Dosen Pengampu :
Lukman Hakim,S.Kep.,Ns.M.Kep
Nama mahasiswa:
1. Alfin Ashari Millenia (18112149096)
2020
1.1 KONSEP DASAR PERIKARDITIS
1.1.1 Pengertian
1.1.2 Etiologi
Penyebab yang paling sering ialah reuma, yang merupakan 55% dari
seluruh kasus. Perikarditis purulenta/ septic (28%) disebabkan oleh kuman
Staphylococcus aureus, Diplococcus pneumoniae, dan Streptococcus
hemolyticus. Penyebab lainnya ialah tuberculosis, virus Coxsackie,
rheumatoid, uremia, trauma dan idiopatik.
Pemeriksaan Elektrokardiografi
Pemeriksaan Radiologis
Foto rontgen toraks bila efusi pericardium hanya sedikit, tetapi tetap tampak
bayangan jantung membesar seperti water bottle dengan vaskularisasi paru
normal dan adanya efusi pericardium yang banyak.
Pada posisi berdiri atau duduk, maka akan tampak pembesaran jantung yang
berbentuk segitiga dan akan berubah bentuk menjadi globular pada posisi
tiduran. Kadang-kadang tampak gambaran bendungan pembuluh darah vena.
Pada fluoroskopi tampak jantung yang membesar dengan pulsasi yang
minimal atau tidak tampak pulsasi sama sekali (silent heart). Jumlah cairan
yang ada dan besar jantung yang sebenarnya dapat diduga dengan
angiokardiogram atau ekokardiogram.
Pemeriksaan Laboratorium
Laju endap darah umumnya meninggi terutama pada fase akut. Terdapat pula
leukositosis yang sesuai dengan kuman penyebab. Cairan perikard yang
ditemukan dapat bersifat transudat seperti perikarditis rheumatoid, reumatik,
uremik, eksudat serosanguinous dapat ditemukan pada perikarditis
tuberkulosa dan reumatika.
Cairan yang purulen ditemukan pada infeksi banal. Terhadap cairan perikard
ini, harus dilakukan pemeriksaan mikroskopis terhadap jenis sel yang
ditemukan, pemeriksaan kimia terhadap komposisi protein yang ada dan
pemeriksaan bakteriologis dengan sediaan langsung, pembiakan kuman atau
dengan percobaan binatang yang ditujukan terhadap pemeriksaan basil tahan
asam maupun kuman-kuman lainnya.
Tamponade jantung harus dicapai bila terdapat perluasan daerah perkusi yang
redup di daerah dada anterior, nadi paradoksal, gambaran paru yang cukup
bersih, pulsasi bayangan jantung yang berkurang pada fluoroskopi,
pengurangan amplitude QRS, gangguan listrik dari P, QRS, dan T, serta hal-
hal tersebut di awal.
Pada tamponade jantung dengan tekanan yang rendah, klien biasanya tanpa
gejala, atau mengeluh sesak dan kelemahan badab yang ringan, dan dalam hal
ini diagnosis ditegakkan dengan ekokardiografi. Kelainan hemodinamikdan
gejala klinis segera membaik setelah dilakukan perikardiosentesis.
Perikardiosentesis
Sudut antara prosesus xifoideus dengan arkus iga kiri. Titik ini paling aman
karena jantung tidak ditutupi paru sehingga mengurangi kemungkinan
penyebaran infeksi ke paru atau perikarditis purulen. Hal ini juga untuk
menghindari tertusuknya arteri mamaria interna. Lokasi efusi pericardium
umumnya berada di bawah, sehingga cairan yang sedikit pun dapat diperoleh
di sini.
1.Tamponade jantung
2.Perikarditiskonstriktif
3.Aritmi jantung
1.1.7 Prognosis
1.1.8 Patofisiologi
Proses inflamasi dan akibat sekunder dari fenomena infeksi pada perikarditis
akan memberikan respons sebagai berikut:
Tamponade Jantung
Tamponade juga dapat timbul pada perikarditis idiopatik dan perikarditis akut
oleh karena virus, perikarditis pasca-penyinaran, gagal ginjal selama dialisis, dan
hemoperikardium sebagai akibat pengobatan antikoagulan pada klien dengan
berbagai bentuk perikarditis akut.
Jumlah cairan yang cukup untuk menimbulkan tamponade jantung adalah 250 cc
bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung cepat, dan 1000 cc bila
pengumpulan cairan tersebut berlangsung lambat, karena perikardium
mempunyai kesempatan untuk meregang dan menyesuaikan diri dengan volume
cairan yang bertambah tersebut. Jumlah cairan yang dibutuhkan untuk
menghasilkan tamponade bervariasi tergantung dari tebalnya miokardium
ventrikel, dan kebalikannya dengan tebalnya perikardium parietal. Lebih sering
terjadi adalah tamponade berlangsung lebih perlahan dan gejala klinisnya
menyerupai gagal jantung, termasuk dispnea, ortopnea, bendungan hati, dan
hipertensi vena jugularis.
WOC
2. PENGKAJIAN
Pengkajian Anamnesa
1. Identitas pasien.
Harus ditanya dengan jelas tetang gejala yang timbul seperti edema perifer,
gangguan abdominal, lelah, ortopnea, palpitasi, batuk, nausea, dan
paroxysmal nocturnal dyspnea . Kapan mulai serangan, sembuh atau
bertambah buruk, bagaimana sifat timbulnya, dan stimulus apa yang sering
menimbulkan nyeri dada.
Harus diketahui apakah pasien pernah terkena TBC, rheumatoid, uremia, ada
trauma dada atau pernah mengalami serangan jantung lainnya.
5. Riwayat psikososial
Normal
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
- TD normal
Intervensi Rasional
Kolaborasi
- TD normal
Intervensi Rasional
Mandiri
Kriteria hasil:
Intervensi Rasional
Mandiri
Kolaborasi
Intervensi Rasional
Tingkatkan istirahat dan berikan aktivitas Mengurangi kebutuhan oksigen
senggang yang tidak berat
Anjurkan menghindari tekanan abdomen, Dengan mengejan dapat
seperti mengejan saat defekasi mengakibatkan bradikardi,
menurunkan curah jantung dan
takikardi, serta peningkatan TD
Tingkatkan klien duduk di kursi dan Untuk meningkatkan vena balik
tinggikan kaki klien
Pertahankan rentang gerak pasif selama Meningkatkan kontraksi otot
sakit krisis sehingga membantu vena balik
Bantu mobilisasi pasien Mencegah dekubitus
Intervensi Rasional
Mandiri
1. Nyeri Akut
a. Manajemen nyeri
Observasi
Identifikasi skala nyeri
Rasional : untuk mengetahui skala nyeri pada klien
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Observasi
Terapeutik
Tetepkan target efektifitas analgesik untuk mengoptimalkan
respon pasien
Rasional : agar pasien tidak merasa gelisah dan tetap nyaman
dengan tindakan keperawatan
Edukasi
Kolaborasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi