Anda di halaman 1dari 48

DEMAM REMATIK

Jesaya Djedija Imanuel Saranga


N11120029

PEMBIMBING:

dr. Kartin Akune, Sp.A


AGENDA

Pendahuluan Demam rematik


akut

Tinjauan
Daftar Isi
Pustaka

Penyakit
Penutup jantung rematik
PENDAHULUAN

Demam rematik adalah penyakit sistemik yang disebabkan infeksi streptokokus beta hemolitikus grup
A (GAS) pada faring. Infeksi streptokokus ini terutama terjadi pada anak dan dewasa muda. Perkiraan
menunjukkan bahwa sekitar 60% pasien demam rematik di negara endemik berkembang dapat
menyebabkan penyakit jantung rematik. Demam rematik disebabkan oleh respons autoimun yang
ditentukan oleh faktor predisposisi genetik penderita; respons autoimun ini terjadi karena antigen
streptokokus menyerupai sel manusia, salah satunya pada katup jantung, yang kemudian dapat
menyebabkan komplikasi penyakit jantung rematik.
Dalam laporan WHO Expert Consultation Geneva, 29 Oktober–1 November 2001 yang diterbitkan tahun 2004
angka mortalitas untuk PJR 0,5 per 100.000 penduduk di Negara maju hingga 8,2 per 100.000 penduduk di negara
berkembang, dan di daerah Asia Tenggara diperkirakan 7,6 per 100.000 penduduk. Diperkirakan sekitar 2.000-
332.000 penduduk yang meninggal diseluruh dunia akibat penyakit tersebut.

Prevalensi demam rematik di Indonesia belum diketahui secara pasti, meskipun beberapa penelitian yang pernah
dilakukan menunjukkan bahwa prevalensi penyakit jantung rematik berkisar antara 0,3 sampai 0,8 per 1.000 anak
sekolah. Dengan demikian, secara kasar dapat diperkirakan bahwa prevalensi demam rematik di Indonesia pasti
lebih tinggi dari angka tersebut, mengingat penyakit jantung rematik merupakan akibat dari demam rematik
TINJAUAN PUSTAKA

Demam Rematik Akut


 Etiologi
Demam rematik akut disebabkan oleh respon imunologis yang terjadi sebagai sekuel dari infeksi
streptokokus grup A (GAS) pada faring tetapi bukan pada kulit. Tingkat serangan demam rematik akut
setelah infeksi streptokokus bervariasi tergantung derajat infeksinya, yaitu 0,3 sampai 3 persen
Faktor predisposisi:
- Riwayat keluarga
- Status sosial-ekonomi
- Usia 6-15 tahun (puncak insidensi 8 tahun)
TINJAUAN PUSTAKA

Demam Rematik Akut


 Patofisiologi
Mekanisme patogenik dari demam rematik akut belum diketahui secara pasti, akan tetapi infeksi
faring yang disebabkan oleh S. pyogenes harus terjadi pada inang dengan kerentanan genetik terhadap
penyakit. Mekanisme ini terjadi karena respons autoimun disebabkan oleh kemiripan molekular sel
normal tubuh manusia dengan antigen streptokokus.
Faktor predisposisi:
- Histokompatibilitas antigen
- Potensi antigen jaringan spesifik
- Antibodi yang terbentuk segera setelah
infeksi GAS
Streptokokus menginvasi sel epitel manusia dengan
difasilitasi oleh protein GRAB (alpha 2
macroglobulin-binding protein) dan sfb1
(streptococcal fibronectin-binging protein1).

Proses pembentukan antigen streptokokus dan


presentasi pada sel B dan sel T.

Pembentukan imun reaktif silang sel B dan


sel T yang kemudian menyebar secara sistemik
melalui pembuluh darah.

