Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut PERKI (2016), Acute Rheumatic Fever (ARF) atau Demam Rematik
Akut (DRA) adalah reaksi peradangan biasanya disebabkan oleh infeksi kuman
streptococcus grup a(GAS)-haemolitic, yang menyerang berbagai organ (antara
lain jantung, persendian, dan sistem syaraf pusat). kerusakan pada jantung atau
lebih khusus katub mitral dan atau aorta, dapat meninggalkan kerusakan tetap
setelah episode akut terselesaikan, yang dikenal sebagai Rheumatic Heart Disease
(RHD). RHD adalah hasil dari kerusakan katub yang disebabkan oleh respon
imun abnormal terhadap infeksi Streptococcus grup A biasanya pada anak anak
dan dewasa muda.
Penyakit jantung rematik memiliki komplikasi jangka panjang diantaranya
adalah kerusakan katub jantung yang akan mengakibatkan gagal jantung kongestif
dan yang lebih parah lagi dapat menyebabkan kematian.
Sebuah penelitian global tentang beban penyakit ini diperkirakan paling
sedikit ada 15,6 juta orang dengan RHD, 1,9 juta lainnya dengan riwayat ARF
tapi tidak ada karditis. Setiap tahunnya terjadi 470.000 kasus ARF baru dan lebih
dari 230.000 kematian akibat RHD. Hampir semua kasus dan kematian terjadi di
negara-negara berkembang.
Penyakit RHD masuk dalam SKDI tingkat 2 ( knows how). Dimana lulusan
dokter mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya:
pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter mampu merujuk pasien
secepatnya ke spesialis yang relevan dan mampu menindaklanjuti sesudahnya.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Menurut PERKI (2016) Acute Rheumatic Fever (ARF) atau Demam Rematik
Akut (DRA) adalah reaksi peradangan biasanya disebabkan oleh infeksi kuman
streptococcus grup a(GAS)- haemolitic, yang menyerang berbagai organ (antara
lain jantung, persendian, system syaraf pusat). Penyakit yang disebabkan oleh
reaksi imunologi terhadap infeksi kelompok bakteri Streptococcus Grup A. hal ini
menyebabkan inflamasi akut dan lanjut, serta merupakan penyakit yang menyerang
organ tertentu terutama pada jantung, sendi, otak, dan kulit. Kerusakan pada
jantung atau lebih khusus katub mitral dan atau aorta, dapat meninggalkan
kerusakan tetap setelah episode akut terselesaikan, hal ini dikenal sebagai
Rheumatic Heart Disease (RHD). RHD adalah hasil dari kerusakan katub yang
disebabkan oleh respon imun abnormal terhadap infeksi Streptococcus grup A
biasanya pada anak anak dan dewasa muda.

Congestive heart faillur (CHF) adalah sindrom klinis ditandai gejala dan tanda
abnormalitas struktur dan fungsi jantung, yang menyebabkan kegagalan jantung
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme oksigen tubuh.

2.2 Epidemiologi
Sebuah penelitian global tentang beban penyakit ini diperkirakan paling sedikit
ada 15,6 juta orang dengan RHD, 1,9 juta lainnya dengan riwayat ARF tapi tidak
ada karditis. Setiap tahunnya terjadi 470.000 kasus ARF baru dan lebih dari 230.000
kematian akibat RHD. Hampir semua kasus dan kematian terjadi di negara-negara
berkembang
Menurut tradisional kriteria diagnostik, sekitar 15,6-19,6 juta orang di seluruh
dunia menderita RHD.3 data ini terutama berasal dari survei anak-anak sekolah di
antaranya diagnosis yang dibuat berdasarkan pemeriksaan klinis. prevalensi
tertinggi menyerang usia 20-50 tahun. penyebaran RHD bervariasi antara benua, dan
sub-Sahara Afrika dan adat Australia tampaknya memiliki prevalensi tertinggi. di
pulau pasifik dan adat Australia, prevalensi 5-10 per 1000 anak-anak sekolah, dan

2
sekitar 30 per 1000 dewasa berusia 35-44 tahun. di Asia, prevalensi RHD bervariasi,
di pedesaan Pakistan memiliki prevalensi di masyarakat setinggi 12 per 1000
penduduk.40 di Selatan dan Amerika tengah, RHD dilaporkan memiliki prevalensi
lebih rendah (1-3 per 1000 anak-anak sekolah ).
Peningkatan kondisi kehidupan, gizi, akses ke fasilitas kesehatan, dan
penggunaan penisilin telah secara substansial merubah epidemiologi demam rematik
akut dan penyakit jantung rematik. Meskipun rf dan rhd jarang terjadi di negara-
negara maju, penyakit ini masih merupakan masalah kesehatan yang besar yang
menyerang anak-anak dan dewasa muda di negara-negara berkembang (1-6). Efek
ekonomi dari kecacat dan kematian dini yang disebabkan oleh penyakit ini
dirasakan di kedua individu dan nasional melalui lebih tinggi langsung dan tidak
langsung perawatan kesehatan biaya(Who)

2.3 Etiologi dan patofisiologi


Demam rematik akut adalah penyakit multisistem yang terjadi sebagai
komplikasi faringitis streptokokus. Demam rematik terutama terjadi pada anak
berusia 5 hingga 15 tahun, terutama anak berlatar belakang sosial ekonomi rendah
yang tinggal di lingkungan padat penduduk yang memungkinkan terjadinya
faringitis streptokokus. Penyakit ini banyak terjadi di negara berkembang.
Faringitis streptokokus yang disebabkan oleh serotip M spesifik streptokokus
grup A memiliki insidensi demam rematik akut yang lebih tinggi daripada serotip
lain karena adanya faktor-faktor virulensi yang tinggi. Tidak ditemukan adanya
faktor-faktor kerentanan genetik.
Manifestasi respon klinis dan tingkat keparahannya pada setiap individu
ditentukan oleh kerentanan genetik inang, virulensi organisme yang menginfeksi,
dan lingkungan yang kondusif. Glomerulonefritis pasca streptokokus dapat terjadi
setelah infeksi pada tenggorokan atau kulit oleh strain nefritogenik streptokokus
grup A. Limfosit sel T beperan penting dalam patogenesis reumatik karditis. Jenis
M streptokokus grup A tertentu memiliki potensi reumatogenik. Serotipe semacam
itu biasanya sangat terenkapsulasi, dan membentuk koloni mukoid besar yang kaya
protein M. Perubahan karakteristik ini meningkatkan kemampuan bakteri untuk
memasuki jaringan, dan juga kemampuan mereka untuk melawan fagositosis pada
host.

3
2.4 Diagnosis
2.4.1 Anamnesis
Pada anamnesis perlu dikatahui keluhan utama yang dirasakan pasien
seperti, sakit tenggorokan 1-5 minggu sebelumnya (pada 70% anak dan
dewasa muda), demam, disertai tanda klinis yang tak spesifik seperti rash,
nyeri kepala, berat badan turun, epistaksis, rasa lelah, malaise, keringat
berlebihan, pucat, nyeri dada dengan ortopnu, nyeri abdomen, muntah.
Keluhan yang lebih spesifik untuk DRA adalah nyeri sendi yang berpindah-
pindah, nodul subkutan, iritabel, konsentrasi menurun, perubahan kepribadian
seperti gangguan auto immune neuropsychiatric (pada anak dengan infeksi
streptococcus), disfungsi motorik, dan riwayat demam rematik sebelumnya
(ada kecenderungam berulang).

2.4.2 Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik ditemui Pericarditis; riction rub, pericardial efusi
ditandai dengan bunyi jantung menjauh. Miokarditis; tanda-tanda gagal
jantung yang tidak jelas penyebabnya. Fungsi ventrikel kiri jarang terganggu.
Endokarditis / Valvulitis; pada pasien tanpa riwayat penyakit jantung rematik
terdengar bising regurgitasi mitral diapeks (dengan atau tanpa bising mid
diastolik, Carey Coombs murmur). Pada pasien dengan riwayat penyakit
jantung rematik ada perubahan karakteristik bising atau terdengar bising baru.
Menurut PERKI 2016 kriteria yang digunakan untuk diagnosis demam
rematik adalah kriteria jones.
Kriteria Mayor
- Karditis
Rematik karditis mengacu pada peradangan aktif miokardium,
endokardium dan pericardium . Secara klasik, seperti yang dibahas dalam
pernyataan kriteria Jones AHA yang direvisi tahun 1992, karditis sebagai
manifestasi utama ARF merupakan diagnosis klinis berdasarkan auskultasi
murmur khas yang mengindikasikan regurgitasi katup mitral atau aorta,
pada katup atau kedua katup. (AHA scientif).

4
- Artritis
Artritis Adalah gejala mayor yang sering ditemukan pada DR akut.
Munculnya tiba-tiba dengan rasa nyeri yang meningkat 12-24 jam yang
diikuti dengan reaksi radang (buku IPD 2015).
- Syndenham Chorea
Syndenham Chorea Merupakan gerakan tidak terkoordinasi terutama
mempengaruhi tangan, kaki, lidah, dan wajah. Gerakan menghilang selama
tidur. Dan dapat terjadi pada hanya satu sisi (hemichorea). (The Australia
guidelines for prefention, diagnosis and management of acute rheumatic
fever and rhewu
- Eritema marginatum
Eritema marginatum merupakan macula bewarna pink cerah atau papula
yang pucat ketika ditekan dan menyebar keluar dari lingkaran atau disebut
pola serpiginosa.
- Nodul Subkutan
Manifestasi ini sangat langkah tetapi sangat spesifikpada penderita ARV.
Nodul sebesar 0,5 sampe 2 cm, bulat, berbatas tegas, bisa berpindah-
pindah dan nodul menimbulkan rasa nyeri dapat timbul lebih dari 12 dari
siku, pergelangan tangan, lutut, pergelangan kaki, tendon akxiles, tengkuk
dan bagian tulang belakang. (Australia,..)
Kriteria minor
- Klinis: demam, poliartralgia
- Laboratorium: peningkatan penanda inflamasi akut (LED, leukosit)
- EKG: interval PR memanjang
Bukti adanya infeksi GAS beta hemolyticus dalam 45 hari sebelumnya :
- Peningkatan titer ASTO > 333 unit untuk anak dan > 250 untuk dewasa
- Kultur tenggorok (+)
- Rapid antigens untuk Streptococcus group A
- Demam scarlet yang baru terjadi

Kriteria Diagnosis
1. Episode pertama demam rematik memenuhi 2 kriteria mayor atau 1
mayor + 1 kriteria minor + bukti infeksi GAS

5
2. Demam rematik berulang pada pasien tanpa penyakit jantung rematik.
Memenuhi 2 kriteria mayor atau 1 mayor + 1 kriteria minor tanpa
sequele penyakit jantung rematik
3. Demam rematik berulang pada pasien dengan penyakit jantung rematik
Memenuhi 2 kriteria minor + bukti infeksi GAS + sequele penyakit
jantung rematik
4. Rematik chorea dan rematik karditis. Demam rematik dapat ditegakan
tanpa bukti infeksi/kriteria lainnya.
5. Lesi katup kronik pada penyakit jantung rematik (pasien datang pertama
kali dengan lesi katup mitral dengan/atau tanpa lesi katup aorta).

2.5 Diagnosis banding


2.5.1 Penyakit sistemik (lupus Erythematous).
Lupus eritematous sistemik adalah penyakit rematik autoimun yang
ditandai adanya inflamasi tersebar luar yang mempengaruhi setiap organ atau
system dalam tubuh. Penyakit ini berhubungan dengan deposisi auto antibody
dan kompleks imun, sehingga mengakibatkan kerusakan jaringan.
2.5.2 Reumatoid arthritis
Rheumatoid arthritis adalah penyakit autoimun yang ditandai oleh
inflamasih sistemik kronik dan progesif dimana sendi merupakan target utama.
Manifestasi klinik klasik AR adalah poliartritis simetris yang terutama
mengenai sendi-sendi kecil pada tangan dan kaki. Selain lapisan synovial
sendi, AR juga bias mengenai organ-organ diluar persendian seperti kulit
jantung, paru-paru dan mata.
2.6 Terapi

2.6.1 Farmakologi
Berikan antibiotik untu keradikasi kuman GAS, sebagai pencegahan primer
demam rematik.
 Benzatin penisilin :1,2 juta U IM (BB <27 Kg: 600.000 U IM)
 Phenoxymethil Penicillin (Penicilin V) selama 10 hari o Dewasa dan
remaja : 750- 1000 mg/hari dibagi 2-4 dosis o Anak: 500 –750 mg/hari
dibagi 2-3 dosis

