Anda di halaman 1dari 7

https://yecicatyo.blogspot.

com/2014/04/triger-case-
penyakit-jantung-rematik.html?m=1

Laporan Pendahuluan Penyakit Jantung Rematik


( LP PJR
A.    DEFENISI
Penyakit jantung rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya rheumatic heart
disease (RHD) adalah suatu kondisi dimana terjadi kerusakan pada katup jantung yang
bisa berupa penyempitan atau kebocoran, terutama katup mitral sebagai akibat adanya
gejala sisa dari demam rematik.

B.     ETIOLOGI
Penyebab terjadinya penyakit jantung reumatik diperkirakan adalah reaksi
autoimun (kekebalan tubuh) yang disebabkan oleh demam reumatik.
Infeksi streptococcus β hemolitikus grup A pada tenggorok selalu mendahului
terjadinya demam reumatik baik demam reumatik serangan pertama maupun
demam reumatik serangan ulang.
Infeksi Streptococcus beta-hemolyticus grup A pada tenggorok selalu
mendahului terjadinya demam rematik, baik pada serangan pertama maupun
serangan ulang.
Telah diketahui bahwa dalam hal terjadi demam rematik terdapat
beberapa predisposisi antara lain :
a.       Terdapat riwayat demam rematik dalam keluarga
b.      Umur
Demam rematik sering terjadi antara umur 5 – 15 tahun dan jarang pada umur
kurang dari 2 tahun.
c.      Kedaan sosial
Sering terjadi pada keluarga dengan keadaan sosial ekonomi kurang,
perumahan buruk dengan penghuni yang padat serta udara yang lembab, dan
gizi serta kesehatan yang kurang baik.
d.    Musim
Di Negara-negara dengan 4 musim, terdapat insiden yang tinggi pada akhir
musim dingin dan permulaan semi (Maret-Mei) sedangkan insiden paling
rendah pada bulan Agustus – September.
e.       Distribusi daerah
f.       Serangan demam rematik sebelumnya.
Serangan ulang demam rematik sesudah adanya reinfeksi dengan
Streptococcus beta-hemolyticus grup A adalah sering pada anak yang
sebelumnya pernah mendapat demam rematik.

C.    PATOFISIOLOGI
Menurut hipotesa Kaplan dkk (1960) dan Zabriskie (1966), demam rematik terjadi
karena terdapatnya proses autoimun atau antigenic similarity antara jaringan tubuh
manusia dan antigen somatic streptococcus. Apabila tubuh terinfeksi oleh Streptococcus
beta-hemolyticus grup A maka terhadap antigen asing ini segera terbentuk reaksi
imunologik yaitu antibody. Karena sifat antigen ini sama maka antibody tersebut akan
menyerang juga komponen jaringan tubuh dalam hal ini sarcolemma myocardial dengan
akibat terdapatnya antibody terhadap jaringan jantung dalam serum penderiademam
rematik dan jaringan myocard yang rusak. Salah satu toxin yang mungkin berperanan
dalam kejadian demam rematik ialah stretolysin titer 0, suatu produk extraseluler
Streptococcus beta-hemolyticus grup A yang dikenal bersifat toxik terhadap jaringan
myocard. Beberapa di antara berbagai antigen somatic streptococcal menetap untuk
waktu singkat dan yang lain lagi untuk waktu yang cukup lama. Serum imunologlobulin
akan meningkat pada penderita sesudah mendapat radang streptococcal terutama Ig G
dan A.

D.    MANIFESTASI KLINIS
Penderita umumnya mengalami sesak nafas yang disebabkan jantungnya sudah
mengalami gangguan, nyeri sendi yang berpindah- pindah, bercak kemerahan di kulit
yang berbatas, gerakan tangan yang tak beraturan dan tak terkendali (korea), atau
benjolan kecil-kecil dibawah kulit. Selain itu tanda yang juga turut menyertainya adalah
nyeri perut, kehilangan berat badan, cepat lelah dan tentu saja demam.

