• Abdomen
• Biceps (++/+) • Epigastrium (-/-)
• Triceps (++/+) • Paragastrium (-/-)
• Radialis (++/+) • Hipogastrium (-/-)
• meningitis TB grade 3
• TB paru
• spondylitis TB
• hiponatremia ec. Low intake dd/ SIADH, CSWS
Tata laksana non farmakologi
• Durameter
• Arachnoid
• Piameter
Cairan Serebrospinal
TB Meningitis
Jenis-Jenis Meningitis
• Bacterial Meningitis
• Ear, lung, and sinus infection --> Pneumococcal
• Ptechial rash & echymosis w/ rapid evolution --> Meningococcal
• Viral Meningitis
• Fungal Meningitis
• Parasitic Meningitis
• Non-infectious Meningitis
Bacterial Meningitis
• Acute :
• S. pneumonia (Very young or Older adult), N. meningitidis (often in Children), H.
influenzae
• S. aureus, S. pyogen --> komplikasi neurosurgery, brain abcess
• Klebsiella, Proteus --> komplikasi LP dan spinal anesthesia
• Subacute-Chronic :
• Tuberculous Meningitis(7% dari semua kasus TB)
• Neurosyphillis
• Lyme Disease
Epidemiology of Bacterial Meningitis
1. Prodromal Phase
Insidious onset of low-grade fever, headache, malaise
2. Meningitic Phase
Pronounced neurologic feature such as meningismus, protracted
headache, confusion, myelopathy and sensory deficit
3. Paralytic Phase
Profound confusion, followed by stupor/coma and seizures.
Progressive paraplegia and often hemiparesis
Pathogenesis of Tuberculous Meningitis
1. Pulmonary Infection
Inhalation of infectious droplet leading to mycobacterial replication in the
lungs
2. Hematogenous spread
MTB enters into circulation and invades the BBB leading to deposit of
bacteria in CNS (can enter latent infection or progress)
3. Formation of Rich Foci
Immune reaction causes engulfment of bacteria to form tuberculoma
4. Rupture of Tuberculoma
Rupture of Rich Foci spreading bacteria to subarachnoid space causing
meningitis
Pathophysiology
• Acute Phase Reaction : fever,
malaise, headache
• Meningeal irritation : Nuchal
rigidity
• CSF Homeostasis ↓ : Symptoms
of ICP↑
• Cytotoxic Edema : Cranial
nerve palsy (ocular
• Hemorrhagic Infarct : Focal
neurologic defisit
MENINGITIS BAKTERIAL
Meningitis Bakterial
Haemophilus Meningococcal Pneumococcal
Neonatus dan anak Anak dan dewasa Dewasa
Didahului infeksi telingan dan saluran Gejala penyerta: delirium dan Didahului infeksi paru, telinga,
nafas atas stupor dalam hitungan jam; sinus, katup jantung
ptekia, purpura, ekimosis;
terdapat syok septik +
septicemia, DIC; terutama bila
sedang terjadi wabah epidemic;
meningeal cry pada anak
Onset: Tiba-tiba dan singkat Onset: gradual/ tiba tiba Dicurigai pada penderita
alkoholik, splenektomi, meni-ngitis
bacterial yang rekuren, sickle cell
anemia, fraktur ba-sis krani
Prognosis umumnya baik Onset gradual prognosis Prognosisnya biasanya buruk bila
baik diikuti koma, kejang,
Onset tiba-tiba + septicemia peningkatan protein CSS
prognosis buruk
Mortalitas <5% Mortalitas 10% Mortalitas 20%
Other Port De Entry
Diagnosis Banding
• Meningitis Viral, Meningitis TB
TATA LAKSANA
meningitis bakterial
Non farmakologi
• Pertimbangkan merawat pasien di ruang isolasi, terutama jika diperkirakan
penyebabnya H. influenzae atau N. meningitidis, dan pemberian kemoprofilaksis:
• Orang yang tinggal serumah
• Orang yang makan, tidur di tempat yang sama dengan pasien
• Orang yang menggunakan sarana umum Bersama pasien 7 hari terakhir
• Teman sekelas pasien
• Petugas kesehatan yang kontak langsung dengan sekret mulut dan hidung pasien 7 hari
terakhir
• Mencukupi kebutuhan cairan dan nutrisi
Farmakologi
• Terapi antibiotic empirik sesuai usia, kondisi klinis dan pola resistensi antibiotic
setempat (jika data tersedia).
