Anda di halaman 1dari 23

PERIKARDITIS

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perikardium merupakan lapisan jantung sebelah luar yang merupakan selaput
pembungkkus terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan parietal dan viseral yang bertemu di
pangkal jantung membentuk kantung jantung. Diantara dua lapisan jantung ini terdapat
lendir sebagai pelicin untuk menjaga agar pergesekan antara perikardium pleura tidak
menimbulkan gangguan terhadap jantung. Jantung bekerja selama kita masih hidup,
karena itu membutuhkan makanan yang dibawa oleh darah, pembuluh darah yang
terpenting dan memberikan darah untuk jantung dari aorta asendens dinamakan arteri
koronaria.
Perikardium dapat terlibat dalam berbagai kelainan hemodinamika, radang,
neoplasi, dan bawaan. Penyakit perikardium dinyatakan oleh tmbunan cairan (disebut
efusi perikardium), radang (yaitu perikarditis). Perikarditis ialah penyakit sekunder
dimanapun di tubuh contohnya penyebaran infeksi kedalam kantung perikareritematasus
sistemik. Tetapi kadang-kadang perikarditis terjadi sebagai kelainan primer.
Pada perikarditis, ditemukan reaksi radang yang mengenai lapisan perikardium
viseratis dan atau parietalis.ditemukan banyak penyebab tetapi yang paling sering ialah
akut, perikarditis non spesifik (viral), infark miokard dan uremia.

2. Tujuan
Tujuan penlisan laporan pendahuluan ini adalah :
1) Mengetahui dan memahami mengenai perikarditis ,patofisiologi, tanda dan gejala
serta penatalaksanaanya .
2) Mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien dengan
perikarditis
3) Mampu menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan perikarditis .

B. KONSEP TEORI
1) Definisi

Perikarditis adalah peradangan perikardium parietal, perikardium viseral,


atau kedua-duanya (Arif Mansjoer, 2000).

Perikarditis ialah peradangan pericardium viseralis dan parietalis dengan


atau tanpa disertai timbulnya cairan dalam rongga perikard yang baik bersifat
transudat atau eksudat maupun seraosanguinis atau purulen dan disebabkan oleh
berbagai macam penyebab. (IKA FKUI, 2007)

Perikarditis adalah peradangan pericardium parietal, pericardium visceral,


atau keduanya. Perikarditis  dibagi atas perikarditis akut, subakut, dan kronik.
Perikarditis subakut dan kronik mempunyai etiologi, manifestasi klinis,
pendekatan diagnostic, dan penatalaksanaan yang sama. (Arif, 2009)

2) Klasifikasi

Secara garis besar, perbedaan anatara perikarditis akut, perikarditis kronis


dan perikarditis kronis konstruktif adalah sebagai berikut.

Klasifikasi
Klasifikasi Etiologis
Perikarditis
Perikardi Fibrinosa Perikarditis Virus pirogenik, tuberculosis, mikotik,
tis akut infeksiosa infeksi lain (sifilis, parasit).
<6
minggu
Perikardi Konstruktif Prikarditis non- Infark miokardium akut, uremia (kondisi
tis kronis efusi infeksiosa yang terkait dengan penumpukan urea
>6 dalam darah karena ginjal tidak bekerja
minggu secara efektif), neoplasia: tumor primer dan
tumor metastasis, miksedema (keadaan
lebih lanjut yang diakibatkan oleh karena
kadar hormon tiroid dalam darah
berkurang), kolesterol, kiloperikardium,
trauma: luka tembus dinding dada,
aneurisma aorta (Aneurisma Aorta
merupakan dilatasi dinding aorta yang
sifatnya patologis, terlokalisasi, dan
permanen (irreversible)) dengan kebocoran ke
dalam kantong perikardium pasca radiasi, cacat
sekat atrium, perikarditis familial: mulberry
aneurysm, idiopatik akut (biduran).
Perikardi Hipersensitivitas Demam rematik, penyakit vaskular kolagen:
tis kronik atau autoimun SLE, reumatik arthritis, skleroderma, akibat
konstrukt obat: prokalnamid, hidralazin, pasca cedera
if >6 kardiak.
minggu
Sumber: Haq (2011)

Perbedaan Perikardium normal dan Infeksi pada Perikardium (Perikarditis) berdasarkan


gambar adalah sebagai berikut.

Sumber: http://obral-askep.blogspot.com/2009/04/pericarditis.html

Pada gambar perikardium normal, lapisan antara parietal dan viseral tampak jelas.
Sedangkan pada perikardium yang terjadi inflamasi, tampak antara lapisan parietal dan
viseral terjadi perlengketan akibat tekanan cairan yang masuk pada lapisan perikardium.

3) Etiologi
 Penyebab idiopatik atau nonspesifik
  Infeksi
a. Bakteri : streptokokus, stapilokokus, meningokokus, gonokokus
b.      Virus : coxsakie, influenza
c.       Jamur : riketsia, parasit
 Kelainan jaringan ikat-sistemik lupus eritematosus, demam rematik, atritis
rematik, poliarteritis.
 Keadaan hipersensitivitas-reaksi imun, reaksi obat, serum sicknes
  Penyakit struktur disekitarnya-infark miokardium, aneurisma dissecting,
penyakit pleura dan paru (pneumonia)
  Penyakit neoplasia
a. sekunder akibat metastasis dari kanker paru dan kanker payudara
b. leukemia
c. primer (mesotelioma)
 Terapi radiasi
 Trauma-cedera dada, pembedahan jantung, pemasangan pacemaker
 Gagal ginjal dan uremia
  Tuberkulosis
4) Pathway
5) Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis pada perikarditis akut, kronis dan kronik konstruktif adalah
sebagai berikut:
1)    Manifestasi Klinis pada Perikarditis Akut
Trias klasik perikarditis akut adalah nyeri dada, pericardial
friction rub dan abnormalitas EKG yang khas. Dari pemeriksaan fisik
juga dapat ditemukan pembesaran jantung, peningkatan tekanan vena,
hepatomegali, edema kaki dan mungkin tanda-tanda tamponade
(merupakan suatu sindroma klinis akibat penumpukan cairan
berlebihan di rongga perikard yang menyebabkan penurunan pengisian
ventrikel disertai gangguan hemodinamik (Dharma, 2009 : 67)).
2)         Manifestasi Klinis pada Perikarditis Kronik
Manifestasi klinis perikarditis kronik adalah sesak nafas,
batuk (karena tekanan tinggi pada vena paru-paru mendorong cairan
masuk ke dalam kantung-kantung udara),  dan kelelahan (karena kerja
jantung menjadi tidak efisien). Biasanya tidak menimbulkan rasa nyeri
dan bisa terjadi edema. Gejala-gejala yang dapat menjadi petunjuk
penting bahwa seseorang menderita perikarditis kronis adalah tekanan
darah tinggi, penyakit arteri koroner atau penyakit katup jantung.
3)         Manifestasi Klinis pada Perikarditis Kronik Konstriktif
Manifestasi klinis perikarditis kronik konstruktif adalah
keluhan berupa rasa lelah, lemah, dispnea saat beraktifitas, orptopnea
(napas pendek yang terjadi pada posisi berbaring karena pengaruh
adanya gaya gravitasi) dan keluhan gagal jantung lainnya. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan peningkatan tekanan vena jugularis,
bunyi jantung melemah, dapat terdengar perikardial knock, pulsus
paradoksus (pengecilan amplitudo denyut nadi yang tajam selama
inspirasi), hepatosplenomegali, ikterus, ascites (penimbunan cairan
secara abnormal di rongga peritoneum) dan edema.
6) Test Diagnostik Perikarditis
a.       Pemeriksaan fisik
-          Vital sign:-tekanan darah menurun
- Nadi cepat/dysretmia
                                    - inspeksi:
keluhan utama:
         Lemah,kesakitan
         Gelisah
         Sesak nafas
 palpasi
         Nyeri tekan pada dada
 auskultasi
         Pericardial friction rubs
b.pemeriksaan penunjang
1)      EKG (elektrokardiografi)
Dapat menunjukkan iskemia, hipertrofi, blok konduktif, disritmia
(peninggian ST dapat terjadi pada kebanyakan lead) depresi PR,
gelombang T datar atau cekung, pencitraan voltase rendah umum
terjadi. Elektrokardiografi memperlihatkan elevasi segmen ST dan
perubahan resiprokal, voltase QRS yang rendah (low voltage) tapi
EKG bisa juga normal atau hanya terdapat gangguan irama berupa
fibrilasi atrium.
2)      Ekokardiografi
Dapat menunjukkan efusi pericardial, hipertrifi jantung, disfungsi
katup, dilatasi ruang. Dalam efusi pericardial, ekokardiografi bisa
mendiagnosis jika menunjukkan ruang bebas-gaung antara dinding
ventricular dan pericardium.
3)      Kadar enzim kardiak sedikit naik, disertai miokarditis yang
berkaitan , memastikan diagnosis.
4)      Angiografi
Dapat menunjukkan stenosis katup dan regurgitasi dan/atau
penurunan gerak dinding.
5)      Sinar X dada : Dapat menunjukkan pembesaran jantung, infiltarsi
pulmonal.
6)      JDL : Dapat menunjukkan proses infeksi akut/kronis, anemia.
7)      Pemeriksaan Radiologis
Foto rontgen toraks bila efusi pericardium hanya sedikit,
tetapi tetap tampak bayangan jantung membesar seperti water
bottle dengan vaskularisasi paru normal dan adanya efusi
pericardium yang banyak.Pada efusi pericardium, gambaran
Rontgen toraks memperlihatkan suatu konfigurasi bayangan
jantung berbentuk buli-buli air tapi dapat juga normal atau hamper
normal.
Pada posisi berdiri atau duduk, maka akan tampak
pembesaran jantung yang berbentuk segitiga dan akan berubah
bentuk menjadi globular pada posisi tiduran. Kadang-kadang
tampak gambaran bendungan pembuluh darah vena. Pada
fluoroskopi tampak jantung yang membesar dengan pulsasi yang
minimal atau tidak tampak pulsasi sama sekali (silent heart).
Jumlah cairan yang ada dan besar jantung yang sebenarnya dapat
diduga dengan angiokardiogram atau ekokardiogram.
8)      Pemeriksaan Laboratorium
Laju endap darah umumnya meninggi terutama pada fase
akut. Terdapat pula leukositosis yang sesuai dengan kuman
penyebab. Cairan perikard yang ditemukan dapat bersifat transudat
seperti perikarditis rheumatoid, reumatik, uremik, eksudat
serosanguinous dapat ditemukan pada perikarditis tuberkulosa dan
reumatika.
Cairan yang purulen ditemukan pada infeksi banal.
Terhadap cairan perikard ini, harus dilakukan pemeriksaan
mikroskopis terhadap jenis sel yang ditemukan, pemeriksaan kimia
terhadap komposisi protein yang ada dan pemeriksaan
bakteriologis dengan sediaan langsung, pembiakan kuman atau
dengan percobaan binatang yang ditujukan terhadap pemeriksaan
basil tahan asam maupun kuman-kuman lainnya.
9)  Kateterisasi jantung
Katerisasi jantung digunakan untuk mengukur tekanan darah di
dalam bilik jantung dan pembuluh darah utama.
10) Foto thorak
Pada pemeriksaan thoraks, tampak normal bila efusi perikard
hanya sedikit, tetapi bila banyak dapat terlihat membesar seperti botol
air.

7) Komplikasi
1.      Efusi pericardium
2.      Tamponade jantung
3.      Perikarditis akut: chonic pericarditis, efusi prikard, tamponade, perikardtis
kontriktiva Efusi perikard/tamponade: henti jantung, aritima: fibrilasi atrial atau
flutter, perikarditis konstriktiva.

8) Penatalaksanaan
Tujuan penanganan adalah:
1.      Menentukan penyebab
2.      Memberikan terapi yang sesuai dengan penyebabnya
3.      Waspada terhadap kemungkinan terjadinya tamponade jantung
Obat : Dexamethasone dan Ampicillin

9) Asuhan Keperawatan

I. PENGKAJIAN
A.    Biodata Pasien
Data yang dikaji disini meliputi Nama, Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan,
Pekerjaan, Alamat, Penanggung
B.     Riwayat Kesehatan
1.      Keluhan Utama
Keluhan utama pada klien dengan gangguan perikarditis adalah Nyeri
dada, pada efusi pericardium adalah cepet lelah dalam beraktifitas
2.      Riwayat Penyakit Sekarang
Trias klasik perikarditis akut adalah nyeri dada, pericardial friction rub,
dan abnormalitas EKG yang khas. Manifestasi utama dari perikarditis akut
adalah rasa nyeri substernal atau parasternal, kadang kadang menjalar ke
bahu. Nyeri ini menjadi lebih ringan bila klien duduk. Karakteristik nyeri
perikarditis berkurang dengan duduk tegak setelah membungkuk ke depan.
Rasa nyeri adalah suatu gejala yang penting tapi bukan merupakan suatu
gejala yang invariable pada berbagai macam perikarditis akut. Rasa nyeri
biasa terdapat pada perikarditis akut tipe infeksiosa dan pada banyak jenis
perikarditis akut yang diduga berhubungan dengan hipersensitivitas atau
autoimunitas
Rasa nyeri biasanya tidak di temukan pada perikarditis yang
disebabkan oleh uremia, neoplasma, pascapenyinaran, tuberculosis, yang
semuanya ini berlangsung perlahan-lahan. Rasa nyeri perikarditis biasanya
kuat. Nyeri ini secara khas berlokasi di tengah-tengah dada, menusuk ke
belakang sampai ke pinggiran trapezius
Sering rasa nyeri ini seperti rasa nyeri pada pleuritis, yaitu sifatnya
tajam dan bertambah nyeri dengan menarik nafas, batuk, dan perubahan posisi
badan. Namun, kadang kala juga merupakan nyeri yang menetap, rasa nyeri
berkerut yang menjalar ke salah satu lengan atau kedua lengan menyamai
rasa nyeri pada iskemia miokardium
Selain pengkajian nyeri, pengkajian prediposisi penyebab perikarditis
perlu dikaji seperti riwayat pembedahan jantung, riwayat trauma tembus dada
3.      Riwayat Penyakit Dahulu
Pengkajian tentang apakah klien pernah menderita gagal ginjal, tumor
mediastinum, dan pernahkah mengalami infark miokardium
4.      Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan apakah ada anggota keluarga pasien yang mempunyai penyakit
berat lainnya atau penyakit yang sama.
C.    Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
Data yang mendasar pada pasien:
a)      Aktivitas / istirahat : Kelelahan, kelemahan , takikardi,
penurunan TD, dispnea dengan aktivitas.
b)      Sirkulasi : Riwayat demam rematik, penyakit jantung
kongenital, bedah jantung, palpitasi, sincope, takikardi, disritmia,
friction rub perikardia ( biasanya intermitten terdengar dibatas sternal
kiri )
c)      Eliminasi : Riwayat penyakit gagal ginjal, penurunan
frekuensi/ jumlah urine, urine pekat gelap.
d)     Ketidaknyamanan : Nyeri  pada dada anterior, diperberat oleh
inspirasi, batuk, gerakan menelan, berbaring, hilang dengan duduk dan
bersandar ke depan.
e)      Pernafasan : Nafas pendek, memburuk pada malam hari.
dipsnea nokturnal, batuk, inspirasi mengi.
Pemeriksaan fisik pada pasien dengan perikarditis ditemukan pericardial
friction rub dan pembesaran jantung. Bunyi gesekan pericardium adalah gejala
fisik yang paling penting dan dapat terdengar sampai 3 komponen pada setiap
siklus jantung. Kadang dapat di dengar lebih baik hanya dengan menekan
diafragma stetoskop lebih keras ke dinding dada. Tanda yang biasa di temukan
pada perikarditis yaitu: dipsnea, edema perifer, pembesaran perut, palpitasi, batuk,
dan nausea

  II.     DIAGNOSA KEPERAWATAN


Diagnosa yang muncul pada pasien dengan gangguan perikarditis yaitu:
1.      Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sesak nafas
2.      Nyeri kronis berhubungan dengan iskemia miokard
3.      Intoleransi aktifitas berhubungan dengan sesak nafas
4.      Ketakutan berhubungan dengan stimulus pobia (perikarditis)
5.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan nafsu makan
6.      Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.
III.                        INTERVENSI
No Dx Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
1 Dx 11.   Pasien menunjukkan pola1. Posisikan pasien semi fowler. 1.    Untuk
nafas efektif. Dibuktikan2. Pantau adanya pucat dan membuka jalan
dengan status pernafasan sianosis. napas pasien
yang tidak berbahaya. 3.   Pantau kecepatan, irama, sehingga lebih
2.   Menunjukkan status kedalaman dan usaha muda untuk
pernafasan: ventilasi tidak respirasi. bernapas.
terganggu ditandai dengan4.   Pantau peningkatan2.  Untuk
indikator kedalaman kegelisahan, ansietas, dan mengetahui
inspirasi dan kemudahan tersengal-sengal. adanya tingkat
bernafas, tidak ada5.   Informasikan pada klien dan keparahan sesak
penggunaan otot bantu keluarga tentang teknik napas.
pernafasan, bunyi nafas relaksasi. 3.  Membantu
tambahan tidak ada, dan6.   Diskusikan menganai menentukan dera
nafas pendek tidak ada. perawatan dirumah, meliputi jat dekompensasi
pengobatan, peralatan jantung dan
pendukung, tanda dan gejala pulmonal.
komplikasi. 4.  Untuk
7.   Rujuk pada ahli pernafasan mengetahui
respon individu
terhadap penyakit
sesak napas yang
dirasakan.
5.  Untuk
meringankan
tingkat
kecemasan pada
klien
6.  Agar pasien dan
keluarga dapat
melakukan
perawatan secara
mandiri dengan
baik
7. Agar pasien
mendapat
pelayanan
perawatan yang
maksimal yaitu
untuk
memastikan
keadaan fungsi
ventilator
mekanis.

2 Dx 2 Pasien mampu1.Jelaskan pada pasien penyebab 1. Penjelasan pada


menunjukkan tingkat nyeri. pasien mengenai
nyeri, yang dibuktikan2.Lakukan teknik non penyebab nyeri,
dengan indicator pasien farmakologi (relaksasi). dapat digunakan
tidak mengekspresikan3.   Bantu pasien dalam sebagai
rasa nyeri secara verbal mengidentifikasi tingkat nyeri pendidikan
maupun non verbal pada yang beralasan dan dapat kesehatan
wajah, tidak ada posisi diterima. sehingga pasien
tubuh melindungi, tidak4.   Tingkatkan istirahat atau mampu
ada kegelisahan dan tidur yang adekuat untuk mengatasi nyeri
ketegangan otot, tidak ada mengurangi nyeri. secara mandiri.
kehilangan nafsu makan, 2.   Pemberian
dan frekuensi nyeri dan teknik non
lamanya episode nyeri farmakologi
dilaporkan menengah atau dapat mengurangi
ringan. rasa nyeri, baik
dari segi fisik
maupun
emosional pasien.
3.    Mengetahui
skala nyeri yang
dirasakan oleh
pasien, serta agar
dapat
menentukan
terapi apa yang
akan diberikan
kepada pasien
4.    Untuk
mengurangi rasa
nyeri yang
dirasakan oleh
pasien

3 Dx 3 Pasien menunjukkan
1.        Kaji respon emosi, sosial
1.      Koping
adanya toleransi aktifitas dan spiritual pasien. emosional
dengan ditandai pasien
2.       Tentukan penyebab diakibatkan oleh
dapat menghemat energi keletihan pasien. potensial
(menyeimbangkan antara
3.       Pantau respon penyakit yang
aktivitas dan istirahat), dan cardiorespiratory terhadap mengancam
melakukan aktivitas aktivitas. hidup. Dorongan
sehari-hari. 4.       Pantau asupan nutrisi dan dukungan
pasien. akan diperlukan
5.       Ajarkan mengenai untuk mengatasi
pengaturan penggunaan frustasi terhadap
energy tinggal tinggal di
6.        Ajarkan teknik relaksasi. rumah sakit yang
7.       Elaborasi dengan tim dokter lama.
dan farmasi dengan
2.      Untuk
memberikan obat nyeri pada mengetahui
saat sebelum beraktivitas tindakan apa
yang akan
dilakukan agar
keletihan tersebut
dapat teratasi.
3.      Hh
4.      Untuk
memenuhi
kebutuhan nutrisi
yang adekuat
5.      Memastikan
keadekuatan
sumber energy
6.      Untuk
mengatasi atau
mencegah
keletihan dan
mengoptimalkan
fungsi.
7.      Untuk
mengoptimalkan
perawatan pasien
yaitu dengan
pemberian dosis
dan takaran y
4 Dx 4 Pasien memperlihatkan1. Jelaskan pada pasien tentang1.   Agar pasien
pengendalian ketakutan, proses penyakit, pemeriksaan dapat memahami
dibuktikan dengan idikator dan pengobatan. tentang penyakit
pasien dapat menghindari2.   Kaji respon ketakutan pasien yang diderita
sumber ketakutan bila baik secara subjektif maupun sehingga dapat
mungkin, dapat objektif. menurunkan
mengendalikan respon3.   Nilai pemahaman pasien tingkat ketakutan
ketakutan, dan melaporkan terkait dengan proses pasien
penurunan durasi pada penyakit. 2.   Untuk
setiap episode. 4.   Kaji kebutuhan pasien akan mengetahui
layanan sosial atau intervensi tingkat ketakutan
psikiatrik. yang dialami oleh
5.    Diskusikan dnegan dokter pasien
terkait ketakutan paasien. 3.   Untuk
6.    Lakukan penguatan positif mengetahui
baik verbal maupun non seberapa jauh
verbal pada pasien. pasien
7.   Dampingi pasien dalam memahami
situasi yang baru. tentang penyakit
8.    Jauhkan sumber ketakutan yang di deritanya
pasien apabila4.   Agar perawat
memungkinkan. dapat mengetahui
9.   Libatkan peran keluarga perlu atau
untuk mengurangi ketakutan tidaknya pasien
pasien. diberikan
10.    Lakukan pendekatan pada intervensi
pasien untuk pengungkapan psikiatrik
perasaan, persepsi dan5.   Agar ketakutan
ketakutan secara verbal. pasien
dapatdiatasi
dengan cepat
6.    Untuk
mengurangi rasa
takut yang
dialami oleh
pasien dan
meningkatkan
perasaan tenang
dan pemikiran
positif
7.   Agar pasien
merasa tidak
ketakutan dengan
situasi baru
tersebut
8.   Untuk
mengurangi
tingkat ketakutan
yang dialami
pasien
9.   Agar pasien
merasa
mendapatkan
perlindungan
sehingga
ketakutan pasien
dapat teratasi
10.Agar pasien
terbuka dan
mengungkapkan
semua pera saan
yang
dirasakannya.
Sehingga
diharapkan hal
tersebut dapat
menurunkan
tingkat ketakutan
pada pasien
akibat stimulus
pobia.

5 Dx 5 Pasien menunjukkan status1.    Pantau kandungan nutrisi1.    Untuk


gizi (asupan makanan, dan kalori pada catatan mengetahui
cairan, dan zat gizi) baik asupan pasien. keadaan nutrisi
dengan indikator nafsu2.    Timbang berat badan dan pasien saat ini
makan pasien tidak tinggi badan pasien. 2.    Untuk
mengalami penurunan. 3.    Ajarkan pada pasien atau mengetahui
keluarga mengenai makanan adanya
yang bergizi dan murah. penurunan atau
4.    Berikan informasi yang penam bahan
tepat tentang kebutuhan berat badan pada
nutrisi dan bagaimana pasien sehingga
memenuhinya. perawat
5.    Berikan lingkungan yang mengetahui
nyaman pada saat pasien adanya
makan. penurunan atau
6.   Atur posisi pasien semi peningkatan
fowler atau fowler statusnutrisi
7.    Diskusikan dengan ahli gizi pasien.
dalam menentukan kebutuhan3.    Dengan
protein untuk pasien dengan mengajarkan
ketidakadekuatan asupan kepada keluarga
protein. atau pasien, maka
8.    Diskusikan dengan dokter mereka akan tahu
mengenai kebutuhan makanan apa saja
stimulasi nafsu makan. yang bergizi dan
nantinya
diharapkan ketika
dirumah mereka
dapat
mengaplikasikan
nya sehingga
nutrisi pasien
terpenuhi.
4.    Agar terjadi
peningkatan
status nutrisi pada
pasien
5.    Untuk
meningkatkan
nafsu makan
pasien sehingga
kebutuhan nutrisi
akan terpenuhi
dengan baik
6.    Untuk
memudahkan
menelan dan
berikan posisi ini
selama 30 menit
setelah makan
untuk mencegah
aspirasi.
7.    Agar pasien
mendapatkan
pelayanan yang
lebih baik
sehingga
kebutuhan nutrisi
terpenuhi secara
adekuat
8.    Agar kebutuhan
nutrisi pasien
dapat terpenuhi
dengan baik.

