Anda di halaman 1dari 19

(Nadia Emira Khairunnisa – Hadiati Rabbani)

Stroke o Ht>45%, kelainan darah (polycitemia vera)


 Tidak dapat dimodifikasi
Anatomi Vaskularisasi Otak o Usia (>45 tahun)
Sistem karotis (2/3) & Sistem vertebrobasiler (2/3) o Jenis kelamin (Laki-laki>perempuan)
Anterior circulation (sistem karotis) o Ras:
Anterior choroidal Hippocampus, globus pallidus, lower Iskemik: kulit hitam > putih > asia
internal capsule Perdarahan: kulit hitam > asia > putih
Anterior cerebral Medial frontal dan parietal cortex o Riwayat TIA/stroke
cerebri and subjacent white matter, o Riwayat keluarga (genetik)
anterior corpus callosum
Middle cerebral Lateral frontal, parietal, occipital, and Klasifikasi
temporal cortex and subjacent white  Berdasarkan gambaran klinik
matter 1. Improving : deficit neurologi perbaikan dalam >24 jam –
Lenticulostriate Caudate nucleus, putamen, upper 3minggu
branches internal capsule 2. Worsening : deficit neurologis memberat progresif. Ada yang
Posterior circulation (sistem vertebrobasiler) smooth (bertahap/gradual), steplike (ada periode menetap),
Posterior inferior cerebellar Medulla, lower cerebellum fluctuating (periode progresifitas diselingi perbaikan). Sistem
basilar karotis perburukan dapat berlangsung dalam 48 jam, VB 72
Anterior inferior cerebellar Lower and mid pons, mid jam
cerebellum 3. Stable : langsung lengkap tidak banyak berubah
 Berdasarkan etiologi
Superior cerebellar Upper pons, lower midbrain, upper
1. Iskemik (85% - daily practice neuro)
cerebellum
Disebabkan karena penyumbatan pembuluh darah serebra 
Posterior cerebellar Medial occipital and temporal cortex
perfusi berkurang  menyebabkan infark serebral.
and subjacent white matter,
Penyebab (adam victor)
posterior corpus callosum, upper
- Ateroskerosis dengan superimposed trombosis
midbrain
- Cerebral embolism
Thalamoperforate Thalamus
- Oklusi pembuluh darah kecil di otak
branches
Penyebab (daily practice neuro)
Thalamogeniculate Thalamus
- Aterotrombotik (80%): trombus karena atheroskerotic plug
branches
- Kardioembolik: emboli dari jantung (biasanya karena
gangguan irama jantung: AF/kelainan katup jantung: RHD,
Definisi
MS, MR, endocarditis, prolapse katup mitral/ kelainan
 WHO: Suatu kondisi gangguan fungsi otak (deficit neurologis)
dinding jantung: AMI, kardiomitopati)
baik fokal maupun global yang timbul mendadak akibat kelainan
- Tromboembolik: emboli dari fragmen ateromatous plaque,
peredaran darah otak (tersumbatnya aliran darah otak atau
yang kemudian menyumbat arteri yang lebih distal
pecahnya pembuluh darah) dengan gejala yang berlangsung
SPM
lebih dari 24 jam atau menimbulkan kematian.
- Aterotrombotik
 Adam Victor: Defisit neurologis fokal yang terjadi secara
- Kardioembolik
mendadak.
- Lakuner (infark-infark kecil, di arteri-arteri penetrans) Stroke
 Daily Practice Neuro: Suatu kondisi gangguan fungsi otak yang
lakuner dapat didiagnosa hanya melalui karakteristik gejala
timbul mendadak akibat tersumbatnya aliran darah otak atau
klinisnya yaitu hemiparesis motorik murni, sindrom sensorik
pecahnya pembuluh darah yang berlangsung lebih dari 24 jam.
murni, clumsy hand, dysarthria, hemiparesis dengan ataksia,
 SPM: Stroke adalah suatu keadaan hilangnya sebagian atau
sindrom sensorimotor.
seluruh fungsi neurologis (defisit neurologic fokal atau global)
2. Perdarahan (15% - daily practice neuro)
yang terjadi secara mendadak, berlangsung lebih dari 24 jam
Disebabkan karena pecahnya pembuluh darah. Dibagi menjadi
atau menyebabkan kematian, yang semata-mata disebabkan
dua berdasarkan lokasi:
oleh gangguan peredaran darah otak karena berkurangnya
- Intraserebral: kebanyakan disebabkan oleh hipertensi.
suplai darah (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah
Penyebab non hipertensi: aneurysma, AVM, angiopati
secara spontan (stroke perdarahan).
kavernosa, terapi antikoagulan
- Subarachnoid: karena rupture saccular “berry”. Umumnya
Gangguan fungsi otak : fungsi motorrik ( hemipersis, disartri,
karena rupture aneurysma, atau AVM
disfonia), funsi sensorik (hemihipestesi), fungsi luhur (afasia,
Empat daerah tersering terjadinya aneurimsa adalah:
agnosia)
(1) bagian proximal dari anterior communicating artery,
(2) posterior communicating artery dari batang internal carotid,
Gejala klinik fokal: gg motoric, gg bahasa/bicara, gg sensorik, gg
(3) cabang terbesar dari middle cerebral artery,
kognitif, gg vestibuler
(4) bifurfikasi karotid terhadap middle & anterior cerebral a.
Gejala klinik global: paralisis bilateral, pingsan, black-out, confuse
Untuk mengetahui prognosis dari stroke perdarahan
subarachnoid bisa digunakan Hunt- Hest Grading Scale
Faktor Risiko
Gejala klinik global yang terdiri atas 5 derajat tingkatan sebagai berikut
 Dapat dimodifikasi (TTIK) khas pada stroke  Derajat 1 : Asimptomatik atau dengan nyeri kepala dan
mayor perdarahan atau infark kaku leher
o Hipertensi luas  Derajat 2 : Nyeri kepala berat dengan kaku kuduk tanpa
o Penyakit jantung (AF, CAD)
ada defisit neurologis fokal
o DM
 Derajat 3 : Penurunan kesadaran, dan defisit neurologis
minor
fokal
o Dislipidemia
 Derajat 4 : Persisten stupor atau semicoma, gangguan
o Merokok RF Pada usia muda:
fungsi vegetatif
o alkohol AVM (perdarahan),
kelainan jantung (infark)  Derajat 5 : Coma dan kekakuan
o Obesitas
 Berdasarkan lokasi
o Hiperkolesterol
1. Sistem karotis
o Penggunaan kontrasepsi
2. Sistem vertebrobasiler
(Nadia Emira Khairunnisa – Hadiati Rabbani)

Mekanisme
1. Iskemik Manifestasi Klinis
Oklusi  suplai darah kurang  oksigen glukosa kurang
 anaerobic  asam laktat ningkat  asidosis 
metabolisme sel saraf terganggu  mati

Anaerobic  ATP dikit  gagal pompa ion dan


homeostatis  ketidakseimbangan ion  K ekstrasel dan
Ca intrasel meningkat  mati

ATP berkurang  glutamate gabisa berubah jadi


glutamine  Glutamate meningkat  gagal pompa Na 
Na masuk  edema sel

CBF normal: 50-60mL/100gr otak/menit


Berkurang 15-18 mL  gagal elektrik rev
<10mL ionic failure (neuronal death) irrev
Diantaranya: penumbra  tidak berfungsi tapi masih
viable. Dalam 4-6 jam bisa menjadi infark permanen

2. Perdarahan

Hipertensi: aneurisma
Non-hipertensi: trauma, kelainan perdarahan, malformasi
arterio-venous

Rupture aneurysma/mikroaneurisma yang terbentuk krn


hipertensi darah  mengisi otak  menekan jaringan
otak dan TTIK, bisa masuk ke ventrikel atau subarachnoid