• Pemberian antibiotika Spesifik sesuai dengan hasil kultur
• Dexamethasone 0.15 mg/KgBB (10 mg per pemberian pada dewasa) setiap 6 jam
selama 2-4 hari. Diberikan pertama 30 menit sebelum diberikan antibiotik
• Pemberian antipyretika (paracetamol, metamizole) sesuai dengan
kebutuhan penderita
• H2 bloker injeksi setiap 12 jam
• Penatalaksanaan kejang dengan anti konvulsan sesuai dengan
protocol status epileptikus
• Sedative dapat diberikan bila pasien gelisah dengan clobazam 2x10
mg
• Apabila didapatkan tanda-tanda tekanan intracranial yang meningkat
maka dapat diberikan manitol 20%, diberikan dengan
- dosis awal 1-1,5 g/kg berat badan selama 20 menit,
- dilanjutkan dosis 0,25-0,5 g/kg berat badan setiap 4-6 jam
Komplikasi
- Komplikasi segera: edema otak, hidrosefalus, vasculitis, thrombosis sinus otak, abses/efusi
subdural, gangguan kesadaran
- Komplikasi jangka Panjang: gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada pasien anak,
epilepsy.
Prognosis
Tegantung kecepatan mendiagnosis dan terapi.
1. Kematian paling banyak ditemukan dengan pasien terinfeksi S.pneumonia dan pasien yang datang
dengan penurunan kesadaran
2 . Dexametasone menurunkan kematian dan gejala sisa neurologi. Dapat menurunkan respons inflamasi
di ruang subaraknoid yang secara tak langsung dapat menurunkan risiko edema serebral, peningkatan
tekanan intrakranial, gangguan aliran darah otak, vaskulitis, dan cedera neuron.
MENINGITIS TUBERKULOSIS
Meningitis Tuberkulosis
Kriteria Diagnosis
• Memenuhi kriteria anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan imaging dan
cairan serebrospinal.
• Klasifikasi meningitis TB berdasarkan klinis berdasarkan
British medical research counsil (BMRC):
Stadium I Gejala dan tanda meningitis tanpa penurunan kesadaran atau
deficit neurologi yang lain. Gejala yang sering didapatkan
adalah nyeri kepala, fotofobia, kaku kuduk.
Stadium II Didapatkan penurunan kesadaran ringan dan atau deficit
neurologi fokal
Stadium III Stupor atau koma dan hemiplegi atau paraplegi serta kejang
Diagnosis meningitis TB
• Biasanya mempunyai perjalanan lebih lama dari meningitis bakterialis dan
seringkali ditemukan deficit neurologi fokal pada pemeriksaan pertama
meningitis TB.
• Pemeriksaan CTscan/MRI menunjukkan adanya hidrosefalus dan
penyangatan meningeal, kadang disertai tuberculoma atau gambaran infark
• Lumbal punksi
• (Jumlah leukosit 100-500/uL dominan sel limfosit
• peningkatan kadar protein 100-500
• penurunan kadar glukosa, rasio glukosa LCS: Darah < 0.5
• Diagnosis definitive: pewarnaan ZN (+) BTA (<25%)
• Metode pemeriksaan bakteriologi lainnya : PCR atau MODS, memperpendek waktu dan
memberikan hasil positif
• Didapatkan gambaran TB paru (50%)
• PPD test positif pada 50%-80% kasus, namun tidak sensitive untuk daerah
endemis TB seperti Indonesia
• Resiko TB yang meningkat pada penderita HIV. Dengan gambaran klinis dan
CSS tidak berbeda secara bermakna disbanding non-HIV
Kriteria TB berdasarkan Marais Score
Rasio glukosa css: plasma <50% dan kadar glukosa absolut <2,2
1
mmol/L (14:121 67)
KRITERIA SKOR DIAGNOSTIK
Hidrosefalus 1
Tuberkuloma 2
Infark 1
Diagnosis lain yang perlu dipertimbangkan sesuai umur, status imun, dan wilayah geografi:
- Meningitis bakterial akut
- Meningitis kriptokokkus
- Meningitis sifilistik
- Meningioensefalitis viral
- Malaria serebral
- Meningitiseosinofilik/parasitic (Angiostrongylus cantonese, Toksocariasis,
Gnathosoma spinigerum, cystercosis)
- Toksoplasma serebri dan abses otak (SOL pada pemeriksaan imaging)
- Keganasan (misal limfoma)
KLASIFIKASI MENINGITIS TB, SISTEM SKORING MENINGITIS TB
PROBABLE DAN POSSIBLE
o Definitif:
BTA (+) dari pemeriksaan bacteriology langsung (pewarnaan ziehl neelsen) atau melalui
kultur.
