Anda di halaman 1dari 28

REFERAT

TUMOR MEDULA SPINALIS

Pembimbing :
Dr. Dini Andriani, Sp S

Disusun oleh :
Jefry Hanensi (11-2015-005)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF


RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
PERIODE 11 JANUARI 13 FEBRUARI 2016

PENDAHULUAN

Medulla spinalis terletak di canalis vertebralis columna vertebralis


dan dibungkus oleh tiga meninges, durameter, arachnoidea mater dan pia
mater. Pelindungan dilakukan cairan serebrospinal yang mengelilingi
medula

spinalis

di

dalam

ruang

subarachnoid.

Bagian superior dimulai dari foramen magnum pada tengkorak., tempat


bergabungnya dengan medulla oblongata otak. Medula spinalis berakhir
di inferior di regio lumbar
Di bawah, medula spinalis menipis menjadi conus medullaris dari
ujungnya yang merupakan lanjutan pia mater, yaitu filum terminale yang
berjalan ke bawah dan melekat di bagian belakang os coccygea. Di
sepanjang medula spinalis melekat 31 pasang saraf spinal melalui radix
anterior atau radix motoria dan radix posterior atau radix sensoria.
Masing-masing radix melekat pada medulla spinalis melalui fila radikularia
yang membentang di sepanjang segmen-segmen medula spinalis yang
sesuai.
Masing-masing radix saraf memiliki sebuah ganglion radix posterior,
yaitu sel-sel yang membentuk serabut saraf pusat dan tepi. Medula
spinalis terdiri dari substansi grisea yang dikelilingi oleh substansi alba.
Pada potongan melintang, substansi grisea nampak seperti huruf H
dengan columna atau kornu anterior dan posterior substansia grisea yang
dihubungkan dengan comissura grisea yang tipis. Di dalamnya terdapat
canalis centralis yang kecil.1

TUMOR MEDULA SPINALIS

A. Pendahuluan
Tumor medula spinalis memang merupakan salah satu penyakit
yang jarang terjadi dan karena itulah banyak masyarakat yang belum
mengetahui gejala-gejala serta bahaya dari penyakit ini. Pada umumnya,
penderita yang datang berobat ke dokter atau ke rumah sakit sudah
dalam keadaan parah (stadium lanjut) sehingga cara penanggulangannya
hanya bersifat life-saving.4
Tumor medula spinalis terbagi menjadi dua, yaitu tumor primer dan
tumor sekunder. Tumor primer merupakan tumor yang berasal dari
medula spinalis itu sendiri sedangkan tumor sekunder merupakan anak
sebar (mestastase) dari tumor di bagian tubuh lainnya. Tumor medula
spinalis umumnya bersifat jinak (onset biasanya gradual) dan dua pertiga
pasien dioperasi antara 1-2 tahun setelah onset gejala. Gejala pertama
dari tumor medula spinocerebellar penting diketahui karena dengan
tindakan operasi sedini mungkin, dapat mencegah kecacatan. 4,6

B. Anatomi
Medula spinalis adalah bagian dari susunan saraf pusat yang
seluruhnya terletak dalam kanalis vertebralis. Medula spinalis dikelilingi
oleh struktur-struktur yang secara berurutan dari luar ke dalam terdiri
atas:2,3
1. dinding kanalis vertebralis yang terdiri atas tulang vertebrae dan
ligamen.
2. lapisan jaringan lemak ekstradural yang mengandung anyaman
pembuluh darah vena
3. meninges, yang terdiri atas:
a. duramater (pachymeninx)
b. arachnoid (leptomeninx) yang menempel secara langsung
pada duramater, sehingga di antara kedua lapisan ini dalam
keadaan normal tidak dijumpai suatu ruangan.

c. ruangan subarachnoid yang di dalamnya terdapat cairan


serebrospnal (CSF)
d. piamater, yang menempel langsung pada bagian luar medula
spinalis.
Pada tubuh orang dewasa panjang medula spinalis adalah sekitar 43
cm. Pada masa tiga bulan perkembangan intrauterin, panjang medula
pinalis sama dengan panjang korpus vertebrae. Pada masa perkembangan
berikutnya, kecepatan pertumbuhan korpus vertebrae melebihi kecepatan
pertumbuhan medula spinalis. Akibatnya pada masa dewasa, ujung
kaudal medula spinalis terletak setinggi tepi kranial korpus vertebrae
lumbal II atau intervertebral disk I/II. Perbedaan panjang medula spinalis
dan korpus vertebrae ini mengakibatkan terbentuknya konus medularis
(bagian paling kaudal dari medula spinalis yang berbentuk kerucut dan
terutama terdiri atas segmen-segmen sakral medula spinalis) dan cauda
equina (kumpulan radiks nervus lumbalis bagian kaudal dan radiks nervus
sakralis

yang

mengapung

dalam

CSF).

