Anda di halaman 1dari 16

TUGAS DARING

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA PERIKARDITIS

Dosen Pengampu :

Lukman Hakim,S.Kep.,Ns.M.Kep

Nama mahasiswa:
1. Alfin Ashari Millenia (18112149096)

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAHTINGGI KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN

2020
1.1 KONSEP DASAR PERIKARDITIS

1.1.1 Pengertian

Perikarditis ialah peradangan pericardium viseralis dan parietalis


dengan atau tanpa disertai timbulnya cairan dalam rongga perikard yang baik
bersifat transudat atau eksudat maupun seraosanguinis atau purulen dan
disebabkan oleh berbagai macam penyebab. (IKA FKUI, 2007)

Perikarditis adalah peradangan pericardium parietal, pericardium


visceral, atau keduanya. Perikarditis dibagi atas perikarditis akut, subakut,
dan kronik. Perikarditis subakut dan kronik mempunyai etiologi, manifestasi
klinis, pendekatan diagnostic, dan penatalaksanaan yang sama. (Arif, 2009)

1.1.2 Etiologi

Penyebab yang paling sering ialah reuma, yang merupakan 55% dari
seluruh kasus. Perikarditis purulenta/ septic (28%) disebabkan oleh kuman
Staphylococcus aureus, Diplococcus pneumoniae, dan Streptococcus
hemolyticus. Penyebab lainnya ialah tuberculosis, virus Coxsackie,
rheumatoid, uremia, trauma dan idiopatik.

1.1.3 Manifestasi Klinis

Nyeri, batuk kering, demam, fatigue, cemas, ulsus paradoksus, JVD,


CRT turun, gangguan status mental, kreatinin meningkat, cardiac marker
meningkat,kardiak marker meningkat, ST segmen elevasi, PR depresi kecuali
segmen aVR.

Manifestasi perikarditis konstriktif sangat bervariasi bergantung pada


berat, distribusi, dan kecepatan terjadinya sikatriks. Tanda-tanda perikarditis
konstriktif menurut urutan, yaitu dispnea, edema perifer, pembesaran perut,
gangguan abdominal, lelah, ortopnea, palpitasi, batuk, nausea, dan
paroxysmal nocturnal dyspnea

1.1.4 Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan Elektrokardiografi

Elektrokardiografi memperlihatkan elevasi segmen ST dan perubahan


resiprokal, voltase QRS yang rendah (low voltage) tapi EKG bisa juga normal
atau hanya terdapat gangguan irama berupa fibrilasi atrium.

Pemeriksaan ekokardiografi M-Mode atau dua dimensi sangat baik untuk


memastikan adanya efusi pericardium dan memperkirakan banyaknya cairan
pericardium.
Pada fase akut, akan tampak elevasi segmen S-T yang berbentuk konkaf
terutama pada antar pericardium kiri. Mula-mula T masih normal, kemudian
menjadi datar/ negative. Kelainan T lebih lama menetap, yaitu sampai 2-3
minggu, bahkan kadang-kadang berbulan-bulan seperti pada perikarditis
tuberkulosa. Amplitude QRS dan T akan mengecil (low voltage) sesuai
dengan jumlah cairan yang ada.

Pemeriksaan Radiologis

Foto rontgen toraks bila efusi pericardium hanya sedikit, tetapi tetap tampak
bayangan jantung membesar seperti water bottle dengan vaskularisasi paru
normal dan adanya efusi pericardium yang banyak.

Pada efusi pericardium, gambaran Rontgen toraks memperlihatkan suatu


konfigurasi bayangan jantung berbentuk buli-buli air tapi dapat juga normal
atau hamper normal.

Pada posisi berdiri atau duduk, maka akan tampak pembesaran jantung yang
berbentuk segitiga dan akan berubah bentuk menjadi globular pada posisi
tiduran. Kadang-kadang tampak gambaran bendungan pembuluh darah vena.
Pada fluoroskopi tampak jantung yang membesar dengan pulsasi yang
minimal atau tidak tampak pulsasi sama sekali (silent heart). Jumlah cairan
yang ada dan besar jantung yang sebenarnya dapat diduga dengan
angiokardiogram atau ekokardiogram.