6
 Amoxicilin: 25–50 mg/KgBB/hari dibagi 3 dosis (dosis maximal 750-
1000 mg/hari) selama 10 hari
Anti radang untuk karditis dan poliarthritis migrans
 Prednison: 2 mg/KgBB/hari (maksimal 80 mg/hari) selama 2 minggu,
kemudian di sapih 20- 25% tiap minggu, atau - Salisilat: 100 mg/KgBB
dibagi 4-5 dosis (maksimal 6 ig/hari) selama 2 minggu, kemudian 60-70
mg/KgBB/hari selama 3 –6 minggu.
Obat-obatan anti gagal jantung (Perki 2016)
 : diuretic : spironolactone 25-1 , ACE-I. +/- digoxin
2.6.2 Nonafarmakologi
Pasien harus tirah baring, dilanjutkan dengn mobilisasi terhadap yang lamanya
tergantung pada kondisi jantungnya:
Tirah Mobilisasi
Kelompok Klinis Baring bertahap
(minggu) (minggu)
Karditis (-), artritis (+) 2 2
Karditis (+),
4 4
kardiomegali (-)
Karditis (+),
6 6
kardiomegali (+)
Karditis (+), gagal
>6 >6
jantung (+)

2.7 Prognosis
DR tidak akan kambuh bila infeksi streptokokus diatasi. Prognosis sangan baik
bila karditis sembuh pada saat permulaan serangan akut DR selama 5 tahun
pertama perjalanan penyakit DRA dan PJA tidak membaik bila bising organic
katup tidak menghilang. Prognosis memburuk bila gejala kardititsnya lebih berat,
dan ternyata DRA dengan payah jantung akan sembuh 30% pada 5 tahun pertama
dan 40% setelah sepuluh tahun. Pada penelitian melaporkan bahwa stenosis mitral
tergantung pada beratnya karditis, sehingga kerusakan katup mitral 5 tahun pertama
sangat mempengaruhi angka kematian DRA ini.

7
2.8 Edukasi

1. Edukasi jenis penyakit, perjalanan klinis penyakit, dan tatalaksana yang


akan dikerjakan
2. Edukasi obat-obatan eradikasi ataupun profilaksis
3. Edukasi pemeriksaan penunjang yang diperlukan
4. Edukasi penyulit yang timbul
5. Edukasi tindakan intervensi bedah dan non bedah.

8
BAB III

LAPORAN KASUS
3.1 Identitas Pasien

 Nama : Tn. B.T.


 No. DM : 260771
 Tanggal lahir : 18 Januari 1997
 Umur : 21 Tahun
 Jenis Kelamin : Laki-Laki
 Alamat : Tasangka
 Agama : Kristen
 Pendidikan : SMA
 Tanggal MRS : 16 Januari 2018

3.2 Anamnesis

 Keluhan Utama

Badan sakit-sakit

 Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang diantar oleh keluarganya ke Poli Jantung RSUD Jayapura
dengan keluhan badan sakit, dirasakan sejak kurang lebih 1 minggu yang lalu
sebelum masuk rumah sakit disertai demam yang muncul 3 hari kemudian.
Nyeri dada (-), berdebar-debar (-), sesak (-), batuk (-). Pasien riwayat dirawat
di RSUD Jayapura dengan RHD.
 Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat penyakit jantung ( + )
- Hipertensi ( + )
- Diabetes mellitus ( - )
- Penyakit paru-paru ( - )
- Asma ( - )
- Alergi ( + )
 Riwayat Penyakit Keluarga
Sepengetahuan pasien, di keluarganya tidak ada riwayat asma,
diabetes mellitus, hipertensi, alergi dan jantung.

