LAPORAN TUTORIAL
MODUL LEMAH SEPARUH BADAN
OLEH :
1. TRI WULANDARI ISKANDAR
2. WA ODE IKA NURWAHYUNI SYARIF
3. ARHAMI ARMAN
4. ASTRID NABILA
5. NURFADHILAH NGANI
6. NURMILA PURNAMA SARI
7. ULFAYANA NUR ATIKAH FITRIAH B.
8. ANDREAS NOVIANTO
9. FREESKA APRIANTI BURHAN
10.GRIVONNE YERLISTYAN ADI
11.ANGGRY SUCIANLANTIKA
Dokter pembimbing : dr. NUR EVIRIANI PAHISA
LEMBAR PENGESAHAN
Bersama dengan lampiran lembar pengesahan ini, telah dinyatakan bahwa laporan
hasil tutorial 1 Lemah Separuh Badan telah disahkan oleh Dokter Pembimbing
Tutorial
SASARAN PEMBELAJARAN :
Setelah selesai mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat :
1.
2.4.
motorik
2.5.
sistim motorik
3. Menjelaskan gejala sindroma upper motor neuron dan lower motor neuron
4. Menjelaskan gambaran klinik penyakit-penyakit dengan hemiparese tanpa disetai
dengan gejala peninggian tekanan intrakranial
5. Menjelaskan gambaran klinik penyakit-penyakit dengan hemiparese yang disertai
peninggian tekanan intrakranial
Anatomi
A. Otak
-
Terdiri atas :
-
Kulit
Tengkorak
c)
Susuran piramidal
Susunan ekstrapiramidal
pula sifatnya tidak tangkas.Gerakan otot tersebut bersifat reflektorik dan kasar
serta masih.
Fisiologi
SSP terdiri dari otak dan korda spinalis. Sebanyak 100 miliar neuron
yang diperkirakan terdapat di otak anda tersusun membentuk anyaman
kompleks yang memungkinkan anda untuk (1) secara bawah sadar mengatur
lingkungan internal melalui sistem saraf, (2) mengalami emosi, (3) secara
sadar mengontrol gerakan tubuh, (4) merasakan (mengetahui dengan
kesadaran) tubuh anda sendiri dan lingkungan anda dan (5) melakukan
fungsi-fungsi kognitif luhur misalnya berpikir dan mengingat.
Otak tersusun menjadi bagian bagian berbeda yang beroperasi
sebagai kesatuan. Bagian-bagian otak dapat dikelompokkan dalam
berbagai cara tergantung pada perbedaan anatomi, spesialisasi fungsi,
dan perkembangan evolusi.
Otak dikelompokkan sebagai berikut:
Batang otak
Cerebellum
Otak depan
a)
Diensepalon
Hipotalamus
Talamus
b)
Cerebrum
Nukleus basal
Cortex Cerebrum
Serabut saraf yang muncul dari area 4 dan area kortikal yang
berdekatan bersama-sama membentuk traktus pyramidal, yang merupakan
hubungan yang paling langsung dan tercepat antara area motorik primer dan
neuron motorik di kornu anterius. (Baer.2010 hal 48)
Impuls yang terbentuk di neuron motorik ke dua pada nuklei nervi
kranialis dan kornu anterior medula spinalis berjalan melewati radiks anterior,
pleksus saraf (di regio servikal dan lumbosakral), serta saraf perifer
dalam perjalanannya ke otot-otot rangka. Impuls diantarkan ke sel-sel otot
melalui motor end plate taut neuromuskular. (Baer.2010hal 48)
Potensial aksi di neuron motorik merambat cepat dari badan sel di
dalam SSP ke otot rangka di sepanjang akson bermielin besar (saraf eferen)
neuron. Ketika mencapai otot rangka, akson bercabang menjadi banyak
terminal akson, yang masing-masingnya membentuk taut
neuromuskulus dengan satu sel otot(serat otot). Di dalam taut
neuromuskulus, terminal akson memecah menjadi beberapa cabang multipel,
yang masing-masing berakhir pada struktur mirip kenop yang membesar yang
disebut tombol terminal.
Di taut neuromuskulus, sel saraf dan sel otot sebenarnya tidak
berkontak langsung.Ruang, celah, antara kedua struktur ini terlalu besar
untuk memungkinkan transmisi listrik suatu impuls antara keduanya. Seperti
di sinaps kimiawi saraf, cara kimiawi mengangkut sinyal antara tombol
terminal dan serat otot. Neurotransmitter ini adalah ACh. Melalui ACh,
potensial aksi di neuron motorik menimbulkan potensial aksi dan kontraksi
di serat otot.
(Sumber :Baehr, Mathias. 2016. Diagnosis Topik Neurologi DUUS Anatomi, Fisiologi,
Tanda, Gejala Edisi 4. Jakarta : EGC
2.
(Sumber : Mardjono , mahar. Dkk. 2012. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Penerbit
Dian Rakyat )
3.
4.
( Sumber : http://jukeunila.org/wp-content/uploads/2016/05/7-Ellysabet-Dian-YVS.pdf
https://www.scribd.org/doc/73711043/Stroke-Hemoragik)
5.
Langkah-langkah diagnosis
a) Anamnesis
Anamnesis terhadap kasus stroke dapat dilakukan autoanamnesis apabila
keadaan memungkinkan, apabila keadaan tidak memungkinkan untuk
bertanya langsung pada OS, dapat dilakukan alloanamnesis terhadap
keluarga yang mendapingi OS. Anamnesis yang perlu dilakukan meliputi:
Identitas Pasien
Meliputi Nama, Jenis kelamin, Tanggal lahir, Alamat, Nomor telepon, suku,
agama, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, nama dan nomor
telepon keluarga yang dapat dihubungi
Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara
pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.
Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat
pasien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual,
muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan
separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat gangguan neurologis atau penyakit lain dan hasil
pemeriksaan sebelumnya. Pada pasien dewasa atau tua dengan kejang
pertama kali harus dipikirkan adanya lesi structural baru seperti infeksi,
neoplasma atau stroke.
Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi , stroke ataupun
diabetes melitus.
Riwayat psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk
pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan
keluarga sehingga faktor biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi
dan pikiran OS dan keluarga.
b) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang umumnya dilakukan seperti mengukur suhu,
tekanan darah, kecepatan nadi, dan kecapatan nafas sangat membantu
diagnosis penderita stroke.
Pada pasien stroke juga perlu dilakukan pemeriksaan lain seperti tingkat
kesadaran, pemeriksaan nervus cranialis,kekuatan otot dan tonus otot.
Pada pemeriksaan tingkat kesadaran dilakukan pemeriksaan yang dikenal
DD dari skenario :
Stroke Non Hemoragic
Gejala klinis : bersifat sub-akut, terjadi pada pagi hari/istirahat, nyeri
kepala, kesadaran menurun sedikit, hipertensi, muntah, serta pada pria
lebih berisiko menderita stroke daripada wanita dengan tentang usia 5565 tahun keatas.
Tumor Otak
Gejala klinis : sakit kepala, gangguan penglihatan, kejang, muntah,
hemiparese, benjolan di kepala, gangguan bicara, gangguan kesadaran,
gangguan pendengaran, gangguan keseimbangan, paraplegia, gangguan
memori, hidrocephalus, exopthalmus, parese, pupil edema, paralisis saraf
multiple serta pada wanita lebih banyak terkena tumor otak dibanding
pria dengan perbandingan 1,8:1 dengan rentang usia 40-44 tahun, tetapi
juga dapat terkena pada anak-anak.
DS dari skenario :
- Stroke Hemoragic
Gejala klinis : bersifat sangat akut, terjadi pada saat beraktifitas, nyeri
kepala hebat , mual, muntah, gangguan memori, bingung, perdarahan
retina , epistaksis, penurunan kesadaran yang berat sampai koma,
hemiparesis, kejang fokal / umum serta pada pria lebih berisiko menderita
stroke darpada wanita dengan tentang usia 55-65 tahun keatas.
(SUMBER :
- Hidayat, Iqbal H. 2011. STROKE HEMORAGIC . Medan :
Departemen Ilmu Penyakit Saraf FK Universitas Sumatera Utara.
- Thio, Mega Julia. 2014. STROKE NON HEMORAGIC et causa
Trombus . Jakarta Barat : FK Universitas Kristen Krida Wacana.
- Edy, Sari, dkk. 2016. Karakteristik Klinik dan Histopatologi Tumor Otak
di Dua Rumah Sakit di Kota Bandar Lampung. Lampung : FK
Universitas Lampung. )
7.
Epidemiologi dan etiologi dari DS
. Etiologi dan epidemiologi dari DS
Penyebab (etiologic):
Penyebab lain :
penurunan TD 40 mmHg mendadak, diseksi arteri karotis subarachnoid,
thrombosis sinus venosa, sindrom antifosfolipid, trombofilia, penyakit Fabry.
Sumber : Longmore, Murray dkk. 2013. Buku Saku Oxford Kedokteran Klinis.
Jakarta : EGC
Epidemiologi :
Hasil SKRT 1986 dan 2001 memperlihatkan adanya peningkatan proporsi
angka kesakitan pada penyakit kardiovaskuler, jantung iskemik, dan stroke
(Depkes, 2007).
Stroke dapat ditemukan pada semua golongan umur, akan tetapi sebagian
besar ditemukan pada golongan umur di atas 55 tahun. Insiden stroke pada usia
80-90 tahun adalah 300 per 10.000 penduduk, dimana mengalami peningkatan
100 kali lipat dibandingkan dengan insiden stroke pada usia 30-40 tahun sebesar
3 per 10.000 penduduk (Bustan, 2007).
Dari data di atas ditemukan kesan bahwa kejadian stroke meningkat sesuai
dengan peningkatan umur. Pada dasarnya stroke dapat terjadi pada usia berapa
saja bahkan pada usia muda sekalipun bila dilihat dari berbagai kelainan yang
menjadi pencetus serangan stroke, seperti aneurisma intrakranial, malformasi
vaskular otak, kelainan jantung bawaan, dan lainnya (Wahjoepramono, 2004).
Insiden stroke bervariasi antar negara dan tempat. Menurut hasil penelitian WHO
dari 16 pusat riset di 12 negara maju dan berkembang pada Mei 1971 sampai
dengan Desember 1974, diketahui bahwa insiden stroke yang paling tinggi
adalah di Ahita (Jepang) yaitu sebesar 287 per 100.000 populasi per tahun.
Sedangkan, insiden stroke terendah adalah di Ibadan (Nigeria) sebesar 150 per
100.000 populasi per tahun. Insiden stroke di sebagian besar negara
diperkirakan sebanyak 200 per 100.000 populasi per tahun (Bustan, 2007).
Insiden infark otak dan perdarahan intra serebral meningkat sesuai dengan
pertambahan umur, sedangkan perdarahan subarakhnoid lebih banyak terdapat
di golongan umur yang masih relatif muda (Bustan, 2007).
Hasil SKRT 1984 dilaporkan prevalensi stroke pada golongan umur 2534
tahun, 35-44 tahun, dan di atas 55 tahun adalah 6,7; 24,4; 276,3 per 100.000
penduduk. Sedangkan, proporsi stroke di rumah sakit 27 provinsi pada tahun
1984 sebesar 0,72 dan meningkat menjadi 0,83 pada tahun 1985. Dan pada
tahun 1986, proporsi kasus stroke sebesar 0,96 per 100 penderita (Bustan,
2007). Dari data di atas dapat dilihat bahwa kasus stroke memperlihatkan tren
yang meningkat setiap tahunnya. Selain angka morbiditas yang terus mengalami
peningkatan, angka mortalitas stroke juga tergolong tinggi, yaitu sebesar 37,3 per
100.000 penduduk pada tahun 1986 (Bustan, 2007)
(sumber : Nastiti, Dian. 2012. Gambaran Faktor Resiko Kejadian Stroke pada Pasien
Stroke Rawat Inap di Rumah Sakit Krakatau Medika tahun 2011. Depok : Universitas
Indomesia )
8.
secara umum, faktor risiko stroke adalah seluruh keadaan yang mengganggu salah
satu dari tiga komponen pembuluh darah, darah, dan jantung (Trias Virchow).
Hipertensi
Hiperrtensi
berat
Penyakit
koroner
Klaudikasi
o
Fibrilasi
atrium
Sick Sinus
syndrome
Penyakit
katup
jantung
Diabetes
Diatesis
berdarah
Merokok
Kanker
Usia tua
Asal usul
etnis Asia
atau kulit
hitam
T
++
Lac
+++
+
Emb
+++
++
+++
ICH
++
++++
SAH
+
++
++++
++++
++
+++
+++
+++
++
+++
+
+
+
+
++
+
+
+
++
Emb
= embolisme
ICH
Lac
= lacune (lakuna)
SAH
= trombosis
Penatalaksanaan DS
Terapi perdarahan intraserebral
Terapi Medik
Jalan napas dan oksigenasi p CO2 30-35 mmHg.
Kontrol tekanan darah. Penatalaksanaan darah tinggi sama seperti
pada stroke iskemik dengan syarat :
-tekanan darah diturunkan bila tekanan sistolik > 180 atau tekanan
diastolik >105
-pada fase akut tekanan darah tinggi, tekanan darah tidak boleh
diturunkan >20 %
Terapi Pembedahan
Indikasi tindakan pembedahan :
Pasien dengan pendarahan serebral > 3 cm yang secara neurologis
memburuk atau yang mengalami kompresi batang otak dan
hidrosefalus akibat obstruksi ventrikular.
Perdarahan intraserebral seperti aneurisme , melformasi arteriovena ,
atau angioma kavernosa dapat diangkat jika keadaan pasien stabil.
Pasien usia muda dengan perdarahan lobus yang sedang atau besar
yang secara klinis memburuk.
Prognosis DS
Dilihat dari gejala pada skenario pasien mengalami hamiparese , artinya lesi
terletak diatas Medulla Oblongata , mulut mencong artinya ada kelainan di
Nervus VII, dan ada gejala mengantuk yang artinya tarjadi penurunan
kesadaran pada pasien
Menurut kami prognosis dari kasus ini adalah pasien akan sehat tapi
mengalami kecacatan .
DAFTAR PUSTAKA
Baehr, Mathias. 2016. Diagnosis Topik Neurologi DUUS Anatomi, Fisiologi, Tanda,
Gejala Edisi 4. Jakarta : EGC.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II edisi VI.
Edy, Sari, dkk. 2016. Karakteristik Klinik dan Histopatologi Tumor Otak di Dua
Rumah Sakit di Kota Bandar Lampung. Lampung : FK Universitas Lampung.)
George, dewanto.dkk. 2009. Diagnosis Tata Laksana Penyakit Saraf..Jakarta:EGC
Hidayat, Iqbal H. 2011. STROKE HEMORAGIC . Medan : Departemen Ilmu Penyakit
Saraf FK Universitas Sumatera Utara.
http://jukeunila.org/wp-content/uploads/2016/05/7-Ellysabet-Dian-YVS.pdf
https://www.scribd.org/doc/73711043/Stroke-Hemoragik.
Longmore, Murray dkk. 2013. Buku Saku Oxford Kedokteran Klinis. Jakarta : EGC
Mardjono, mahar. Dkk. 2012. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta : Penerbit Dian Rakyat.
Nastiti, Dian. 2012. Gambaran Faktor Resiko Kejadian Stroke pada Pasien Stroke
Rawat Inap di Rumah Sakit Krakatau Medika tahun 2011. Depok : Universitas
Indonesia.
Setiati s. 2013. Panduan sistematis untuk diagnosis fisis anamnesis & pemeriksaan
fisik komprehensif.jakarta : interna publishing.
Thio, Mega Julia. 2014. STROKE NON HEMORAGIC et causa Trombus . Jakarta
Barat : FK Universitas Kristen Krida Wacana.