Pemeriksaan Laboratorium

Laju endap darah umumnya meninggi terutama pada fase akut. Terdapat pula
leukositosis yang sesuai dengan kuman penyebab. Cairan perikard yang
ditemukan dapat bersifat transudat seperti perikarditis rheumatoid, reumatik,
uremik, eksudat serosanguinous dapat ditemukan pada perikarditis
tuberkulosa dan reumatika.

Cairan yang purulen ditemukan pada infeksi banal. Terhadap cairan perikard
ini, harus dilakukan pemeriksaan mikroskopis terhadap jenis sel yang
ditemukan, pemeriksaan kimia terhadap komposisi protein yang ada dan
pemeriksaan bakteriologis dengan sediaan langsung, pembiakan kuman atau
dengan percobaan binatang yang ditujukan terhadap pemeriksaan basil tahan
asam maupun kuman-kuman lainnya.

1.1.5 Penatalaksanaan medis

Pengobatan penyakit dasar merupakan tujuan utama, tetapi beberapa kronis


idiopatik dapat diobati dengan menggunakan indometasin atau kortikosol.
Bila efusi pericardium kronis tetap menimbulkan gejala keluhan, maka perlu
dipertimbangkan perikardiektomi. Bila diagnosis perikarditis konstriktif telah
dibuat, maka perikardiektomi merupakan satu-satunya pengobatan untuk
menghilangkan tahanan pengisian ventrikel pada fase diastolic.
Penatalaksanaan pada efusi pericardium yang massif adalah dengan
melakukan perikardisentesis ke dalam kantong pericardium dengan tujuan
agar proses drainase dari aspirasi dapat adekuat. (Rubin, 1990)

Penatalaksanaan tamponade jantung dengan pengobatan yang sesegera


mungkin dapat menyelamatkan klien dari kematian, maka pemeriksaan yang
cepat dan tepat untuk menegakkan diagnosis secara tepat, misalnya
pemeriksaan ekokardiografi yang diikuti pemeriksaan kateterisasi jantung,
harus dilaksanakan. Tamponade jantung memerlukan aspirasi pericardium
dengan jarum. Monitor EKG memerlukan perhatian dan kecurigaan yang
lebih cermat, karena dalam banyak hal, tidak ada penyebab yang jelas terlihat
yang menyatakan adanya penyakit pericardium. Pada klien dengan hipotensi
dan evaluasi tekanan darah jugularis, dengan lekuk x yang menonjol, bahkan
tanpa adanya lekuk y, kemungkinan adanya tamponade jantung harus
diperhatikan.

Tamponade jantung harus dicapai bila terdapat perluasan daerah perkusi yang
redup di daerah dada anterior, nadi paradoksal, gambaran paru yang cukup
bersih, pulsasi bayangan jantung yang berkurang pada fluoroskopi,
pengurangan amplitude QRS, gangguan listrik dari P, QRS, dan T, serta hal-
hal tersebut di awal.

Pada tamponade jantung dengan tekanan yang rendah, klien biasanya tanpa
gejala, atau mengeluh sesak dan kelemahan badab yang ringan, dan dalam hal
ini diagnosis ditegakkan dengan ekokardiografi. Kelainan hemodinamikdan
gejala klinis segera membaik setelah dilakukan perikardiosentesis.

Perikardiosentesis

Perikardiosentesis merupakan tindakan aspirasi efusi pericardium atau pungsi


pericardium. Pungsi pericardium dapat dilakukan untuk konfirmasi dan
mencari etiologi efusi sebagai penegakan diagnosis dan tindakan invasive
untuk pengobatan.

