : Ibu klien mengatakan klien
Maret 2020 erans sudah bisa beraktivitas
i
O : Klien tidak tampak lelah
aktifi
dalam beraktivitas
tas
A : Intoleren aktivitas teratasi
teratasi
P : Hentikan intervensi.
O : Klien terlihat
lebih segar, porsi
makan klien sudah
bertambah
A: tujuan
intervensi tercapai
dengan nafsu
makan klien
bertambah
P : lanjutkan
intervensi
memonitor nutrisi
pada klien
59
BAB 4. PENUTUP
1 Kesimpulan
Dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan kelainan jantung
bawaan sianotik (Tetralogi Fallot) akan menentukan untuk kelansungan hidup anak,
mengingat masalah yang komplit yang dapat terjadi pada anak TOF bahkan dapat
menimbulkan kematian yang diakibatkan karena hipoksia, syok maupun gagal.
Oleh karena itu perawat harus memiliki keterampilan, kompetensi, dan
pengetahuan yang luas tentang konsep dasar perjalanan penyakit TOF. Sehingga dapat
menentukan diagnosa yang tepat bagi anak yang mengalami tetralogi fallot, yang akhirnya
angka kesakitan dan kematian dapat ditekan.
60
Daftar Pustaka
Gloria, M. Bulechek. Dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). Kidlington: Elsevier
Israr, A.Y., (2010). Tetralogi fallot (TOF). Diunduh pada tanggal 22 September 2017. Diunduh dari
http://www.Files-of-DrsMed.tk.
Supit, Alice I., Kaunang. Erling D. (2012). Tetralogi fallot dan atresia pulmonal. Diunduh pada
tanggal 22 September 2017. Diunduh dari
https://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:_uQxZEY1waEJ:https://ejournal.uns
rat.ac.id/index.php/biomedik/article/download/1205/975+&cd=8&hl=en&ct=clnk&gl=id
Sue. Moorhead. Dkk. 2013. Nursing Outcame Classification (NOC). Kidlington: Elsevier
Samik Wahab, (1996). Kardiologi anak Nadas. Yogyakarta : Gadjah Mada Ununiversity Press.
61