o Probable
1. Keadaan klinis yang menunjang meningitis
2. Skor diagnostic total >= 10 (jika tidak ada CT) SKOR PASIEN =12
3. Skor diagnostic >= 12 (jika ada data CT)
o Possible
1. Keadaan klinis yang menunjang meningitis
2. Skor diagnostic >= 6-9 (jika tidak ada CT)
3. Skor diasnostik >=6-11 (jika ada CT)
4. Tidak ditemukan diagnosis lain
o Bukan MTB
1. Tegaknya diagnosis lain tanpa didapatkannya diagnosis definitive TB
2. Didapatkan tanda infeksi ganda yang meyakinkan
Diagnosis Banding
• Meningitis Bakterialis
• Meningitis Kriptokokus
Pemeriksaan Penunjang
• CT-scan kepala / MRI kepala
dengan kontras
• Thorax foto PA
• Lab: darah rutin (Hb/leuko), Gold standard is microscopy: ZN staining
• Contrast-enhanced CT or MRI
scans show a basilar
meningitis, with contrast
enhancement of the meninges
in the suprasellar area,
prepontine cistern, or
interpeduncular fossa
From: http://www.emedicine.com/cgi-
bin/foxweb.exe/makezoom@/em/makezoom
?picture=\websites\emedicine\radio\images\L
arge\2828CT2.jpg&template=izoom2
tuberculoma
TATA LAKSANA
meningitis tuberkulosis
Non farmakologi
• Penderita sebaiknya dirawat di perawatan intensif isolasi
• Perawatan penderita meliputi kebutuhan cairan dan elektrolit, kebutuhan gizi, posisi
penderita, perawatan kandung kemih, dan defekasi.
Farmakologi
• Pengobatan meningitis TB sama dengan pengobatan TB ekstraparu lainnya dengan
pemberian regimen OAT.
• Pemberian kortikosteroid dianjurkan untuk diberikan pada setiap kecurigaan
meningitis TB, tanpa memperhatikan stadium penyakit.
Bertujuan:
menurunkan edema otak,
menurunkan resistensi outflow CSS,
menurunkan produksi sitokin inflamasi,
menurunkan jumlah leukosit, sehingga masa inflamasi di ruang subarakhnoid
berkurang, dan
meminimalisasi kerusakan di sawar darah otak.
Nama obat Dosis catatan
Isoniazid (H) 2 bulan pertama : 5 mg/kg p.o Piridoksin 50 mg/hari: Neuropati
(maks 450 mg) perifer
plus 7 bulan: 450 mg p.o
Rifampisin (R) 2 bulan pertama : 10 mg/kg p.o Paling sering menyebabkan
(maks 900 mg) hepatitis
plus 7 bulan: 900 mg p.o
Dian S, Yunivita V, Ganiem AR, Pramaesya T, Chaidir L, Wahyudi K, Achmad TH, Colbers A, te Brake L, van Crevel R,
Ruslami R, Aarnoutse R. 2018. Double-blind, randomized, placebo-controlled phase II dose-finding study to
evaluate high-dose rifampin for tuberculous meningitis. Antimicrob Agents Chemother 62:e01014-18.
https://doi.org/10.1128/AAC.01014-18.
DOSIS PEMBERIAN DEKSAMETASONE
II atau III 0.4 0.3 0.2 0.1 Totall 4 Total 3 Total 2 Total 1
mg/kg/BB/ mg/kg/BB/ mg/kg/BB/ mg/kg/BB/ mg/hari p.o mg/hari mg/hari mg/hari p.o
hari i.v hari i.v hari i.v hari i.v p.o p.o
Pasien HIV dengan meningitis TB
Pemberian ARV pada pasien HIV dengan meningitis TB, dengan ketentuan :
1. Jika meningitis telah terdiagnosis terlebih dahulu dari HIV, maka terapi TB didahulukan,
dengan pertimbangan sbb. :
• Jika CD4 > 100 → ARV ditunda hingga selesai fase intensif pengobatan TB (setelah
2 bulan pemberian OAT)
• Jika CD4 < 100 → ARV dimulai lebih awal, umumnya dianjurkan minimal 2 minggu
setelah OAT diberikan.