9
 Riwayat Kebiasaan
- Merokok ( - )
- Meminum alkohol ( - )
3.3 Pemeriksaan Fisik
 Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Berat Badan : 54 kg
 Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 130/70 mmHg
Denyut Nadi : 100x/menit
Pernapasan : 28x/menit
Suhu Tubuh : 37,8oC
SpO2 : 98%
 Pemeriksaan Mata
Konjungtiva : Anemis (+/+)
Sklera : Ikterik (-/-)
Pupil : Refleks cahaya (+/+), isokor Ø 3 mm
 Pemeriksaan Hidung
Serumen (-/-), deformitas (-/-), nyeri tekan (-/-), perdarahan (-/-)
 Pemeriksaan Mulut
Bibir tampak normal, bibir sianosis (-), oral candidiasis (-), tonsil T1/T1,
faring hiperemis (-)
 Pemeriksaan Leher
Pembesaran kelenjar getah bening (-), JVP meningkat (+)
 Pemeriksaan Thorax
Paru
Inspeksi : Simetris, ikut gerak napas, retraksi (-)
Palpasi : vocal premitus dextra sinistra normal
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara napas vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tampak
Palpasi : Iktus cordis teraba
Perkusi : batas kanan: ICS 3 parasternal dextra

10
Punggung jantung: ICS 2 parasternal sinistra
Apex jantung : ICS 6 midclavicula
Auskultasi : Bunyi Jantung I – II ireguler, mur-mur sistolik (+) di
apex jantung, gallop (-).
 Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba,lien tidak teraba
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
 Ekstremitas
Ekstremitas atas : Akral teraba hangat, Edema (-/-), CRT < 2 detik
Ekstremitas bawah : Akral terba Hangat, Edema (-/-), CRT < 2 detik

3.4 Pemeriksaan Penunjang


 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Darah Lengkap (16 Januari 2018)
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
HGB (Hemoglobin) 11,6 14-17 g/dL
RBC (Eritrosit) 4,6 4,5-5,5 106/mm
HCT (Hematokrit) 34,7 42-52 %
PLT (Trombosit) 330 150.000 – 400.000 103/mm3
WBC (Leukosit) 2,21 5-10 10/3mm3
MCV 74,5 84-96 Fl
MCH 24,9 28,0-34,0 Pg
MCHC 33,4 32-36 g/dl
DDR Negatif

 Pemeriksaan Kimia Klinik (16 Januari 2018)

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan


Urea 14,2 7-18 mg/dL
Kreatinin 1,11 < 0,95 mg/dL
Kalium 2,69 3,5 – 5,5 mEq/L
Natrium 124,7 135 – 148 mEq/L

11
Clorida 95,9 98 – 106 mEq/L

 Pemeriksaan Thorax

 Pemeriksaan EKG

Irama : Sinus
Rate/frekuensi : 100
Axis :
Gelombang P : 0,12 mm
PR interval :
Kompleks QRS :
Segmen ST :
Gelombang T :
Kesan :

3.5 Diagnosis

 Reaktivasi Reuma
 CHF

12
Tanggal Follow Up Palnning
17-01-2018 S : Badan sakit-sakit - NaCl 0,9% + KCL/24 jam
O: - Captopril 6,25mg
KU :tampak sakit ringat; Kesadaran: - Aspar-K
Compos mentis - Methilprednisolon 3 x 8 mg
TD : 132/60 mmHg, RR : 24x/menit,
N : 84x/menit, SB : 36oC, SpO2 : 98%
Lab (17/01/2018) : ASTO (+), LED :
84, CRP (+)
18-01-2018 S : Sakit badan berkurang, sesak (-) - NaCl 0,9% + KCL/24 jam
O: - Captopril 6,25mg
KU : tampak sakit ringat, Kesadaran: - Aspar-K
Compos mentis. - Methilprednisolon 3 x 16 mg
TD : 120/70 mmHg, RR : 20 x / - Ranitidin 2 x 1 amp iv
menit, N : 60x / menit, SB : 35,7oC, - Benzathin Penicilin 1,2 juta
SpO2 : 98% unit
CA (+/+), SI (-), OC (-), P>KGB (-),
JVP meningkat (-)
19-01-2018 S : badan sakit berkurang - NaCl 0,9% + KCL/24 jam
O: - Captopril 6,25mg
KU : tampak sakit sedang ; - Aspar-K
Kesadaran: Compos mentis - Methilprednisolon 3 x 16 mg
TD : 130/70 mmHg, RR : 20x/menit, - Ranitidin 2 x 1 amp iv
N : 67x/menit, SB : 35,6oC, SpO2 :
98%
20-01-2018 S : Badan sehat - NaCl 0,9% + KCL/24 jam
O: - Ramipril 2 x 5 mg
KU : tampak sehat ; Kesadaran: - Aspar-K
Compos mentis - Methilprednisolon 3 x 8 mg
TD : 120/70 mmHg, RR : 18x/menit, - Ranitidin 1 x 1 amp iv
N : 62x/menit, SB : 35,9oC, SpO2 :
98%

13
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 MENGAPA PASIEN INI DIDIAGNOSIS RHD?


