3)
Faktor Genetik
Meskipun pengetahuan tentang faktor genetik pada RHD ini tidak lengkap namun pada umumnya
ada pengaruh faktor keturunan pada proses terjadinya RHD, walaupun cara penurunanya belum
dapat dipastikan.
Jenis Kelamin
Dulu sering dinyatakan bahwa RHD lebih sering terjadi pada anak wanita daripada anak laki-laki.
Umur
RHD paling sering terjadi pada anak-anak berumur antara 6- 15 tahun ( usa sekolah ) dengan puncak
sekitar umur 8 tahun. Tidak biasanya ditemukan pada anak sebelum berumur 3 tahun atau setelah 20
tahun
b.
Faktor-faktor lingkungan
Keadaan sosial ekonomi yang buruk adalah sanitasi lingkungan yang buruk, rumah dengan penghuni
yang padat, rendahnya pendidikan sehingga pemahaman untuk segera mencari pengobatan anak
yang menderita infeksi tenggorokan sangat kurang ditambah pendapatan yang rendah sehingga
biaya perawatan kesehatan kurang
Cuaca
Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insiden infeksi saluran napas atas
meningkat, sehingga mengakibatkan kejadian RHD juga dapat meningkat
4)
1.
2.
3.
4.
Patofisiologi
Hubungan yang pasti antara infeksi streptokokus dan demam rematik akut tidak diketahui. Cedera
jantung bukan merupakan akibat langsung infeksi, seperti yang ditunjukkan oleh hasil kultur
streptokokus yang negative pada bagian jantung yang terkena. Fakta berikut ini menunjukkan bahwa
hubungan tersebut terjadi akibat hipersensitifitas imunologi yang belum terbukti terhadap antigenantigen streptokokus :
Demam rematik akut terjadi 2-3 minggu setelah faringitis streptokokus, sering setelah pasien sembuh
dari faringitis.
Kadar antibody anti streptokokus tinggi (antistreptolisin o, anti DNase, anti hialoronidase ) terdapat
pada pasien demam rematik akut.
Pengobatan dini faringitis streptokokus dengan penisilin menurunkan resiko demam rematik akut.
Immunoglobulin dan komplemen terdapat pada permukaan membrane sel-sel miokardium yang
terkena.
Hipersensitifitas kemungkinan bersifat imunologik, tetapi mekanisme demam rematik akut masih
belum diketahui. Adanya antibody-antibodi yang memiliki aktifitas terhadap antigen streptokokus dan
sel-sel miokardium menunjukkan kemungkinan adanya hipersensitifitas tipe II yang diperantarai oleh
antibody reaksi silang. Adanya antibody-antibodi tersebut di dalam serum beberapa pasien yang
kompleks imunnya terbentuk untuk melawan antigen-antigen streptokokus menunjukkan
hipersensitifitas tipe III. Pathway terlampir.
5.
a.
1)
2)
3)
4)
5)
b.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
6.
a.
Komplikasi
Penyakit jantung rematik merupakan komplikasi dari demam rematik dan biasanya terjadi setelah
serangan demam rematik. Insiden penyakit jantung rematik telah dikurangi dengan luas penggunaan
antibiotic efektif terhadap streptokokal bakteri yang menyebabakan demam rematik.
8.
Therapy / Penatalaksanaan
Tata laksana RHD aktif atau reaktifitas adalah sebagai berikut :
a. Tirah baring dan mobilisasi bertahap sesuai dengan keadaan jantungnya.
Kelompok
Klinis
b.
c.
Tirah baring
( minggu )
Mobilisasi bertahap
( minggu)
- Karditis ( - )
- Artritis ( + )
- Karditis ( + )
- Kardiomegali (-)
- Karditis ( + )
- Kardiomegali(+)
- karditis ( + )
- Gagal jantung (+ )
>6
> 12
Eradikasi dan selanjutnya pemberian profilaksis terhadap kuman sterptococcus dengan pemberian
injeksi Benzatine penisillin secara intramuskuler. Bila berat badan lebih dari 30 kg diberikan 1,2 juta
unit dan jika kurang dari 30 kg diberikan 600.000-900.000 Unit.