Demam reumatik merupakan kumpulan sejumlah gejala dan tanda klinik. Demam
reumatik merupakan penyakit pada banyak sistem, mengenai terutama jantung, sendi,
otak dan jaringan kulit. Tanda dan gejala akut demam reumatik bervariasi tergantung
organ yang terlibat dan derajat keterlibatannya. Biasanya gejala-gejala ini berlangsung
satu sampai enam minggu setelah infeksi oleh Streptococcus. Gejala klinis pada
penyakit jantung reumatik bisa berupa gejala kardiak (jantung) dan non kardiak.
Gejalanya antara lain:

 Manifestasi kardiak dari demam reumatik


 (infeksi dan peradangan jantung) adalah komplikasi paling serius dan kedua paling
umum dari demam reumatik (sekitar 50 %). Pada kasus-kasus yang lebih lanjut,
pasien dapat mengeluh sesak nafas, dada terasa tidak nyaman, nyeri dada, edema
(bengkak), batuk atau ortopneu (sesak saat berbaring)
 Pada pemeriksaan fisik, karditis (peradangan pada jantung) umumnya dideteksi
dengan ditemukannya bising jantung (gangguan bunyi jantung) atau takikardia
(jantung berdetak > 100x/menit) diluar terjadinya demam
 Manifestasi kardiak lain adalah gagal jantung kongestif dan perikarditis (radang
selaput jantung)
 Pasien dengan diagnosis demam reumatik akut harus dikontrol sesering mungkin
karena progresifitas penyakitnya
 Murmur (bising jantung) baru atau perubahan bunyi murmur. Murmur yang
didengar pada demam reumatik akut biasanya disebabkan oleh insufisiensi katup
(gangguan katup).
 Gagal jantung kongestif
 Gagal jantung dapat terjadi sekunder akibat insufisiensi katup yang berat atau
miokarditis (radang pada sel otot jantung)
  Perikarditis