Rematik Heart Disease (RHD) adalah kerusakan katub yang disebabkan oleh
respon imun abnormal terhadap infeksi Streptococcus grup A biasanya pada anak
anak dan dewasa muda. Pasien ini didiagnosis menderita rhd setelah dilakukan
anamnesis pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjng.
Pada anamnesis ditemukan keluhan badan sakit yang berpindah-pindah, disertai
dengan demam sejak beberapa hari yang lalu. Sebelumnya pasien pernah menderita
penyakit yang sama sejak tahun 2009, dan telah melakukan terapi, tetapi pasien
memberhentikan terapi sejak tahun 2016 yang lalu. pada riwayat penyakit dahulu
pasien sering menderita batuk pilek dan jarang diobati.
Menurut kepustakaan, pada anamnesis dapat diketahui adanya sakit tenggorokan
1-5 minggu sebelumnya (pada 70% anak dan dewasa muda), demam, disertai tanda
klinis yang tak spesifik seperti rash, nyeri kepala, berat badan turun, epistaksis, rasa
lelah, malaise, keringat berlebihan, pucat, nyeri dada dengan ortopnu, nyeri
abdomen, muntah. Keluhan yang lebih spesifik untuk DRA adalah nyeri sendi yang
berpindah-pindah, nodul subkutan, iritabel, konsentrasi menurun, perubahan
kepribadian seperti gangguan auto immune neuropsychiatric (pada anak dengan
infeksi streptococcus), disfungsi motorik, dan riwayat demam rematik sebelumnya
(ada kecenderungam berulang).
Dari anamnesis diatas, ditemukaan hasil yang sesuai dengan kepustakaan,
dimana ditemukan adanya riwayat infeksi tenggorokan berulang, nyeri sendi yang
berpindah-pindah dan demam.
Pemeriksaan fisik pasien ditemukan adanya murmur sistolik, nodul subkutan,
nyeri sendi. Ketiga tanda diatas merupakan criteria mayor dari jones (PERKI 2016)
yang digunakan untuk diagnosis demam rematik, dimana yang termasuk criteria
mayor dari jones adalah karditis, arthritis, syndenham corea, nodul subkutan dan
eritema marginatum.

14
Pada pemeriksaan penunjang pasien ini ditemukan peningkatan bukti infeksi, dan
tes ASTO positif. Pada literatur untuk mendiagnosis RHD,dari pemeriksaan
penunjang dengan melihat adanya bukti infeksi streptokokus beta haemolitikus grup
A melalui pemeriksaan ASTO.
Dari anamnesis pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pasien sesuai
dengan kriteria RHD sehingga sesuai dengan diagnosis pada pasien ini. Demam
rematik berulang pada pasien dengan penyakit jantung rematik Memenuhi 2 kriteria
minor + bukti infeksi GAS+ sequele penyakit jantung rematik. Lesi katup kronik
pada penyakit jantung rematik (pasien datang pertama kali dengan lesi katup mitral
dengan/atau tanpa lesi katup aorta).

4.2 BAGAIMANA PENATALAKSANAAN PADA PASIEN INI ?

Pemberian ASPAR-K
Aspar-K atau kalium L-aspartat 300 mg dalam sediaan tablet. Obat ini diberikan
pada pasien sebagai suplemen kalium pada penyakit dan gejala yang disertai
keseimbangan abnormal dari elektroli, seperti penyakit jantung, penyakit hati,
tetraplegi periodik karena hipokalemia, hipokalemia yang disebabkan pemberian
jangka panjang obat antihipertensi diuretika, adreno kortikosteroid, digitalis dan
insulin, gangguan metabolisme kalium (sebelum dan sesudah operasi diare,
muntah).
Pada pasien ini diberikan Aspar-K karena pasien memiliki gangguan
keseimbangan elektrolit berupa kurangnya nilai kalium dalam darah. Dimana kadar
kalium pasien 2,69 mEq/L yang normalnya 3,5- 5,5 mEq/L. Jadi pemberian Aspar-
K pada pasien ini sudah sesuai untuk menaikkan kadar kalium dalam darah pasien
yang rendah menjadi batas normal.

