Anda di halaman 1dari 37

DEMAM REMATIK

DEFINISI DEMAM REMATIK


Demam rematik atau demam rematik akut, adalah
penyakit inflamasi autoimun yang mengenai
jantung, sendi, sistem saraf pusat, dan jaringan
subkutan, tulang. Akibat paling signifikan dari
demam rematik adalah penyakit jantung rematik
(PJR) (Wong, dkk, 2008; Suriadi & Yulianni, 2006)
ETIOLOGI DEMAM REMATIK
Secara pasti etiologi dari demam rematik ini belum
diketahui. Namun Streptococcus B-hemolitik grup A
diyakini sebagai agen pencetus yang menyebabkan
terjadinya demam rematik akut (Behrman, Kliegman
& Arvin, 1999; Suriadi & Yulianni, 2006).
Faktor Predisposisi Demam Rematik
Faktor predisposisi:
 Herediter: dikatakan bahwa kembar monozigot beresiko
lebih besar mengalami demam rematik dibandingkan
dengan yang heterozigot
 Umur: lebih sering terjadi di rentang usia 5-15 tahun
 Keadaan sosial ekonomi rendah
 Musim: terjadi di musim dingin dan permulaan musim
semi
 -Serangan dahulu: penderita yang pernah diserang
streptococcus memiliki peluang terkena demam rematik
(Wahab, 2003)
Manifestasi Klinis Mayor
1. Karditis: Karditis biasanya terjadi pada 3 minggu pertama
dan terdapat pada 50% kasus. Diagnosis karditis
memerlukan 1 dari 4 kriteria dibawah ini:
 Bising jantung organik. Pemeriksaan ekokardiografi yang
menunjukkan adanya AI atau MI saja tanpa adanya bising
jantung organik tidak dapat disebut sebagai karditis.
 Perikarditis( friction rib, efusi perikardium, nyeri dada,
perubahan EKG)
 Kardiomegali pada foto toraks
 Gagal jantung kongestif (Madiyono, Rahayuningsih, &
Sukardi, 2005).
2. Artritis
Artritis merupakan manifestasi mayor yang paling sering
tetapi paling tidak spesifik serta sering menyebabkan
kesalahan dalam menegakkan diagnosis demam rematik.
Gejala artritis adalah nyeri, bengkak, merah dan panas. Nyeri
sendi kadang-kadang sangat parah sehingga gerakan sendi
sangat terhambat dan tampak seperti pseudoparalisis. Artritis
berbeda dengan artralgia, karena pada artralgia nyerinya
ringan dan tidak disertai tanda-tanda bengkak maupun merah.
Pada umumnya artritis mengenai sendi-sendi besar, seperti
lutut, pergelangan kaki, siku dan pergelangan tangan. Sendi-
sendi kecil perifer jarang terkena. Yang khas artritis pada
demam rematik adalah asimetri dan berpindah-pindah.
Sebagian besar penderita artritis sembuh dalam 1 minggu dan
biasanya tidak menetap lebih lama dari 2 atau 3 minggu.
Artritis ini mempunyai respon yang lebih cepat dengan
pemberian salisilat, bahkan pada dosis rendah.
3. Korea syidenham
Penderita dengan korea ini menunjukkan gerakan-
gerakan yang tidak terkoordinasi pada wajah,
lengan dan tungkai dan tidak bertujuan serta emosi
yang labil (Suriadi & Yulianni, 2006). Manifestasi ini
lebih nyata bila penderita bangun dan dalam
keadaan tertekan. Tanpa pengobatan gejala-gejala
korea ini menghilang dalam 1 sampai 2 minggu.
Pada kasus yang berat meskipun dengan terapi
gejala ini dapat menetap selama 3 sampai 4 minggu
dan bahkan sampai 2 tahun, walaupun jarang terjadi.
4. Eritema marginatum
Ruam yang khas pada demam rematik, berupa ruam
yang tidak gatal, makular dan tepi eritema yang
menjalar dari bagian satu ke bagian lain mengelilingi
kulit yang tampak normal, terjadi pada 5% kasus.
Lesi ini berdiameter 2,5 cm dan paling sering
ditemukan pada tubuh, tungkai proksimal dan tidak
melibatkan muka. Pada penderita kulit hitam sukar
ditemukan.
5. Nodul subkutan
Frekuensinya kurang dari 5%. Nodulus ini biasanya
terletak pada permukaan ekstensor sendi, terutama
ruas jari, lutut dan persendian kaki. Kadang-kadang
nodulus ini ditemukan pada kulit kepala dan diatas
kolumna vertebralis. Ukuran bervariasi dari 0,5 – 2
cm serta tidak nyeri dan dapat digerakkan secara
bebas, biasanya lebih kecil dari nodulus artritis
rhematoid dan menghilang lebih cepat. Kulit yang
menutupi tidak pucat atau meradang. Nodulus ini
kebanyakan hanya ditemukan pada penderita
karditis.
Manifestasi Minor Demam Rematik
1. Demam
2. Artralgia adalah Nyeri sendi tanpa disertai tanda-
tanda objektif pada sendi. Artralgia biasanya
mengenai sendi-sendi besar. Kadang-kadang
nyerinya sangat berat sehingga tidak mampu
bergerak (Madiyono, Rahayuningsih & Sukardi,
2005).
STADIUM KLINIS DEMAM REMATIK
 Stadium I

STADIUM I :
Stadium ini berupa infeksi saluran napas bagian atas oleh
kuman beta-Streptococcus hemolyticus grup A. Keluhan
biasanya berupa demam, batuk, rasa sakit waktu menelan,
tidak jarang disertai muntah dan bahkan pada anak kecil
dapat terjadi diare. Pada pemeriksaan fisik sering
didapatkan eksudat di tonsil yang menyertai tanda-tanda
peradangan lainnya. Kelenjar getah bening submandibular
seringkali membesar. Infeksi ini biasanya berlangsung 2-4
hari dan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan.
Para peneliti mencatat 50-90% riwayat infeksi saluran napas
bagian atas pada penderita demam reumatik/penyakit
jantung reumatik, yang biasanya terjadi 10-14 hari sebelum
manifestasi pertama demam reumatik/penyakit jantung
reumatik.
Stadium II
Stadium ini disebut juga periode laten, ialah masa
antara infeksi Streptococcus dengan permulaan gejala
demam reumatik, biasanya periode ini berlangsung 1-
3 minggu, kecuali korea yang dapat timbul 6 minggu
atau bahkan berbulan-bulan kemudian.
Stadium III
Merupakan fase akut demam reumatik, saat timbulnya
berbagai manifestasi klinik demam reumatik/penyakit
jantung reumatik. Manifestasi klinik tersebut dapat
digolongkan dalam gejala peradangan umum (gejala
minor) dan manifestasi spesifik (gejala mayor) demam
reumatik/penyakit jantung reumatik.
Stadium IV
Disebut juga stadium inaktif. Pada stadium ini
penderita demam reumatik tanpa kelainan jantung
atau penderita penyakit jantung reumatik tanpa
gejala sisa katup tidak menunjukkan gejala apa-apa.
Pada penderita penyakit jantung reumatik dengan
gejala sisa kelainan katup jantung, gejala yang
timbul sesuai dengan jenis serta beratnya kelainan.
Pada fase ini baik penderita demam reumatik
maupun penyakit jantung reumatik sewaktu-waktu
dapat mengalami reaktivasi penyakitnya.
KOMPLIKASI DEMAM REMATIK
1. Karditis
2. Penyakit jantung rematik
3. Gagal jantung.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Uji untuk diagnosis infeksi streptococus : Bukti adanya
faringitis akibat streptococus beta hemolyticus group A (
SGA ) sebelumnya. Uji yang paling sering digunakan adalah
uji antistreptolisin O (ASTO) dan uji ini secara umum
dipakai untuk uji antibodi terhadap sterptococus.
2. Reaksi fase akut : Uji yang sering digunakan adalah leukosit
darah perifer, laju endap darah ( LED) dan protein C reaktif
( CRP ). Ketiga uji ini merupakan indikator adanya radang
nonspesifik jaringan.
3. Gambaran radiologis : Berguna untuk menilai besar
jantung
4. Gambaran elektrokardiografi: HiPertropi atrium kanan
atau kiri (ataupun keduanya), interval PR memanjang
(akan kembali normal dengan pemberian atropin), T rata
atau T inversi, elevasi ST
PENATALAKSANAAN DEMAM REMATIK

1. Pemberian antibiotik
2. Mengobati gejala peradangan, gagal jantung
dan chorea
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermia berhubungan dengan penyakit atau
peradangan penyakit
2. Ketidakseimbangan nutrisi; kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna
makanan karena anoreksia, metabolisme meningkat
dan chorea
3. Kelemahan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
dan ketidaknyamanan
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
kekambuhan kronik dari penyakit
5. Nyeri berhubungan dengan poliartritis
6. Resiko injuri berhubungan dengan infeksi
streptokokus
PENYAKIT JANTUNG
REMATIK
PENYAKIT JANTUNG REMATIK
Penyakit jantung rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya
rheumatic heart disease (RHD) adalah suatu kondisi dimana
terjadi kerusakan pada katup jantung yang bisa berupa
penyempitan atau kebocoran, terutama katup mitral sebagai
akibat adanya gejala sisa dari demam rematik.
Demam rematik merupakan suatu penyakit sistemik yang dapat
bersifat akut, subakut, kronik, atau fulminan, dan dapat terjadi
setelah infeksi Streptococcus beta hemolyticus group A pada
saluran pernafasan bagian atas. Demam reumatik akut ditandai
oleh demam berkepanjangan, jantung berdebar keras, kadang
cepat lelah. Puncak insiden demam rematik terdapat pada
kelompok usia 5-15 tahun, penyakit ini jarang dijumpai pada anak
dibawah usia 4 tahun dan penduduk di atas 50 tahun.
ETIOLOGI PJR
Penyebab terjadinya penyakit jantung reumatik
diperkirakan adalah reaksi autoimun (kekebalan
tubuh) yang disebabkan oleh demam reumatik.
Infeksi streptococcus β hemolitikus grup A pada
tenggorok selalu mendahului terjadinya demam
reumatik baik demam reumatik serangan pertama
maupun demam reumatik serangan ulang.
Infeksi Streptococcus beta-hemolyticus grup A
pada tenggorok selalu mendahului terjadinya
demam rematik, baik pada serangan pertama
maupun serangan ulang.
Faktor Predisposisi PJR
1. Terdapat riwayat demam rematik dalam keluarga
2. Umur : Demam rematik sering terjadi antara umur 5 – 15 tahun dan
jarang pada umur kurang dari 2 tahun.
3. Kedaan sosial : Sering terjadi pada keluarga dengan keadaan sosial
ekonomi kurang, perumahan buruk dengan penghuni yang padat
serta udara yang lembab, dan gizi serta kesehatan yang kurang baik.
4. Musim : Di Negara-negara dengan 4 musim, terdapat insiden yang
tinggi pada akhir musim dingin dan permulaan semi (Maret-Mei)
sedangkan insiden paling rendah pada bulan Agustus – September.
5. Distribusi daerah
6. Serangan demam rematik sebelumnya : Serangan ulang demam
rematik sesudah adanya reinfeksi dengan Streptococcus beta-
hemolyticus grup A adalah sering pada anak yang sebelumnya pernah
mendapat demam rematik
PATOFISIOLOGI PJR
Menurut hipotesa Kaplan dkk (1960) dan Zabriskie (1966), demam
rematik terjadi karena terdapatnya proses autoimun atau antigenic
similarity antara jaringan tubuh manusia dan antigen somatic
streptococcus. Apabila tubuh terinfeksi oleh Streptococcus beta-
hemolyticus grup A maka terhadap antigen asing ini segera terbentuk
reaksi imunologik yaitu antibody. Karena sifat antigen ini sama maka
antibody tersebut akan menyerang juga komponen jaringan tubuh
dalam hal ini sarcolemma myocardial dengan akibat terdapatnya
antibody terhadap jaringan jantung dalam serum penderia demam
rematik dan jaringan myocard yang rusak. Salah satu toxin yang
mungkin berperanan dalam kejadian demam rematik ialah stretolysin
titer 0, suatu produk extraseluler Streptococcus beta-hemolyticus grup
A yang dikenal bersifat toxik terhadap jaringan myocard. Beberapa di
antara berbagai antigen somatic streptococcal menetap untuk waktu
singkat dan yang lain lagi untuk waktu yang cukup lama. Serum
imunologlobulin akan meningkat pada penderita sesudah mendapat
radang streptococcal terutama Ig G dan A.
MANIFESTASI KLINIS PJR