Kearah

kaudal,

ruangan

subarachnoid berakhir setinggi segmen sakral II atau III korpus vertebrae.


Dengan demikian, di antara korpus vertebrae lumbal II sampai korpus
vertebrae sakral III tidak lagi terdapat medula spinalis, melainkan hanya
terdapat cauda equina yang terapung-apung di dalam CSF. Hal ini
memungkinkan tindakan punksi lumbal di daerah intervertebral disk III/IV
atau IV/V tanpa mencederai medula spinalis. 2,3
Seperti halnya korpus vertebrae, medula spinalis juga terbagi ke
dalam beberapa segmen, yaitu: cervikal (C1-C8), segmen torakal (T1-T12),
segmen lumbal (L1-L5), segmen sakral (S1-S5) dan 1 segmen koksigeal
yang vestigial. Serabut saraf yang kembali ke medula spinalis diberi nama
sesuai lokasi masuk/keluarnya dari kanalis vertebralis pada korpus
vertebrae yang bersangkutan. Saraf dari C1-C7 berjalan di sebelah atas
korpus vertebrae yang bersangkutan, sedangkan dari saraf C8 ke bawah
berjalan di sebelah bawah korpus vertebrae yang bersangkutan.1,2

Diameter

bilateral

medula

spinalis

selalu

lebih

panjang

dibandingkan diameter ventrodorsal. Hal ini terutama terdapat pada


segmen medula spinalis yang melayani ekstremitas atas dan bawah.
Pelebaran ke arah bilateral ini disebut intumesens, yang terdapat pada
segmen C4-T1 (intumesens cervikalis) dan segmen L2-S3 (intumesens
lumbosakral). Pada permukaan medula spinalis dapat dijumpai fisura
mediana ventalis, dan empat buah sulkus, yaitu sulkus medianus dorsalis,
sulkus dorsolateralis, sulkus intermediodorsalis dan sulkus ventrolateralis.
2,3

Gambar 2. Intumesensia pada segmen C5


Pada penampang transversal medula spinalis, dapat dijumpai
bagian sentral yang berwarna lebih gelap (abu-abu) yang dikenal dengan
gray matter. Gray matter adalah suatu area yang berbentuk seperti kupukupu atau huruf H. Area ini mengandung badan sel neuron beserta
percabangan dendritnya. Di area ini terdapat banyak serat-serat saraf
yang tidak berselubung myelin serta banyak mengandung kapiler-kapiler
darah. Hal inilah yang mengakibatkan area ini berwarna lebih gelap.2
Di bagian perifer medula spinalis, tampak suatu area yang
mengelilingi grey matter yang tampak lebih cerah dan dikenal dengan
white matter. White matter terdiri atas serat-serat saraf yang berselubung
myelin dan berjalan dengan arah longitudinal.2

1.Saraf spinal
2.Ganglion radix dorsalis
3.Radiks dorsalis (sensori)
4.Radiks ventralis (motorik)
5.Kanalis sentralis
6.Grey matter
7.White matter

Pada penampang melintang, white matter dibagi ke dalam beberapa


daerah topografik, antara lain: funikulus dorsalis, funikulus lateralis,
funikulus ventralis dan komisura alba. Funikulus adalah suatu kumpulan
berkas fungsional yang disebut traktus. Serat-serat yang membentuk
traktus dalam white matter berasal dari sel-sel ganglion, sel saraf dalam
gray matter dan sel saraf dalam korteks serebri atau pusat fungsional
lainnya dalam batang otak atau cerebrum. 2,3
Berdasarkan arah aliran impulsnya, traktus dalam medula spinalis antara
lain:3

Traktus ascenden yang membawa impuls ke arah kranial atau ke

pusat-pusat fungsional yang lebih tinggi


Traktus descenden yang membawa

impuls

fungsional yang lebih tinggi ke medula spinalis

dari

pusat-pusat

Traktus intersegmentalis, yang mengantarkan impuls dalam dua


arah.