METILPREDNISOLON
Methil prednisolon Digunakan secara sistemik dan lokal dalam berbagai macam
penyakit kronis yang meliputi: Radang paru-paru, alergi, imunologis, neoplastik,
gangguan imunologi, imunosupresan. Mungkin cocok untuk dosis alternativ harian
dalam pengelolaan penyakit kronik.

15
Pada penyakit ini terjadi kelainan autoimun dimana terjadi peningkatan sistem
kekebalan tubuh yang menyerang bakteri streptococcus di katub jantung sehingga
dapat terjadi kerusakan pada katub jantung. Sehingga pemberian pada pasien ini
sudah sesuai dengan tinjauan pustaka.

RANITIDIN
Ranitidin adalah obat yang didalamnya terdapat antaganis reseptor H-2 . Dimana
obat ini berfungsi untukmengurangi seksreri asam lambung dan menetralkan pH
Lambung. Obet ini diberikan kepada pasien untuk mencegah kenaikan asam
lambung yang diakibatkan oleh obat yang di minum pasien.

BENZATIN PENISILIN
Mekanisme kerja Dinding sel kuman terdiri dari suatu jaringan
peptidoglikan, yaitu polimer dari senyawa amino dan gula yang saling terikat
satu dengan yang lain (crosslinked) dan dengan de- mikian memberikan
kekuatan mekanis pada dinding. Penisilin dan sefalosporin menghalangi sintesis
lengkap dari polimer ini yang spesifik bagi kuman dan disebut murein. Bila
sel tumbuh dan plasmanya bertambah atau menyerap air melalui osmosis,
maka dinding sel yang tak sempurna itu akan pecah dan bakteri musnah.
Dinding sel manusia dan hewan tidak terdiri dari murein, maka anti biotika
ini tidak toksik untuk manusia.
Pasien ini di berikan benzatin penisilin untuk mematikan kuman streptococcus
beta haemolitikus. Hal ini sesuai dengan pengobatan RHD menurut dimana
pengobatan penyakit ini menggunakan benzatin penisilin 1, 2 juta unit.

16
BAB V
KESIMPULAN
1. RHD adalah hasil dari kerusakan katub yang disebabkan oleh respon imun
abnormal terhadap infeksi Streptococcus grup A biasanya pada anak anak dan
dewasa muda
2. berdasarkan penyebab, penyebab RHD adalah infeksi Streptococcus grup A
biasanya pada anak anak dan dewasa muda
3. RHD didiagnosis berdasarkan kriteria jones disertai oleh bukti infeksi
streptococcus beta haemoliticus grup A
4. terapi RHD meliputi, tirah baring dan pemberian antibiotik( benzatin penisilin)
dan kortikosteroid ( methilprednisolon)

17
DAFTAR PUSTAKA

1. WHO., 2004., RHEUMATIC FEVER AND RHEUMATIC HEART DISEASE,


GENEWA

2. Carapites Jonathan., et all., 2012., THE AUSTRALIAN GUAIDLINE FOR


PREVENTION, DIAGNOSIS AND MANAGEMENT OF ACUTE
RHEUMATIC FEVER AND RHEUMATIC HEART DISEASE, Australian.,
page 11, 43-45

3. Marijon Eloi., et all, 2012, RHEUMATIC HEART DISEASE, paris, prancis, page 1-
3

4. Santoso anwar., et all.,2016, PANDUAN PRAKTIK KLINIS DAN CLINICAL


PATHWAY PENYAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH., Jakarta, page
32, 216-222

5. Sudoyo Aru., ET ALL., 2009, BUKU AJAR PENYAKIT DALAM., JAKARTA.,


PAGE 1662 DAN 1664

18

Anda mungkin juga menyukai