Mimikri molekuler antara karbohidrat GAS atau serotipe


protein M spesifik terhadap jantung, otak atau jaringan
sendi sehingga dapat menyebabkan respons autoimun,
yang menyebabkan manifestasi utama akut
TINJAUAN PUSTAKA

Demam Rematik Akut


 Manifestasi Klinis
Demam rematik akut didiagnosis dengan menggunakan kriteria Jones. Kriteria tersebut dibagi
menjadi tiga bagian : (1) lima gejala mayor, (2) empat gejala minor, dan (3) bukti pemeriksaan yang
mendukung adanya infeksi streptokokus grup A
TINJAUAN PUSTAKA

Kriteria Mayor Diagnosis karditis rematik dapat ditegakkan


secara klinik berdasarkan adanya salah satu
 Karditis
tanda berikut:
manifestasi klinik demam rematik yang paling • bising baru atau perubahan sifat
berat karena merupakan satu-satunya bising organik
manifestasi yang dapat mengakibatkan kematian • kardiomegali
penderita pada fase akut dan dapat • perikarditis
• gagal jantung kongestif
menyebabkan kelainan katup sehingga terjadi
penyakit jantung rematik.
TINJAUAN PUSTAKA

Kriteria mayor
 Poliartritis, ditandai oleh adanya nyeri, pembengkakan, Selain itu, agar dapat digunakan sebagai suatu
kemerahan, teraba panas, dan keterbatasan gerak aktif pada dua
sendi atau lebih. Artritis pada demam rematik paling sering kriteria mayor, poliartritis harus disertai
mengenai sendi-sendi besar anggota gerak bawah. Kelainan ini sekurang-kurangnya dua kriteria minor, seperti
hanya berlangsung beberapa hari sampai seminggu pada satu
demam dan kenaikan laju endap darah, serta
sendi dan kemudian berpindah, sehingga dapat ditemukan
artritis yang saling tumpang tindih pada beberapa sendi pada harus didukung oleh adanya titer ASTO atau
waktu yang sama; sementara tanda-tanda radang mereda pada antibodi anti Streptokokus lainnya yang tinggi.
satu sendi, sendi yang lain mulai terlibat. Perlu diingat bahwa
artritis yang hanya mengenai satu sendi (monoartritis) tidak
dapat dijadikan sebagai suatu criteria mayor.
TINJAUAN PUSTAKA

Kriteria Mayor
 Korea secara khas ditandai oleh adanya gerakan Korea Sydenham merupakan satu-satunya tanda
tidak disadari dan tidak bertujuan yang mayor yang sedemikian penting sehingga dapat
berlangsung cepat dan umumnya bersifat bilateral,
dianggap sebagai pertanda adanya demam
meskipun dapat juga hanya mengenai satu sisi
rematik meskipun tidak ditemukan kriteria yang
tubuh. Manifestasi demam rematik ini lazim
disertai kelemahan otot dan ketidakstabilan emosi.
lain. Korea merupakan manifestasi demam
Korea jarang dijumpai pada penderita di bawah rematik yang muncul secara lambat, sehingga
usia 3 tahun atau setelah masa pubertas dan lazim tanda dan gejala lain kemungkinan sudah tidak
terjadi pada perempuan. ditemukan lagi pada saat korea mulai timbul.
Kriteria Mayor
 Eritema marginatum merupakan wujud kelainan Kelainan ini dapat bersifat sementara atau
kulit yang khas pada demam rematik dan tampak menetap, berpindah-pindah dari satu bagian
sebagai makula yang berwarna merah, pucat di tubuh ke bagian tubuh yang lain, dapat
bagian tengah, tidak terasa gatal, berbentuk bulat
dicetuskan oleh pemberian panas, dan memucat
atau dengan tepi yang bergelombang dan meluas
jika ditekan. Tanda mayor demam rematik ini
secara sentrifugal. Eritema marginatum juga dikenal
sebagai eritema anulare rematikum dan terutama hanya ditemukan pada kasus yang berat.
timbul di daerah badan, pantat, anggota gerak
bagian proksimal, tetapi tidak pernah ditemukan di
daerah wajah.
TINJAUAN PUSTAKA

Kriteria Mayor
 Nodulus subkutan pada umumnya hanya
dijumpai pada kasus yang berat dan terdapat di
daerah ekstensor persendian, pada kulit kepala
serta kolumna vertebralis. Nodul ini berupa
massa yang padat, tidak terasa nyeri, mudah
digerakkan dari kulit di atasnya, dengan
diameter dan beberapa milimeter sampai sekitar
2 cm. Tanda ini pada umumnya tidak akan
ditemukan jika tidak terdapat karditis.
TINJAUAN PUSTAKA