Untuk antiradang dapat diberikan obat salisilat atau prednison tergantung keadaan klinisnya. Salisilat
diberikan dengan dosis 100 mg/kg BB/hari selama kurang lebih 2 minggu dan 25 mg/ Kg BB/hari
selama 1 bulan. Prednison diberikan selama kurang lebih 2 minggu dan teppering off ( dikurangi
bertahap ). Dosis awal prednison 2 mg/ kg BB/hari.
d. Pengobatan rasa sakit dapat diberikan analgetik
e. Pengobatan terhadap khorea hanya untuk symtomatik saja, yaitu klorpromazin,diazepam atau
haloperidol. Dari pengalaman ternyata khorea ini akan hilang dengan sendirinya dengan tirah baring
dan eradikasi.
f. Pencegahan komplikasi dari carditis misal adanya tanda-tanda gagal jantung dapat diberikan terapi
digitalis dengan dosis 0,04-0,06 mg/kg BB.
g. Pemberian diet bergizi tinggi mengandung cukup vitamin
9.
Pencegahan
Jika kita lihat di atas bahwa penyakit jantung paru sangat mungkin terjadi dengan adanya kejadian
awal yaitu demam rematik (DR). tentu saja pencegahan yang terbaik adlah bagaimana upaya kita
jangan sampai mengalami demam rematik (terserang infeksi kuman streptokokus beta hemolyticus ).
Ada beberapa factor yang dapat mendukung seseorang terserang kuman tersebut, diantaranya factor
lingkungan seperti kondisi kehidupan yang jelek, kondisi tinggal yang berdesakan dan akses
kesehatan yang kurang merupakan determinan yang signifikan dalam distribusi penyakit ini. Variasi
cuaca juga mempunyai peranan yang besar dalam terjadinya infeksi streptokokus untuk terjadi DR.
Seseorang yang terinfeksi kuman streptokokus beta hemolyticus dan mengalami demam rematik
harus diberikan terapi yang maksimal dengan antibiotiknya. Hal ini menghindarkan kemungkinan
serangan kedua kalinya atau bahkan menyebabkan penyakit jantung rematik.
10. Prognosis
Prognosis RHD terdiri dari lama penyakit, kesempatan komplikasi dari penyakit, kemungkinan hasil,
prospek untuk pemulihan, pemulihan periode untuk penyakit, harga hidup, tingkat kematian, dan hasil
kemungkinan lainnya dalam keseluruhan prognosa dari penyakit jantung reumatik.
Pengkajian
Data fokus:
Peningkatan suhu tubuh tidak terlalu tinggi kurang dari 39 derajat celcius namun tidak terpola
Adanya riwayat infeksi saluran nafas.
Tekanan darah menurun, denyut nadi meningkat, dada berdebar-debar..
Nyeri abdomen, Mual, anoreksia dan penurunan hemoglobin
Arthralgia, gangguan fungsi sendi
Kelemahan otot
Akral dingin
Mungkin adanya sesak.
Manifestasi khusus:
carditis:
takikardia terutama saat tidur ( sleeping pulse )
kardiomegali
suara bising katup ( suara sistolik )
perubahan suara jantung
perubahan ECG (PR memanjang)
Precordial pain
Precardial friction rub
Lab : leukositosis, LED meningkat, peningkatan ASTO,.
Polyarthritis
Nyeri dan nyeri tekan disekitar sendi Menyebar pada sendi lutut, siku, bahu, lengan ( gangguan fungsi
sendi )
Nodul subcutaneous:
Timbul benjolan dibawah kulit, teraba lunak dan bergerak bebas,
Muncul sesaat, pada umumnya langsung diserap.
Terdapat pada permukaan ekstensor persendian
Khorea:
Pergerakan ireguler pada ekstremitas, involunter dan cepat.
Emosi labil
Kelemahan otot
Eritema marginatum:
bercak kemerahan umum pada batang tubuh dan telapak tangan.
Bercak merah dapat berpindah lokasi tidak permanen
eritema bersifat non pruritus
Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan metabolisme terutama perifer
akibat vasokonstriksi pembuluh darah
3)
4)
Hipertermia berhubungan dengan Peradangan pada membran sinovial dan peradangan katup
jantung
5)
Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan asam
lambung akibat kompensasi sistem saraf simpatis.
6)
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot, tirah baring atau imobilisasi
7)
8)
Kerusakan integritas kulit behubungan dengan peradangan pada kulit dan jaringan subcutan.
9)
Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan darah diparu akibat pengisian
atrium yang meningkat
10) Resiko cidera berhubungan dengan Gerakan involunter,irrigulaer, cepat dan kelemahan otot/khorea
1)
Penurunan curah jantung b/d adanya gangguan pada penutupan katup mitral ( stenosis
katup )
Tujuan: Setelah diberikan asuhan keperawatan,penurunan curah jantung dapat diminimalkan.
Kriteria hasil: Menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia terkontrol
atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung (mis : parameter hemodinamik dalam batas normal,
haluaran urine adekuat). Melaporkan penurunan episode dispnea,angina. Ikut serta dalam akyivitas
yang mengurangi beban kerja jantung.
