PEMBIMBING:
Tinjauan
Daftar Isi
Pustaka
Penyakit
Penutup jantung rematik
PENDAHULUAN
Demam rematik adalah penyakit sistemik yang disebabkan infeksi streptokokus beta hemolitikus grup
A (GAS) pada faring. Infeksi streptokokus ini terutama terjadi pada anak dan dewasa muda. Perkiraan
menunjukkan bahwa sekitar 60% pasien demam rematik di negara endemik berkembang dapat
menyebabkan penyakit jantung rematik. Demam rematik disebabkan oleh respons autoimun yang
ditentukan oleh faktor predisposisi genetik penderita; respons autoimun ini terjadi karena antigen
streptokokus menyerupai sel manusia, salah satunya pada katup jantung, yang kemudian dapat
menyebabkan komplikasi penyakit jantung rematik.
Dalam laporan WHO Expert Consultation Geneva, 29 Oktober–1 November 2001 yang diterbitkan tahun 2004
angka mortalitas untuk PJR 0,5 per 100.000 penduduk di Negara maju hingga 8,2 per 100.000 penduduk di negara
berkembang, dan di daerah Asia Tenggara diperkirakan 7,6 per 100.000 penduduk. Diperkirakan sekitar 2.000-
332.000 penduduk yang meninggal diseluruh dunia akibat penyakit tersebut.
Prevalensi demam rematik di Indonesia belum diketahui secara pasti, meskipun beberapa penelitian yang pernah
dilakukan menunjukkan bahwa prevalensi penyakit jantung rematik berkisar antara 0,3 sampai 0,8 per 1.000 anak
sekolah. Dengan demikian, secara kasar dapat diperkirakan bahwa prevalensi demam rematik di Indonesia pasti
lebih tinggi dari angka tersebut, mengingat penyakit jantung rematik merupakan akibat dari demam rematik
TINJAUAN PUSTAKA
Kriteria mayor
Poliartritis, ditandai oleh adanya nyeri, pembengkakan, Selain itu, agar dapat digunakan sebagai suatu
kemerahan, teraba panas, dan keterbatasan gerak aktif pada dua
sendi atau lebih. Artritis pada demam rematik paling sering kriteria mayor, poliartritis harus disertai
mengenai sendi-sendi besar anggota gerak bawah. Kelainan ini sekurang-kurangnya dua kriteria minor, seperti
hanya berlangsung beberapa hari sampai seminggu pada satu
demam dan kenaikan laju endap darah, serta
sendi dan kemudian berpindah, sehingga dapat ditemukan
artritis yang saling tumpang tindih pada beberapa sendi pada harus didukung oleh adanya titer ASTO atau
waktu yang sama; sementara tanda-tanda radang mereda pada antibodi anti Streptokokus lainnya yang tinggi.
satu sendi, sendi yang lain mulai terlibat. Perlu diingat bahwa
artritis yang hanya mengenai satu sendi (monoartritis) tidak
dapat dijadikan sebagai suatu criteria mayor.
TINJAUAN PUSTAKA
Kriteria Mayor
Korea secara khas ditandai oleh adanya gerakan Korea Sydenham merupakan satu-satunya tanda
tidak disadari dan tidak bertujuan yang mayor yang sedemikian penting sehingga dapat
berlangsung cepat dan umumnya bersifat bilateral,
dianggap sebagai pertanda adanya demam
meskipun dapat juga hanya mengenai satu sisi
rematik meskipun tidak ditemukan kriteria yang
tubuh. Manifestasi demam rematik ini lazim
disertai kelemahan otot dan ketidakstabilan emosi.
lain. Korea merupakan manifestasi demam
Korea jarang dijumpai pada penderita di bawah rematik yang muncul secara lambat, sehingga
usia 3 tahun atau setelah masa pubertas dan lazim tanda dan gejala lain kemungkinan sudah tidak
terjadi pada perempuan. ditemukan lagi pada saat korea mulai timbul.
Kriteria Mayor
Eritema marginatum merupakan wujud kelainan Kelainan ini dapat bersifat sementara atau
kulit yang khas pada demam rematik dan tampak menetap, berpindah-pindah dari satu bagian
sebagai makula yang berwarna merah, pucat di tubuh ke bagian tubuh yang lain, dapat
bagian tengah, tidak terasa gatal, berbentuk bulat
dicetuskan oleh pemberian panas, dan memucat
atau dengan tepi yang bergelombang dan meluas
jika ditekan. Tanda mayor demam rematik ini
secara sentrifugal. Eritema marginatum juga dikenal
sebagai eritema anulare rematikum dan terutama hanya ditemukan pada kasus yang berat.
timbul di daerah badan, pantat, anggota gerak
bagian proksimal, tetapi tidak pernah ditemukan di
daerah wajah.
TINJAUAN PUSTAKA
Kriteria Mayor
Nodulus subkutan pada umumnya hanya
dijumpai pada kasus yang berat dan terdapat di
daerah ekstensor persendian, pada kulit kepala
serta kolumna vertebralis. Nodul ini berupa
massa yang padat, tidak terasa nyeri, mudah
digerakkan dari kulit di atasnya, dengan
diameter dan beberapa milimeter sampai sekitar
2 cm. Tanda ini pada umumnya tidak akan
ditemukan jika tidak terdapat karditis.
TINJAUAN PUSTAKA
Kriteria Minor
Riwayat demam rematik sebelumnya dapat Artralgia adalah rasa nyeri pada satu sendi atau
digunakan sebagai salah satu kriteria minor lebih tanpa disertai peradangan atau
apabila tercatat dengan baik sebagai suatu keterbatasan gerak sendi. Gejala minor ini harus
diagnosis yang didasarkan pada kriteria obyektif dibedakan dengan nyeri pada otot atau jaringan
yang sama. Akan tetapi, riwayat demam rematik periartikular lainnya, atau dengan nyeri sendi
atau penyakit jantung rematik inaktif yang malam hari yang lazim terjadi pada anak-anak
pernah diidap seorang penderita seringkali tidak normal. Artralgia tidak dapat digunakan sebagai
tercatat secara baik sehingga sulit dipastikan kriteria minor apabila poliartritis sudah dipakai
kebenarannya, atau bahkan tidak terdiagnosis sebagai kriteria mayor.
TINJAUAN PUSTAKA
Kriteria Minor
Demam pada demam rematik biasanya ringan, meskipun adakalanya mencapai 39°C, terutama jika
terdapat karditis. Manifestasi ini lazim berlangsung sebagai suatu demam derajat ringan selama
beberapa minggu. Demam merupakan pertanda infeksi yang tidak spesifik, dan karena dapat
dijumpai pada begitu banyak penyakit lain, kriteria minor ini tidak memiliki arti diagnosis banding
yang bermakna.
TINJAUAN PUSTAKA
Kriteria Minor
Peningkatan kadar reaktan fase akut berupa Perlu diingat bahwa laju endap darah juga
meningkat pada kasus anemia dan gagal jantung
kenaikan laju endap darah, kadar protein C kongestif. Adapun protein C reaktif tidak
reaktif, serta leukositosis merupakan indikator meningkat pada anemia, akan tetapi mengalami
nonspesifik dan peradangan atau infeksi. kenaikan pada gagal jantung kongestif. Laju endap
darah dan kadar protein C reaktif dapat meningkat
Ketiga tanda reaksi fase akut ini hampir selalu pada semua kasus infeksi, namun apabila protein C
ditemukan pada demam rematik, kecuali jika reaktif tidak bertambah, maka kemungkinan
korea merupakan satu-satunya manifestasi adanya infeksi Streptokokus akut dapat
dipertanyakan.
mayor yang ditemukan.
TINJAUAN PUSTAKA
Kriteria Minor
Interval P-R yang memanjang biasanya menunjukkan adanya keterlambatan abnormal sistem
konduksi pada nodus atrioventrikel dan meskipun sering dijumpai pada demam rematik, perubahan
gambaran EKG ini tidak spesifik untuk demam rematik. Selain itu, interval P-R yang memanjang
juga bukan merupakan pertanda yang memadai akan adanya karditis rematik.
