PENDAHULUAN
Latar belakang
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Klasifikasi
Etiologi6
Gambaran klinis
Pasien perikarditis akut mengalami nyeri dada akut (pada >85-90% kasus).
Nyeri dada bersifat tajam dan pleuritik di daerah retrosternal. Nyeri dapat
menjalar ke leher, dagu, atau lengan, mirip nyeri dada iskemik, juga ke daerah
otot trapezius karena terdapat hubungan antara saraf frenikus (menginervasi otot
trapezius) dan perikardium. Nyeri memberat saat inspirasi dan berbaring
terlentang, membaik saat duduk dan condong ke depan karena tekanan di
perikardium parietal berkurang, tidak membaik dengan pemberian nitrat. Temuan
klinis lain tergantung etiologi. Pasien dengan etiologi infeksi virus dapat
mengalami gejala seperti flu atau gejala gastrointestinal, sedangkan pasien dengan
etiologi infeksi bakteri dapat mengalami demam, menggigil, dan leukositosis.
Pasien dengan etiologi penyakit imun atau keganasan mengalami tanda/gejala
spesifik. Temuan khas pada auskultasi jantung adalah pericardial friction rub
(pada 85% kasus). Bunyi ini terjadi akibat friksi kedua lapisan perikardium yang
mengalami inflamasi, terdengar seperti suara goresan bernada tinggi. Bunyi ini
dapat terdengar lebih jelas dengan penekanan kuat diafragma stetoskop di daerah
tepi sternum kiri dengan posisi pasien condong ke depan dan menahan napas.
Bunyi ini terdiri dari 3 komponen yang berhubungan dengan 3 fase pergerakan
jantung, yaitu fase sistol atrium (tidak ditemukan pada kasus fibrilasi atrium),
sistol ventrikel, dan pengisian ventrikel cepat saat awal diastol.7
Diagnosis1
Rasio ST/T pada perikarditis akut >0,25, sedangkan pada repolarisasi dini
<0,25.12
2. Laboratorium
Leukositosis, peningkatan CRP, dan ESR merupakan temuan paling
sering. Perubahan pada tanda nekrosis miokard (CKMB dan troponin) dapat
saja terjadi pada gangguan epicardium dan dicurigai myopericarditis. Troponin
dapat meningkat apabila inflamasi melibatkan miokardium subepikardial yang
berdekatan dengan perikardium viseral. Pemeriksaan serologi virus dan kultur
virus memiliki sensitivitas diagnosis yang rendah dan dapat menjadi bukti
aktivitas rheumatic seperti ANF dan RF yang secara klinis dicurigai sebagai
penyakit autoimun.
3. Radiografi dada (rekomendasi kelas I, level bukti C)
Rontgen dada direkomendasikan pada semua kasus kecurigaan perikarditis
akut. Rontgen dada dapat menyingkirkan abnormalitas paru, mediastinum, dan
efusi perikardium. Paling sering terlihat normal pada banyak pasien,
pembesaran jantung dapat terjadi dengan adanya efusi pericardial > 200 ml
atau pada kasus myopericarditis dengan gagal jantung akut dan dilatasi dari
ruang jantung. Efusi bervolume rendah namun cepat terakumulasi dapat
menyebabkan tamponade jantung tanpa perubahan siluet jantung, yang
menunjukkan pentingnya ekokardiografi pada pasien dengan perikarditis akut,
bahkan jika siluet jantung normal pada x-ray.
4. Ekokardiogram (rekomendasi kelas I, level bukti B)
Ekokardiogram penting untuk mendeteksi adanya efusi pericardial, tanda
dari tamponade jantung (gambar 2 dan 3) atau perubahan kontraktilitas
segmental. Hal ini direkomendasikan dalam semua kasus yang melibatkan
ketidakpastian diagnostik atau tanda-tanda gangguan hemodinamik.