Lokasi Pungsi Perikardium

Sudut antara prosesus xifoideus dengan arkus iga kiri. Titik ini paling aman
karena jantung tidak ditutupi paru sehingga mengurangi kemungkinan
penyebaran infeksi ke paru atau perikarditis purulen. Hal ini juga untuk
menghindari tertusuknya arteri mamaria interna. Lokasi efusi pericardium
umumnya berada di bawah, sehingga cairan yang sedikit pun dapat diperoleh
di sini.

Peran perawat dalam pelaksanaan perikardiosentesis adalah mempersiapkan


klien sebelum dan sesudah tindakan, dukungan psikologis, dan persiapan alat
tindakan.
1.1.6 Kompliksi

1.Tamponade jantung

Tamponade jantung adalah keadaan yang mengancam nyawa, dimana


ditemukan penekanan pada jantung, akibat terjadi pengumpulan cairan
(darah, nanah) atau gas di ruangan perikardium (ruangan antara 2 selaput
pelapis jantung) yang disebabkan karena trauma atau robeknya otot jantung,
atau karena perembesan cairan (efusi). Hal ini dapat menyebabkan jantung
tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh secara optimal.

2.Perikarditiskonstriktif

3.Aritmi jantung

Contoh-contoh dari atrial tachycardias termasuk atrial fibrillation, atrial


flutter, and paroxysmal atrial tachycardia (PAT). Aritmia-aritmia ini terjadi
karena gangguan listrik di atria dan/atau di AV node menyebabkan denyut
jantung yang cepat.

4.Nyeri dada berulang-ulang.

1.1.7 Prognosis

Bergantung kepada penyebabnya. Pada perikarditis reumatik ditentukan oleh


berat ringannya miokarditis yang menyertainya. Prognosis perikarditis
purulenta ditentukan oleh cepatnya pengobatan antibiotika yang diberikan
dan tindakan bedah yang dilakukan. Kematian pada perikarditis tuberkulosa
menjadi sangat menurun dengan ditemukannya tuberkulostatikum yang lebih
poten. Tanpa tindakan pembedahan perikarditis konstriktiva mempunyai
prognosis yang buruk.

1.1.8 Patofisiologi

Proses inflamasi dan akibat sekunder dari fenomena infeksi pada perikarditis
akan memberikan respons sebagai berikut:

1. Terjadinya vasodilatasi dengan peningkatan akumulasi cairan ke kantong


perikardium.
2. Peningkatan permeabilitas vaskular sehingga kandungan protein,
termasuk fibrinogen atau fibrin, di dalam cairan akan meningkat.
3. Peningkatan perpindahan leukosit terutama pada perikarditis purulenta.
4. Perdarahan akibat trauma tembus juga merupakan penyebab yang
mungkin.

Perubahan patologis selanjutnya yang terjadi berupa terbentuknya jaringan parut


dan perlengketan disertai klasifikasi lapisan perikardium viseral maupun parietal
yang menimbulkan suatu perikarditis konstriktif yang apabila cukup berat akan
menghambat pengembangan volume jantung pada fase diastolik.

Pada kondisi lain, terakumulasinya cairan pada perikardium yang sekresinya


melebihi absorpsi menyebabkan suatu efusi perikardium. Pengumpulan cairan
intraperikardium dalam jumlah yang cukup untuk menyebabkan obstruksi serius
terhadap masuknya darah ke kedua bilik jantung bisa menimbulkan tamponade
jantung. Salah satu komplikasi perikarditis paling fatal dan memerlukan tindakan
darurat tamponade. Tamponade jantung merupakan akibat peninggian tekanan
intraperikardium dan restriksi progresif pengisian ventrikel.

Tamponade Jantung

Penyebab tamponade paling sering adalah perdarahan ke dalam rongga


perikardium setelah suatu operasi jantung atau trauma, termasuk yang
diakibatkan oleh perforansi selama prosedur diagnostik: TBC dan tumor, yang
kebanyakan adalah karsinoma paru dan payudara, serta limfoma.