 Gejala umum non kardiak dan manifestasi lain dari demam rematik akut antara
lain:
o Poliartritis (peradangan pada banyak sendi) adalah gejala umum dan merupakan
manifestasi awal dari demam reumatik (70 – 75 %). Umumnya artritis (radang
sendi) dimulai pada sendi-sendi besar di ekstremitas bawah (lutut dan engkel) lalu
bermigrasi ke sendi-sendi besar lain di ekstremitas atas atau bawah (siku dan
pergelangan tangan). Sendi yang terkena akan terasa sakit, bengkak, terasa hangat,
eritem dan pergerakan terbatas. Bengkak dan lunak pada persendian, nyeri yang
berpindah-pindah. Jaccoud’s arthritis (cronic post rheumatic fever arthropathy)
yaitu deformitas jari tangan dan kaki berupa ulnar deviasi, fleksi sendi
metacarpofalangeal, hiperekstensi sendi proksimal interfalangeal. Gejala artritis
mencapai puncaknya pada waktu 12 – 24 jam dan bertahan dalam waktu 2 – 6 hari
(jarang terjadi lebih dari 3 minggu) dan berespon sangat baik dengan pemberian
aspirin. Poliartritis lebih umum dijumpai pada remaja dan orang dewasa muda
dibandingkan pada anak-anak.
o Khorea Sydenham, khorea minor atau St. Vance, dance mengenai hampir 15%
penderita demam reumatik. Manifestasi ini mencerminkan keterlibatan sistem
syaraf sentral pada proses radang. Penderita dengan khorea ini datang dengan
gerakan-gerakan yang tidak terkoordinasi dan tidak bertujuan dan emosi labil.
Manifestasi ini lebih nyata bila penderita bangun dan dalam keadaan stres.
Penderita tampak selalu gugup dan seringkali menyeringai. Bicaranya tertahan-
tahan dan meledak-ledak. Koordinasi otot-otot halus sukar. Tulisan tangannya jelek
dan ditandai oleh coretan ke atas yang tidak mantap dengan garis yang ragu-ragu.
Pada saat puncak gejalanya tulisannya tidak dapat dibaca sama sekali.
o Erithema marginatum merupakan ruam yang khas untuk demam reumatik dan
jarang ditemukan pada penyakit lain. Karena kekhasannya tanda ini dimasukkan
dalam manifestasi minor. Kelainan ini berupa ruam tidak gatal, makuler dengan
tepi erithema (kemerahan) yang menjalar dari bagian satu ke bagian lain
mengelilingi kulit yang tampak normal, terjadi pada 5% penderita. Gangguan ini
berdiameter 2,5 cm dan paling sering ditemukan pada batang tubuh dan tungkai
bagian atas, tidak melibatkan muka. Erithema ini timbul sewaktu-waktu selama
sakit, meskipun yang tersering adalah pada stadium awal, dan biasanya terjadi
hanya pada penderita demam reumatik dengan karditis.
o Nodul subkutan. Frekuensi manifestasi ini menurun sejak beberapa dekade
terakhir, dan kini hanya ditemukan pada penderita penyakit jantung reumatik
khronik. Frekuensinya kurang dari 5%, namun pada penjangkitan di Utah nodulus
subkutan ditemukan pada sampai 10% penderita. Nodulus (benjolan) ini biasanya
terletak pada permukaan sendi, terutama ruas jari, lutut, dan persendian kaki.
Kadang-kadangg nodulus ini ditemukan pada kulit kepala dan di atas tulang
belakang. Ukurannya bervariasi dari 0,5 sampai dengan 2 cm serta tidak nyeri dan
dapat digerakkan secara bebas; biasanya kecil dan menghilang lebih cepat. Kulit
yang menutupi tidak pucat atau meradang. Nodulus ini muncul hanya sesudah
beberapa minggu sakit dan kebanyakan hanya ditemukan pada penderita dengan
karditis.
o Manifestasi lain dari demam reumatik antara lain nyeri perut, epistaksis (mimisan),
demam dengan suhu di atas 39 °C dengan pola yang tidak karakteristik, pneumonia
reumatik yang gejalanya mirip dengan pneumonia karena infeksi.
o Tromboemboli (sumbatan di pembuluh darah) bisa terjadi sebagai komplikasi dari
stenosis mitral (gangguan katup).
o Anemia hemolitik kardiak bisa terjadi akibat pecahnya sel darah merah karena
bergesekan dengan katup yang terinfeksi. Peningkatan penghancuran trombosit bisa
juga terjadi.
o Aritmia atrium (gangguan irama jantung) biasanya terjadi karena pembesaran
atrium kiri karena gangguan pada katup mitral.
Manifestasi Klinik menurut Jones (1982)
Mayor Minor
1. Carditis 1. Fever
2. Poliarthritis 2. Arthralgia
3. Chorea 3. Pernah mengalami gagal ginjal
4. Erythema marginatum 4. LED tinggi
5. Nodul Subcutaneous 5. C-Reactive Protein/CRP (+)
6. Leukositosis
7. Interval PR memanjang

Diagnosis RHD menurut Udjianti (2010) ditetapkan berdasarkan didapatkannya hal-hal


sebagai berikut:
1.      2 manifestasi mayor
2.      1 manifestasi mayor dan 2 manifestasi minor

E.     PENCEGAHAN
Jika kita lihat diatas bahwa penyakit jantung rematik sangat mungkin terjadi
dengan adanya kejadian awal yaitu demam rematik (DR). Pencegahan yang terbaik
adalah bagaimana upaya kita jangan sampai mengalami demam rematik (DR) (terserang
infeksi kuman Streptococcus beta hemolyticus).
Ada beberapa faktor yang dapat mendukung seseorang terserang kuman tersebut,
diantaranya faktor lingkungan seperti kondisi kehidupan yang jelek, kondisi tinggal
yang berdesakan dan akses kesehatan yang kurang merupakan determinan yang
signifikan dalam distribusi penyakit ini. Variasi cuaca juga mempunyai peran yang
besar dalam terjadinya infeksi streptokokkus untuk terjadi DR.
Seseorang yang terinfeksi kuman Streptococcus beta hemolyticus dan mengalami
demam rematik, harus diberikan therapy yang maksimal dengan antibiotiknya. Hal ini
untuk menghindarkan kemungkinan serangan kedua kalinya atau bahkan menyebabkan
Penyakit Jantung Rematik.