5. Computed tomography (CT) atau cardiac magnetic resonance (CMR)
(rekomendasi kelas IIA, level bukti B)
Memiliki sensitivitas yang bagus untuk mendeteksi efusi pericardial,
memeriksa ketebalan pericardium dan gangguan miokardial. Metode yang
paling sensitive untuk mendeteksi pericarditis akut dengan komplikasi, kasus
manifestasi klinis kompleks perikarditis dapat berhubungan dengan trauma,
infark miokard, neoplasma, kasus gagal respons obat anti-inflamasi, dan
kecurigaan perikarditis konstriktif.
Gambar 2. Ekokardiografi dua dimensi subcostal dari jantung pasien dengan
tamponade jantung menunjukkan atrium dan ventrikel kanan yang kolaps (garis
panah kecil)
6. Perikardiosintesis
Perikardiosintesis untuk tujuan diagnostik diindikasikan pada kasus
efusi perikardium sedang-berat yang tidak merespon dengan obat
antiinflamasi, kasus tamponade jantung, dan pasien dengan kecurigaan
tinggi infeksi bakteri, tuberkulosis, dan neoplasma.
7. Pemeriksaan lain
Pemeriksaan lain seperti antinuclear antibody, HIV assay, faktor
reumatoid, tes tuberkulin, dan quantiferon tuberculosis assay dapat
dipertimbangkan pada pasien imunokompromais.
Kriteria Diagnosis6
Tatalaksana
Triase Awal
Pasien perikarditis akut perlu rawat inap dan dicari etiologinya jika
ditemukan minimal satu prediktor prognosis buruk mayor atau minor,
mengindikasikan kasus risiko tinggi. Terapi spesifik sesuai etiologi. Bila tidak
ditemukan prediktor mayor atau minor, dianggap kasus risiko rendah dan dapat
berobat jalan dengan terapi empiris. Terapi Empiris Aspirin atau non-steroidal
anti-inflammatory drugs (NSAID) terutama ibuprofen direkomendasikan sebagai
terapi empiris lini pertama. Kolkisin direkomendasikan sebagai terapi tambahan
untuk meningkatkan respons terapi dan mencegah rekurensi. Obat gastroprotektor
perlu untuk mencegah efek samping gastrointestinal. Penyebab selain infeksi virus
memerlukan terapi spesifik berdasarkan penyebab. Restriksi aktivitas fisik
direkomendasikan sebagai tatalaksana non-farmakologi. Pasien dapat kembali
beraktivitas fisik jika gejala perikarditis akut telah hilang dan hasil pemeriksaan
CRP, EKG, dan ekokardiografi normal.6 Pada pasien atlet, restriksi aktivitas fisik
diterapkan selama minimal 3 bulan (sejak onset gejala), sedangkan pada pasien
non atlet dapat lebih pendek.8 Kortikosteroid dipertimbangkan sebagai terapi lini
kedua jika ada kontraindikasi atau kegagalan aspirin/NSAID dan kolkisin, jika
penyebab infeksi telah disingkirkan, dan jika ada indikasi spesifik seperti penyakit
autoimun. Kortikosteroid dosis rendah-sedang (prednison 0,2-0,5 mg/kg/hari)
dipertahankan selama beberapa minggu hingga resolusi gejala dan normalisasi
nilai penanda inflamasi, kemudian tapering lambat setiap 2-4 minggu.