Tamponade juga dapat timbul pada perikarditis idiopatik dan perikarditis akut
oleh karena virus, perikarditis pasca-penyinaran, gagal ginjal selama dialisis, dan
hemoperikardium sebagai akibat pengobatan antikoagulan pada klien dengan
berbagai bentuk perikarditis akut.

Jumlah cairan yang cukup untuk menimbulkan tamponade jantung adalah 250 cc
bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung cepat, dan 1000 cc bila
pengumpulan cairan tersebut berlangsung lambat, karena perikardium
mempunyai kesempatan untuk meregang dan menyesuaikan diri dengan volume
cairan yang bertambah tersebut. Jumlah cairan yang dibutuhkan untuk
menghasilkan tamponade bervariasi tergantung dari tebalnya miokardium
ventrikel, dan kebalikannya dengan tebalnya perikardium parietal. Lebih sering
terjadi adalah tamponade berlangsung lebih perlahan dan gejala klinisnya
menyerupai gagal jantung, termasuk dispnea, ortopnea, bendungan hati, dan
hipertensi vena jugularis.
WOC
2. PENGKAJIAN

Pengkajian Anamnesa

1. Identitas pasien.

2. Keluhan utama: Nyeri dada atau sesak nafas

3. Riwayat penyakit sekarang

Harus ditanya dengan jelas tetang gejala yang timbul seperti edema perifer,
gangguan abdominal, lelah, ortopnea, palpitasi, batuk, nausea, dan
paroxysmal nocturnal dyspnea . Kapan mulai serangan, sembuh atau
bertambah buruk, bagaimana sifat timbulnya, dan stimulus apa yang sering
menimbulkan nyeri dada.

4. Riwayat penyakit dahulu

Harus diketahui apakah pasien pernah terkena TBC, rheumatoid, uremia, ada
trauma dada atau pernah mengalami serangan jantung lainnya.

5. Riwayat psikososial

Respon emosi pengkajian mekanisme koping yang digunakan pasien


juga penting untuk menilai pasien terhadap penyakit yang dideritanya dan
perubahan peran pasien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau
pengaruhnya dalam kehidupan sehari harinya baik dalam keluarga ataupun
dalam masyarakat.

3.1.2 Pemeriksaan fisik

 B1 : Breathing (Respiratory System)

Sesak nafas, takipnea, suara nafas ronkhi, batuk (+)

 B2 : Blood (Cardiovascular system)

takikardi, penurunan TD, aritmia jantung

 B3 : Brain (Nervous system)

Normal

 B4 : Bladder (Genitourinary system)

penurunan frekuensi / jumlah urine, urine pekat gelap

 B5 : Bowel (Gastrointestinal System)

Anorexia, muntah, mual, kekurangan nutrisi


 B6 : Bone (Bone-Muscle-Integument)

Lemah dan nyeri pada daerah ekstremitas.

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri b.d efusi perikardium


2. Penurunan Curah jantung b.d kompresi perikardial
3. Gangguan perfusi jaringan perifer b.d curah jantung menurun
4. Intoleransi Aktifitas b.d kelemahan dan keletihan fisik
5. Resiko tinggi infeksi b.d akumulasi cairan di perikardium
4. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Nyeri b.d efusi di perikardium

Tujuan : dalam 1x24 jam skala nyeri <2

Kriteria Hasil : - CRT < 3 detik

- TD normal

- Aritmia jantung (-)

- Penurunan curah jantung teratasi

Intervensi Rasional
Kolaborasi

Berikan oksigen suplemen sesuai indikasi Memaksimalkan ketersediaan oksigen


untuk menurunkan beban kerja jantung
dan menurunkan ketidaknyamanan
berhungan dengan iskemia.
Mandiri

