TINJAUAN PUSTAKA
DAFTAR ISI
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Bronkiolitis merupakan penyakit obstruksi akibat inflamasi akut pada
bronkiolus yang terjadi pada anak berusia kurang dari 2 tahun. Insiden tertinggi
Slide Title
pada usia 3-6 bulan dan umumnya disebabkan oleh infeksi virus. Sebagian besar
kasus (95%) disebabkan oleh respiractory syncytial virus (RSV). Penyebab
lainnya meliputi rinovirus, adenovirus, parainfluenza virus, enterovirus dan
virus influenza. Faktor risiko terjadinya bronkiolitis berat terdiri dari usia muda,
lahir prematur, kelainan jantung bawaan, chronic lung disease of prematurity,
orang tua perokok, berada ditempat penitipan dan tingkat sosioekonomi rendah.
.
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Bronkiolitis merupakan penyakit
obstruksi akibat inflamasi akut pada
bronkiolus (saluran udara yang
merupakan percabangan dari saluran
udara utama), yang terjadi pada anak
berusia kurang dari dua tahun.
Bronkiolitis disebabkan oleh virus,
biasanya dialami lebih berat pada bayi
dan ditandai dengan obstruksi saluran
napas dan mengi. Episode mengi dapat
terjadi beberapa bulan setelah serangan
bronkiolitis. Penyebab paling sering
adalah Respiratory Syncytial Virus
(RSV). Virus lainnya yang menyebabkan
bronkiolitis adalah parainfluenza,
influenza dan adenovirus. Meskipun pada
orang dewasa RSV hanya menyebabkan
gejala yang ringan, tetapi pada bayi bisa
menyebakan penyakit yang berat.
Agen penyebab Frekuensi Kejadian Berdasarkan Kelompok Umur
0-2 Tahun 2-5 Tahun 5-9 Tahun 9-15 Tahun
Respiratory ++++ +++ ++ ++
Syncytial virus
Adenovirus ++ ++ + 0
Agen penyebab infeksi Parainfluenza ++ ++ ++ ++
viruses
virus di saluran napas pada
Rhinoviruses + ++ sampai + ++ sampai + +++
anak: ++ ++
metapneumoviru ++ + + 0
s
Mycoplasma + ++ +++ ++++
Pneumonia
++++ = sangat sering, +++ = sering, ++ = kadang-kadang, + = tidak umum, 0 =
tidak diketahui
Bronkiolitis biasanya didahului oleh
infeksi saluran napas bagian atas yang
disebabkan virus, parainfluenza, dan
bakteri. Bronkiolitis akut ditandai
obstruksi bronkiolus yang disebabkan oleh
edema, penimbunan lendir, serta debris-
debris seluler. Proses patologis yang terjadi
akan mengganggu pertukaran gas normal
PATOFISIOLOGI di dalam paru. Ventilasi yang makin
menurun pada alveolus akan
mengakibatkan terjadinya hipoksemia dini.
Penurunan kerja ventilasi paru akan
menyebabkan ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
(ventilation-perfusion mismatching), yang
berikutnya akan menyebabkan terjadinya
hipoksemia dan kemudian terjadi hipoksia
jaringan. Retensi karbondioksia (hiperkapnea)
tidak selalu terjadi, kecuali pada beberapa
penderita. Semakin tinggi laju respiratori, maka
semakin rendah tekanan oksigen arteri. PATOFISIOLOGI
Hiperkapnea biasanya baru terjadi bila respirasi
mencapai 60 x/menit. Pemulihan sel epitel paru
tampak setelah 3–4 hari, tetapi silia akan diganti
setelah dua minggu. Jaringan mati (debris) akan
dibersihkan oleh makrofag.
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIS
Saluran oksigen, dilakukan pada setiap anak yang
datang kerumah sakit dengan bronkiolitis. Bayi dengan
saturasi oksigen ≤ 92% memerlukan perawatan
diruang intensif. Bila saturasi oksigen > 94%,
dipertimbangkan untuk rawat jalan.
Pemeriksaan darah tepi untuk menyingkirkan etiologi
lain, meski seringkali tidak khas.
Analisis gas darah, tidak bersifat rutin, namun
PEMERIKSAAN dilakukan pada distres pernafasan berat dan
kemungkinan mengalami gagal napas.
PENUNJANG Foto rotgen toraks, dapat ditemukan gambaran
hiperinflasi paru dan patchy infiltrate (tidak spesifik,
dapat ditemukan pula pada asma, pneumonia, serta
aspirasi), peningkatan diameter anterposterior pada
foto lateral, air trapping, diafragma datar, atelektasis.
Pemeriksaan foto toraks juga dipertimbangkan pada
bayi dengan diagnosis meragukan atau penyakit
atipikal. Pada bronkiolitis tipikal, sebaiknya foto
toraks tidak dilakukan.
Pemeriksaan rapid test antigen RSV
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding utama bronkiolitis pada anak adalah Kelainan anatomi seperti cincin vaskuler dapat
asma.Kedua penyakit ini sulit dibedakan pada episode menyebabkan obstruksi saluran napas dan gangguan
pertama, namun adanya kejadian mengi berulang, tidak inspirasi ataupun ekspirasi. Benda asing harus
adanya gejala prodromal infeksi virus, dan adanya dipertimbangkan sebagai diagnosis banding. Penyebab
riwayat keluarga dengan asma dan atopi dapat mengi lain yang sering pada bayi muda adalah
membantu menegakkan diagnosis asma. Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). Pneumonia
bakterialis harus dibedakan dengan bronkiolitis karena
terkait dengan perbedaan tatalaksana, walaupun pada
pneumonia jarang sekali ditemukan mengi.
TATALAKSANA
Pasien dengan klinis ringan dapat menjalani rawat jalan. Sedangkan,
klinis berat harus rawat inap. Terapi suportif (pemberian oksigen, nasal
suction) dapat dilakukan. Oksigen paling baik diberikan via nasal prongs
(kanul hidung), 1-2 L/menit (0,5 L/menit pada bayi muda). Pemberian
oksigen ini akan memberikan kadar oksigen inspirasi 30-35%. Fisioterapi
dada dengan vibrasi dan perkusi tidak direkomendasikan untuk pasien
bronkiolitis yang tidak dirawat di ruang intensif. Berdasarkan hasil
penelitian, pemberian antiviral. Antibiotik, inhalasi β-2 agonis, inhalasi
antikolinergik (ipatropium) dan inhalasi kortikosteroid juga tidak
mermanfaat.
Indikasi Rawat di ruang
Indikasi rawat inap
Intensif
Sebagian besar kasus bronkiolitis akan sembuh sendiri (swasirna disease) dalam
7-10 hari.rawat inap dibutuhkan pada 2% dari keseluruhan kasus. Sebagian besar
pada anak berusia <6 bulan. Morbiditas dan mortalitas akibat RSV umumnya
terjadi pada anak berusia <2 tahun (hanya 1-3%).
Pemantauan