6 Dx 6 Pasien menunjukkan1. Kaji umpan balik pasien 1.   Untuk


pengetahuannya tentang2.   Berikan informasi me ngenai memastikan
penyakit perikarditis yang penyakit peri karditis. pasien
dibuktikan dengan3.   Lakukan penilaian tingkat memahami
pemahaman penjelasan pengetahuan pasien mengenai penyakit dan
mengenai penyakit dan perikarditis. penanganannya
pelaksanaan aktivitas4.   Berinteraksi pada pasien secara mandiri
untuk mencegahan diri dengan cara tidak2.    Agar pasien
menghakimi untuk dapat lebih
memfasilitasi pemberian memahami
informasi penyebab
khusus,pengobata
n, efek jangka
panjang yang
diharapkan dari
kondisi inflamasi,
sesuai dengan
tanda/gejala yang
menunjukkan
kekambuhan/
komplikasi
3.   Agar perawat
mengetahui
tindakan yang
harus dilakukan
terkait dengan
tingkat
pengetahuan
palsien
4.    Agar pasien
merasa nyaman
saat berinteraksi
dan
mengutarakan
pertanyaan
tentang penyakit
yang diderita

IV.               IMPLEMENTASI
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat
dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini
dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan,
memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang
dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan. Pada pelaksanaan
keperawatan diprioritaskan pada upaya untuk mempertahankan jalan nafas,
mempermudah pertukaran gas, meningkatkan masukan nutrisi, mencegah
komplikasi, memperlambat memperburuknya kondisi, memberikan informasi
tentang proses penyakit (Doenges Marilynn E, 2000, Remcana Asuhan
Keperawatan)

V.               EVALUASI
Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien 
terhadap perawatan yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang
diharapkan telah dicapai. Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan
kontinyu, karena setiap tindakan keperawatan, respon pasien dicatat dan
dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan kemudian
berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil pasien yang
mungkin diperlukan. Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuan yang telah
ditetapkan yaitu:
1.      Pola nafas pasien efektif, dengan pasien menunjukkan pasien mudah
berbafas, tidak menggunakan otot bantu, dan tidak ada nafas tambahan
2.      Nyeri kronis pasien teratasi, dengan pasien menunjukkan pasien tidak
mengekspresikan rasa nyeri secara verbal maupun non verbal pada wajah, tidak
ada posisi tubuh melindungi, tidak ada kegelisahan dan ketegangan otot, tidak ada
kehilangan nafsu makan, dan frekuensi nyeri dan lamanya episode nyeri
dilaporkan menengah atau ringan
3.      Intoleransi aktivitas teratasi dengan pasien menunjukkan adanya toleransi
aktifitas sehari-hari
4.      Ketakutan pasien teratasi, dengan pasien memperlihatkan pengendalian
ketakutan
5.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi, dengan
pasien menunjukkan status gizi baik.
6.      Kurangnya pengetahuan pasien teratasi, dengan pasien menunjukkan
pengetahuannya tentang penyakit perikarditis.
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, Mary. 2008. Klien Gangguan Kardiovaskuler Seri Asuhan Keperawatan.
Jakarta: EGC
Brashers, Valentina L. 2008. Aplikasi Klinis Patofisiologi Edisi 2. Jakarta: EGC
Difikarayen, Ria. 2014. Askep pada pasien perikarditis. (Online),
(http://riadifikarayenaan.blogspot.com/, diakses 11 September 2014)
Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Islami. 2009. Perikarditis.(Online),
(http://obral-askep.blogspot.com/2009/04/pericarditis.html, diakses 11 September
2014)
Mumpuni, Indah. 2014. Askep kardiovaskuler: perikarditis. (online),
(http://indahmumpunis1keperawatan.blogspot.com/2014/04/askep-kardiovaskular-
perikarditis.html, diakses 11 september 2014)
Muttagin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
kardiovaskuler.Jakarta: Salemba Medika
Nuzul. 2011. Asukan Keperawatan Perikarditis. (Online), (http://nuzulul-
fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35456-Kep%20Kardiovaskuler-Askep
%20Perikarditis.html, diakses 11 September 2014)

Anda mungkin juga menyukai