Intervensi dan rasional:
Intervensi
Rasional
1.
1.
Kaji frekuensi nadi, RR, TD secara
teratur setiap 4 jam.
2.
2)
Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan perubahan metabolism terutama
perifer akibat vasokonstriksi pembuluh darah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan , perfusi jaringan perifer efektif
Kriteria hasil : Klien tidak pucat, Tidak ada sianosis, Tidak ada edema
Intervensi dan rasional :
Intervensi
Rasional
3)
Rasional
3.
4.
5.
6. Kolaborasi
analgetik
untuk
pemberian
4)
Hipertermia berhubungan dengan Peradangan pada membran sinovial dan peradangan katup
jantung.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah hiperteemia teratasi
Kriteria hasil : Suhu normal ( 26-37 derajat celcius ), nadi normal,leukosit normal (4.300-11.400 per
mm darah), tidak ditemukan steptococcus hemolitikus b grup A pada hapusan tenggorokan.
Intervensi dan rasional :
Intervensi
Rasional
Rasional
1. Kaji status nutrisi( perubahan BB<1. Menyediakan data dasar untuk memantau
pengukuran antropometrik dan nilai HB perubahan dan mengevaluasi intervensi
serta protein
2. Membantu
dalam
mempertimbangkan
6)
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot, tirah baring atau imobilisasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan intoleransi aktivitas teratasi
Kriteria hasil : klien tidak mudah lelah , klien dapat melakukan aktivitas sesuai batas toleransi
Intervensi dan rasional :
Intervensi
1.
Rasional
3.
4.
Kriteria hasil : Klien mengatakan perawatan diri / ADL terpenuhi, Klien dapat melakukan perawatan
diri dalam batas toleransi
Intervensi dan Rasional :
Intervensi
1. Bantu pemenuhan ADL klien
Rasional
1.Memenuhi kebutuhan klien sehingga
klien tetap bed rest dan tenang
2.Kebutuhan
klien
akan
l;ebih
terpenuhi sehingga klien merasa
tetap diperhatikan
3.Mencegah
adanya
komplikasi
peradangan sampai ketingkat gagal
jantung.
8) Kerusakan integritas kulit behubungan dengan peradangan pada kulit dan jaringan subcutan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan,kerusakan integritas kulit teratasi.
Kriteria hasil : Eritema hilang pada tangan dan tubuh klien, mempertahanakan integritas kulit.
Mendemonstrasikan perilaku / teknik mencegah kerusakan kulit
Intervensi dan Rasional :
Intervensi
1. Kaji tingkat kerusakan kulit
2. Berikan
perawatan
kulit
sering,
minimalkan
dengan
kelembaban/
ekskresi
3. Ubah posisi sering di tempat tidur /
kursi, bantu latihan rentang gerak
pasif/aktif
4. Berikan bantalan yang lembut pada
badan
5. Kolaborasi untik pemberian obat
antiradang ( prednison )
Rasional
1.Memberikan
pedoman
untuk
memberikan intervensi yang tepat
2.Terlalu kering adan lembab merusak
kulit dan mempercepat kerusakan
3.Memperbaiki sirkulasi/ menurunkan
waktu satu area yang mengganggu
aliran darah
4.Mencegah penekanan pada eritema
sehingga tidak meluas
5.Mengurangi
reaksi
peradangan
sehingga eritema hilang.
9) Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan darah diparu akibat
pengisian atrium yang meningkat
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah resiko kerusakan pertukaran gas tidak
terjadi
Kriteria hasil : Mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenasi adekuat pada jaringan ditunjukkan oleh
GDA/ oksimetri dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan. Berpartisipasi dalam
program pengobatan dalam batas kemampuan/situasi
Intervensi dan rasional:
Rasional
Intervensi
1.
1. Auskultasi bunyi nafas, catat krekels,
mengii.
Membersihkan
jalan
nafas
dan
memudahkan aliran oksigen.
Menurunkan
komsumsi
oksigen/kebutuhan dan meningkatkan
ekspansi paru maksimal.
Meningkatkan
konsentrasi
oksigen
alveolar,
yang
dapat
memperbaiki/menurunkan
hipoksemia
jaringan.
5. Kolaborasi untuk pemeriksaan AGD 5. Hipoksemia dapat menjadi berat selama
6. Kolaborasi
untuk edema paru
pemberian obatdiuretik.
6.Menurunkan
kongesti
alveolar,
7. Kolaborasi untuk pemberian obat meningkatkan pertukaran gas.
bronkodilator
7.Meningkatkan aliran oksigen dengan
mendilatasibjalan nafas kecil dan
mengeluarkan efek diuretic ringan untuk
menurunkan kongesti paru
10.