Gambar 4. Triase awal pericarditis akut6
Perikarditis Relaps
Terapi perikarditis relaps ditujukan pada etiologi. Aspirin atau NSAID tetap
menjadi lini pertama. Kolkisin tetap untuk terapi tambahan agar meningkatkan
respons terapi dan mencegah kekambuhan berulang. Apabila respons terhadap
aspirin/NSAID dan kolkisin tidak adekuat, kortikosteroid (prednison 0,2-0,5
mg/kg/hari) dapat digunakan sebagai lini kedua. Pada kasus kegagalan terapi
dengan aspirin/ NSAID dan kolkisin serta membutuhkan steroid dosis tinggi
jangka panjang (misalnya prednison 15-25 mg/hari), dapat dipertimbangkan
penggunaan obat alternatif seperti imunoglobulin intravena (IVIG), anakinra, dan
azathioprine.6 Perikardiektomi dapat dipertimbangkan sebagai alternatif terakhir
jika upaya terapi farmakologis telah maksimal namun gagal mencapai respons
terapi.9
Prognosis
3.2 Anamnesis
Keluhan utama: nyeri dada
Pasien mengeluh nyeri dada dan nyeri perut, nyeri menetap, nyeri seperti ditusuk
jarum. Keluhan ini sudah dirasakan sejak kemarin sore. Riwayat mual (-), muntah
(-). Riwayat sosial: merokok (-). Riwayat penyakit dahulu disangkal. Riwayat
penyakit keluarga disangkal.
Pukul 21.48
Pasien mengatakan masih nyeri dada dan nyeri perut bagian bawah
Dilakukan EKG, gambaran sinus rythm
Pasien diberikan painkiller (ponstan 3x1)
Pukul 05.51
Dilakukan EKG, gambaran STEMI anteroseptal
Pasien mengeluh nyeri dada kiri sejak 2 hari timbul saat istirahat, pasien
mengatakan nyeri paling berat dirasakan saat subuh tadi, keringat dingin (+), mual
muntah (-). Nyeri dada muncul pertama kali saat menyetir.
Tanda-tanda vital
• Tekanan darah : 110/70 mmHg
• Nadi : 78 kali/menit
• Suhu : 36,1*C
• RR : 20x/menit
Thorax:
Pulmo : vesicular +/+, wheezing -/-, rhonchi _/-
Cor : S1S2 tunggal regular murmur -
Dilakukan EKG, gambaran ST elevasi di V2, V3
Pasien diberikan aspirin 1x320mg, clopidogrel 1x300, ISDN 5 mg sublingual,
IVFD NS 1500 cc/24 jam, pumpitor 2x1, rujuk ke RSUD Ternate.
Pada tanggal 9 Februari 2021 pasien kembali ke klinik membawa hasil rujukan
• Suhu : 36,5*C
• RR : 20x/menit
BAB IV
DISKUSI
4.1 Anamnesis
Pada kasus, pasien mengeluh nyeri dada kiri sejak 2 hari timbul saat
istirahat, pasien mengatakan nyeri paling berat dirasakan saat subuh tadi (pukul
05.50), keringat dingin (+), mual muntah (-). Nyeri dada muncul pertama kali saat
menyetir. Berdasarkan teori nyeri dada bersifat tajam dan pleuritik di daerah
retrosternal. Nyeri dapat menjalar ke leher, dagu, atau lengan, mirip nyeri dada
iskemik, juga ke daerah otot trapezius karena terdapat hubungan antara saraf
frenikus (menginervasi otot trapezius) dan perikardium. Nyeri memberat saat
inspirasi dan berbaring terlentang, membaik saat duduk dan condong ke depan
karena tekanan di perikardium parietal berkurang, tidak membaik dengan
pemberian nitrat.
4.5 Tatalaksana
5.1 Penutup
5.2 Saran
2. Maisch B, Seferović PM, Ristić AD, et al. Guidelines on the diagnosis and
management of pericardial diseases executive summary: the Task Force on
the Diagnosis and Management of Pericardial Diseases of the European
Society of Cardiology. Eur Heart J 2004;25:587-610.
5. Yusuf SW, Hassan SA, Mouhayar E, Negi SI, Banchs J, O’Gara PT.
Pericardial disease: A clinical review. Expert Rev Cardiovasc Ther.
2016;4(4):525-39
11. Cremer PC, Kumar A, Kontzias A, Tan CD, Rodriguez ER, Imazio M, et
al. Complicated pericarditis: Understanding risk factors and
pathophysiology to inform imaging and treatment. J Am Coll Cardiol.
2016;68(21):2311-28