F.     PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan demam reumatik aktif atau reaktivasi kembali diantaranya adalah :
1.      Tirah baring dan mobilisasi (kembali keaktivitas normal) secara bertahap
2.      Pemberantasan terhadap kuman streptokokkus dengan pemberian antibiotic penisilin
atau eritromisin. Untuk profilaksis atau pencegahan dapat diberikan antibiotic penisilin
benzatin atau sulfadiazine
3.      Antiinflamasi (antiperadangan). Antiperadangan seperti salisilat dapat dipakai pada
demam reumatik tanpa karditis (peradangan pada jantung)
Karena demam rematik berhubungan erat dengan radang Streptococcus beta-
hemolyticus grup A, maka pemberantasan dan pencegahan ditujukan pada radang
tersebut. Ini dapat berupa :
a.       Eradikasi kuman Streptococcus beta-hemolyticus grup A
Pengobatan adekuat harus dimulai secepatnya pada DR dan dilanjutkan dengan
pencegahan. Erythromycin diberikan kepada mereka yang alergi terhadap penicillin.
b.      Obat anti rematik
Baik cortocisteroid maupun salisilat diketahui sebagai obat yang berguna untuk
mengurangi/menghilangkan gejala-gejala radang akut pada DR
c.      Diet
Makanan yang cukup kalori, protein dan vitamin.
d.      Istirahat
Istirahat dianjurkan sampai tanda-tanda inflamasi hilang dan bentuk jantung mengecil
pada kasus-kasus kardiomegali. Biasanya 7-14 hari pada kasus DR minus carditis. Pada
kasus plus carditis, lama istirahat rata-rata 3 minggu – 3 bulan tergantung pada berat
ringannya kelainan yang ada serta kemajuan perjalanan penyakit.
e.       Obat-obat Lain
Diberikan sesuai dengan kebutuhan. Pada kasus dengan dekompensasi kordis diberikan
digitalis, diuretika dan sedative. Bila ada chorea diberikan largactil dan lain-lain.

G.    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
a.       Pemeriksaan darah
          LED tinggi sekali
         Lekositosis
         Nilai hemoglobin dapat rendah
b.      Pemeriksaan bakteriologi
         Biakan hapus tenggorokan untuk membuktikan adanya streptococcus.
        Pemeriksaan serologi. Diukur titer ASTO, astistreptokinase, anti hyaluronidase.
c.         Pemeriksaan radiologi
      Elektrokardoigrafi dan ekokardiografi untuk menilai adanya kelainan jantung.

H.    KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi pada Penyakit Jantung Reumatik (PJR)
diantaranya adalah gagal jantung, pankarditis (infeksi dan peradangan di
seluruh bagian jantung), pneumonitis reumatik (infeksi paru), emboli atau
sumbatan pada paru, kelainan katup jantung, dan infark (kematian sel jantung).
a.       Dekompensasi Cordis
Peristiwa dekompensasi cordis pada bayi dan anak menggambarkan
terdapatnya sindroma klinik akibat myocardium tidak mampu memenuhi
keperluan metabolic termasuk pertumbuhan. Keadaan ini timbul karena kerja
otot jantung yang berlebihan, biasanya karena kelainan struktur jantung,
kelainan otot jantung sendiri seperti proses inflamasi atau gabungan kedua
faktor tersebut.
Pada umumnya payah jantung pada anak diobati secara klasik yaitu dengan
digitalis dan obat-obat diuretika. Tujuan pengobatan ialah menghilangkan gejala
(simptomatik) dan yang paling penting mengobati penyakit primer.
b.      Pericarditis

Peradangan pada pericard visceralis dan parietalis yang bervariasi dari reaksi
radang yang ringan sampai tertimbunnnya cairan dalam cavum pericard.

 
REFERENSI
Udjianti, Wajan Juni. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba
Medika
http://www.infopenyakit.com/2008/08/penyakit-jantung-rematik-pjr.html
http://jantung.klikdokter.com/

Anda mungkin juga menyukai