Rasional
penenang
(
klorpromazine
diazepam ) sesuai indikasi
atau
pada
otot
4. Evaluasi
1) Penurunan curah jantung b/d adanya gangguan pada penutupan pada katup mitral ( stenosis katup )
dapat teratasi.dengan kriteria evaluasi : Menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas yang dapat
diterima (disritmia terkontrol atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung (mis : parameter
hemodinamik dalam batas normal, haluaran urine adekuat). Melaporkan penurunan episode
dispnea,angina. Ikut serta dalam akyivitas yang mengurangi beban kerja jantung.
2) Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan metabolism terutama perifer
akibat vasokonstriksi pembuluh darah dapat teratasi dengan criteria evaluasi : klien tidak pucat, tidak
ada sianosis, tidak ada edema
3) Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada membran sinovial dapat teratasi dengan kriteria
evaluasi : Skala nyeri 0-1, tanda-tanda vital dalam batas normal, klien tidak mengeluh nyeri, tidak ada
nyeri tekan dan klien tidak membatasi gerakanya.Klien tampak rileks
4) Hipertermia berhubungan dengan Peradangan pada membran sinovial dan peradangan katup
jantung. Dapat teratasi dengan kriteria evaluasi : Suhu normal ( 26-37 derajat celcius ), nadi
normal,leukosit normal (4.300-11.400 per mm darah), tidak ditemukan steptococcus hemolitikus b
grup A pada hapusan tenggorokan.
5) Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan asam
lambung akibat kompensasi sistem saraf simpatis. Dapat teratasi dengan kriteria evaluasi :
Klien mengatakan mual dan anoreksia berkuarang / hilang, masukan makanan adekuat dan
kelemahan hilang. BB dalam rentang normal.
6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot, tirah baring atau imobilisasi dapat teratasi
dengan criteria evaluasi : klien tidak cepat lelah, dapat beraktivitas sesuai dengan batas toleransi
7) Syndrome kurang perawatan diri berhubungan Immobilitas fisik akibat Gangguan muskuloskeletal ;
arthralgia dan therapi.dapat terpenuhi dengan kriteria evaluasi : Klien mengatakan perawatan diri /
ADL terpenuhi, Klien dapat melakukan perawatan diri dalam batas toleransi
8) Kerusakan integritas kulit behubungan dengan peradangan pada kulit dan jaringan subcutan. Dapat
teratasi dengan kriteria evaluasi : Eritema hilang pada tangan dan tubuh klien, mempertahanakan
integritas kulit. Mendemonstrasikan perilaku / teknik mencegah kerusakan kulit
9) Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan darah diparu akibat pengisian
atrium yang meningkat tidak menjadi aktual dengan kritera evaluasi: Mendemonstrasikan ventilasi
dan oksigenasi adekuat pada jaringan ditunjukkan oleh GDA/ oksimetri dalam rentang normal dan
bebas gejala distress pernafasan. Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam batas
kemampuan/situasi
10) Resiko cidera berhubungan dengan Gerakan involunter,irrigulaer, cepat dan kelemahan
otot/khorea tidak menjadi aktual dengan kritera evaluasi: Menyatakan pemahaman factor yang terlibat
dalam kemugkinan cedera. Menunnjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan factor
resiko dan untuk melindungi diri dari cedera. Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk
meningkatkan keamanan
Daftar Pustaka
-- Arthur C. Guyton and John E. Hall ( 1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta
- Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3,
Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
- Nelson (1993), Ilmu Kesehatan Anak: Textbook of Pediatrics Edisi 12, Buku kedokteran EGC, Jakarta.
- Sunoto Pratanu (1990), Penyakit Jantung Rematik, Makalah Tidak dipublikasikan, Surabaya
- Sylvia A. Price (1995), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit Edisi 4, Buku kedokteran
EGC, Jakarta.
- Wong and Whaleys (1996), Clinical Manual of Pediatrics Nursing 4 th Edition, Mosby-Year Book, St.Louis,
Missouri.
- Heni,dkk, (2001),Buku Ajar keperawatan Kardiovasculer Edisi 1, Harapan Kita, Jakarta
- Suddarth, brunner, ( 2002). Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah VOl 2 Edisi 8, EGC, Jakarta.
- Carpenito, Lynda juall, ( 2001),BUku Saku diagnosa keperawatan EDisi 8, EGC, Jakarta
- Nanda,2005-2006, Diagnosis Keperawatan
-Lily, Dkk, (2001 ), Buku Ajar Kardiologi, EGC, Jakarta.