Infark Pendarahan
Thrombosis Kardio Emboli Trombo embolik PIS PSA
Umur Tua (50-70) Semua umur Tua (40-60) Muda (20-30)
Awitan Istrahat / bangun Aktivitas aktivitas Aktivitas Aktivitas
tidur
Temporary worsening Max-improving Maksimum at Maksimum at onset Maksimumat onset
profile onset
RF Hipertensi, DM, as Gg irama jantung, Hipertensi, DM, Hipertensi, Aneurysma, AVM
urat, dyslipidemia, kelainan katup, as urat, trombositopenia,
merokok kelainan dinding dyslipidemia, AVM
jantung merokok
Gejala Bertahap Cepat Cepat Cepat
Peringatan + + - -
Sakit kepala - - ++ ++++
Muntah proyektil - - ++ ++++
Kejang - - ++ ++++
Kesadaran Normal Normal Menurun Menurun
GCS >=7 >=7 =<6 =<6
Kaku kuduk - - +/- ++++
Kelumpuhan Jelas, lambat Jelas, cepat Jelas Ringan
membaik, membaik
menetap
Afasia ++/- ++/- - -
Tensi Sedang-tinggi Normal-sedang Tinggi Rendah-sedang
Paresis CN - - + +/-
3,4,6
Lumbar Jernih Jernih Xanthochrome Gross hemorrhage
puncture
Angiografi Oklusi/stenosis Oklusi/stenosis Midline shift AVM
CT scan Hipodens ke Hipodens perifer Hiperdens (massa Hiperdens di
central (setelah 4- khas seperti baji darah) subarachnoid
7 hari)
(Nadia Emira Khairunnisa – Hadiati Rabbani)
Diagnosa Banding dan Magendie. Gejala membaik bila dilakukan draining.
 Infeksi sistemik Hidrosdefalus sub akut dapat terjadi akibat bolkade CSF
 Tumor otak oleh darah setelah 2-4 minggu, ditandai dengan nyeri
 Toxic metabolik encephalopathy kepala, penurunan kesadaran, inkontinen
 Herpes simplex virus encephalitis - Higroma: pengumpulan darah intracerebral di suatu tempat
 Hipertensi encephalopathy akibat kelainan osmotik
 Subdural hematoma 2. Non neurologic (akibat proses di otak)
 C-spine fracture - Tekanan darah meninggi: respon fisiologis terhadap iskemia
Penunjang otak dan turun kembali setelah fungsi otak membaik kembali
1. CT Scan tanpa kontras baku emas - Hiperglikemia: berhubungan dengan konsentrasi
2. MRI  untuk menentukan ada lesi batang otak? katekolamin yang tinggi di sirkulasi
3. Angiografi  lokasi sistem karotis/VB - Kelainan jantung : aritmia pada fase akut, lebih sering pada
4. Pungsi lumbal  bila tidak ada CT/MRI stroke sist karotis. Bisa juga kerusakan miokard,
Sistem Skoring katekolamin tinggi
A. siriraj stroke score - Kelainan EKG : ST-T abnormal, gelombang T besar atau
terbalik, QT memanjang, gelombang U menonjol. Sering
ditemukan pada stroke PSA, timbul selambat-lambatnya 8
Siriraj Stroke Score (SSS) hari setelah onset
- Syndrome Inappropriate ADH: gejala  hipoNatremi dengan
normokalemia
3. Imobilisasi
- Bronkopneumonia
- Tromboplebitis
- Emboli paru
- Nyeri dan kaku pada bahu
- Spastisitas umum
- Radang kandung kemih
- Kelumpuhan saraf tepi
- Kontraktur dan deformitas
- Decubitus
- Atrofi otot
4. psikosial: Depresi pasca stroke, hilang pekerjaan
Cara penghitungan :
SSS = (2,5 x kesadaran)+(2 x muntah)+(2 x nyeri kepala)+(0,1 x Tata laksana
tekanan diastolik)-(3 x atheroma) – 12 1. Pentalaksanaan prehospital pada stroke subakut
Nilai SSS Diagnosa Mengenal tanda dan gejala yang mengarah pada diagnosis
• >1 Perdarahan otak stroke: FAST (facial movement, arm movement, speech, test all
• < -1 Infark otak three). Terjadi secara mendadak. Lalu kirim pasien
• -1 < SSS < 1 Diagnosa meragukan 2. Penatalaksanaan umum stroke di UGD
(Gunakan kurva atau CT Scan) - Stabilisasi jalan nafas dan pernafasan
B. Skor gajah mada - Stabilisasi hemodinamik: berikan cairan kristaloid atau
Skor Gajah Mada (SGM) koloid intravena, hindari cairan hipotonik seperti glukosa
- Pengelolaan keseimbangan cairan dan elektrolit: cairan
isotonis, 30ml/kgBB/hari
- Pengelolaan nutrisi: dalam 48 jam, 25-30 kkal/kg/hari,
karbohidrat 30-40%, lemak 20-25%, protein 20-30%
- Pengendalian TTIK (GCS<9) elevasi kepala 20-300, hidnari
penekanan vena jugular, hindari pemberian cairan hipotonik
(glukosa), jaga normovolemia, osmoterapi dengan indikasi
(mannitol 20% 0,25-0,5 gr/kgBB selama >20 menit diulang
tiap 4-6 jam), drainase pada hidrosefalus akut, antipiretik
bila suhu>38.5 dan atasi infeksi
- Pengendalian kejang: diazepam 5-20 mg iv bolus pelan
diikuti fenitoin loading dose 15-20 mg/kgBB bolus dengan
kecepatan maks 50mg/menit
Komplikasi - Monitoring GD (hiperglikemia reaktif)
1. Neurologic 3. Penatalaksanaan khusus stroke iskemik akut
- Edema otak (herniasi): maksimum 4-5 hari pasca infark. a. Pengendalian tekanan darah:
Tanda-tanda herniasi: penurunan kesadaran, Babinski (+) - Diastolik >140 mmHg (hipertensi emergensi): drip kontinyu
bilateral, kussmaul resp, pupil anisokor. Cegah dengan nikardipin, diltiazim, nimodipin.
amnitol 20% max 5 hari - Sistolik >220 mmHg & diastolik 121-140 mmHg: Labetalol IV
- Infark berdarah (stroke KE, hari ke 2-3): adalah lesi otak selama 1-2 min. Dosis dapat diulang/ digandakan tiap 10-20
yang ditandai perdarahan ptekhia multiple di daerah min sampai tercapai target tekanan darah atau sampai dosis
nekrosis krn oklusi arteri. Terjadi reperfusi ke kapiler yang kumulatif 300 mg. Setelah pemberian dosis awal, labetalol
telah mengalami hipoksia. Kesadaran pasien tiba-tiba dapat diberikan 6-8 jam,bila perlu.
menurun dan pernafasan mengorok. CSF berdarah - Sistolik <220 mmHg &/ diastolik 105- 120 mmHg terapi
- Vasospasm (stroke PSA, hari ke3): gejala  penurunan darurat ditunda kecuali didapatkan adanya tanda
kesaran, deficit neurologis fokal tergantung daerah yang perdarahan intraserebral, gagal ventrikel jantung kiri, infark
terkena miokard, gagal ginjal akut, dsb. Obat antihipertensi
- Hidrosefalus: penurunan kesadaran karena darah diteruskan, dan tekanan darah diturunkan setelah fase akut
merembes ke ventirkel atau membanjiri subarachnoid (7-10 hari)
bagian basal yang kemudian masuk ke foramen Luschka
(Nadia Emira Khairunnisa – Hadiati Rabbani)
- Batas penurunan tekanan darah tidak melebih 20-25% dengan trombosis vena serebral, trombosis vena dalam pasca
MABP. stroke, serta stroke tromboemboli obat yang biasa digunakan
Pada prinsipnya tekanan darah tidak diturunkan jika <220/ 120 berupa LMWH, warfarin dan dikumarol.
mmHg pada stroke infark dan <180/105 mmHg pada stroke 3. Tatalaksana Khusus Stroke Hemoragik Akut
perdarahan. a. Apabila TDD <200 mmHg atau Mean Arterial Pressure
b. Obat Trombolitik rtPA (untuk stroke AT) (MAP) > 150 mmHg, tekanan darah diturunkan dengan
 Fibrinolitik dengan rTPA (recombinant tissue plasminogen menggunkanan obat antihipertensi intravena secara
activator. Diberikan sesegera mungkin setelah diagnosis kontinyu dengan pemantauan tekanan darah setiap 5 menit.
stroke iskemik akut tegak  Apabila TDS >180 mmHg atau MAP >130 mmHg
 Syarat untuk dapat diberikan (kriteria inklusi): disertai dengan gejala dan tanda peningkatan tekanan
- waktu pemberian < 3 jam karena belum terjadi intracranial, dilakukan pemantauan tekanan intracranial.
perubahan sekunder pada dinding pembuluh darah yang TD diturunkan dengan menggunakan obat antihipertensi
tersumbat dan terutama daerah otak yang intravena secara kontinyu atau intermiten dengan
dipedarahinya. pemantauan tekanan perfusi serebral ≥60 mmHg.
- Usia 18-75 thn  Apabila TDS >180 mmHg atau MAP >130 mmHg tanpa
- Diagnosis stroke iskemik ditegakan neurologist & disertai gejala dan tanda peningkatan tekanan
didukung ct scan otak tebal irisan 5-10 mm tanpa intracranial, tekanan darah diturunkan secara hati-hati
kontras. dengan menggunkana obat antihipertensi intravena
- Persetujuan tertulis dari penderita/keluarga kontinyu atau intermiten dengan pemantauan tekanan
Kriteria ekslusi: darah setiap 15 menit hingga MAP 110 mmHg atau
- Usia>80 tahun tekanan darah 160/90 mmHg. Pada studi INTERACT
- Defisit neurologi yang ringan dan cepat membaik atau 2010, penurunan TDS hingga 140 mmHg diperbolehkan.
perburukan defisit neurologi yang berat  Pada pasien stroke PIS dengan TDS 150-220 mmHg,
- Gambaran perdarahan intrakranial pada CT Scan penurunan tekanan darah dengan cepat hingga TDS
- Riwayat trauma kepala atau stroke dalam 3 bulan 140 mmHg cukup aman
terakhir  Penanganan nyeri penting dalam penurunan tekanan
- Infark multilobar (gambaran hipodens > 1/3 hemisfer darah pada penderita stroke PIS.
serebri  Pemakaian obat antihipertensi parenteral golongan
- Kejang pada saat onset stroke penyekat beta (labetalol dan esmolol), penyekat kanal
- Kejang dengan gejala sisa kelainan neurologis post iktal kalsium (nikardipin dan diltiazem) intravena, digunakan
- Riwayat stroke atau cedera kepala berat dalam 3 bulan dalam upaya di atas.
sebelumnya  Hidralasin dan nitroprusid sebaiknya tidak digunakan
- Perdarahan aktif atau trauma akut (fraktur) pada karena mengakibatkan peningkatan tekanan intracranial.
pemeriksaan fisik b. Penggantian faktor koagulasi dan trombosit jika pasien
- Riwayat pembedahan mayor atau trauma berat dalam 2 mengalami defisiensi. Apabila terdapat gangguan koagulasi
minggu sebelumnya dapat diberikan :
- Riwayat perdarahan gastrointestinal atau traktus  Vitamin K 10 mg intravena pada pasien dengan INR
urinarius dalam 3 minggu sebelumnya menigkat.
- Tekanan darah sistolik > 185 mmHg, diastolik >110  Plasma segar beku (fresh frozen plasma) 2-6 unit.
mmHg c. Pencegahan tromboemboli vena dengan stoking elastis
- Glukosa darah <50 mg/dl atau > 400 mg/dl d. Heparin subkutan bisa diberikan apabila perdarahan telah
- Gejala perdarahan subarcahnoid berhenti sebagai pencegahan tromboemboli.
- Pungsi arteri pada tempat yang tidak dapat dikompresi e. Control tekanan darah dan kadar glukosa darah
atau pungsi lumbal dalam 1 minggu sebelumnya f. Pemberian anti epilepsi apabila terdapat kejang.
- Jumlah platelet <100.000/mm3 g. Prosedur /operasi
- Mendapat terapi heparin dalam 48 jam yang  Pasien dengan skor GCS <8, dengan tanda klinis
berhubungan dengan peningkatan aPTT herniasi transtentorial, atau dengan perdarahan
- Gambaran klinis adanya perikarditis pascainfark miokard intraventikular yang luas atau hidrosefalus
- Infark miokard dalam 3 bulan sebelumnya  Pada pasien dengan bekuan darah di lobus dengan
- Wanita hamil jumlah >30 ml dan terdapat di 1 cm dari permukaan
- Tidak sedang mengkonsumsi antikoagulan oral atau bila dapat dikerjakan kraniotomi standar untuk evakuasi
sedang dalam terapi antikoagulan INR < 1,7. perdarahan intracranial supratentorial
 Dosis rtPA IV 0,9mg/kgBB (Max 90mg), 10% dari dosis 4. Rehabilitasi
diberikan secara bolus pada menit pertama, sisanya untuk mencegah terjadinya komplikasi stroke dan
diberikan secara IV selama 60 menit. memaksimalkan fungsional.
c. Neuroprotektan
o Melindungi neuron dari zat dekstruktif (glutamat) Prognosis (advitam lihat TTV, adfunctionam ADL, BArthel Index)
o Malindungi kerusakan pada pompa ion Ca, Na, K Dipengaruhi oleh:
o Obat yang sering digunakan: 1. tipe stroke: kematian pada PIS lebih tinggi dibanding infark,
 Chiticolin: memperbaiki outcome fungsional dan prognosa fungsional PIS kurang baik dibanding infark.
mengurangi defisit neurologis Penyembuhan PSA pada umumnya baik
 Pirasetam: efektif untuk pengobatan afasia pasca 2. daerah dan luas lesi:
stroke, jika diberikan <7 jam pada stroke iskemik 3. deficit neurologis
d. Anti Agregasi Platelet - deficit motoric: prognosa buruk bila dalam 1 bulan tidak
Berfungsi mencegah terjadinya agregasi trombosit sehingga ada perbaikan dan kemampuan berjalan sendiri belum
menghambat pembentukan trombus. Terdapat beberapa obat ada perbaikan selam 4 minggu
yang biasa dipakai: aspirin (1x81mg), Clopidogrel (1x75mg), - gg visual mempersulit penyembuhan
Ticlopidin, Aspirin+ dipridamol, Cilostazol (2x50-100mg) - kesadaran: bertahan hidup 72% yang CM saat onset, 10%
e. Anti koagulan pada yang sopor, dan yang koma hampir seluruhnya
Bertujuan untuk mencegah terjadinya stroke sekunder dengan meninggal
faktor risiko fibrilasi atrium. Terapi ditujukan kepada penderita 5. penyakit penyerta
(Nadia Emira Khairunnisa – Hadiati Rabbani)
Tetanus - Otot leher kaku dan nyeri
- Opistotonus (kontraksi otot batang tubuh)
Tetanus = meregang/kaku - Dinding perut tegang (perut papan)
- Anggota gerak spastik
Definisi - Disfagia (spasme otot menelan)
Penyakit pada susunan saraf yang ditandai dengan spasme tonik  Respiratory failure: karena spasme faring dan laring
persisten disertai dengan serangan yang jelas dan keras.  Miokarditis: demam, ruam, eosinofilia perifer, peningkatan
biomarker nekrosis. EKG  ST elevasi
Etiologi: Clostridium tetani  Disotonomi (muncul beberapa hari setelah spasme, menetap
- Bakteri batang gram positif selama 1-2 minggu)
- Obligat anaerob (vegetatif), suhu optimal 37° C - TD: hipertensi diselingi hipotensi
- Banyak ditemukan pada tanah dan kotoran binatang, suka lembab - N: takikardia diselingi bradikardia
- Masuk ke manusia melalui luka trauma, jaringan nekrosis, jaringan - Disritmia jantung
yang kurang vaskularisasi - Diaforesis
- Menjadi endospora di suasana lembab, mati pada suhu 120° C - Hipersalivasi
selama 15 menit
- Endospora menghasilkan toksin (afinitas tinggi pada jaringan Tipe
saraf): 1. Umum: pola ascending. Awal: trismus, kemudian menyebar (kaku
1. Tetanolisin: merusak jaringan sekitar infeksi dan mengoptimalkan leher, disfagia, perut papan, spasme umum)
kondisi untuk pertumbuhan dan multiplikasi bakteri 2. Lokal: spasme otot di daerah luka
2. Tetanospasmin: memunculkan sindroma klinis tetanus, dengan 3. Sefalik: port d’ entrée di kepala, gejala terbatas pada CN, bisa
cara: menghambat GABA di presinaps  neurotransmitter  berkembang jadi umum
eksitasi terus-menerus 4. Tetanus Neonatorum
- Terjadi pada minggu pertama kelahiran
Mekanisme - SS: bayi tidak mau menetek, muntah, kejang
 Masa inkubasi: 7-14 hari (dari paparan – gejala pertama) - Penyebab: perawatan umbilical buruk
 Onset: 1-7 hari, pada tetanus fulminan 1-2 jam (dari gejala klinis - Pencegahan: imunisasi ibu saat hamil
pertama – timbul spasme otot)
Grading
Kriteria Pattel Joag:
 Kriteria 1: rahang kaku, spasme terbatas, disfagia, kaku otot
tulang belakang
 Kriteria 2: spasme
 Kriteria 3: inkubasi ≤ 7 hari
 Kriteria 4: onset ≤ 48 jam
 Kriteria 5: peningkatan suhu rectal hingga 100°F/ aksilla 37,6°C

Dibuat tingkatan derajat


 Derajat 1: ringan, minimal K1/K2, mortalitas 0%
 Derajat 2: sedang,minimal K1+K2, inkubasi > 7 hari, onset >2 hari,
mortalitas 10%
 Derajat 3: berat, minimal 3 kriteria, inkubasi <7 hari, onset <2 hari,
mortalitas 32%
 Derajat 4: sangat berat, minimal 4 kriteria, mortalitas 60%
 Derajat 5: ada 5 kriteria, termasuk tetanus neonatorum dan
puerperium, mortalitas 84%

Grading (Abblet)
I II III IV
(mild) (moderate) (severe) (very severe)
Trismus Ringan-
Sedang Berat
sedang
Spastisitas Umum Jelas Umum
Gejala grade
Penyulit Sedang + Serangan
(-) III +
pernapasan takipneu apneu
gangguan
Spasme Spontan,
Ringan/sedang autonomberat
(-) lama,
namun singkat “autonomic
sering
storm”
Disfagia (-)/sedikit Berat
Gangguan
(-) Sedang
otonom

Tata Laksana
Secara garis besar:
- Tata laksana jam-jam pertama
Cek airway  trakeostomi jika perlu
Cek darah rutin, elektrolit, Ur/Cr, mioglobin urin, AGD, kultur
Gejala Klinis untuk yg infeksi
 Hipertoni dan spasme otot (spasme berakhir dalam 2-3 minggu, Cari port d’ entry, masa inkubasi, onset, status imunisasi
berlanjut jadi kaku). Spasme dapat muncul karena stimulus: raba, O2 jika perlu
visual, auditori, atau emosional. Diazepam iv 10mg (sediaan iv: 2 dan 5mg/mL, ampul 2mL;
- Trismus/lockjaw (kontraksi otot masseter) jadi 1 ampul 10mg) perlahan 2-3 menit, dosis pemeliharaan
- Risus sardonikus (kontraksi otot wajah) drip, dikocok tiap 30 menit (ruangan tenang/gelap!)
(Nadia Emira Khairunnisa – Hadiati Rabbani)
- Tata laksana 24 jam pertama - Propanolol: u/ hipertensi episodik dan takikardia (5-10mg, bisa
ATS iv 10.000 IU (sediaan ampul: 1mL = 1.500 IU; vial 5mL = dinaikkan s/d 40mg 3x1, biasanya 5-20mg 3x1) sediaan tab:
20.000 IU) diawali skin test / HTIG 500 IU im/iv (ampul 1mL = 10,40,80,160mg
250 IU) - Atropin: u/diaphoresis, bradiaritmia, hipersekresi
TT 0,5cc im (sediaan: vial 1mL) (~100mg/hari) sediaan: ampul 1mL = 0,25mg
Diet: 3500-4500 kalori/hari melalui NGT (komposisi 100- c. Komplikasi respirasi
150mg protein) Trakeostomi pada pasien dengan derajat Patel Joag ≥3
Metronidazole 3x500mg 7-10 hari (sediaan tab 250mg, d. Miokarditis dan gangguan CV lain
500mg; iv 500mg/100mL vial) DRIP Tanda: EKG QTc memanjang >0,46
Trakeostomi Obat: ACE inhibitor, contoh: captopril
Debridement luka e. Gangguan GI: antasida 150mg 3x1 (contoh: mylanta tab
NGT, CVP, kateter pada grade II-IV 250,300,400,500mg)
Diazepam/vancuronium 6-8mg/hari (sediaan d: 2,5,10mg tab) f. Gangguan renal dan elektrolit:
Tiap kejang: bolus diazepam 1 amp iv perlahan 3-5 menit, bisa - Hipokalemia  KCl 20-80mEq infus lambat 24 jam
diulang tiap 15 menit sampe 3x, kalo gagal  ICU - Hipernatremia  D5%
Hindari perangsang (suara/cahaya dengan intensitas - Hiponatremia NaCl/restriksi cairan, hindari diuretik
intermitten) 4. Rehabilitasi
Pertahankan airway 5. Imunisasi
Status imunisasi
Khusus: DPT primer (+) Tidak perlu vaksinasi HTIg 250 IU dalam
1. Eradikasi bakteri kausatif Pengulangan TT 1 mL im
Metronidazole 500mg/6 jam (4dd) selama 7-10 hari dalam 10 tahun Jika luka rentan
terakhir (+) tetanus: 500 IU
Manajemen luka
DPT primer (+) TT tunggal 0,5mL TT + HTIg tunggal
Luka rentan tetanus Luka yang tidak rentan tetanus
Dosis terakhir >24 sc/im pada lokasi yg
>6-8 jam < 6 jam
jam berbeda
Kedalaman >1cm Superfisial (< 1cm)
Tidak diimunisasi/ TT penuh: 5 dosis @ TT + HTIg penuh
Terkontaminasi Bersih
status imunisasi tidak 0,5cc interval >4mgg,
Bentuk stelat, avulsi, hancur Bentuk linier, tepi tajam
diketahui booster tiap 10th
Denervasi, iskemik Neuro/vaskuler intak
Terinfeksi (purulen, jaringan Tidak terinfeksi
nekrotik) Prognosis
Yang mempengaruhi prognosis
Rekomendasi manajemen luka traumatik:  Usia tua
 Semua luka harus dibersihkan dan debridement  Masa inkubasi singkat
 Dapatkan riwayat imunisasi tetanus pasien  Onset periode yang singkat
 TT (tetanus toxoid): jika riwayat booster terakhir >10  Status imunisasi
tahun/riwayat imunisasi tidak diketahui  Grading
Dosis : ≥7 th: 5IU (0.5ml) im  Komplikasi
< 7 th: DTP atau DtaP, jika KI, DT: 0.5ml im  Status gizi
 TIG (tetanus immune globulin): jika riwayat imunisasi  Kecepatan mendapatkan pengobatan
terakhir >10 tahun yang lalu
2. Netralisasi toksin yang belum terikat
- Imunisasi pasif dengan HTIG (Human Tetanus Immune
Globuline) 500 – 3000 U im
- Alternatif: ATS 10.000 IU im (lebih murah) 3-5 hari. Reaksi
alergi: demam, atralgia, syok anafilaktik
3. Terapi suportif (fase akut)
a. Rigid/spasme otot
Utama: benzodiazepine
- Memperbesar GABA agonist
- Efek: antikonvulsan, relaksan otot, ansiolitik
- Efek maksimal dicapai dalam 30-90 menit
- Dosis: 0.5-10mg/kg ATAU
Ringan: 5-20mg po/8 jam (bila perlu)
Sedang: 5-10mg iv (bila perlu) dosis maks 80-120mg/24 jam
Berat: 50-100 mg dalam 500mL D5% 10-15mg/jam (24 jam)
- MgSO4 (antispasme) – sediaan 40% dalam flacon 25mL
 Load: 70mg/kgBB dalam 100 mL D5% selama 30 menit
 Maint: 2 gr/jam (<60 th) dan 1 gr/jam( ≥60 th) dalam
500mL D5%
 Titrasi: dinaikkan setiap 6 jam 0,5gr (<60 th) dan 0,25gr
(≥60 th) sampai spasme umum terkontrol
 Kurangi 0,25mg/jam sampai spasme umum terkontrol
dalam dosis minimal
Observasi! Urine output, kemampuan batuk, refleks patella,
RR, TD, EKG, kadar Mg/ 3 hari atau /1 hari jika ada tanda
toksisitas dan hipokalsemia, kadar Ca/3 hari.
- Baclofen intratekal (GABA agonist): 500-2000 I g per hari
b. Kontrol disfungsi otonom
- Loading cairan 8L/hari (rehidrasi!)
- Sedasi: morfin (20-180mg/hari; sediaan tab 10,15,30mg),
benzodiazepine, antikonvulsan
(Nadia Emira Khairunnisa – Hadiati Rabbani)
Epilepsi • Partial komplex menjadi umum sekunder
• Partial sederhana menjadi partial komplex, lalu menjadi
Definisi (Fisher et.al) umum
Epilepsi adalah penyakit otak yang ditandai dengan:
• Minimal 2 bangkitan tanpa provokasi atau bangkitan refleks - Bangkitan Umum  kejang melibatkan seluruh otak sejak awal.
dengan jarak antar bangkitan >24jam. Manifestasi: kesadaran yg terganggu, gerak motoric bilatral
• Satu bangkitan tanpa provokasi atau bangkitan refleks dengan simetris bersamaan
kemungkinan besar bangkitan berulang (adanya riwayat stroke, 1. Absence/Lena
riwayat infeksi SSP, cedera kepala, tumor otak, terdapat 2. Mioklonik
gelombang epileptogenik pada EEG) 3. Klonik
4. Tonik
Kejang/ bangkitan 5. Tonik-Klonik
- K/B epileptic: terjadinya tanda/gejala yg bersifat sesaat akibat 6. Atonik/Astatik
aktivitas neuronal yg abnormal/berlebihan di otak - tak tergolongkan
 Bangkitan dengan provokasi: terjadi bersamaan/berdekatan
waktunya dg gg SSP akut akibat gg metabolik, toksik, infeksi, Mekanisme
stroke, trauma kepala (acute symptomatic seizure) Bangkitan disebabkan karena ketidakseimbangan eksitasi dan
 Bangkitan tanpa provokasi: tanpa adanya gg SSP akut inhibisi yang terjadi pada jaringan neuron otak.
- K/B nonepileptik: terjadinya tanda/gejala yg bersifat sesaat namun  Bangkitan parsial
BUKAN akiabt aktivitas neuronal yg berlebihan di otak. Penyebab: - Berkurangnya inhibisi : menghambat inhibitory postsynaptic
gg psikiatri, spasme otot, sinkop, gg kardiovaskular potential (IPSP) (dimediasi oleh GABA-A) dan menghambat
neurotransmitter eksitasi pada presinaps (dimediasi oleh GABA-
Kriteria bangkitan epileptik: B)
• Terjadi paroksismal (muncul mendadak, berhenti dengan *) GABA-A: berhubungan dengan saluran Cl, GABA-B:
sendirinya, durasi sesaat) dan berulang dengan bentuk yang berhubungan dengan saluran K.
sama (stereotipi) - Meningkatnya aktivasi: akibat meningkatnya aktivasi reseptor
• Gerakan tidak dapat dikendalikan NMDA (reseptor glutamate)  membuka saluran Cl dan
• Gerakan otomatisme (gerakan berulang yang seolah bertujuan peningkatan sinkron antar neuron karena interaksi nonsinaps
namun tidak disadari) yang disebabkan perubahan ion ekstrasel (K dan Cl)
• Durasi pada umumnya <3 menit  Bangkitan umum: gangguan interaksi talamokortikal (u/absence)
• Dapat terjadi setiap saat, dimana saja, dlm kondisi apapun,
• Dapat disertai adanya lidah tergigit, mulut berbusa, inkontinensia Bentuk Bangkitan
uri/alvi, dan sianosis 1. Umum lena (petit mal)
• Setelah kejang berakhir pasien dapat mengantuk, bingung, nyeri - Bengong (‘absence’), hilang kesadaran bbrp detik tanpa
anggota gerak, dan defisit neurologis fokal (Todd’s paralysis, kehilangan postur
afasia postictal) - Tanda: eye blink dengan cepat, mata menatap kosong, tiba-tiba
• Faktor pencetus: kurang tidur, kelelahan, putus alcohol, stimulasi berhenti bicara/merespon,
fotik, putus OAE - Mungkin terdapat automatisme,
- Pemulihan kesadaran segera tanpa bingung, tanpa post ictal
Bangkitan refleks adalah bangkitan yang dapat diprovokasi oleh confusion
stimulus eksternal maupun internal yang selalu serupa, dapat - Pencetus: hiperventilasi
berupa melihat kilatan cahaya, membaca buku, mendengar lagu, dll. - EEG: 3 Hz bilateral sinkron dan simetris
2. Umum tonik-klonik (grand mal)
Etiologi - Dapat didahului prodormal: jeritan, sentakan, mioklonik
1. Idiopatik: Tidak terdapat lesi struktural di otak atau defisit - Hilang kesadaran, kaku (tonik) 10-30 detik, diikuti kelojotan
neurologis. Diperkirakan mempunyai predisposisi genetik dan kedua lengan dan tungkai (klonik) 30-60 detik
umumnya berhubungan dengan usia. - Dapat disertai mulut berbusa
2. Kriptogenik: Dianggap simtomatis tetapi penyebabnya belum - Setelah bangkitan: lemas (flaksid) dan bingung, tidur. Saat
diketahui.Termasuk di sini adalah sindrom West, sindrom Lennox- sadar: bingung, sakit kepala, merasa kelelahan selama
Gastaut, dan epilepsi mioklonik.Gambaran klinis sesuai dengan beberapa jam hingga hrai setelahnya
ensefalopati difus. - EEG:
3. Simptomatis: Bangkitan epilepsi disebabkan olehkelainanatau lesi 3. Umum myoklonik (serangan piring terbang)
struktural pada otak. Misalnya; cedera kepala,infeksi SSP, - Kontraksi otot mendadak, cepat, ireguler, seperti
kelainan kongenital, lesi desak ruang,gangguan peredaran darah kaget/menyentak
otak, toksik(alkohol),metabolik, dan kelainan neurodegeneratif. - EEG: polispike menyeluruh/wave discharge yg singkat saat
miklonik
Klasifikasi (International League Epilepsi (ILAE) 1981) 4. Umum atonik
- Bangkitan Parsial/Fokal  mulai dari sebagian otak dengan Kehilangan tonus otot dan postur tubuh secara mendadak, pasien
gejala motoric/sensorik/otonom yg terjadi hanya pada jatuh/head drop
sebagian/sesisi tubuh 5. Parsial sederhana
1. Partial sederhana  tidak disertai gg kesadaran - Penurunan kesadaran (-)
• Dengan gejala motorik - Bangkitan awal fokal/unilateral  menyebar pada sisi yang
• Dengan gejala somatosensorik berlawanan
• Dengan gejala otonomik - Kepala berpaling ke arah yang kejang (adversif) (berlawanan
• Dengan gejala psikis dari lokasi lesi)
2. Partial Kompleks  disertai gg kesadaran 6. Parsial kompleks
• Bangkitan partial sederhana diikuti gangguan kesadaran - Fokal + penurunan kesadaran (terjadi karena gg sistem limbik,
• Bangkitan yang disertai gangguan kesadaran sejak awal bukan ARAS)
bangkitan - Karakter: kompleks aura dengan gg kesadaran
3. Bangkitan partial menjadi umum sekunder  awalnya fokal, - Serangan berasal dari lobus temporalis/hipokampus
terus jadi umum - Automatisme stereotipik: mengunyah, mengecap, menelan,
• Partial sederhana yang menjadi umum sekunder tertawa
(Nadia Emira Khairunnisa – Hadiati Rabbani)
- Kepala berpaling ke arah yang kejang (adversif) (berlawanan o Kecanduan alcohol
dari lokasi lesi) o Kelainan pada kulit
7. Umum sekunder: berkembang dari parsial o Tanda tanda keganasan