Kriteria Minor
 Riwayat demam rematik sebelumnya dapat  Artralgia adalah rasa nyeri pada satu sendi atau
digunakan sebagai salah satu kriteria minor lebih tanpa disertai peradangan atau
apabila tercatat dengan baik sebagai suatu keterbatasan gerak sendi. Gejala minor ini harus
diagnosis yang didasarkan pada kriteria obyektif dibedakan dengan nyeri pada otot atau jaringan
yang sama. Akan tetapi, riwayat demam rematik periartikular lainnya, atau dengan nyeri sendi
atau penyakit jantung rematik inaktif yang malam hari yang lazim terjadi pada anak-anak
pernah diidap seorang penderita seringkali tidak normal. Artralgia tidak dapat digunakan sebagai
tercatat secara baik sehingga sulit dipastikan kriteria minor apabila poliartritis sudah dipakai
kebenarannya, atau bahkan tidak terdiagnosis sebagai kriteria mayor.
TINJAUAN PUSTAKA

Kriteria Minor
 Demam pada demam rematik biasanya ringan, meskipun adakalanya mencapai 39°C, terutama jika
terdapat karditis. Manifestasi ini lazim berlangsung sebagai suatu demam derajat ringan selama
beberapa minggu. Demam merupakan pertanda infeksi yang tidak spesifik, dan karena dapat
dijumpai pada begitu banyak penyakit lain, kriteria minor ini tidak memiliki arti diagnosis banding
yang bermakna.
TINJAUAN PUSTAKA

Kriteria Minor
 Peningkatan kadar reaktan fase akut berupa Perlu diingat bahwa laju endap darah juga
meningkat pada kasus anemia dan gagal jantung
kenaikan laju endap darah, kadar protein C kongestif. Adapun protein C reaktif tidak
reaktif, serta leukositosis merupakan indikator meningkat pada anemia, akan tetapi mengalami
nonspesifik dan peradangan atau infeksi. kenaikan pada gagal jantung kongestif. Laju endap
darah dan kadar protein C reaktif dapat meningkat
Ketiga tanda reaksi fase akut ini hampir selalu pada semua kasus infeksi, namun apabila protein C
ditemukan pada demam rematik, kecuali jika reaktif tidak bertambah, maka kemungkinan
korea merupakan satu-satunya manifestasi adanya infeksi Streptokokus akut dapat
dipertanyakan.
mayor yang ditemukan.
TINJAUAN PUSTAKA

Kriteria Minor
 Interval P-R yang memanjang biasanya menunjukkan adanya keterlambatan abnormal sistem
konduksi pada nodus atrioventrikel dan meskipun sering dijumpai pada demam rematik, perubahan
gambaran EKG ini tidak spesifik untuk demam rematik. Selain itu, interval P-R yang memanjang
juga bukan merupakan pertanda yang memadai akan adanya karditis rematik.
TINJAUAN PUSTAKA

Bukti yang mendukung


Titer antistreptolisin O (ASTO) merupakan Infeksi Streptokokus juga dapat dibuktikan
pemeriksaan diagnostik standar untuk demam dengan melakukan biakan usapan tenggorokan.
rematik, sebagai salah satu bukti yang Biakan positif pada sekitar 50% kasus demam
mendukung adanya infeksi Streptokokus. Titer rematik akut. Bagaimanapun, biakan yang
ASTO dianggap meningkat apabila mencapai 250 negatif tidak dapat mengesampingkan
unit Todd pada orang dewasa atau 333 unit Todd kemungkinan adanya infeksi Streptokokus akut.
pada anak-anak di atas usia 5 tahun, dan dapat
dijumpai pada sekitar 70% sampai 80% kasus
demam rematik akut.
TINJAUAN PUSTAKA

 Karditis
 Poliartritis Demam Rematik Akut
 Khorea
 Eritema marginatum
Gejala Mayor  Nodul subkutan  Diagnosis
Demam rematik akut didiagnosis berdasarkan kriteria Jones
Temuan klinis : dimana didapatkan minimal dua gejala mayor atau satu gejala
 Riwayat demam rematik atau penyakit jantung rematik
 Arthralgia mayor dan dua gejala minor, ditambah adanya bukti pemeriksaan
 Demam
Temuan laboratorium: yang menunjukkan adanya infeksi streptokokus. Dua gejala mayor
 Peningkatan reaktan fase akut ( laju pengendapan eritrosit,
Gejala Minor protein C-reaktif) selalu lebih kuat dibandingkan satu gejala mayor dengan dua
 Pemanjangan interval PR
gejala minor. Arthralgia atau pemanjangan interval PR tidak dapat
digunakan sebagai gejala minor ketika menggunakan karditis dan
poliarthritis sebagai gejala mayor. Tidak adanya bukti yang
 Kultur tenggorok atau pemeriksaan antigen streptokokus hasilnya mendukung adanya infeksi streptokokus grup A merupakan
Bukti yang mendukung (+)
adanya infeksi  Peningkatan titer antibodi streptokokus peringatan bahwa demam rematik akut mungkin tidak terjadi pada
streptokokus grup A
pasien (kecuali bila ditemukan adanya khorea).
TINJAUAN PUSTAKA