Palpasi nadi perifer Mengontrol penurunan curah jantung


Istirahatkan klien dengan tirah baring Menurunkan kebutuhan pemompaan
optimal jantung
Observasi adanya hipotensi, peningkatan Manifestasi klinis pada kardiak
JVP, perubahan suara jantung, penuruna tamponade yang mungkin terjadi pada
tingkat kesadaran perikarditis ketika akumulasi cairan
eksudat pada rongga perikardial.
Pantau perubahan pada sensorik Menunjukkan tidak adekuatnya perfusi
serebral sebagai dampak sekunder
terhadap penuruna curah jantung
Kolaborasi

Pemberian diet jantung Pembatasan natrium untuk mencegah,


mengatur, atau mengurangi edema
Pemberian vasodilator Meningkatkan curah jantung,
menurunkan volume sirkulasi dan
tahanan vaskular sistemik, juga kerja
ventrikel
2. Penurunan curah jantung b.d kompresi perikardial

Tujuan : dalam 3x24 jam penurunan curah jantung teratasi

Kriteria Hasil : - CRT < 3 detik

- Pengeluaran urine adekuat

- TD normal

- Aritmia jantung (-)

Intervensi Rasional
Mandiri

Palpasi nadi perifer Mengontrol penurunan curah jantung


Pantau output urine Mengetahui respon ginjal dalam
menurunkan curah jantung
Istirahatkan klien dengan tirah baring Menurunkan kebutuhan pemompaan
optimal jantung
Observasi adanya hipotensi, peningkatan Manifestasi klinis pada kardiak
JVP, perubahan suara jantung, penuruna tamponade yang mungkin terjadi pada
tingkat kesadaran perikarditis ketika akumulasi cairan
eksudat pada rongga perikardial.
Kaji perubahan pada sensorik Menunjukkan tidak adekuatnya perfusi
serebralk sebagai dampak sekunder
terhadap penuruna curah jantung
Kolaborasi

Pemberian diet jantung Pembatasan natrium untuk mencegah,


mengatur, atau mengurangi edema
Pemberian vasodilator Meningkatkan curah jantung,
menurunkan volume sirkulasi dan
tahanan vaskular sistemik, juga kerja
ventrikel
3. perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan proses penyakit.

Tujuan : Perfusi jaringan kembali normal

Kriteria hasil:

mempertahankan atau mendemonstrasikan perfusi jaringan adekuat secara


individual misalnya mental normal, tanda vital stabil, kulit hangat dan kering,
nadi perifer`ada atau kuat, masukan/ haluaran seimbang.

Intervensi Rasional
Mandiri

1. Evaluasi status mental. 1. Indikator yang menunjukkan


Perhatikan terjadinya embolisasi sistemik pada otak.
hemiparalisis, afasia, kejang,
muntah, peningkatan TD.
2. Selidiki nyeri dada, dispnea tiba-
tiba yang disertai dengan 2. Emboli arteri, mempengaruhi jantung
takipnea, nyeri pleuritik, dan / atau organ vital lain, dapat terjadi
sianosis, pucat sebagai akibat dari penyakit katup, dan/
atau disritmia kronis

3. Dapat mencegah pembentukan atau


1. Tingkatkan tirah baring dengan migrasi emboli pada pasien endokarditis.
tepat Tirah baring lama, membawa resikonya
sendiri tentang terjadinya fenomena
tromboembolic.

4. Meningkatkan sirkulasi perifer dan


aliran balik vena karenanya menurunkan
resiko pembentukan thrombus.

1. Dorong latihan aktif/ bantu


dengan rentang gerak sesuai
toleransi.

Kolaborasi

Berikan antikoagulan, contoh heparin, Heparin dapat digunakan secara


warfarin (coumadin) profilaksis bila pasien memerlukan tirah
baring lama, mengalami sepsis atau GJK,
dan/atau sebelum/sesudah bedah
penggantian katup.

Catatan : Heparin kontraindikasi pada


perikarditis dan tamponade jantung.
Coumadin adalah obat pilihan untuk
terapi setelah penggantian katup jangka
panjang, atau adanya thrombus perifer.

4. Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan dan keletihan fisik

Tujuan : meningkatkan kemampuan beraktifitas

Kriteria Hasil : - klien mampu bermobilisasi di tempat tidur

- Aktivitas sehari – hari klien terpenuhi

Intervensi Rasional
Tingkatkan istirahat dan berikan aktivitas Mengurangi kebutuhan oksigen
senggang yang tidak berat
Anjurkan menghindari tekanan abdomen, Dengan mengejan dapat
seperti mengejan saat defekasi mengakibatkan bradikardi,
menurunkan curah jantung dan
takikardi, serta peningkatan TD
Tingkatkan klien duduk di kursi dan Untuk meningkatkan vena balik
tinggikan kaki klien
Pertahankan rentang gerak pasif selama Meningkatkan kontraksi otot
sakit krisis sehingga membantu vena balik
Bantu mobilisasi pasien Mencegah dekubitus

5. Resiko tinggi infeksi b.d akumulasi bakteri di perikardium

Tujuan : Tidak terjadi infeksi

Kriteria hasil : akumulasi cairan (-)

Tanda-tanda infeksi (-)

Intervensi Rasional
Mandiri

Pantau suhu pasien Suhu pasien merupakan tanda-tanda


terjadinya infeksi
Kolaborasi

Lakukan tindakan perikardiosentesis Perikardiosentesis merupakan


tindakan aspirasi efusi
Kolaborasi

Lakukan tindakan pungsi perikardium Pungsi perikardium untuk konfirmasi


dan mencari etiologi efusi sebagai
penegakan diagnosis

1. Nyeri Akut
a. Manajemen nyeri
Observasi
 Identifikasi skala nyeri
Rasional : untuk mengetahui skala nyeri pada klien

Terapeutik

 Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri


(mis. Terapi pijat atau aroma terapi)
Rasional : Dengan terapi pijat rasa nyeri akan berkurang

Edukasi

 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri


Rasional : Untuk mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan klien

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian analgesik


Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri
b. Pemberian analgesik

Observasi

 Identifikasi karakteristik nyeri (mis. Pereda atau lokasi nyeri)


Rasional : Untuk mengetahui karakteristik nyeri lokasi nyeri dan
pereda nyeri

Terapeutik
 Tetepkan target efektifitas analgesik untuk mengoptimalkan
respon pasien
Rasional : agar pasien tidak merasa gelisah dan tetap nyaman
dengan tindakan keperawatan

Edukasi

 Jelaskan efek samping obat


Rasional : untuk mengetahui efek yang akan ditimbulkan setelah
mengkonsumsinya

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian dosis dan analgesik


Rasional : Untuk mengurangi rasa nyer
2. Resiko Penurunan curah jantung
a. Perawatan jantung
Observasi
 Identifikasi tanda atau gejala primer penurunan curah jantung
(meliputi dispnea dan kelelahan)
Rasional : untuk mengetahui gejala primer penurunan curah
jantung pada klien

Terapeutik

 Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stress


Rasional : untuk mengurangi ketegangan dalam diri klien dengan
cara melemaskan badan atau relaksasi

Edukasi

 Anjurkan beraktifitas fisik secara bertahap


Rasional : untuk memulihkan fisik klien agar kembali normal
seperti semula maka dianjurkan untuk beraktivitas secara bertahap

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian antiaritmia


Rasional : agar denyut jantung kembali normal
b. Perawatan jantung akut
Observasi
 Monitor EKG 12 sadapan utun perubahan ST dan T
Rasional : untuk memantau EKG apakah terjadi perubahan atau
belum

Terapeutik

 Pertahankan tirah baring minimal 12 jam


Rasional : Untuk mengurangi aktivitas dan membatasi gerak

Edukasi

 Ajarkan teknik menujunkan kecemasan dan ketakutan


Rasional : Agar klien tidak merasa cemas dan ketakutan saat
dilakukan tindakan keperawatan

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian inotropik


Rasional : Untuk meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung
dan menyebabkan detak jantung meningkat.

Anda mungkin juga menyukai