Penderita umumnya mengalami sesak nafas yang
disebabkan jantungnya sudah mengalami gangguan,
nyeri sendi yang berpindah- pindah, bercak
kemerahan di kulit yang berbatas, gerakan tangan
yang tak beraturan dan tak terkendali (korea), atau
benjolan kecil-kecil dibawah kulit. Selain itu tanda
yang juga turut menyertainya adalah nyeri perut,
kehilangan berat badan, cepat lelah dan tentu saja
demam.
Gejala klinis pada penyakit jantung reumatik bisa
berupa gejala kardiak (jantung) dan non kardiak.
Gejala Klinis PJR Kardiak
1. (infeksi dan peradangan jantung) adalah komplikasi paling serius dan kedua
paling umum dari demam reumatik (sekitar 50 %). Pada kasus-kasus yang
lebih lanjut, pasien dapat mengeluh sesak nafas, dada terasa tidak nyaman,
nyeri dada, edema (bengkak), batuk atau ortopneu (sesak saat berbaring)
2. Pada pemeriksaan fisik, karditis (peradangan pada jantung) umumnya
dideteksi dengan ditemukannya bising jantung (gangguan bunyi jantung) atau
takikardia (jantung berdetak > 100x/menit) diluar terjadinya demam
3. Manifestasi kardiak lain adalah gagal jantung kongestif dan perikarditis
(radang selaput jantung)
4. Pasien dengan diagnosis demam reumatik akut harus dikontrol sesering
mungkin karena progresifitas penyakitnya
5. Murmur (bising jantung) baru atau perubahan bunyi murmur. Murmur yang
didengar pada demam reumatik akut biasanya disebabkan oleh insufisiensi
katup (gangguan katup)
6. Gagal jantung kongestif : Gagal jantung dapat terjadi sekunder akibat
insufisiensi katup yang berat atau miokarditis (radang pada sel otot jantung
7. Perikarditis
Gejala Klinis PJR Non Kardiak
1. Poliartritis (peradangan pada banyak sendi) adalah gejala
umum dan merupakan manifestasi awal dari demam reumatik
(70 – 75 %)
2. Khorea Sydenham, khorea minor atau St. Vance, dance
mengenai hampir 15% penderita demam reumatik. Manifestasi
ini mencerminkan keterlibatan sistem syaraf sentral pada
proses radang. Penderita dengan khorea ini datang dengan
gerakan-gerakan yang tidak terkoordinasi dan tidak bertujuan
dan emosi labil
3. Erithema marginatum merupakan ruam yang khas untuk
demam reumatik dan jarang ditemukan pada penyakit lain.
Karena kekhasannya tanda ini dimasukkan dalam manifestasi
minor. Kelainan ini berupa ruam tidak gatal, makuler dengan
tepi erithema (kemerahan) yang menjalar dari bagian satu ke
bagian lain mengelilingi kulit yang tampak normal, terjadi pada
5% penderita. Gangguan ini berdiameter 2,5 cm dan paling
sering ditemukan pada batang tubuh dan tungkai bagian atas,
tidak melibatkan muka.
Gejala Klinis PJR Non Kardiak
4. Nodul subkutan. Frekuensi manifestasi ini menurun
sejak beberapa dekade terakhir, dan kini hanya
ditemukan pada penderita penyakit jantung reumatik
khronik. Frekuensinya kurang dari 5%, namun pada
penjangkitan di Utah nodulus subkutan ditemukan
pada sampai 10% penderita. Nodulus (benjolan) ini
biasanya terletak pada permukaan sendi, terutama
ruas jari, lutut, dan persendian kaki. Kadang-kadangg
nodulus ini ditemukan pada kulit kepala dan di atas
tulang belakang. Ukurannya bervariasi dari 0,5
sampai dengan 2 cm serta tidak nyeri dan dapat
digerakkan secara bebas; biasanya kecil dan
menghilang lebih cepat
Manifestasi Lain PJR
1. Tromboemboli (sumbatan di pembuluh darah) bisa
terjadi sebagai komplikasi dari stenosis mitral
(gangguan katup).
2. Anemia hemolitik kardiak bisa terjadi akibat
pecahnya sel darah merah karena bergesekan
dengan katup yang terinfeksi. Peningkatan
penghancuran trombosit bisa juga terjadi.
3. Aritmia atrium (gangguan irama jantung) biasanya
terjadi karena pembesaran atrium kiri karena
gangguan pada katup mitral.
MAYOR MINOR
1. Carditis 1. Fever
2. Poliarthritis 2. Arthralgia
3. Chorea 3. Pernah mengalami gagal ginjal
4. Erythema marginatum 4. LED tinggi
5. Nodul Subcutaneous 5. C-Reactive Protein/CRP (+)
6. Leukositosis

7. Interval PR memanjang

Diagnosis RHD menurut Udjianti (2010) ditetapkan


berdasarkan didapatkannya hal-hal sebagai berikut:
2 manifestasi mayor
1 manifestasi mayor dan 2 manifestasi minor
PENATALAKSANAAN PJR
1. Tirah baring dan mobilisasi (kembali keaktivitas
normal) secara bertahap
2. Pemberantasan terhadap kuman streptokokkus
dengan pemberian antibiotic penisilin atau eritromisin.
Untuk profilaksis atau pencegahan dapat diberikan
antibiotic penisilin benzatin atau sulfadiazine
3. Antiinflamasi (antiperadangan). Antiperadangan
seperti salisilat dapat dipakai pada demam reumatik
tanpa karditis (peradangan pada jantung)
Penatalaksanaan Demam Rematik
Karena demam rematik berhubungan erat dengan radang Streptococcus beta-
hemolyticus grup A, maka pemberantasan dan pencegahan ditujukan pada radang
tersebut. Ini dapat berupa :
1. Eradikasi kuman Streptococcus beta-hemolyticus grup A : Pengobatan adekuat harus
dimulai secepatnya pada DR dan dilanjutkan dengan pencegahan. Erythromycin
diberikan kepada mereka yang alergi terhadap penicillin.
2. Obat anti rematik : Baik cortocisteroid maupun salisilat diketahui sebagai obat yang
berguna untuk mengurangi/menghilangkan gejala-gejala radang akut pada DR
3. Diet : Makanan yang cukup kalori, protein dan vitamin.
4. Istirahat : Istirahat dianjurkan sampai tanda-tanda inflamasi hilang dan bentuk
jantung mengecil pada kasus-kasus kardiomegali. Biasanya 7-14 hari pada kasus DR
minus carditis. Pada kasus plus carditis, lama istirahat rata-rata 3 minggu – 3 bulan
tergantung pada berat ringannya kelainan yang ada serta kemajuan perjalanan
penyakit.
5. Obat-obat Lain : Diberikan sesuai dengan kebutuhan. Pada kasus dengan
dekompensasi kordis diberikan digitalis, diuretika dan sedative. Bila ada chorea
diberikan largactil dan lain-lain.
PEMERIKSAAN PENUNJANG PJR
1. Pemeriksaan darah: LED tinggi sekali, Leukositosis,
Nilai hemoglobin dapat rendah
2. Pemeriksaan bakteriologi : Biakan hapus tenggorokan
untuk membuktikan adanya streptococcus dan
Pemeriksaan serologi. Diukur titer ASTO,
astistreptokinase, anti hyaluronidase.
3. Pemeriksaan radiologi
4. Elektrokardoigrafi dan ekokardiografi untuk menilai
adanya kelainan jantung.
KOMPLIKASI PJR
Dekompensasi CordiS
Peristiwa dekompensasi cordis pada bayi dan anak
menggambarkan terdapatnya sindroma klinik akibat
myocardium tidak mampu memenuhi keperluan metabolic
termasuk pertumbuhan. Keadaan ini timbul karena kerja otot
jantung yang berlebihan, biasanya karena kelainan struktur
jantung, kelainan otot jantung sendiri seperti proses
inflamasi atau gabungan kedua faktor tersebut.
Pericarditis
Peradangan pada pericard visceralis dan parietalis yang
bervariasi dari reaksi radang yang ringan sampai
tertimbunnnya cairan dalam cavum pericard.
Pengkajian PJR
 Pengkajian adalah mengumpulkan data tentang :
Fungsi jantung
 Toleransi terhadap aktivitas dan sikap klien terhadap
pembatasan aktivitas
 Status nutrisi
 Tingkat ketidaknyamanan
 Gangguan tidur
 Kemampuan klien mengatasi masalah
 Hal-hal yang dapat membantu klien
 Pengetahuan orang tua dan pasien (sesuai usia pasien)
tentang pemahaman pasien
Pengkajian
 Riwayat penyakit

 Monitor komplikasi jantung

 Auskultasi jantung; bunyi jantung melemah dengan


irama derap diastole
 Tanda-tanda vital

 Kaji adanya nyeri

 Kaji adanya peradangan sendi

 Kaji adanya lesi pada kulit


Diagnosa Keperawatan PJR
1. Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan stenosis aorta
2. Intoleransi aktivitas b.d penurunan cardiac output,
ketidakseimbangan suplai O2 dan kebutuhan
3. Nyeri b.d respon inflamasi pada sendi (poliarthritis).
4. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia,
mual, muntah
5. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya
filtrasi glomerulus, retensi natrium dan air, meningkatnya
tekanan hidrostatik
6. Pola pernafasan tak efektif berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru
7. Kurangnya pengetahuan orang tua / anak b.d pengobatan,
pembatasan aktivitas, resiko komplikasi jantung.
8. Perubahan proses keluarga b.d kondisi penyakit anak.

Anda mungkin juga menyukai