Demam Rematik Akut


 Diagnosis
Pengecualian dari kriteria Jones meliputi tiga keadaan berikut ini:

1. Khorea mungkin timbul sebagai satu-satunya gejala klinis


dari demam rematik.
2. Karditis indolen mungkin satu-satunya gejala klinis pada
pasien yang datang ke tenaga medis setelah berbulan-bulan
dari onset serangan demam rematik.
3. Kadang-kadang, pasien dengan demam rematik rekuren
mungkin tidak memenuhi kriteria Jones.
TINJAUAN PUSTAKA

Demam Rematik Akut


 Diagnosis banding
 Arthritis reumatoid juvenile sering didiagnosis  Penyakit vaskular kolagen (systemic lupus
sebagai demam rematik akut. Temuan klinis yang
erythematosus ; SLE, penyakit jaringan
mengarah ke arthritis reumatoid juvenile antara lain :
keterlibatan dari sendi-sendi kecil di perifer, sendi-sendi penyambung campuran); arthritis yang
besar terkena secara simetris tanpa adanya arthritis yang reaktif, termasuk arthritis poststreptococcal;
berpindah, kepucatan pada sendi yang terkena, tidak ada serum sickness; dan infeksius arthritis (seperti
bukti infeksi streptokokus, perjalanan penyakit yang gonokokus), kadang-kadang perlu dibedakan.
lebih indolen, dan tidak adanya respon awal terhadap
terapi salisilat selama 24 sampai 48 jam.
TINJAUAN PUSTAKA

Demam Rematik Akut


 Diagnosis banding
 Infeksi virus yang disertai arthritis akut (rubella, parvovirus, virus hepatitis B, herpesvirus,
enterovirus) lebih sering terjadi pada orang dewasa. Penyakit-penyakit hematologi seperti anemia sel
sabit dan leukemia, dianjurkan untuk tetap dipikirkan sebagai diagnosis banding.
 Hanya karditis yang dapat menyebabkan kerusakan permanen pada jantung. Tanda klinis ringan dari
karditis menghilang secara cepat dalam jangka waktu mingguan, tetapi pada pasien dengan karditis
berat baru hilang setelah 2-6 bulan. Khorea secara bertahap berkurang setelah 6 sampai 7 bulan atau
lebih lama dan biasanya tidak menimbulkan sekuel neurologis yang permanen.
TINJAUAN PUSTAKA

Demam Rematik Akut


Penatalaksanaan
Ketika demam rematik akut ditemukan secara anamnesis dan Penisilin benzathine G 0,6 sampai 1,2 juta unit
pemeriksaan fisik, selanjutnya dilakukan pemeriksaan
laboratorium antara lain : pemeriksaan darah lengkap, reaktan
disuntikkan secara intramuskular, diberikan
fase akut (LED, protein C-reaktif), kultur tenggorok, titer anti untuk eradikasi streptokokus. Pada pasien yang
streptolisin O (dan titer antibodi kedua, terutama pada pasien mempunyai alergi penisilin, dapat diberikan
dengan khorea), foto Rontgen, dan elektrokardiografi.
eritromisin dengan dosis 40 mg/kgBB perhari
Konsultasi ke ahli jantung diindikasikan untuk menjelaskan
apakah terjadi kerusakan pada jantung : pemeriksaan dalam dua sampai empat dosis selama 10 hari.
ekhokardiografi dua dimensi dan Doppler yang biasa Terapi anti-inflamasi atau supresi dengan
dilakukan. salisilat atau steroid tidak boleh diberikan
sampai ditegakkannya diagnosis pasti.
TINJAUAN PUSTAKA