2. Jika pada pasien yang diketahui menderita HIV didapatkan tanda meningitis TB, maka
terapi TB dapat dimulai kapan saja
Tatalaksana operatif
• Jika terdapat tanda hidrosefalus, pemasangan VP shunt atau EVD
Prognosis
1. Mortalitas tinggi : pada stadium lebih lanjut lebih tingi risiko kematian
2. Sekuela neurologis: hemiparesis, hemiplegi, gangguan kognisi. Sekuele ini berhubungan
dengan stadium saat pasien masuk perawatan.
3. Hidrocefalus dan herniasi serebri sebagai kelanjutan perjalanan klinisnya seringkali menjadi
penyebab kematian.Pemasangan shunt ventrikel sementa- ra atau permanen diperkirakan
dapat menurunkan angka kematian.
Luaran meningitis TB berdasarkan stadium dari BMRC
Gu, J., Xiao, H., Yu, F., Ge, Y., Ma, J., & Sun, W. (2015). Prognostic factors of tuberculous
meningitis: a single-center study. Int J Clin Exp Med, 8(3), 4487–4493.
Komplikasi (Neurologi)
Edema otak
01 Peningkatan permeabilitas BBB karena inflamasi, pelepasan
toksin oleh bakteri dan neutrophil, resistensi aliran CSS
Kriteria diagnostic SIADH :
Hidrosefalus (minggu ke 3) (The Schwartz and Bartter
Peradangan penebalan leptomeningal gangguan Clinical Criterion)
02 absorpsi CSS atau oklusi pada foramen yg menghubungkan a. Kadar serum natrium <135
ventrikel akumulasi CSS TTIK (penurunan kesadaran, mEq/L
nyeri kepala, refleks patologis (+), parese N VI) b. Osmolalitas serum <280
mOsm/L
c. Kadar natrium urin yang tinggi
SIADH (biasanya > 18 mEq/L)
03 Rangsangan hipotalamus peningkatan sekresi ADH pe- d. Rasio osmolalitas urin/serum
ningkatan volume cairan tubuh hipoNa tanpa hipovolemia meninggi hingga 1,5-2,5 : 1
e. Fungsi tiroid, adrenal, dan renal
normal
Penurunan kesadaran f. Tidak ditemukan tanda-tanda
04 Inflamasi (invasi mikroorganisme menghasilkan toksin/ dehidrasi dan penyebab lain
proses imunologis tubuh yang merangsang pengeluaran hiponatremia
sitokin dan Pg) merusak sel neuron
Komplikasi (Neurologi)
Penjeratan saraf kranial
Bakteri dan antigen dari tuberkel ke rongga subarachnoid Reaksi hipersensitivitas terbentuk eksudat tebal
05 terakumulasi pd basis otak (berpusat di fossa interpedunkularis,
fissure silvii, kiasma optikus, meluas di pons dan serebelum) kompresi PD pd basis otak, penjeratan saraf kranial
Yg tersering: N VI, III, IV, VII, II (krn lesi tuberkulosisnya atau krn penekanan oleh eksudat)
Arteritis/vasculitis
06 Inflitrasi eksudat pada PD kortikal/meningeal Inflamasi di arteri kecil dan sedang arteritis/vasculitis
spasm
PD, terbentuk thrombus
Arachnoiditis
Peradangan pada leptomeningen
Bakteri/tuberkel ke rongga SA terbentuk eksudat
perlengketan arachnoid dan piamater kompresi local pd
07 medulla spinalis/kena radiks.
- Nyeri spontan bersifat radikuler
- Gg motoric: plegi
- Gg sensorik: segmental di bawah level penjepitan
- Retensi kandung kemih
Komplikasi (Non Neurologi)
1. DVT
2. Pneumonia
3. Kontraktur
4. ISK
5. Ulkus decubitus
TERIMA KASIH