TINJAUAN PUSTAKA
Karditis
Poliartritis Demam Rematik Akut
Khorea
Eritema marginatum
Gejala Mayor Nodul subkutan Diagnosis
Demam rematik akut didiagnosis berdasarkan kriteria Jones
Temuan klinis : dimana didapatkan minimal dua gejala mayor atau satu gejala
Riwayat demam rematik atau penyakit jantung rematik
Arthralgia mayor dan dua gejala minor, ditambah adanya bukti pemeriksaan
Demam
Temuan laboratorium: yang menunjukkan adanya infeksi streptokokus. Dua gejala mayor
Peningkatan reaktan fase akut ( laju pengendapan eritrosit,
Gejala Minor protein C-reaktif) selalu lebih kuat dibandingkan satu gejala mayor dengan dua
Pemanjangan interval PR
gejala minor. Arthralgia atau pemanjangan interval PR tidak dapat
digunakan sebagai gejala minor ketika menggunakan karditis dan
poliarthritis sebagai gejala mayor. Tidak adanya bukti yang
Kultur tenggorok atau pemeriksaan antigen streptokokus hasilnya mendukung adanya infeksi streptokokus grup A merupakan
Bukti yang mendukung (+)
adanya infeksi Peningkatan titer antibodi streptokokus peringatan bahwa demam rematik akut mungkin tidak terjadi pada
streptokokus grup A
pasien (kecuali bila ditemukan adanya khorea).
TINJAUAN PUSTAKA
Ketika diagnosis demam rematik akut ditegakkan, diperlukan edukasi kepada pasien dan orang tuanya
tentang perlunya pemakaian antibiotik secara berkelanjutan untuk mencegah infeksi streptokokus
berikutnya. Adanya keterlibatan jantung, diperlukan pemberian profilaksis untuk menangani
endokarditis infektif.
Jangka waktu tirah baring bergantung pada tipe dan keparahan dari gejala dan berkisar dari seminggu
(untuk arthritis) hingga beberapa minggu untuk karditis berat. Tirah baring diikuti periode untuk
ambulasi di dalam rumah dengan durasi bervariasi sebelum anak diperbolehkan untuk kembali ke
sekolah. Aktivitas bebas diperbolehkan bila laju endap darah sudah kembali ke normal, kecuali pada
anak dengan kerusakan jantung yang cukup berat.
TINJAUAN PUSTAKA
Hanya arthritis Carditis ringan* Karditis sedang** Karditis berat***
Tirah baring
Selama masih
1-2 minggu 3-4 minggu 4-6 minggu adanya gagal
jantung kongestif
Ambulasi indoor
1-2 minggu 3-4 minggu 4-6 minggu 2-3 bulan
* kardiomegali diragukan
** kardiomegali ringan
*** kardiomegali yang nyata atau gagal jantung
TINJAUAN PUSTAKA
Terkenanya katup dan endokardium adalah manifestasi paling penting dari demam rematik. Lesi pada
katup berawal dari verrucae kecil yang terdiri dari fibrin dan sel-sel darah di sepanjang perbatasan
dari satu atau lebih katup jantung. Katup mitral paling sering terkena, selanjutnya diikuti oleh katup
aorta; manifestasi ke jantung-kanan jarang ditemukan. Sejalan dengan berkurangnya peradangan,
verrucae akan menghilang dan meninggalkan jaringan parut. Dengan serangan berulang dari demam
rematik, verrucae baru terbentuk di bekas tempat tumbuhnya verrucae sebelumnya dan endokardium
mural dan korda tendinea menjadi terkena.
TINJAUAN PUSTAKA
Adapun kerusakan jaringan ini akan menyebabkan peradangan pada lapisan jantung khususnya
mengenai endotel katup, yang mengakibatkan pembengkakan daun katup dan erosi pinggir daun
katup. Hal ini mengakibatkan tidak sempurnanya daun katup mitral menutup pada saat sistolik
sehingga mengakibatkan penurunan suplai darah ke aorta dan aliran darah balik dari ventrikel kiri ke
atrium kiri, hal ini mengakibatkan penurunan curah sekuncup ventrikel sehingga jantung
berkompensasi dengan dilatasi ventrikel kiri, peningkatan kontraksi miokardium, hipertrofi dinding
ventrikel dan dinding atrium sehingga terjadi penurunan kemampuan atrium kiri untuk memompa
darah hal ini mengakibatkan kongesti vena pulmonalis dan darah kembali ke paru-paru
mengakibatkan terjadi edema intertisial paru, hipertensi arteri pulmonalis, hipertensi ventrikel kanan
sehingga dapat mengakibatkan gagal jantung kanan
TINJAUAN PUSTAKA
Stenosis mitral pada penyakit jantung rematik disebabkan adanya fibrosis pada cincin mitral, adhesi
komisura, dan kontraktur dari katup, korda dan muskulus papilaris. Stenosis mitral yang signifikan
menyebabkan peningkatan tekanan dan pembesaran serta hipertrofi atrium kiri, hipertensi vena
pulmonalis, peningkatan rersistensi vaskuler di paru, serta hipertensi pulmonal. Terjadi dilatasi serta
hipertrofi atrium dan ventrikel kanan yang kemudian diikuti gagal jantung kanan.