Ketika diagnosis demam rematik akut ditegakkan, diperlukan edukasi kepada pasien dan orang tuanya
tentang perlunya pemakaian antibiotik secara berkelanjutan untuk mencegah infeksi streptokokus
berikutnya. Adanya keterlibatan jantung, diperlukan pemberian profilaksis untuk menangani
endokarditis infektif.
Jangka waktu tirah baring bergantung pada tipe dan keparahan dari gejala dan berkisar dari seminggu
(untuk arthritis) hingga beberapa minggu untuk karditis berat. Tirah baring diikuti periode untuk
ambulasi di dalam rumah dengan durasi bervariasi sebelum anak diperbolehkan untuk kembali ke
sekolah. Aktivitas bebas diperbolehkan bila laju endap darah sudah kembali ke normal, kecuali pada
anak dengan kerusakan jantung yang cukup berat.
TINJAUAN PUSTAKA

 
Hanya arthritis Carditis ringan* Karditis sedang** Karditis berat***

Tirah baring

Selama masih
1-2 minggu 3-4 minggu 4-6 minggu adanya gagal
jantung kongestif

Ambulasi indoor
1-2 minggu 3-4 minggu 4-6 minggu 2-3 bulan

* kardiomegali diragukan
** kardiomegali ringan
*** kardiomegali yang nyata atau gagal jantung
TINJAUAN PUSTAKA

Demam Rematik Akut


Penatalaksanaan
Terapi dengan agen anti inflamasi harus dimulai sedini Untuk arthritis, terapi aspirin dilanjutkan selama
mungkin saat demam rematik akut sudah didiagnosis. Untuk
2 minggu dan dikurangi secara bertahap selama
karditis ringan hingga sedang, penggunaan aspirin saja
sebagai anti inflamasi direkomendasikan dengan dosis 90-100 lebih dari 2 sampai 3 minggu. Adanya perbaikan
mg/kgBB perhari yang dibagi dalam 4 sampai 6 dosis. Kadar gejala sendi dengan pemberian aspirin
salisilat yang adekuat di dalam darah adalah sekitar 20-25 merupakan bukti yang mendukung arthritis pada
mg/100 mL. Dosis ini dilanjutkan selama 4 sampai 8 minggu,
tergantung pada respon klinis. Setelah perbaikan, terapi
demam rematik akut. Pemberian prednisone (2
dikurangi secara bertahap selama 4-6 minggu selagi monitor mg/kgBB perhari dalam 4 dosis untuk 2 sampai
reaktan fase akut. 6 minggu ) diindikasikan hanya pada kasus
karditis berat.
TINJAUAN PUSTAKA

Demam Rematik Akut


 Penatalaksanaan
Penanganan gagal jantung kongestif meliputi istirahat total dengan posisi setengah duduk (orthopneic)
dan pemberian oksigen. Prednison untuk karditis berat dengan onset akut. Digoksin digunakan dengan
hati-hati, dimulai dengan setengah dosis rekomendasi biasa, karena beberapa pasien dengan karditis
rematik sangat sensitif terhadap pemberian digitalis. Furosemid dengan dosis 1 mg/kgBB setiap 6
sampai 12 jam, jika terdapat indikasi.
TINJAUAN PUSTAKA

Demam Rematik Akut


Penatalaksanaan
Penanganan khorea Sydenham dilakukan dengan mengurangi stres fisik dan emosional. Terapi
medikamentosa antara lain pemberian benzatin penisilin G 1,2 juta unit, sebagai awalan eradikasi
streptokokus dan juga setiap 28 hari untuk pencegahan rekurensi, seperti pada pasien dengan gejala rematik
lainnya. Tanpa profilaksis sekitar 25% pasien dengan khorea (tanpa adanya karditis) berkembang menjadi
penyakit katup jantung rematik pada follow-up 20 tahun berikutnya. Pada kasus yang berat, obat-obatan
berikut dapat diberikan : fenobarbital (15-30 mg setiap 6-8 jam), haloperidol (dimulai dengan dosis 0,5 mg
dan ditingkatkan setiap 8 jam sampai 2 mg setiap 8 jam), asam valproat, klorpromazine, diazepam, atau
steroid.
TINJAUAN PUSTAKA

Demam Rematik Akut


1. Keadaan jantung pada saat memulai pengobatan. Lebih
Prognosis parahnya kerusakan jantung pada saat pasien pertama
datang, menunjukkan lebih besarnya kemungkinan
insiden penyakit jantung residual.
Ada maupun tidak adanya kerusakan
jantung permanen menentukan prognosis. 2. Kekambuhan dari demam rematik : Keparahan dari
kerusakan katup meningkat pada setiap kekambuhan.
Perkembangan penyakit jantung sebagai
3. Penyembuhan dari kerusakan jantung : terbukti bahwa
akibat demam rematik akut diperngaruhi kelainan jantung pada serangan awal dapat menghilang
oleh tiga faktor, yaitu: pada 10-25% pasien. Penyakit katup sering membaik
ketika diikuti dengan terapi profilaksis.
TINJAUAN PUSTAKA