Diagnosis PE neurologi
Diagnosis klinis epilepsy (perdosii epilepsy 2016) Untuk mencari tanda tanda defisit neurologis fokal atau difus yang
telah berhubungan dengan epilepsi. Jika dilakukan dalam beberapa
1. anamnesis: pastikan ada kejang/bangkitan epileptik
menit setelah bangkitan, maka akan tampak pascabangkitan
terutama tanda fokal yang tidak jarang dapat menjadi petunjuk
2. pastikan bangkitan epileptik tsb tanpa provokasi lokalisasi:
o Paresis Todd
3. pastikan bangkitan epileptik tanpa provokasi tsb berulang o Gangguan kesadaranpascaiktal
dengan jarak waktu minimal 24 jam o Afasia pascaiktal

4. pastikan kebenaran adanya bangkitan refleks PP


1. Pemeriksaan Electroencephalography (EEG)
2. Pemeriksaan pencitraan otak: CT Scan dan MRI  Berguna untuk
5. pastikan bangkitan refleks tsb berulang dlm jarak waktu
minimal 24 jam mendeteksi lesi diotak sebagai penyebab bangkitan. MRI lebih
spesifik dan sensitive.
3. Pemeriksaan lab: Hematologi, fungsi hati(SGOT/SGPT), elektrolit,
6.tentukan bentuk bangkitan epileptik
ureum, kreatinin
4. Pemeriksaan kadar OAE dalam darah
7. PF: mencari defrisit neurologis dan tanda lahir 5. Pemeriksaan penunjang lain: Dilakukan sesuai indikasi misalnya
Pungsi lumbar dan EKG.

8. rujuk untuk EEG Tata Laksana


Penanganan Pertama di luar Faskes
9. rujuk untuk periksa imaging otak untuk cari etiologi 1. Hindarkan pasien dari kerumunan massa dan benda-benda
berbahaya di sekitar.
2. Posisikan pasien ke posisi lateral decubitus, untuk mencegah
HT aspirasi jika ada muntah.
 Sebelum bangkitan/gejala prodromal: Kondisi fisik dan psikis 3. Longgarkan pakaian pasien yang mengikat.
(perubahan perilaku, lapar, berkeringat, mengantuk, menjadi 4. Jangan memasukkan apapun ke mulut pasien.
sensitif, hipotermia, dan lain-lain). 5. Jangan menahan gerakan pasien.
 Selama bangkitan 6. Terus berbicara pada pasien selama bangkitan untuk
- Aura/gejala yang dirasakan pada awal bangkitan menenangkan dan menyadarkan pasien.
- Bentuk bangkitan: 7. Amati bentuk dan lamanya kejang.
o Deviasi mata 8. Hubungi ambulans jika:
o Gerak kepala a. Bangkitan terjadi di air
o Gerak tubuh b. Terdapat kesulitan bernapas,
o Vokalisasi c. Bangkitan >5menit atau terjadi bangkitan susulan segera
o Otomatisasi (lidah tergigit, mengompol, badan lemas, setelah bangkitan pertama
mengecap-ngecap) d. Terdapat trauma
o Gerakan pada salah satu/kedua lengan dan tungkai e. Terdapat nyeri kepala yang menetap setelah bangkitan
o Tonik/klonik f. Terdapat gangguan penglihatan
o Inkontinensia urine g. Penurunan kesadaran pascabangkitan
o Lidah tergigit h. Pupil anisokor/midriasis bilateral
o Berkeringat i. Pasien muntah.
- Adanya lebih dari satu pola bangkitan: Perubahan pola dari
bangkitan sebelumnya Terapi Pendahuluan
- Aktivitas saat terjadi bangkitan - beri 1 OAE pilihan 1 sesuai bentuk bangkitan epileptic dari dosis
 Post ictal: Penurunan kesadaran, bingung, langsung sadar,nyeri awal sampai tercapai dosis rumatan. Kalau ragu, rujuk ke SpS
kepala,Todd’s paresis - Diazepam diberikan bila durasi bangkitan epileptik >5 menit
 Faktor Pencetus: Lelah, kurang tidur, hormonal, stress, putus - Dewasa: Diberikan injeksi diazepam 10 mg IV bolus dengan
alkohol, putus obat anti epilepsi. kecepatan maksimal 5mg/menit, dengan observasi pernapasan.
 Tentang bangkitan: Usia awitan, durasi bangkitan, frekuensi Dapat diulang pemberiannya minimal 10 menit setelah pemberian
bangkitan, interval terpanjang antara bangkitan, kesadaran antara diazepam pertama, dosis maksimal 20 mg.
bangkitan - Anak: Diazepam 5 mg IV/per rectal, dosis ulangan 10 menit
 Terapi dan penyakit sekarang:Terapi sebelumnya dan respon kemudian, dosis maksimal 10 mg.
terhadap terapi, dan apakah terdapat penyakit yang menyertai. - Kontraindikasi: myasthenia gravis, gangguan pernapasan,
 Riwayat: insufisiensi hepar, sleep apnea syndrome, dan open angle
a. Epilepsi dan keluhan sama pada keluarga glaucoma.
b. Selama dalam kandungan, masa kelahiran, dan tumbuh
kembang Tujuan terapi farmakologis
c. Kejang demam Bebas bangkitan, tanpa efek samping obat anti epilepsi.
d. Trauma/stroke/infeksi SSP
Waktu untuk memulai terapi
PE umum 1. Diagnosis epilepsi telah tegak
o Trauma kepala 2. Minimum 2 bangkitan dalam satu tahun, kecuali bila ditemukan:
o Tanda tanda infeksi a. Defisit neurologi
o Kelainan congenital b. Riwayat epilepsi pada saudara sekandung
c. Riwayat trauma kepala berat, stroke, infeksi SSP
(Nadia Emira Khairunnisa – Hadiati Rabbani)
d. Bangkitan pertama berupa status epileptikus 25mg/hari
3. Terhadap penderita dan keluarga telah dilakukan informed (2mgg), ↑
SJS,
25mg 200-
consent Lamotrigine 2x teratogenik,
(2mgg), ↑ 600mg
ruam, pusing
50mg
Prinsip terapi (2mgg)
500-
1. Terapi dimulai dengan monoterapi, menggunakan Obat Anti 1000mg/hari,
mual, nyeri
Epilepsi (OAE) pilihan utama sesuai dengan jenis ↑500-1000g 750-
Levetiracetam 2x kepala,
kejang/bangkitan. bila perlu 4000mg
mengantuk
setelah
2. Pemberian dimulai dari dosis rendah dan dinaikkan/titrasi 2mgg
bertahap sampai dosis efektif (dosis terkecil yang dapat hepatotoksik,
menghentikan bangkitan) tercapai. leukopenia,
500mg/hari
500- trombositopenia
3. Dosis rumatan OAE memadai. ↑250mg bila
2000mg , pankreatitis,
4. Hindari faktor pencetus/bangkitan seperti: tidur teratur, Asam valproat perlu setelah 2-3x
max peningkatan
7hari
menghindari stress, menghindari kelelahan berlebihan, A: 3mg/kgBB
3000 berat badan,
menghindari pencetus spesifik untuk epilepsi reflex. amenore,
PCOS
5. Pemberian asam folat 1-5 mg/hari, terutama pada pasien wanita
usia reproduktif untuk mencegah cacat janin. 100mg/hari,
batu ginjal,
↑100mg bila 100-
Zonisamid 2x anemia aplastik,
perlu setiap 400mg
ruam kulit, mual
Tabel Efektivitas Obat Anti Epilepsi (OAE) untuk tiap jenis 2mgg
bangkitan
Bangkitan BU Bangkita
OAE
Bangkitan
Umum Tonik-
Bangkita
n
Sediaan obat
Fokal n Lena Carbamazepine: tab 200 mg, 100 mg
Sekunder Klonik Mioklonik
Phenytoin: caps 100 mg
As. Valproat +B +B +C +A +D
As valproate: 250mg, 500 mg
Carbamaze
+A +A +C - - Phenobarbital: tab 30, 50, 100 mg
pin
Clonazepa
+D - - - - Prinspi ganti Obat
m
Obat pertama telah mencapai kadar terapi namun efek terapi belum
Fenobarbita
+C +C +C 0 ?+
muncul/efek toksik sudah muncul
l
Penghentian Terapi OAE
Fenitoin +A +A +C - - Penghentian OAE secara bertahap dipertimbangkan bila 3-5 tahun
(di RSHS 2 tahun) pasien bebas bangkitan, kecuali pada epilepsi
Gabapentin +C +C ?+D 0 ?- simptomatik dan kriptogenik, yang pengobatannya dapat seumur
hidup.
Lamotrigin +C +C +C +A +-
Status Epileptikus
Levetiraceta
+A +A ? +D ?+ ?+ Definisi
m
satu bangkitan yang berlangsung lebih dari 30 menit, atau adanya
Oxcarbazep dua bangkitan atau lebih di mana di antara bangkitan-bangkitan tadi
+C +C +C - -
in
tidak terapat pemulihan kesadaran.
- SE konvulsif adalah satu bangkitan yang berlangsung lebih dari 5
Topiramat +C +C +C ? ?+D
menit, atau bangkitan berulang dua kali atau lebih tanpa pulihnya
Zonisamid +A +A ?+ ?+ ?+ kesadaran di antara bangkitan.
A: efektif sebagai monoterapi; B: sangat mungkin efektif sebagai - SE non konvulsif adalah sejumlah kondisi di mana aktivitas
monoterapi; C: mungkin efektif sebagai monoterapi; - tidak dapat bangkitan elektrografik memanjang (EEG status) dan memberikan
digunakan. gejala klinis non motorik termasuk perubahan perilaku dan atau
(biasanya kalau fokal carbamazepine, kalau umum fenitoin) "awareness".
SE dibedakan dari bangkitan serial (frequent seizures), yaitu
Tabel Jenis-jenis OAE bangkitan tonik klonik yang berulang tiga kali atau lebih dalam 1
jam.
Dosis Jumlah
OAE Titrasi Efek samping
Rumatan Dosis/hari
Klasifikasi
100- Klasifikasi SE secara klinis, yaitu:
200mg/hari,
↑ 100 mg
hepatotoksik,  SE fokal: sesuai dengan bentuk bangkitan fokal
400- anemia aplastik,
Carbamazepine bila perlu/1 3x  SE general: sesuai dengan bentuk bangkitan umum
1200mg SJS, lupus-like
minggu Klasifikasi SE berdasarkan durasi, yaitu:
syndrome
A: 5
mg/kgBB  SE Mengancam (impending): 5-30 menit
anemia aplastik,  SE Pasti (established): > 30 menit
hepatotoksik,  SE Refrakter: bangkitan tetap ada setelah mendapat dua
100mg/hari,
SJS, lupus-like
↑ 30-100mg atau tiga jenis antikonvulsan awal dengan dosis adekuat
200- syndrome,
Fenitoin bila perlu 1-2x
500mg pseudolympho
setelah 1 bln
ma, hipertrofi Etiologi
A: 4mg/kgBB
gusi, hirsutisme,
nistagmus anak-anak: infeksi dengan demam, kadar obat antiepilepsi (OAE)
30-50mg yang rendah dalam darah, anoxia, hipoksia, stroke, tumor otak,
hepatotoksik,
malam hari, trauma, gangguan metabolik, serta idiopatik.
90- SJS, gg jar. Ikat
↑ 30mg bila
Fenobarbital perlu setelah
120mg,
1x
dan sumsum Dewasa: kadar OAE yang rendah, diikuti dengan stroke, hipoksia,
max tulang, ataksia, alkohol, infeksi sistem saraf pusat (SSP), metabolik, dan overdosis
1bln
180mg nistagmus,
A: 3 obat.
depresi
mg/kgBB
(Nadia Emira Khairunnisa – Hadiati Rabbani)
Diagnosis  Pastikan etiologi
Status epileptikus konvulsif:  Siapkan untuk rujuk ke ICU
1. Terdapat kejang umum tonik klonik  Berikan Fenitoin IV dosis 15-18 mg/kg
2. Kejang berlangsung lima menit atau lebih, ATAU kejang dengan kecepatan pemberian 50
berulang dan di antara kejang kesadaran tidak pulih mg/menit dan/atau Fenobarbital IV 10-
sepenuhnya 15 mg/kg dengan kecepatan
Status epileptikus non-konvulsif: pemberian 100 mg/menit
1. Terdapat gangguan kesadaran yang memanjang, berlangsung  Identifikasi dan terapi komplikasi medis
lima menit atau lebih, ATAU yang terjadi
2. Terdapat kejang/bangkitan selain kejang umum tonik klonik  Vasopressor bila diperlukan
yang berlangsung lima menit atau lebih. Sebagai contoh, Stadium 4 (30-90 menit) SE Refrakter
adanya kedipan mata dan kedutan otot selama koma, maupun
 Pindah ke ICU
nystagmoid jerk pada mata. Kebingungan post iktal yang
 Perawatan intensif dan monitor EEG
berkepanjangan juga dapat dicurigai sebagai salah satu bentuk
 Monitor tekanan intrakranial bila
dari SE non-konvulsif.
dibutuhkan
SE konvulsif dapat berubah bentuk menjadi SE non-konvulsif
 Berikan antiepilepsi rumatan jangka
apabila terapi SE konvulsif tidak adekuat.
panjang
 Berikan Propofol 1-2 mg/kgBB bolus,
Komplikasi
dilanjutkan 2-10 mg/kg/jam ATAU
Status epileptikus konvulsif memiliki potensi kerusakan otak
Midazolam 0,1-0,2 mg/kg bolus,
yang cukup besar. Efek sistemik akibat SE konvulsif pada fase awal
dilanjutkan 0,05-0,5 mg/kg/jam ATAU
meliputi peningkatan denyut nadi, tekanan darah, dan kadar glukosa
Thiopental sodium 3-5 mg/kg bolus,
darah. Pada fase ini seringkali terjadi aritmia dan dapat berakibat
dilanjutkan 3-5 mg/kg/jam dititrasi naik
fatal. Pada fase lanjut dapat terjadi hipertermia sampai melebihi 40˚
sampai SE terkontrol
C sehingga dapat menyebabkan kerusakan otak dan prognosis
memburuk. Selain itu, dapat terjadi aritmia, hipotensi, dan edema Pemeriksaan Emergensi
paru berat yang dapat menyebabkan kematian. Pemeriksaan gas darah, glukosa, fungsi liver, fungsi ginjal, kalsium,
magnesium, darah lengkap, faal hemostasis, dan kadar OAE. Bila
Penatalaksanaan diperlukan pemeriksaan toksikologi bila penyebab SE tidak jelas.
Terapi pendahuluan Foto thorax diperlukan untuk evaluasi kemungkinan aspirasi.
Pemberian benzodiazepine rektal/midazolam buccal merupakan Pemeriksaan lain tergantung kondisi klinis, dapat meliputi pencitraan
terapi yang utama selama di perjalanan menuju rumah sakit. Saat ini otak dan pungsi lumbal.
di Indonesia belum tersedia midazolam buccal. Pengawasan
Segera panggil ambulans pada kondisi berikut: Observasi status neurologis, tanda vital, ECG, biokimia, gas darah,
 Bangkitan berlanjut 5 menit setelah obat emergensi diberikan pembekuan darah, dan kadar OAE.
Monitor EEG perlu pada SE refrakter.
 Penderita memiliki riwayat sering mengalami bangkitan
serial/bangkitan konvulsif
 Terdapat kesulitan monitor jalan napas, pernapasan, sirkulasi, Kenapa harus bolus lambat? Efek samping obat!
atau tanda vital lain Diazepam  depresi pernafasan
Phenytoin  aritmia jantung
Terapi emergensi di PPK 1 Jadi harus observasi TTV saat pemberian obat, pasang monitor
- Perbaiki jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi. Hal ini
dilakukan dengan patensi jalan napas, pemberian oksigen, serta
pemasangan infus dengan cairan fisiologis.
- Pemberian benzodiazepine (diazepam) rektal 10 mg atau IV
0,3-0,5 mg/kgBB dengan kecepatan pemberian 5 mg/menit.
Pemberian diazepam dapat diulang maksimal 3 kali (tiap 15
menit bila kejang masih ada). Setelah pemberian diazepam,
pasien harus dirujuk untuk penanganan lebih lanjut.

Stadium 1 (0-10 menit) SE Dini


 Pertahankan patensi jalan napas dan
resusitasi
 Berikan oksigen
 Periksa fungsi kardiorespirasi
 Pasang infus
Stadium 2 (0-30 menit)
 Monitor pasien
 Pertimbangkan kemungkinan kondisi
non-epileptik
 Terapi antiepilepsi emergensi (diazepam
rektal 10-20 mg, dapat diulang sekali
setelah 15 menit)
 Pemeriksaan emergensi
 Berikan glukosa (D50% 50 ml) dan/atau
thiamine 250 mg IV bila ada kecurigaan
penyalahgunaan alkohol atau defisiensi
nutrisi
 Terapi asidosis bila terdapat asidosis
berat
Stadium 3 (0-60 menit) SE Menetap
(Nadia Emira Khairunnisa – Hadiati Rabbani)
Meningitis wabah epidemic;
meningeal cry
Definisi pada anak
Peradangan yang terjadi pada leptomeninges, yaitu lapisan Onset: tiba-tiba Onset: gradual/ Dicurigai pada
dan singkat tiba-tiba penderita alkoholik,
pembungkus otak yang terdiri dari pia mater dan lapisan araknoid.
splenektomi,
meningitis bacterial
Meningen yg rekuren, sickle
- Selaput otak berupa lapisan membranosa jaringan otak di dalam cell anemia, fraktur
kranium, melapisi seluruh permukaan otak, batang otak, dan basis krani
medulla spinalis. Prognosis Onset gradual  Prognosis
- Struktur (dari luar ke dalam) umumnya baik prognosis baik biasanya buruk bila
Onset tiba-tiba + diikuti koma,
a. Kalvaria
septicemia  kejang,
b. Duramater (lapisan periosteal dan meningeal) prognosis buruk peningkatan
c. Arachnoid mater protein CSS
d. Rongga subarachnoid (isi CSF) Mortalitas <5% Mortalitas 10 % Mortalitas 20%
e. Piamater - Penyebaran
*) arachnoid dan piamater = leptomeninges  Hematogen
CSF  Perkontinuatum
- Jernih, kadar protein, glukosa, dan ion lebih rendah dari darah  Trauma kepala terbuka, bedah otak, LP
- Terebentuk dari pleksus koroideus (ventrikel lateral)  foramen of  Transplasental
monro  ventrikel ke3 cerebral aqueduct  ventirkel ke 4 
foramen of luschika, foramen magendie,  ruang subarachnoid Meningitis Viral/ aseptic
 vili arachnoid di dural sinus venosus  darah vena (total siklus - Gejala tidak seberat meningitis bakterialis
4-5 siklus/hari) - Tidak punya gejala spesifik dan dapat sembuh sempurna tanpa
- Fungsi: bantalan mekanik melidungi kolumna spinalis dan otak, obat/antivirus
mempertahankan TIK, membuang produk sisa metabolism pada - Akut, tidak ada fokus infeksi,tidak ada bakteri pada CSS
serebri, reaksi kimia sel-sel neuron otak - Nyeri kepala (grippe-like) frontal, retroorbital, fotofonia
- Jumlah di raung subarachnoid 10-20 ml - Biasanya tidak ada deficit neurologi fokal

Etiologi Meningitis TB
 Infeksi - Subakut/kronis, KU: trias meningitis atau komplikasi ( TTIK,
- Bakteri: Neisseria meningitidis, Haemophilus influenza, hemiparesis, hemiplegi)
Streptococcus pneumonia, Mycobacterium tuberculosis (pada - Klasifikasi (BMRC 1948)
pasien immunocompromised)  Stadium 1 : tanda meningitis (nyeri kepala, fotofobia, kaku
- Virus: enterovirus, HSV, mumps kuduk). TIDAK ADA penurunan kesadaran/deficit neurologis lain
- Jamur: Cryptococcus neoformans,  Stadium 2 : penurunan kesadaran ringan/ deficit neurologi fokal
 Non-infeksi: SLE, neoplasia  Stadium 3 : stupor-koma/ hemiplegia tau paraplegia
- Skoring
Klasifikasi Keadaan klinis yang menunjang diagnosis Meningitis 1/lebih gejala
 Berdasarkan tampilan CSF berikut:
- Purulent ( kehijauan/kekuningan): bakteri • Nyeri kepala
- Serosa (xanthochrom): jamur, TB • Iritabilitas
- Aseptic (jernih): virus • Muntah
 Berdasarkan perjalanan penyakit • Demam
- Akut : demam sampai muncul gejala meningitis (kaku • Kaku kuduk
kuduk/penurunan kesadaran) < 3hari (virus, bakteri) • Kejang
- Kronis/ subakut: demam sampai muncul gejala meningitis lebih • Defisit neurologi fokal
panjang, bebrapa hari hingga beberapa bulan (jamur, TB, • Letargi
neoplasma) • Penurunan kesadaran
Kriteria Skor diagnostik
Manifestasi Klinis A) Kriteria klinis Skor maksimum
Trias meningitis: demam, nyeri kepala, kaku kuduk =6
Gejala tambahan: penurunan kesadaran, kejang, hemiparesis Lama gejala > 5 hari 4
Stadium lanjut: SS hidrosefalus seperti nyeri kepala berat, muntah- Gejala sistemik yang menunjang diagnosis TB ( 2
muntah, kejang, papiledema 1 atau lebih):
• Penurunan berat badan/gagal tumbuh (pada
anak)
Meningitis bakterialis
• Keringat malam
- Biasanya diawali infeksi (ISPA, infeksi telinga): panas badan • Batuk lama(>2 minggu)
diikuti nyeri kepala dan kaku kuduk Riwayat kontak dengan TB paru (dalam 1 tahun 2
- Gejala tambahan: muntah, penurunan kesadaran, kejang, terakhir), TST atau IGRA positif
fotofobia, kelumpuhan saraf kranial, deficit neurologis Defisit neurologi fokal ( tidak termasuk 1
Haemophilus Meningococcal Pneumococcal kelumpuhan saraf kranial
Kelumpuhan saraf kranial 1
Neonates dan anak Anak dan dewasa Dewasa
Penurunan kesadaran 1
Didahului infeksi Geala penyerta: Diahului infeksi B) Kriteria CSS Skor maksimum
telinga dan saluran delirium dan stupor paru, telinga, sinus, =4
nafas atas dlm hitungan jam; katup jantung Warna jernih/xanthochrom 1
ptekia, purpura, Jumlah sel: 10-500 1
ekimosis; terdapat Predominansi limfosit (>50%) 1
syok sesptik + Protein >1g/dL 1
septikemia, DIC;
Rasio glukosa CSS: plasma <50% dan/ kadar 1
terutama bila
glukosa absolut <2.2mmol/L (14:12167)
sedang terjadi
C) Kriteria CT-scan/MRI Skor maksimum
(Nadia Emira Khairunnisa – Hadiati Rabbani)
=6 Kriptokokus: CTscan / MRI hidrosefalus, meningeal
Hidrosefalus 1 enhancement, kadang-kadang infark; Lab darah  CD4, antigen
Penyangat basal meningeal 2 kriptokokus
Tuberkuloma 2
Infark 1
Hiperdensitas basal pra-kontras 2
D) Tanda TB di tempat lain Skor maksimum
=4
Foto thoraks menunjukan TB aktif TB Paru = 2
TB milier = 4
Bukti CT/MRI/USG yang menunjukan adanya 2
TB di luar SSP
Didaptkan BTA baik dari pewarnaan langsung 4
atau kultur dari sampel lain selain CSS (sputum,
kelenjar, getah bening, bilas lambung, urine,
darah)
Hasil positif NAAT m.Tb dari bahan 4
pemeriksaan selain CSS
E) Tegaknya diagnosis lain
Diagnosis lain harus bisa ditegakan secara pasti
dan dikonfirmasi secara bakteriologi
(pewarnaan langsung, kultur, NAAT), serologi
(misal sifilis) atau secara histopathologi (misal
limfoma)
Berikut daftar diagnosis lain yang perlu
dipertimbangkan sesuai umur, status imun, dan
wilayah geografi:
• Meningitis bakterialis akut
• Meningitis kriptokokus
• Meningitis sifilitik
• Meningoensefalitis viral
• Malaria serebral
• Meningitiseosinofilik/parasitik
(Angiostrongylus cantonesis,
Gnathostoma spinigerum, toxocariasis,
cysticercosis)
• Toksoplasma serebri dan abses otak (
SOL pada pemeriksaan imaging)
• Keganasan (misal limfoma)

Klasifikasi Meningitis TB
Definitif
BTA (+) dari pemeriksaan bacteriology langsung (pewarnaan Ziehl
Nelson) atau melalui kultur.
Probable: Komplikasi
- Keadaan Klinis menunjang meningitis Neurologi
- Skor diagnostic total ≥ 10 (jika tidak ada data CT/MRI) 1. Edema otak
- Skor diagnostic ≥ 12 (jika ada data CT/MRI) - Peningkatan permeabilitas BBB karena inflamasi (edema
Possible: vasogenik),
- Keadaan klinis yang menunjang meningitis - Pelepasan toksin oleh bakteri dan neutrophil (edema
- Skor diagnostic ≥ 6-9 (jika tidak ada data CT/MRI) intraseluler)
- Skor diagnostic ≥ 6-11 (jika ada data CT/MRI) - Resistensi aliran CSS (edema interstitial)
- Tidak ditemukan diagnosis lain. 2. Hidrosefalus (minggu ke 3)
Bukan MTB Peradangan  penebalan leptomeningal  gangguan absorpsi
- Tegaknya diagnosis lain tanpa didapatkannya diagnosis definitive CSS atau oklusi pada foramen yg menghubungkan ventrikel 
TBM akumulasi CSS  TTIK (penurunan kesadaran, nyeri kepala,
- Didapatkan tanda infeksi ganda yang meyakinkan paliedema, refleks patologis (+), parese N VI)
3. SIADH
Meningitis Kriptokokus Rangsangan hipotalamus  peningkatan sekresi ADH 
- Berhubungan dengan individuimunokompromais : HIV/AIDS peningkatan volume cairan tubuh  hipoNa
- Gejala klinis: demam tidak terlalu tinggi, nyeri kepala hebat, Kriteria diagnostik :
malaise a. Kadar serum natrium <135 mEq/L
b. Osmolalitas serum <280 mOsm/L
Pemeriksaan Penunjang c. Kadar natrium urin yang tinggi (biasanya > 18 mEq/L)
1. lumbal pungsi dan analisis CSS d. Rasio osmolalitas urin/serum meninggi hingga 1,5-2,5 : 1
Tambahan dari tabel e. Fungsi tiroid, adrenal, dan renal normal
Virus : predominasi monosit f. Tidak ditemukan tanda-tanda dehidrasi
Jamur : predominasi monosit, protein 50-1000 mg/dL, glukosa < 4. Penuruunan kesadaran
40mg/dL Inflamasi (invasi mikroorganisme menghasilkan toksin/ proses
2. pemeriksaan serologis/ imunologis dan lainnya imunologis tubuh yang merangsang pengeluaran sitokin dan Pg)
Bakteri: Kultur darah positif,  merusak sel neuron
Virus: kultur darah, (tinja, apus tenggotok), IgG IgM naik 5. Penjeratan saraf kranial
TB: gambaran TB paru hanya pada 50% kasus, PPD test (+) pada Bakteri dan antigen dari tuberkel ke rongga subarachnoid 
80% kasus, CT scan/MRI  hidrosefalus, meningeal Reaksi hipersensitivitas  terbentuk eksudat tebal di SA 
enhancement, tuberkuloma/ infark menyerupai stroke infark terakumulasi pd basis otak (berpusat di fossa interpedunkularis,
(Nadia Emira Khairunnisa – Hadiati Rabbani)
fissure silvii, kiasma optikus, meluas di pons dan serebelum)
kompresi PD pd basis otak, penjeratan saraf kranial
Yg tersering: N VI, III, IV, VII, II (krn lesi tuberkulosisnya atau krn
penekanan oleh eksudat)
6. Arteritis/vasculitis
Inflitrasi eksudat pada PD kortikal/meningeal  Inflamasi di
arteri kecil dan sedang  arteritis/vasculitis  spasm PD,
terbentuk thrombus
7. Arachnoiditis
Peradangan pada leptomeningen
Bakteri/tuberkel ke rongga SA  terbentuk eksudat 
perlengketan arachnoid dan piamater  komresi local pd
medulla spinalis/kena radiks 
- Nyeri spontan bersifat radikuler
- Gg motoric: plegi
- Gg sensorik: segmental di bawah level penjepitan
- Retensi kanduung kemih
Non Neurologi (Imobilisasi)
1. DVT
2. Pneumonia
3. Kontraktur
4. ISK 3. Dexamethasone diberikan sebelum atau bersamaan dengan
5. Ulkus decubitus dosis pertama antibiotika. Dosis yang dianjurkan adalah
0.15mg/kgBB(10mg dewasa) setiap 6 jam selama 2-4 hari
Tatalaksana dan Prognosis 4. Pertimbangkan merawat pasien di ruang isolasi,terutama jika
Umum penyebab adalah h.influenza atau n.meningitides
1.Penatalaksanaan jalan nafas (oksigen) 5. Pada kecurigaan infeksi N.meningitis berikan kemoprofilaksis
2.Maintainance fluid dalam 48 jam pertama (25-30ml/kg/bb/hari) a. tinggal serumah
3.Posisi kepala 30 derajat untuk venous drainage dan hiperventilasi, b. orang yang makan tidur di tempat yang sama dengan
untuk mempertahankan PaCO2 antara 27 and 30 mmHg. pasien
c. Murid sekolah yang sekelas dengan pasien
Meningitis Bakterialis Akut d. Petugas kesehatan yang ada kontak langsung dengan
1. Regimen terapi empirik sesuai dengan usia,kondisi klinis dan pola sekret mulut dan hidung pasien dalam 7 hari terakhir
resistensi setempat Profilaksis
Karakter pasien Etiologi tersering Pilihan Ab Rifampin
Streptococcus grupB, =<1bulan: 5 mg/kgBB po q12h untuk 2hari
Ampisilin + >1 bulan: 10 mg/kgBB maks 600 mg, po q12h utk 2 hari
Neonates L monocytogenes,
seftriakson
E coli Seftriakson
N meningitides, Seftriakson atau =<12 tahun: 125 mg IM dostung
2 bulan-18 tahun S pneumonia, sefotaksim, dapat >12 tahun: 250 mg IM dostung
H influenza ditambah vankomisin Siprofloksasin
S pneumonia, Seftriakson, dapat
18-50 tahun <18 tahun: tidak direkomen
N meningitides ditambah vankomisin
>=18 tahun: 500 mg po dostung
S pneumonia,
Vankomisin +
>50 tahun L monocytogenes,
ampisilin + seftriakson Dosis Obat
bakteri gram negative
S pnemumonia, Seftriakson
N meningitides, Vankomisin + A: 100mg/kg/hari IV atau IM terbagi q12h, mask 2 gr/hari
Imunokompromais L monocytogenes, ampisilin + D: 2 gr IV atau IM terbagi q12h, maks 4 gr/hari
Salmonella spp, basil sefepim/meropenem Sefotaksim
gram negated aerob
A: 200mg/kg/hari IV dibagi q6h
S pneumonia,
Fraktur basis Vankomisin + D: 2 gr/hari q4-6h maks 12gr/hari
H influenza +
kranii sefotaksim/seftriakson Vankomisin
GABHS
Vankomisin + A: 60mg/kg/hari dibagi q6h
Cedera kepala, Stafilokokus, basil
ceftazidime, D: 1gr IV q12h
paska bedah otak gram negative aerob
sefepim,/meropenem Ampisilin
A: 200-400mg/kg/hari IV /q4h
2. Sesuaikan antibiotika segera setelah hasil kultur didapatkan D: 2 gr IV q4h maks 12gr/hari

Prognosis
Tegantung kecepatan mendiagnosis dan terapi.
1.Kematian paling banyak ditemukan dgn
pasien terinfeksi s.pneumonia dan pasien yang
datang dengan penurunan kesadaran
2.Dexametasone menurunkan kematian dan
sisa neurologi. Dexamethasone dapat
menurunkan respons inflamasi di ruang
subaraknoid yang secara tak langsung dapat
menurunkan risiko edema serebral,
peningkatan tekanan intrakranial, gangguan
aliran darah otak, vaskulitis, dan cedera neuron.
(Nadia Emira Khairunnisa – Hadiati Rabbani)
Meningitis Viral Bila pasien HIV dengan meningitis TB
1. self limiting (3-5 hari), terapi simtomatik 1. jika MTB didiagnosis lebihdulu dari HIV, terapi TB didahulukan
2. Beberapa ahli menyarankan asiklovir 10mg/kgBB/kali, 3 dd, 10-14 dengan pertimbangan:
hari - jika CD4 > 100: ART ditunda hingga selesai fase intensif
3. Kenaikan tekanan intrakranial yang simptomatik dapat diterapikan pengobatan TB ( stl 2 bulan OAT)
dengan tindakan LP - jika CD4 < 100: ART dimulai lebi awal, dianjurkan min 2
minggu setelah OAT diberikan
Prognosis 2. diketahui HIV dulu  terapi Tb dapat dimulai kapan saja
Sebahagian besar sembuh sendiri dalam 3-5 hari. Pada fase akut
dapat dijumpai kenaikan tekanan intrakranial Prognosis
1. Mortalitas tinggi:stadium lebih lanjut lebih tinggi risiko kematian
Meningitis Kriptokokus 2. Sequela neurologis: hemiparesis, hemiplegi. Gg cognitive,
1. Terapi antijamur berhungungan dengan stadium saat pasien masuk ke RS
a. Fase induksi: amfoterisin B deoksiolat iv dengan dosis 0.7- 3. paradoxical Tb: diobatin malah tambah sakit  resiten obat Tb,
1mg/kg/bb/hariditambah flusitosin 100mg mg/kg/bb dibagi compliance rendah
dalam dosis 4 dosis po selama 14 hari
b. Fase maintenece:flukonazol 400mg/hari selama 8 minggu Diagnosis Banding
c. selanjutnya flukanozol 200mg/hari seumur hidup atau CD4 toxic encephalopathy
mencapai angka >200 selama 6 bulan Infeksi SSP
2. Regimen di bandung - encephalitis
a. fase awal flukonazol 800mg/hari selama sekurangnya 12 - myelitis
minggu - toxoplasma
b. selanjutnya flukanozol 200mg/hari seumur hidup atau CD4 - malaria cerebral
mencapai angka >200 selama 6 bulan SOL
3. ARV diberikan setelah 2-10 minggu pemberian terapi anti Post infeksi
jamur,untuk mencegah timbulnya IRIS Abses

Prognosis Mengapa terjadi kaku kuduk?


Prognosis buruk berkaitan dengan adanya penurunanan kesadaran Pungsi Lumbal
saat masuk Rs,jumlah leukosite rendah di CSS,dan titer antigen Indikasi
kriptokoccus yang tinggi di CSS Kontraindikasi

Meningitis Tuberkulosis
Nama obat Dosis <50kg >50kg catatan
Isoniazid (H) 2 bulan pertama: 300 400 Piridoksin
5mg/kg p.o (max mg mg 50mg/hari:
450mg) plus neuropati
7 bulan:450 mg p.o peripher
Rifampisin 2 bulan 450 600
(R) pertama:10mg/kg mg mg
p.o (max600mg)
plus
7 bulan:600mg p.o
Pirizinamid 2 bulan pertama: 1500 2000
(Z) 25mg/kg p.o(max mg mg
2g/hari
Etambutol € 2 bulan pertama: 750 1000
20mg/kg p.o (max mg mg
1,2 g/hari)

Streptomysi 20mg/kg im (max 1g 1000 1500 Jika punya


n (S) hari) mg mg riwayat tb
sebelumny
a
Sediaan Obat
R: tab 600 mg
H: tab 300 mg
Z: tab 500 mg
E: tab 250 mg
S: vial 1g
Deksametason
Dosis dan cara pemberian deksametason sesuai stadium
- Grade 1: 6 minggu,
minggu pertama 0.3mg/kg/bb hari iv,
tapered off setiap minggu 0.1 mg hingga minggu ketiga,
minggu keempat 3mg/hari p.o,
tapered off 1mg/hari hingga minggu keenam
- Grade 2/3: 8 minggu
minggu pertama 0.4mg/kg/bb/hari iv,
tapered off setiap minggu hingga minggu keempat
0.1mg/kgbb/hari iv,
minggu kelima hingga 8 dengan 4 mg/hari p.o taper off setiap
minggu 1 mg.
diberikan sebelum/bersama dosis OAT pertama
(Nadia Emira Khairunnisa – Hadiati Rabbani)
Bells Palsy o nyeri retroaurikular,
o gangguan rasa kecap,
Definisi o hiperakusi (suara terdengar lebih nyaring dari biasanya),
atau idiopatic facial paralysis adalah paralisis nervus fasialis yang o penurunan sekresi air mata, rasa baal pada sisi terkena,
bersifat akut (2 jam sd 3-4 minggu), unilateral, perifer dan o Bell’s sign ( lumpuh lambat)
mempengaruhi lower motor neuron o Mungkin ditemukan blister/lepuhan dekat telinga
beberapa tahun terakhir hanya dipakai bagi paralisis NVII yg tidak Diagnosis: pereksluasionam, ditegakkan berdasarkan PF (seusai
memiliki etiologi yang jelas definisi + tidak diketahui penyebabnya)

An-Fis CN VII Derajat keparahan (house brackmann)


- berasal dari lapisan mesoderm pada lengkung brakial kedua 1. Fungsi normal
- inti terdapat di tegmentum pontis 2. Angkat alis sedikit, menutup mata komplit, mulut sedikit asimetris
- inti motoric terdiri dari 2 bagian: superior dan inferior 3. Angkat alis sedikit, menutup mata komplit dengan usaha, mulut
o superior: bergerak sedikit lemah dengan usaha maksmimal
 mengurus persarafan otot wajah bagian atas 4. Tidak dapat mengangkat alis, menutup mata inkomplit dengan
 mendapat kontrol dari traktus kortikobulbar BILATERAL usaha, mulut bergerak asimetris dengan usaha maksimal
o inferior: 5. Tidak dapat mengangkat alis, menutup mata inkomplit dengan
 mengurus persarafan otot wajah bagian bawah usaha, mulut sedikit bergerak
 mendapat kontrol secara UNILATERAL dari hemisfer 6. Tidak bergerak sama sekali.
kontralateral
bila lesi sentral unilateral  hanya otot wajah bawah kontralateral Penunjang
yang lumpuh Belum ada, imaging dan elektrodiagnosis hanya apda kasus tidak
- mempunyai 4 buah inti terjadi kesembuhan sempurna/ mencari etiologi pada parese NVII /
o nucleus fasialis : untuk saraf somatomotorik, mempersarafi otot menentukan prognosis (elektrodiagnosis)
wajah
o nucleus salivatorius: saraf viseromotoris (serabut parasimpatis Diagnosis Banding
yg mempersarafi faring, palatum, rongga hidung, sinus, glandula Lesi perifer: Penyakit lime, Otitis media, Ramsay-Hunt syndrome,
submaksilaris, mandibularis, sublingualis, lakrimalis) GBS, Tumor parotis, Tumor nasofaring
o nucleus solitaries: saraf viserosensoris ( kecap 2/3 anterior lidah, Lesi sentral: multiple sclerosis, stroke, tumor otak
dasar mulut, palatum mole)
o nucleus sensoris trigeminus: untuk saraf somatosensoris daerah Tatalaksana  masih kontroversi krn 70% sempurna tanpa terapi
kulit dan mukosa yg dipersarafi oleh NV - Kortikosteroid oral secepatnya (72 jam pertama)  antiinflamasi
Dosis: 1mg/kgBB/hari, dibagi 2 dosis, selama 6 hari, tap off 10
Epidemiologi hari. (RSHS: prednisone 50 mg/hari sd hari ke5, mulai hari ke 6
- penyebab terbanyak paralisi NVII (75%) diturunkan per 10 mg perhari sampai hari ke 10)
- I: 20-30 kasus per 100.000, terbanyak di Jepang - Asiklovir oral, kombinasi dengan kortikosteroid
- Risiko wanita dan pria sama, namun Prevalensi lebih tinggi 4,5 Dosis: 1000 mg/hari selama 5 hari, sampai 2400mg/hari selama
kali pada wanita hamil dan penderita DM. 10 hari (RSHS: asiklovir tab 800mg 5dd, 7-10 hari)
- Kelompok umur dapat kena, terutama 15-45 tahun - Metilkobalamin  untuk mempercepat perbaikan jaringan saraf
- Tidak ada predileksi sisi wajah tertentu yg sering terkena Dosis: 3 x 500 ug/hari
- Fisioterapi: terapi panas superfisial dan dalam, dimulai hari ke4 
Etiologi dan patofisiologi untuk mempertahankan tonus otot yang lumpuh
Penyebab pasti belum diketahui. Diberikan setiap hari sampai terdapat kontraksi aktif dari otot, 2
Teori iskemi vascular (Mc Groven 1955) kali seminggu, sampai sempuh komplit
Ketidakstailan otonomik dengan respon simpatis yang berlebihan  Bisa juga masase otot wajah 5 menit pagi dan sore hari
spasme pada arteriol dan statis pada vena pd bagian bawah kanalis - Tindakan bedah, indikasi: tidak ada penyembhuan, BP berulang,
spinalis  vasospasm  iskemi dan edema  kompresi aliran pemeriksaan elektrodiagnosis menunjukkan kelainan
darah di tuba falopii esustachius
Teori infeksi virus Komplikasi
Infeksi telinga, meningitis bakterialis, penyakit lime, infeksi HIV, - Post herpetic neuralgia  kasih gabapentin
reaktivasi HSV tipe 1 di genaglion genikulatum  neuropati NVII - Regenerasi motoric/sensorik tidak sempurna
Teori kombinasi (Zalvan) - Reinervasi salah dari NVII: konduksi neuron NVII mengambil jalan
Infeksi/reaktivasi virus Herpes Simples dan reaksi imunologis
lain dan dapat berhubungan dengan serabut saraf didekatnya 
sekunder atau akrena proses vaskuler  inflamasi dan penekanan
NVII perifer ipsilateral jalur neurologis tidak normal
o Sinkenesis: otot tidak dapat digerakkan satu
Inflamasi nervus VII  edema dan iskemi  kompresi saraf  persatu/tersendiri, selalu timbul gerakan bersama. Con:
demyelinasi  konduksi nervus VII terganggu memejamkan mata, timbul gerakan involunter elevasi sudut
 Somatomotor : facial weakness mata, kontraksi platysma, berkerutnya dahi
 Stapedial m: hyperacusis o Crocodile tear phenomenon: serabut otonom yg seharusnya
 Gustatory and sensor fiber: hypo/disgeusia, otalgia ke kelenjar saliva, tapi malah ke kelenjar lakrimalis. Co:
 Parasimatetic: disfungsi kelenjar lakrimal dan saliva airmata pasien keluar saat mengonsumsi makanan
o Hemifacial spasm: kedutan secara tiba-tiba pd wajah
Manifestasi Klinis dan Diagnosis
Tanda dan gejala fisik pada pemeriksaan fisik klinis akan ditemukan: Prognosis
- Terjadi akut (48 jam) Baik, 70%  Sembuh sempurna dalam 6 minggu
- Kelemahan otot wajah sesisi 30%  degenerasi aksonal  kelemahan menetap, sinkenesis,
o tidak dapat mengangkat alis, mengerutkan dahi (kerutan dahi kontraktur, 5% diantaranya dengan gejala sisa berat
mendatar pada sisi terkena), menutup mata (lagoftalmus), Faktor yg mempengaruhi: derajat kelumpuhan, pemberian terapi
o tidak dapat teresenyum (pendataran plika nasolabialis sisi lebih awal, kombinasi terapi, usai penderita
terkena, mulut mencong kea rah yang sehat) Buruk pada ps dg hiperakusis, penurunan sekresi mata, spasme
- Gejala lain yang mungkin ditemukan hemifasial
(Nadia Emira Khairunnisa – Hadiati Rabbani)
Penyakit Parkinson (PP) - Ketidakseimbangan kolinergik dan dopaminergic
- Menimbulkan semua gejala PD
Definisi MPTP –(MAO-B, di astrosit) MPP +
Parkinsonism: sindroma klinis yang ditandai dengan adanya Tremor  Selektif thd mitochondria neuron Dopaminergik
istirahat, Rigiditas, bradi(A)kinesia, dan hilangnya refleks Postural  Menghambat Complex I rantai pernafasan mitochondrial
karena beberapa sebab (NADH--CoQ1)
PP: bagian dari parkinsonism yang penyebabnya idiopatik, secara  Kegagalan produksi ATP
patologis ditandai dengan degenerasi ganglia basalis terutama pars  Kematian Sel
compacta substansia nigra dg inklusi sitoplasmik eosinofilik (Lewy’s Ganggian biokimia utama
bodies) - Penurunan Dopamin yang jelas : “Striatal dopamine deficiency
syndrome”
Klasifikasi Parkinsonism (Paulson dan Stern) - Kehilangan ~70% DA mainfestasi klinis
- Primer (idiopatik) : Penyakit Parkinson (75%), juvenile - Besarnya kehilangan DA berkolerasi dengan bradykinesia in PD
parkinsonism - Onset neuronal loss to onset of symptoms 3,1 – 40 years
- Sekunder (simtomatik): drug-induced, pasca infeksi, gg metabolik,
kelainan structural, toksin, vaskuler Gambaran Klinis
- Sindroma parkinsonime plus: degenerasi ganglion kortiko basal, Gejala prodromal
Hemiparkinsonisme hemiatropi, sindroma demensia, atropi multi - Tidak khas
sistem, - Awitan insidious, umur 50-70 tahun
- Penyakit herediter-generatif: autosomal-dominant cerebellar - Lelah, letih, gangguan kepribadian sebelum muncul gejala motorik
ataxias (Machado-joseph disease), Huntington’s disease - Motorik: kelemahan, gangguan kordinasi ringan  “permainan
tenis jadi jelek”
Insiden Gejala parkinsonism ringan seperti tremor intermiten pada 1 atau
- 4,5-21/ 100.000 penduduk / tahun (AS + Canada) beberapa jari, rigiditas asimetris  curigai gejala prodormal
- Pria: wanita= 3:2 Parkinson
- Di AS 1% penduduk usia > 55 tahun menderita PD Gejala utama
- 5% dgn usia awitan <40 tahun (young onset PD) o Tremor
- Penyakit progresif lambat 10-20 tahun - Dimulai unilateral dan bagian distal ekstremitas
- Timbul saat istirahat, hilang saat beraksi
Patologi - Ritmik “Pill rolling” 3-5x / menit
- Berkurangnya sel-sel berpigment di Substansia Nigra (penghasil o Rigiditas
dopamine) dan locus coerules - Kekakuan pada otot
- Lewi bodies - Pada gerakan pasif: tahanan dari otot seperti lead pipe atau
juga cogwheel phenomen
Patofisiologi - Asimetris, dimulai ekstremitas unilateral
1. ketidakseimbangan antara jalur langsung (dari putamen ke Globus - Bila tungkai terlibat shuffle gait (jalan diseret)
Palidus internus) dan jalur tidak langsung (dari putamen ke GPi - Dipengaruhi oleh mood, stress, obat
melalu GPe dan nucleus subtalmikus (STN)) o Akinesia
2. ketidkaseimbangan antara jalur saraf dopaminergic dengan saraf - Awalnya hipokinesia  bradykinesia (perlambatan dalam
kolinergik memulai gerakan volunteer dengan penurunan progresif dlm
kecepatan dan amplitude dari gerakan yg berulang-ulang) 
akinesia
- Mikrografia
- Gangguan motorik sekuensial: pronasi / supinasi, mengancing,
mandi, makan, naik tangga
- Hilangnya gerakan spontan: wajah topeng, hipofonia, drooling
- Sulit bangun dari kursi, sulit jalan
o Ketidakstabilan Postur dan gait
- Normal: perubahan postur tubuh secara otomatis dikoreksi
cepat dengan rfx postur dan rfx righting  keseimbangan
terjaga
- PD: Gangguan rfx postur dan righting  gangguan
keseimbangan dan mudah jatuh
- Lenggang tangan unilateral berkurang
- Langkah kecil-kecil, cepat dan diseret (festinating gait)
- Freezing (motor en block): berhenti saat akan mulai, sedang
jalan atau mendekati tempat sempit atau ramai
Gejala tambahan
- Motorik: freezing, mask face, mikrografia, disfagia
Hipotesis pathogenesis - Otonom: hiperhidrosis, konstipasi, polakisuria
Aging - Mental: depresi, demensia
Genetik Lingkungan - Lain-lain: seborea, muka berminyak,dll
- Apoptosis; mitochondria?
-  stress oxidatif,  kapasitas antioksidan Kriteria Klinis Hughes
o  Fe di neuromelanin,  pembentukan radikal bebas Possible: Bila terdapat salah satu gejala TRAP (tremor, rigiditas,
o  komplex I and glutathione in SN akinesia, postur tak stabil)
- Eksitatoksik lambat dan lemah Probable: Kombinasi 2 gejala utama (termasuk postur tak stabil)
ATP loss Membrane potential   persistent activation of atau 1 dari 3 gejala kardinal yang asimetris
NMDA receptors  calcium influx, nitric oxide, superoxide, Definite: Kombinasi 3 dari 4 gejala utama atau 2 gejala dengan satu
peroxynitrite formation gejala lain yang asimetris (3 tanda kardinal)
- Inadequate neurotrophic factor(s)
(Nadia Emira Khairunnisa – Hadiati Rabbani)
Diagnosis (Kriteria Koller) - Masih tetap merupakan pilihan utama untuk terapi simptomatik
- Terdapat 2 dari 3 tanda kardinal gangguan motorik yang - Dengan terapi yang tepat saat ini + 50% pasien Parkinson dapat
berlangsung satu tahun atau lebih dan hidup tanpa disabilitas yang berat selama 10 tahun
- Berespon terhadap terapi Levodopa dan atau dopamin agonis - Obat anti Parkinson yang dapat dipakai:
Levodopa: 1000mg/ hari selama 1 bulan yang diberikan sampai • Golongan Dopaminergik: benserazide + levodopa 50/100mg
perbaikan sedang dan lama perbaikan satu tahun atau lebih • Golongan Dopamin agonis: bromocriptin 5-40 mg,
pramipexol 1,5-4,5 mg
penunjang : MRI (untuk menyingkirkan penyebab lain parkinsonism), • COMT Inhibitor: entacapone 200-1600mg
SPECT (untuk menegakkan PP terutama pada stadium awal • Golongan antikolinergik: Trihexyphenidyl 3-15 mg
sebelum klinis jelas) • NMDA antagonis: Amantadin
• MAO-B Inhibitor: selegine 2x 5mg
Kriteria diagnosis klinis (UK Parkinson’s Disease Society Brain - Terapi inisial obat anti Parkinson
Bank) Pertimbangkan:
- Tahap 1: diagnosis parkinsonism • Beratnya penyakit
o Bradykinesia • Aktivitas fungsional terganggu?
o Disertai min 1 dari gejala berikut • Usia
 Rigiditas otot • Gejala Dominan
 Resting tremor dengan fr 4-6Hz • Biaya
 Instabilitas postur yg tidak disebabkan oleh gg penglihatan, Stadium dini tanpa gangguan fungsi yang nyata cukup dengan
vestibular, serebelum, atau propioseptif antioksidan Vit.C 500-1000mg/hari, Betacaroten 4000 IU sebagai
- Tahap 2: singkirkan penyebab lain parkinsonism (kriteria eksklusi antioksidan
PP) Obat antiparkinson hanya diberikan bila terjadi gangguan
o Parkinsonism yg bisa diidentifikasi (stroke, trauma, ensefalitis, fungsi
tumor)
o Krisis okulogirik
o Perbaikan yg berlangsung terus menerus
o Kelumpuhan otot pergerakan bolamata yg bersifat supranuklear
o Gejala-gejala serebelum
o Gg otonom berat timbul lebih awal
o Demensia berat timbul lebih awal
o Respon yg buruk terhadap penambahan dosis levodopa
- Tahap 3: kriteria yg mendukung PP (>=3 kriteria)
o Mulai pada satu sisi
o Adanya resting tremor
o Gejala dan tanda progresif
o Asimetri menetap pd sisi yg terrkena waktu onset lebih berat
o Respon yg sangat baik terhadap L-dopa
o Timbul korea/ dyskinesia yg berat akibat L-dopa
o Respon thdp L-dopa yg menetap selama >=5 th
o Perjalanan penyakit 10 tahun atau lebih

Stadium PP (Hoehn & Yahr)


Stadium I : Unilateral, ekspresi wajah berkurang, tremor, fleksi dan
ayunan lengan berkurang
Stadium II : Bilateral, postur bungkuk, jalan lambat dengan langkah
kecil, sukar balik badan
Stadium III : Gangguan jalan menonjol, postur tak stabil tapi jarang Drugs for Parkinson's Disease
jatuh
AGENT TYPICAL DAILY COMMENTS
Stadium IV INITIAL DOSE DOSE/
- Disabilitas jelas USEFUL
- Berjalan terbatas tetapi tanpa bantuan RANGE
- Cenderung jatuh
Stadium V Carbidopa/ 25 to 100 mg 200 to 1200
levodopa twice a day or mg
- Tidak mampu berdiri/ jalan walaupun dengan bantuan
tds levodopa
- Bedridden atau duduk saja di kursi
- Bicara tak jelas, wajah tanpa ekspresi, jarang kedip Carbidopa/ 50 to 200 mg 200 to 1200 BA 75% of
levodopa twice a day mg standard
Diagnosa Banding sustained levodopa form
release
- Tremor: DD/ tremor lain (hilang saat isitrahat, timbul saat gerak) ec
hipertiroid, ansietas, kelelahan Pergolide 0.05 mg once a 0.75 to 5.0 Titrate slowly
- Rigiditas: DD/ spastisistas akibat lesis sist ekstrapiramidal day mg
(fenomena pisau lipat)
Bromocriptine 1.25 mg twice a 3.75 to 40 mg Titrate slowly
- Bradykinesia: DD/ gait apraxia (normal pressure hydrocephalus)
Pramipexole day 1.5 to 4.5 mg Titrate slowly
- Parkinson sekunder (symptomatic) 0.125 mg tds
- Multisystem Degeneration (Parkinson-plus syndrome)
- Penyakit Heredodegenerative Parkinsonism Selegiline 5.0 mg twice a 2.5 to 10 mg
day
Tatalaksana Amantadine 100 mg twice a 200 mg
1. Penanganan Suportif day
Penerangan pada pasien, dorongan emosi dan konseling
profesional hukum, finansial, pekerjaan Trihexypheni 1 mg twice a 2 to 15 mg
dyl HCl day
2. Terapi Medikamentosa
(Nadia Emira Khairunnisa – Hadiati Rabbani)
- Terapi inisial obat anti PP lansia
• Jangka waktu terapi yang lebih pendek
• Resiko komplikasi terapi jangka panjang lebih rendah
• Levodopa: ditoleransi baik dan efektif
• Komorbiditas yang tinggi
• Terapi ajuvan harus hati-hati
• Hindari obat-obat sedasi
- Terapi inisial obat anti PP usia muda
• Waktu pemakaian terapi yang lama
• Resiko komplikasi terapi jangka panjang yang bertambah
• Respon terapi yang berlebihan
• Dopamin agonis sebagai monoterapi
• Strategi neuroprotective putatif
• Levodopa-sparing strategies
• Pemakaian levodopa masih kontraversi
Levodopa
• Drug of Choice
• Start low and increase slowly
• Dosis titrasi sampai efektif (~200-600 mg/hari)
• Komplikasi pemakaian jangka panjang: wearing off, on-off
phenomen, diskinesia (terutama pasien muda)
• Meningkatkan metabolik oxidative stress?
• Efek samping akut: nausea, dizziness, somnolen
Komplikasi terapi dopaminergic jangka panjang
1. MOTOR COMPLICATION: Motor fluctuation, Dysknesia
2. NON-MOTOR COMPLICATION: Sensory, Autonomic,
Psychiatric
● Occurred In 25-30% patients with L-DOPA.
- 50% after 5 years.
- 80% after 10 years.
Dopamine agonis
• Efektif sebagai monoterapi
• Efek simptomatik kurang dibanding levodopa
• Dapat menunda pemakainan levodopa sampai 12 bulan –
3 tahun
• Dosis titrasi sampai efektif
o bromocriptine 5-40 mg/hari
o pergolide 1.5-4.5 mg/hari
o pramipexole 1.5-4.5 mg/hari
o ropinirole 3-24 mg/hari
• Efek samping akut: nausea, dizziness, somnolence,
konfus
3. Terapi operatif
- Dipertimbangkan jika terapi obat tidak ada perbaikan yang
memuaskan
- Sebaiknya pasien yang masih muda <50 tahun
- Masih dapat berjalan tanpa bantuan, berespon terhadap
antiparkinson tetapi sering timbul komplikasi pengobatan
- Fungsi luhur yang masih intak
- Tidak ada gangguan sistemik yang berat
- Teknik: ablative (thalamotomy, pallidotomy), deep brain
stimulation, transplant
4. Terapi rehabilitasi dan non farmakologis lain: fisik, okupasi,
wicara, psikoterapi, exercise, diet
- Terapi fisik untuk masalah motorik, balans, posture, gait,
mobilitas
- Terapi okupasi untuk kesulitan ADL
- Terapi wicara untuk kesulitan menelan, drooling, bicara
- Psikoterapi untuk depresi, ansietas
- Exercise
- Diet
5. Kelompok support
(Nadia Emira Khairunnisa – Hadiati Rabbani)

Anda mungkin juga menyukai