TINJAUAN PUSTAKA
Pada insufisiensi aorta akibat proses rematik kronik dan sklerosis katup aorta menyebabkan distorsi dan retraksi
dari daun katup. Regurgitasi dari darah menyebabkan volume overload dengan dilatasi dan hipertrofi ventrikel kiri.
Kombinasi insufisiensi mitral dengan insufisiensi aorta lebih sering terjadi daripada insufisiensi aorta saja. Tekanan
darah sistolik meningkat, sedangkan tekanan diastolik semakin rendah. Pada insufisiensi aorta berat, jantung
membesar dengan apeks ventrikel kiri terangkat.Murmur timbul segera bersamaan dengan bunyi jantung kedua dan
berlanjut hingga akhir diastolik. Murmur tipe ejeksi sistolik sering terdengar karena adanya peningkatan stroke
volume.
TINJAUAN PUSTAKA
Kelainan katup trikuspid sangat jarang terjadi setelah demam rematik akut. Insufisiensi trikuspid lebih
sering timbul sekunder akibat dilatasi ventrikel kanan. Gejala klinis yang disebabkan oleh insufisiensi
trikuspid meliputi pulsasi vena jugularis yang jelas terlihat, pulsasi sistolik dari hepar, dan murmur
holosistolik yang meningkat selama inspirasi.
TINJAUAN PUSTAKA
Insufisiensi pulmonal sering timbul pada hipertensi pulmonal dan merupakan temuan terakhir pada
kasus stenosis mitral berat. Murmur Graham Steell hampir sama dengan insufisiensi aorta, tetapi
tanda-tanda arteri perifer tidak ditemukan. Diagnosis pasti dikonfirmasi oleh pemeriksaan
ekhokardiografi dua dimensi serta Doppler
TINJAUAN PUSTAKA
Kesimpulan
• Demam rematik merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik non supuratif yang digolongkan pada kelainan
vaskular kolagen atau kelainan jaringan ikat. Proses rematik ini merupakan reaksi peradangan yang dapat
mengenai banyak organ tubuh terutama jantung, sendi dan sistem saraf pusat. Penyakit demam rematik dan
gejala sisanya, yaitu penyakit jantung rematik, merupakan jenis penyakit jantung didapat yang paling banyak
dijumpai pada populasi anak-anak dan dewasa muda.
• Pada penyakit jantung rematik tidak hanya terjadi kerusakan pada daun katup akibat timbulnya vegetasi pada
permukaannya, namun seluruh katup mitral mengalami kerusakan (dengan pelebaran annulus dan tertariknya
korda tendineae). Katup mitral merupakan katup yang paling sering dan paling berat mengalami kerusakan
dibandingkan dengan katup aorta dan lebih jarang pada katup trikuspid dan pulmonalis.
PENUTUP
Kesimpulan
• Demam rematik akut didiagnosis berdasarkan kriteria Jones dimana didapatkan minimal dua gejala
mayor atau satu gejala mayor dan dua gejala minor, ditambah adanya bukti pemeriksaan yang
menunjukkan adanya infeksi streptokokus. Dua gejala mayor selalu lebih kuat dibandingkan satu
gejala mayor dengan dua gejala minor.
• Penatalaksanaan pada demam rematik maupun penyakit jantung rematik antara lain tirah baring,
eradikasi streptokokus, pemberian obat anti-inflamasi, pencegahan primer dan sekunder serta
tindakan operatif pada kelainan katup.
TERIMA KASIH