Demam Rematik Akut


Pencegahan
 Pencegahan primer  Pencegahan sekunder
Pencegahan primer dari demam rematik dimungkinkan
Pasien dengan riwayat demam rematik,
dengan terapi penisilin selama 10 hari untuk faringitis
termasuk dengan gejala khorea dan pada pasien
karena streptokokus. Namun, 30% pasien berkembang
menjadi subklinis faringitis dan oleh karena itu tidak dengan tidak adanya bukti pemeriksaan yang
berobat lebih lanjut. Sementara itu, 30% pasien menunjukkan pasien menderita demam rematik
lainnya berkembang menjadi demam rematik akut akut harus diberikan profilaksis. Sebaiknya,
tanpa keluhan dan tanda klinis faringitis streptokokus. pasien menerima profilaksis dalam jangka
waktu tidak terbatas.
TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit Jantung Rematik


 Definisi
Penyakit jantung reumatik (Reumatic Heart Disease) merupakan penyakit jantung didapat yang sering
ditemukan pada anak. Penyakit jantung reumatik merupakan kelainan katup jantung yang menetap
akibat demam reumatik akut sebelumnya, terutama mengenai katup mitral (75%), aorta (25%), jarang
mengenai katup trikuspid, dan tidak pernah menyerang katup pulmonal. Penyakit jantung reumatik
dapat menimbulkan stenosis atau insufisiensi atau keduanya.
TINJAUAN PUSTAKA

Terkenanya katup dan endokardium adalah manifestasi paling penting dari demam rematik. Lesi pada
katup berawal dari verrucae kecil yang terdiri dari fibrin dan sel-sel darah di sepanjang perbatasan
dari satu atau lebih katup jantung. Katup mitral paling sering terkena, selanjutnya diikuti oleh katup
aorta; manifestasi ke jantung-kanan jarang ditemukan. Sejalan dengan berkurangnya peradangan,
verrucae akan menghilang dan meninggalkan jaringan parut. Dengan serangan berulang dari demam
rematik, verrucae baru terbentuk di bekas tempat tumbuhnya verrucae sebelumnya dan endokardium
mural dan korda tendinea menjadi terkena.
TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit Jantung Rematik


 Patofisiologi
Demam reumatik merupakan kelanjutan dari infeksi faring yang
disebabkan Streptokokus beta hemolitik grup A. Reaksi autoimun
terhadap infeksi Streptokokus secara hipotetif akan menyebabkan
kerusakan jaringan atau manifestasi demam reumatik, sebagai berikut
(1) Streptokokus grup A akan menyebabkan infeksi pada faring, (2)
antigen Streptokokus akan menyebabkan pembentukan antibodi pada
hospes yang hiperimun, (3) antibodi akan bereaksi dengan antigen
Streptokokus, dan dengan jaringan hospes yang secara antigenik sama
seperti Streptokokus ( dengan kata lain antibodi tidak dapat
membedakan antara antigen Streptokokus dengan antigen jaringan
jantung), (4) autoantibodi tesebut bereaksi dengan jaringan hospes
sehingga mengakibatkan kerusakan jaringan
TINJAUAN PUSTAKA

Adapun kerusakan jaringan ini akan menyebabkan peradangan pada lapisan jantung khususnya
mengenai endotel katup, yang mengakibatkan pembengkakan daun katup dan erosi pinggir daun
katup. Hal ini mengakibatkan tidak sempurnanya daun katup mitral menutup pada saat sistolik
sehingga mengakibatkan penurunan suplai darah ke aorta dan aliran darah balik dari ventrikel kiri ke
atrium kiri, hal ini mengakibatkan penurunan curah sekuncup ventrikel sehingga jantung
berkompensasi dengan dilatasi ventrikel kiri, peningkatan kontraksi miokardium, hipertrofi dinding
ventrikel dan dinding atrium sehingga terjadi penurunan kemampuan atrium kiri untuk memompa
darah hal ini mengakibatkan kongesti vena pulmonalis dan darah kembali ke paru-paru
mengakibatkan terjadi edema intertisial paru, hipertensi arteri pulmonalis, hipertensi ventrikel kanan
sehingga dapat mengakibatkan gagal jantung kanan
TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit Jantung Rematik


 Pola kelainan katup
 Insufiensi mitral
Insufisiensi mitral merupakan akibat dari perubahan struktural yang biasanya meliputi kehilangan beberapa
komponen katup dan pemendekan serta penebalan korda tendineae. Selama demam rematik akut dengan karditis
berat, gagal jantung disebabkan oleh kombinasi dari insufisiensi mitral yang berpasangan dengan peradangan pada
perikardium, miokardium, endokardium dan epikardium. Oleh karena tingginya volume pengisian dan proses
peradangan, ventrikel kiri mengalami pembesaran. Atrium kiri berdilatasi saat darah yang mengalami regurgitasi ke
dalam atrium. Peningkatan tekanan atrium kiri menyebabkan kongesti pulmonalis dan gejala gagal jantung kiri.
TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit Jantung Rematik


 Pola kelainan katup
 Insufiensi mitral
Perbaikan spontan biasanya terjadi sejalan dengan waktu, bahkan pada pasien dengan insufisensi mitral
yang keadaannya berat pada saat onset. Lebih dari separuh pasien dengan insufisiensi mitral akut tidak
lagi mempunyai murmur mitral setelah 1 tahun. Pada pasien dengan insufisiensi mitral kronik yang berat,
tekanan arteri pulmonalis meningkat, ventrikel kanan dan atrium membesar, dan berkembang menjadi
gagal jantung kanan. Insufisiensi mitral berat dapat berakibat gagal jantung yang dicetuskan oleh proses
rematik yang progresif, onset dari fibrilasi atrium, atau endokarditis infekstif.
TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit Jantung Rematik


 Pola kelainan katup
 Stenosis mitral

Stenosis mitral pada penyakit jantung rematik disebabkan adanya fibrosis pada cincin mitral, adhesi
komisura, dan kontraktur dari katup, korda dan muskulus papilaris. Stenosis mitral yang signifikan
menyebabkan peningkatan tekanan dan pembesaran serta hipertrofi atrium kiri, hipertensi vena
pulmonalis, peningkatan rersistensi vaskuler di paru, serta hipertensi pulmonal. Terjadi dilatasi serta
hipertrofi atrium dan ventrikel kanan yang kemudian diikuti gagal jantung kanan.
TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit Jantung Rematik


 Pola kelainan katup
 Insufiensi aorta

Pada insufisiensi aorta akibat proses rematik kronik dan sklerosis katup aorta menyebabkan distorsi dan retraksi
dari daun katup. Regurgitasi dari darah menyebabkan volume overload dengan dilatasi dan hipertrofi ventrikel kiri.
Kombinasi insufisiensi mitral dengan insufisiensi aorta lebih sering terjadi daripada insufisiensi aorta saja. Tekanan
darah sistolik meningkat, sedangkan tekanan diastolik semakin rendah. Pada insufisiensi aorta berat, jantung
membesar dengan apeks ventrikel kiri terangkat.Murmur timbul segera bersamaan dengan bunyi jantung kedua dan
berlanjut hingga akhir diastolik. Murmur tipe ejeksi sistolik sering terdengar karena adanya peningkatan stroke
volume.
TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit Jantung Rematik


 Pola kelainan katup
 Kelainan katup trikuspid

Kelainan katup trikuspid sangat jarang terjadi setelah demam rematik akut. Insufisiensi trikuspid lebih
sering timbul sekunder akibat dilatasi ventrikel kanan. Gejala klinis yang disebabkan oleh insufisiensi
trikuspid meliputi pulsasi vena jugularis yang jelas terlihat, pulsasi sistolik dari hepar, dan murmur
holosistolik yang meningkat selama inspirasi.
TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit Jantung Rematik


 Pola kelainan katup
 Kelainan katup pulmonal

Insufisiensi pulmonal sering timbul pada hipertensi pulmonal dan merupakan temuan terakhir pada
kasus stenosis mitral berat. Murmur Graham Steell hampir sama dengan insufisiensi aorta, tetapi
tanda-tanda arteri perifer tidak ditemukan. Diagnosis pasti dikonfirmasi oleh pemeriksaan
ekhokardiografi dua dimensi serta Doppler
TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit Jantung Rematik