C. Epidemiologi
Di Indonesia. jumlah penderita tumor medula spinalis belum
diketahui secara pasti. Jumah kasus tumor medula spinalis di Amerika
Serikat mencapai 15% dari total jumlah tumor yang terjadi pada susunan
saraf pusat dengan perkiraan insidensi sekitar 0,5-2,5 kasus per 100.000
penduduk per tahun. Jumlah penderita pria hampir sama dengan wanita
dengan sebaran usia antara 30 hingga 50 tahun. Diperkirakan 25% tumor
terletak di segmen servikal, 55% di segmen thorakal dan 20% terletak di
segmen lumbosakral.5,6
Tumor intradural intramedular yang tersering adalah ependymoma
dan astrositoma (85-90%). Ependimoma lebih sering didapatkan pada

orang dewasa (60-70%) dan astrositoma (55-65%), jarang terjadi pada


usia anak-anak. Sedangkan tumor Hemangioblastoma (5%)9

D. Klasifikasi
Berdasarkan asal dan sifat selnya, tumor pada medula spinalis
dapat dibagi menjadi tumor primer dan tumor sekunder. Tumor primer
dapat bersifat jinak maupun ganas, sementara tumor sekunder selalu
bersifat ganas karena merupakan metastasis dari proses keganasan di
tempat lain seperti kanker paru-paru, payudara, kelenjar prostat, ginjal,
kelenjar tiroid atau limfoma. Tumor primer yang bersifat ganas contohnya
adalah astrositoma, neuroblastoma, dan kordoma, sedangkan yang
bersifat jinak contohnya neurinoma, glioma, dan ependimoma.4
Berdasarkan lokasinya, tumor medula spinalis dapat dibagi menjadi
dua kelompok, yaitu tumor intradural dan ekstradural, di mana tumor
intradural itu sendiri dibagi lagi menjadi tumor intramedular dan
ekstramedular.

Macam-macam

tumor

lokasinya dapat dilihat pada Tabel 1.

medula

spinalis

berdasarkan

Gambar 2.1 (A) Tumor intradural-intramedular, (B) Tumor intraduralekstramedular, dan (C) Tumor Ekstradural

Tabel 1. Tumor Medula Spinalis Berdasarkan Gambaran Histologisnya


Ekstra dural

Intradural

Intradural

ekstramedular

intramedular

Chondroblasto

Ependymoma,

ma

myxopapillary

Chondroma

Epidermoid

Hemangioma

Lipoma

Lipoma

Meningioma

Lymphoma

Neurofibroma

Meningioma

Paraganglioma

Metastasis

Schwanoma

Neuroblastoma
Neurofibroma
Osteoblastoma
Osteochondrom
a
Osteosarcoma
Sarcoma

tipe Astrocytoma
Ependymoma
Ganglioglioma
Hemangioblastoma
Hemangioma
Lipoma
Medulloblastoma
Neuroblastoma
Neurofibroma
Oligodendroglioma
Teratoma

Vertebral
hemangioma

E. Etiologi dan Patogenesis


Penyebab tumor medula spinalis primer sampai saat ini belum
diketahui secara pasti. Beberapa penyebab yang mungkin dan hingga
saat ini masih dalam tahap penelitian adalah virus, kelainan genetik, dan
bahan-bahan kimia yang bersifat karsinogenik. Adapun tumor sekunder
(metastasis) disebabkan oleh sel-sel kanker yang menyebar dari bagian
tubuh lain melalui aliran darah yang kemudian menembus dinding
pembuluh darah, melekat pada jaringan medula spinalis yang normal dan
membentuk jaringan tumor baru di daerah tersebut. Gejala tumor otak
termasuk sakit kepala, kejang, mual dan muntah, penglihatan atau
pendengaran masalah, masalah perilaku dan kognitif, masalah motorik,
dan masalah keseimbangan. Tes pertama untuk mendiagnosa tumor otak
dan tumor pada tulang belakang adalah pemeriksaan neurologis

9,10

Patogenesis dari neoplasma medula spinalis belum diketahui, tetapi


kebanyakan muncul dari pertumbuhan sel normal pada lokasi tersebut.
Riwayat genetik kemungkinan besar sangat berperan dalam peningkatan
insiden

pada

anggota

keluarga

(syndromic

group)

misal

pada

neurofibromatosis. Astrositoma dan neuroependimoma merupakan jenis


yang tersering pada pasien dengan neurofibromatosis tipe 2 (NF2), di
mana pasien dengan NF2 memiliki kelainan pada kromosom 22. Spinal
hemangioblastoma dapat terjadi pada 30% pasien dengan Von HippelLindou

Syndrome

sebelumnya,

yang

merupakan

abnormalitas

dari

kromosom 3.9

F. Manifestasi Klinis
Menurut Cassiere, perjalanan penyakit tumor medula spinalis
terbagi dalam tiga tahapan4, yaitu:
1. Ditemukannya sindrom radikuler unilateral dalam jangka waktu
yang lama
2. Sindroma Brown Sequard
3. Kompresi total medula spinalis atau paralisis bilateral

Keluhan pertama dari tumor medula spinalis dapat berupa nyeri


radikuler, nyeri vertebrae, atau nyeri funikuler. Secara statistik adanya
nyeri radikuler merupakan indikasi pertama adanya space occupying
lesion

pada kanalis spinalis dan disebut pseudo neuralgia pre phase.

Dilaporkan 68% kasus tumor spinal sifat


nyerinya radikuler, laporan lain menyebutkan 60% berupa nyeri radikuler,
24% nyeri funikuler dan 16% nyerinya tidak jelas 3. Nyeri radikuler
dicurigai disebabkan oleh tumor medula spinalis bila:
1. Nyeri radikuler hebat dan berkepanjangan, disertai gejala traktus
piramidalis
2. Lokasi nyeri radikuler diluar daerah predileksi HNP

seperti C5-7, L3-4, L5 dan S1

Tumor medula spinalis yang sering menyebabkan nyeri radikuler


adalah tumor yang terletak intradural-ekstramedular, sedang tumor
intramedular jarang menyebabkan nyeri radikuler. Pada tumor ekstradural
sifat nyeri radikulernya biasanya hebat dan mengenai beberapa radiks.6
Tumor-tumor intrameduler dan intradural-ekstrameduler dapat juga
diawali dengan gejala TIK seperti: hidrosefalus, nyeri kepala, mual dan
muntah,

papiledema,

gangguan

penglihatan,

dan

gangguan

gaya

berjalan. Tumor-tumor neurinoma dan ependimoma mensekresi sejumlah


besar protein ke dalam likuor, yang dapat menghambat aliran likuor di
dalam kompartemen subarakhnoid spinal, dan kejadian ini dikemukakan
sebagai suatu hipotesa yang menerangkan kejadian hidrosefalus sebagai
gejala klinis dari neoplasma intraspinal primer.7 Gejala umum akibat
adanya kompresi, antara lain:
Nyeri
Kompresi dari suatu tumor dapat merangsang jaras-jaras saraf yang
terdapat dalam medula spinalis dan menimbulkan nyeri yang seakan-akan
berasal dari berbagai bagian tubuh (nyeri difus). Nyeri ini biasanya
menetap, kadang bertambah berat dan terasa seperti terbakar.

Perubahan sensori
Kebanyakan pasien dengan tumor medula spinalis mengalami
kehilangan sensasi. Biasanya mati rasa dan hilangnya sensitivitas kulit
terhadap suhu.
Problem Motorik

Gejala awalnya dapat berupa kelemahan otot, spastisitas, dan


ketidakmampuan untuk menahan kencing atau buang air besar. Jika tidak
diterapi gejala dapat memburuk termasuk diantaranya atrofi otot dan
kelumpuhan. Bahkan, pada beberapa orang dapat berkembang menjadi
ataksia.
Bagian tubuh yang menimbulkan gejala bervariasi tergantung letak
tumor di sepanjang medula spinalis. Pada umumnya, gejala tampak pada
bagian tubuh yang selevel dengan lokasi tumor atau di bawah lokasi
tumor. Contohnya, pada tumor di tengah medula spinalis (pada segmen
thorakal) dapat menyebabkan nyeri yang menyebar ke dada depan
(girdleshape pattern) dan bertambah nyeri saat batuk, bersin, atau
membungkuk.

Tumor

yang

tumbuh

pada

segmen

cervical

dapat

menyebabkan nyeri yang dapat dirasakan hingga ke lengan, sedangkan


tumor yang tumbuh pada segmen lumbosacral dapat memicu terjadinya
nyeri punggung atau nyeri pada tungkai.10
Berdasarkan lokasi tumor, gejala yang muncul adalah seperti yang
terihat dalam Tabel 2 di bawah ini.8

Tabel 2. Tanda dan Gejala Tumor Medula Spinalis


Lokasi

Tanda dan Gejala

Foramen

Gejalanya aneh, tidak lazim, membingungkan, dan

Magnum

tumbuh lambat sehingga sulit menentukan diagnosis.


Gejala awal dan tersering adalah nyeri servikalis
posterior yang disertai dengan hiperestesia dalam
dermatom vertebra servikalis kedua (C2). Setiap
aktivitas yang meningkatkan TIK (misal ; batuk,
mengedan, mengangkat barang, atau bersin) dapat
memperburuk

nyeri.

Gejala

tambahan

adalah

gangguan sensorik dan motorik pada tangan dengan

pasien

yang

melaporkan

kesulitan

menulis

atau

memasang kancing. Perluasan tumor menyebabkan


kuadriplegia spastik dan hilangnya sensasi secara
bermakna.

Gejala-gejala

lainnya

adalah

pusing,

disartria, disfagia, nistagmus, kesulitan bernafas, mual


dan muntah, serta atrofi otot sternokleidomastoideus
dan trapezius. Temuan neurologik tidak selalu timbul
tetapi dapat mencakup hiperrefleksia, rigiditas nuchal,
gaya berjalan spastik, palsi N.IX hingga N.XI, dan
kelemahan ekstremitas.

Servikal

Menimbulkan tanda-tanda sensorik dan motorik mirip


lesi radikular yang melibatkan bahu dan lengan dan
mungkin juga menyerang tangan. Keterlibatan tangan
pada lesi servikalis bagian atas (misal, diatas C4)
diduga disebabkan oleh kompresi suplai darah ke
kornu anterior melalui arteria spinalis anterior. Pada
umumnya terdapat kelemahan dan atrofi gelang bahu
dan lengan. Tumor servikalis yang lebih rendah (C5,
C6, C7) dapat menyebabkan hilangnya refleks tendon
ekstremitas

atas

(biseps,

brakioradialis,

triseps).

Defisit sensorik membentang sepanjang tepi radial


lengan

bawah

dan

ibu

jari

pada

kompresi

C6,

melibatkan jari tengah dan jari telunjuk pada lesi C7,


dan lesi C7 menyebabkan hilangnya sensorik jari
telunjuk dan jari tengah.

Torakal

Seringkali dengan kelemahan spastik yang timbul


perlahan
kemudian

pada

ekstremitas

mengalami

bagian

parestesia.

bawah
Pasien

dan
dapat

mengeluh nyeri dan perasaan terjepit dan tertekan


pada dada dan abdomen, yang mungkin dikacaukan

dengan

nyeri

intraabdominal.
refleks

perut

akibat
Pada

gangguan
lesi

bagian

intratorakal

torakal

bawah

dan

dan

bagian

bawah,

tanda

Beevor

(umbilikus menonjol apabila penderita pada posisi


telentang

mengangkat

kepala

melawan

suatu

tahanan) dapat menghilang.

Lumbosa Suatu situasi diagnostik yang rumit timbul pada kasus


kral

tumor yang melibatkan daerah lumbal dan sakral


karena dekatnya letak segmen lumbal bagian bawah,
segmen sakral, dan radiks saraf desendens dari
tingkat medula spinalis yang lebih tinggi. Kompresi
medula

spinalis

lumbal

bagian

atas

tidak

mempengaruhi refleks perut, namun menghilangkan


refleks

kremaster

dan

mungkin

menyebabkan

kelemahan fleksi panggul dan spastisitas tungkai


bawah. Juga terjadi kehilangan refleks lutut dan
refleks pergelangan kaki dan tanda Babinski bilateral.
Nyeri umumnya dialihkan keselangkangan. Lesi yang
melibatkan lumbal bagian bawah dan segmen-segmen
sakral bagian atas menyebabkan kelemahan dan
atrofi

otot-otot

kehilangan

perineum,

refleks

betis

pergelangan

dan
kaki.

kaki,

serta

Hilangnya

sensasi daerah perianal dan genitalia yang disertai


gangguan

kontrol

usus

dan

kandung

kemih

merupakan tanda khas lesi yang mengenai daerah


sakral bagian bawah.

Kauda

Menyebabkan

gejala-gejala

sfingter

dini

dan

Ekuina

impotensi. Tnda-tanda khas lainnya adalah nyeri


tumpul pada sakrum atau perineum, yang kadangkadang menjalar ke tungkai. Paralisis flaksid terjadi

sesuai

dengan

radiks

saraf

yang

terkena

dan

terkadang asimetris.

1. Tumor Ekstradural
Sebagian besar merupakan tumor metastase, yang menyebabkan
kompresi pada medula spinalis dan terletak di segmen thorakalis. Nyeri
radikuler dapat merupakan gejala awal pada 30% penderita tetapi
kemudian setelah beberapa hari, minggu/bulan diikuti dengan gejala
mielopati. Nyeri biasanya lebih dari 1 radiks, yang mulanya hilang dengan
istirahat, tetapi semakin lama semakin menetap/persisten, sehingga
dapat

merupakan

gejala

utama,

walaupun

terdapat

gejala

yang

berhubungan dengan tumor primer. Nyeri pada tumor metastase ini dapat
terjadi spontan, dan sering bertambah dengan perkusi ringan pada
vertebrae, nyeri demikian lebih dikenal dengan nyeri vertebrae.

Tumor Metastasis Keganasan Ekstradural5


Memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Sebagian besar tumor spinal (>80 %) merupakan metastasis
keganasan terutama dari paru-paru, payudara, ginjal, prostat,
kolon, tiroid, melanoma, limfoma, atau sarkoma.
2. Yang pertama dilibatkan adalah korpus vertebra. Predileksi
lokasi metastasis tumor paru, payudara dan kolon adalah
daerah toraks, sedangkan tumor prostat, testis dan ovarium
biasanya ke daerah lumbosakral.
3. Gejala kompresi medula spinalis kebanyakan terjadi pada level
torakal, karena diameter kanalisnya yang kecil (kira-kira hanya
1 cm).

4.

Gejala akibat metastasis spinal diawali dengan nyeri lokal yang


tajam dan kadang menjalar (radikuler) serta menghebat pada
penekanan atau palpasi.

2. Tumor Intradural-Ekstramedular6
Tumor ini tumbuh di radiks dan menyebabkan nyeri radikuler kronik
progresif. Kejadiannya 70% dari tumor intradural, dan jenis yang
terbanyak adalah neurinoma pada laki-laki dan meningioma pada wanita.

a. Neurinoma (Schwannoma)
Memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Berasal dari radiks dorsalis
2. Kejadiannya 30% dari tumor ekstramedular
3. 2/3 kasus keluhan pertamanya berupa nyeri radikuler, biasanya
pada satu sisi dan dialami dalam beberapa bulan sampai tahun,
sedangkan gejala lanjut terdapat tanda traktus piramidalis
4. 39% lokasinya disegmen thorakal

b. Meningioma
Memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. 80% terletak di regio thorakalis dan 60% pada wanita usia
pertengahan
2. Pertumbuhan lambat
3. Pada 25% kasus terdapat nyeri radikuler, tetapi lebih sering
dengan gejala traktus piramidalis dibawah lesi, dan sifat nyeri
radikuler biasanya bilateral dengan jarak waktu timbul gejala lain
lebih pendek

3. Tumor Intradural-Intramedular6,9

Lebih sering menyebabkan nyeri funikuler yang bersifat difus seperti


rasa

terbakar

dan

menusuk,

kadang-kadang

bertambah

dengan

rangsangan ringan seperti electric shock like pain (Lhermitte sign).

a. Ependimoma
Memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Rata-rata penderita berumur di atas 40 tahun
2. Wanita lebih dominan
3. Nyeri terlokalisir di tulang belakang
4. Nyeri meningkat saat malam hari atau saat bangun
5. Nyeri disestetik (nyeri terbakar)
6. Menunjukkan gejala kronis
7. Jenis miksopapilari rata-rata pada usia 21 tahun, pria lebih
dominan

b. Astrositoma
Memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Prevalensi pria sama dengan wanita
2. Nyeri terlokalisir pada tulang belakang
3. Nyeri bertambah saat malam hari
4. Parestesia (sensasi abnormal)

c. Hemangioblastoma
Memiliki karakter sebagai berikut:

1. Gejala muncul pertama kali saat memasuki usia 40 tahun


2. Penyakit

herediter

(misal,

Von

Hippel-Lindau

Syndrome)

tampak pada 1/3 dari jumlah pasien keseluruhan.


3. Penurunan sensasi kolumna posterior
4. Nyeri punggung terlokalisir di sekitar lesi

G. Diagnosis8,10
Selain dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik, diagnosis tumor
medula

spinalis

dapat

ditegakkan

dengan

bantuan

pemeriksaan

penunjang seperti di bawah ini.


a. Laboratorium
Cairan spinal (CSF) dapat menunjukkan peningkatan protein
dan xantokhrom, dan kadang-kadang ditemukan sel keganasan.
Dalam mengambil dan memperoleh cairan spinal dari pasien
dengan tumor medula spinalis harus berhati-hati karena blok
sebagian dapat berubah menjadi blok komplit cairan spinal dan
menyebabkan paralisis yang komplit.
b. Foto Polos Vertebrae
Foto

polos

seluruh

tulang

belakang

67-85%

abnormal.

Kemungkinan ditemukan erosi pedikel (defek menyerupai mata


burung

hantu

pada

tulang

belakang

lumbosakral

AP)

atau

pelebaran, fraktur kompresi patologis, scalloping badan vertebra,


sklerosis, perubahan osteoblastik (mungkin terajdi mieloma, Ca
prostat, hodgkin, dan biasanya Ca payudara).

c. CT-scan
CT-scan dapat memberikan informasi mengenai lokasi tumor,
bahkan terkadang dapat memberikan informasi mengenai tipe
tumor. Pemeriksaan ini juga dapat membantu dokter mendeteksi
adanya edema, perdarahan dan keadaan lain yang berhubungan.
CT-scan juga dapat membantu dokter mengevaluasi hasil terapi dan
melihat progresifitas tumor.

d. MRI
Pemeriksaan ini dapat membedakan jaringan sehat dan
jaringan yang mengalami kelainan secara akurat. MRI juga dapat
memperlihatkan gambar tumor yang letaknya berada di dekat
tulang lebih jelas dibandingkan dengan CT-scan.

H. Diagnosis Banding9
1. Amyotrophic Lateral Sclerosis (ALS)
2. Lumbar (Intervertebral) Disk Disorders
3. Mechanical Back Pain
4. Brown-Sequard Syndrome
5. Infeksi Medula Spinalis
6. Cauda Equina Syndrome

I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk sebagian besar tumor baik intramedular
maupun ekstramedular adalah dengan pembedahan. Tujuannya adalah
untuk menghilangkan tumor secara total dengan menyelamatkan fungsi
neurologis secara maksimal. Kebanyakan tumor intradural-ekstramedular
dapat direseksi secara total dengan gangguan neurologis yang minimal
atau bahkan tidak ada post operatif. Tumor-tumor yang mempunyai pola
pertumbuhan yang cepat dan agresif secara histologis dan tidak secara
total dihilangkan melalui operasi dapat diterapi dengan terapi radiasi post
operasi.3

Terapi yang dapat dilakukan pada tumor medulla spinalis adalah :

a. Deksamethason: 100 mg (mengurangi nyeri pada 85 % kasus,


juga menghasilkan perbaikan neurologis).
b. Penatalaksanaan berdasar evaluasi radiografik

Bila tidak ada massa epidural: rawat tumor primer (misalnya


dengan sistemik kemoterapi); terapi radiasi lokal pada lesi
bertulang; analgesik untuk nyeri.

Bila ada lesi epidural, lakukan bedah atau radiasi (biasanya


3000-4000 cGy pada 10x perawatan dengan perluasan dua
level di atas dan di bawah lesi); radiasi biasanya seefektif
seperti laminektomi dengan komplikasi yang lebih sedikit.

c.

Penatalaksanaan

darurat

(pembedahan/

radiasi)

berdasarkan derajat blok dan kecepatan deteriorasi

bila > 80 % blok komplit atau perburukan yang cepat:


penatalaksanaan sesegera mungkin (bila merawat dengan
radiasi, teruskan deksamethason keesokan harinya dengan
24 mg IV setiap 6 jam selama 2 hari, lalu diturunkan
(tappering) selama radiasi, selama 2 minggu.

bila < 80 % blok: perawatan rutin (untuk radiasi, lanjutkan


deksamethason 4 mg selama 6 jam, diturunkan (tappering)
selama perawatan sesuai toleransi.

d. Radiasi
Terapi radiasi direkomendasikan umtuk tumor intramedular
yang tidak dapat diangkat dengan sempurna. Dosisnya antara 45
dan 54 Gy.

e. Pembedahan

Tumor biasanya diangkat dengan sedikit jaringan sekelilingnya


dengan

teknik

myelotomy.

Aspirasi

ultrasonik,

laser,

dan

mikroskop digunakan pada pembedahan tumor medula spinalis.

Indikasi pembedahan:
Tumor dan jaringan tidak dapat didiagnosis (pertimbangkan
biopsi bila lesi dapat dijangkau). Catatan: lesi seperti abses
epidural dapat terjadi pada pasien dengan riwayat tumor dan
dapat disalahartikan sebagai metastase.
Medula spinalis yang tidak stabil (unstable spinal).
Kegagalan radiasi (percobaan radiasi biasanya selama 48 jam,
kecuali signifikan atau terdapat deteriorasi yang cepat);
biasanya terjadi dengan tumor yang radioresisten seperti
karsinoma sel ginjal atau melanoma.
Rekurensi (kekambuhan kembali) setelah radiasi maksimal.

J. Komplikasi9
Komplikasi yang mungkin pada tumor medula spinalis antara lain:

Paraplegia

Quadriplegia

Infeksi saluran kemih

Kerusakan jaringan lunak

Komplikasi pernapasan

Komplikasi yang muncul akibat pembedahan adalah:


Deformitas pada tulang belakang post operasi lebih sering
terjadi pada anak-anak dibanding orang dewasa. Deformitas
pada tulang belakang tersebut dapat menyebabkan kompresi
medula spinalis.
Setelah pembedahan tumor medula spinalis pada servikal,
dapat

terjadi

obstruksi

foramen

Luschka

sehingga

menyebabkan hidrosefalus.

K. Prognosis8,11
Tumor dengan gambaran histopatologi dan klinik yang agresif
mempunyai prognosis yang buruk terhadap terapi. Pembedahan radikal
mungkin dilakukan pada kasus-kasus ini. Pengangkatan total dapat
menyembuhkan atau setidaknya pasien dapat terkontrol dalam waktu
yang lama. Fungsi neurologis setelah pembedahan sangat bergantung
pada status pre operatif pasien. Prognosis semakin buruk seiring
meningkatnya umur (>60 tahun). Penyembuhan biasanya tergantung
kepada

besarnya

kerusakan

yang

terjadi dan

kedalaman/infiltrasi

pertumbuhan tumor ke dalam medula spinalis. Manifestasi klinis lebih


disebabkan penekanan pada medula spinalis daripada invasi tumor itu
sendiri.

KESIMPULAN
Tumor medula spinalis adalah tumor di daerah spinal yang dapat
terjadi pada daerah cervical pertama hingga sacral. Tumor medula spinalis
dapat dibagi menjadi tiga kelompok, berdasarkan letak anatomi dari

massa tumor. Pertama, kelompok ini dibagi dari hubungannya dengan


selaput menings spinal, diklasifikasikan menjadi tumor intradural dan
tumor ekstradural. Selanjutnya, tumor intradural sendiri dapat dibagi
menjadi dua kelompok yaitu tumor yang tumbuh pada substansi dari
medula spinalis itu sendiri (tumor intramedular) serta tumor yang tumbuh
pada ruang subarachnoid (ekstramedular).
Cairan spinal, Computed Tomographic (CT) myelography, dan MRI
spinalis merupakan tes yang paling sering digunakan dalam mengevaluasi
pasien dengan lesi pada medula spinalis. MRI merupakan modalitas
pencitraan primer untuk penyebaran ke medula, reduksi ruang CSF
disekitar tumor.
Penatalaksanaan untuk sebagian besar tumor baik intramedular
maupun ekstramedular adalah dengan pembedahan. Tujuannya adalah
untuk menghilangkan tumor secara total dengan menyelamatkan fungsi
neurologis secara maksimal. Tumor dengan gambaran histopatologi dan
klinik yang agresif mempunyai prognosis yang buruk terhadap terapi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Barker AR. Barasi S. Neuroscience at glance. London: Blackwell


Science. 1999
2. M. Baehr, M. Frotscher. Diagnosis Topic Neurologi Duus : Anatomi,
isiologi, Tanda, Gejala. Jakarta : EGC, 2010.
3. Weiner HL, Levitt LP. Buku saku neurologi. Edisi ke-5. Jakarta: EGC,
2000
4. Hakim, A.A. 2006. Permasalahan serta Penanggulangan Tumor Otak
dan
Sumsum Tulang Belakang. Medan: Universitas Sumatera Utara
5. Huff,

J.S.

2010.

Spinal

Cord

Neoplasma.

[serial

online].

http://emedicine.medscape.com/article/779872-overview#a6 .
6. Japardi, Iskandar. 2002. Radikulopati Thorakalis. [serial online].
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1994/1/bedahiskandar%20japardi43.pdf. kamis 14 januari 2016
7. American Cancer Society. 2009. Brain and Spinal Cord Tumor in
Adults.

[serial

online].

http://www.cancer.org/cancer/braincnstumorsinadults/detailedguide/
brain-and-spinal-cord-tumors-in-adults-signs-and-symptoms
8. Diakses

dari:

https://kolelupun.wordpress.com/2008/09/26/tumor-

medula-spinalis/ . kamis 14 januari 2016


9. Harrop, D.S. and Sharan, A.D. 2009. Spinal Cord Tumors Management of Intradural Intramedullary Neoplasms. [serial online].
http://emedicine.medscape.com/article/249306-overview#showall
10. National Institute of Neurological Disorders and Stroke. 2005. Brain
and Spinal Cord Tumors - Hope Through Research. [serial online].
http://www.ninds.nih.gov/disorders/brainandspinaltumors/brainandsp
inaltumors.htm
11.

Neil R Malhotra, Deb Bhowmik, Douglas Hardesty, Peter

Whitfield. 2010. Neurosurgery Article, Intramedullary Spinal Cord


Tumors : Diagnosis, Treatments, and Outcomes.
[September/October 2010]

Anda mungkin juga menyukai