 Penatalaksanaan Operatif
 Mitral Stenosis
Prinsip dasar pengelolaan adalah melebarkan lubang katup mitral yang menyempit, tetapi indikasi
intervensi ini hanya untuk penderita kelas fungsional III ke atas. Intervensi dapat bersifat bedah
(valvulotomi, rekonstruksi aparat sub valvular, kommisurotomi atau penggantian katup.
TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit Jantung Rematik


 Penatalaksanaan Operatif
 Insufiensi mitral
Penentuan waktu yang tepat untuk melakukan pembedahan katup pada penderita insufisiensi mitral
masih banyak diperdebatkan. Namun kebanyakan ahli sepakat bahwa tindakan bedah hendaknya
dilakukan sebelum timbul disfungsi ventrikel kiri. Jika mobilitas katup masih baik, mungkin bisa
dilakukan perbaikan katup (valvuloplasti, anuloplasti). Bila daun katup kaku dan terdapat kalsifikasi
mungkin diperlukan penggantian katup (mitral valve replacement).
TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit Jantung Rematik


 Penatalaksanaan Operatif
 Stenosis aorta
Pasien dengan gejala-gejala akibat stenosis aorta membutuhkan tindakan operatif. Pasien tanpa gejala membutuhkan
penanganan yang sangat hati-hati serta follow up untuk menentukan kapan tindakan bedah dilakukan. Penanganan
stenosis dengan pelebaran katup aorta memakai balon mai diteliti. Pasien-pasien yang dipilih adalah pasien yang
tidak memungkinkan dilakukan penggantian katup karena usia, adanya penyakit lain yang berat, atau menunjukkan
gejala yang berat. Pasien-pasien dengan gradien sistolik 75 mmHg harus dioperasi walaupun tanpa gejala. Pasien
tanpa gejala tetapi perbedaan tekanan sistolik kurang dari 75 mmhg harus dikontrol setiap 6 bulan.
TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit Jantung Rematik


 Penatalaksanaan Operatif
 Insufiensi aorta
Pilihan untuk katup buatan ditentukan berdasarkan umur, kebutuhan, kontra indikasi untuk koagulan, serta
lamanya umur katup. Penderita dengan katup jaringan, baik porsin atau miokardial mungkin tidak
membutuhkan penggunaan antikoagulan jangka panjang. Risiko operasi kurang lebih 2% pada penderita
insufisiensi kronik sedang dengan arteri koroner normal. Sedangkan risiko operasi pada penderita
insufisiensi berta dengan gagal jantung, dan pada penderita penyakit arteri, bervariasi antara 4  sampai
10%. Penderita dengan katup buatan mekanis harus mendapat terapi antikoagulan jangka panjang
PENUTUP

 Kesimpulan
• Demam rematik merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik non supuratif yang digolongkan pada kelainan
vaskular kolagen atau kelainan jaringan ikat. Proses rematik ini merupakan reaksi peradangan yang dapat
mengenai banyak organ tubuh terutama jantung, sendi dan sistem saraf pusat. Penyakit demam rematik dan
gejala sisanya, yaitu penyakit jantung rematik, merupakan jenis penyakit jantung didapat yang paling banyak
dijumpai pada populasi anak-anak dan dewasa muda.
• Pada penyakit jantung rematik tidak hanya terjadi kerusakan pada daun katup akibat timbulnya vegetasi pada
permukaannya, namun seluruh katup mitral mengalami kerusakan (dengan pelebaran annulus dan tertariknya
korda tendineae). Katup mitral merupakan katup yang paling sering dan paling berat mengalami kerusakan
dibandingkan dengan katup aorta dan lebih jarang pada katup trikuspid dan pulmonalis.
PENUTUP

 Kesimpulan
• Demam rematik akut didiagnosis berdasarkan kriteria Jones dimana didapatkan minimal dua gejala
mayor atau satu gejala mayor dan dua gejala minor, ditambah adanya bukti pemeriksaan yang
menunjukkan adanya infeksi streptokokus. Dua gejala mayor selalu lebih kuat dibandingkan satu
gejala mayor dengan dua gejala minor.
• Penatalaksanaan pada demam rematik maupun penyakit jantung rematik antara lain tirah baring,
eradikasi streptokokus, pemberian obat anti-inflamasi, pencegahan primer dan sekunder serta
tindakan operatif pada kelainan katup.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai