Anda di halaman 1dari 22

Asuhan

Keperawatan
DISTRESS SPIRITUAL
Nama Kelompok :
Azizah Tin Nur Janah
Dewi Gita Purnamasari
Diva Ika Noviani
Elva Natasya Bilqish
Hafif Rihaldhi
Pengertian Distres Spiritual :

Distress Spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam


mengalami dan mengintegrasikan arti dan tujuan hidup
seseorang dengan diri, orang lain, seni, musik, literature, alam
dan kekuatan yang lebih besr dari dirinya (EGC, 2008).
Definisi lain mengatakan bahwa distres spiritual adalah
gangguan dalam prinsip hidup yang meliputi seluruh kehidupan
seseorang dan diintegrasikan biologis dan psikososial
(EGC, 2011).
Penyebab
01 Pengkajian Fisik Abuse.

02 Pengkajian Psikologis Status mental

Pengkajian Sosial Budaya  dukungan sosial dalam memahami


03 keyakinan klien
Patofisiologi
Patofisiologi distress spiritual tidak bisa dilepaskan dari stress dan struktur serta
fungsi otak. Stress adalah realitas kehidupan manusia sehari-hari. Setiap orang tidak
dapat dapat menghindari stres, namun setiap orang diharpakan melakukan
penyesuaian terhadap perubahan akibat stres. Ketika kita mengalami stres, otak kita
akan berespon untuk terjadi. Konsep ini sesuai dengan yang disampikan oleh
Cannon, W.B. dalam Davis M, dan kawan-kawan (1988) .
Stres akan menyebabkan korteks serebri mengirimkan tanda bahaya ke hipotalamus.
Hipotalamus kemudian akan menstimuli saraf simpatis untuk melakukan perubahan.
Sinyal dari hipotalamus ini kemudian ditangkap oleh sistem limbik dimana salah satu
bagian pentingnya adalah amigdala yang bertangung jawab terhadap status
emosional seseorang. Gangguan pada sistem limbik menyebabkan perubahan
emosional, perilaku dan kepribadian. Gejalanya adalah perubahan status mental,
masalah ingatan, kecemasan dan perubahan kepribadian termasuk halusinasi
(Kaplan et all, 1996), depresi, nyeri dan lama gagguan (Blesch et al, 1991).
Karakteristik distres spiritual

A. Hubungan dengan C. Hubungan dengan


diri : seni, musik, literatur,
1. Ungkapan
. kekurangan dan alam :
2. Marah 1. Ketidakmampuan
3.Kesalahan untuk melakukan
4. Koping yang buruk aktivitas.
2. Tidak tertaik dengan
alam.
3. Tidak tertarik dengan
bacaaan agama
Hubungan dengan
B.Hubungan dengan
kekuatan yang lebih
orang lain :
besar dari dirinya :
1. Menolak 1. Ketidakmampuan
berhubungan dengan berdoa
tokoh agama 2. Ketidakmampuan
2. Menolak interaksi untuk
dengan tujuan dan berpartisipasikegia
keluarga. tan agama.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Diagnosa Distress Spiritual

Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data t
entang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan baik fisik maupun psikolo
gis dan lingkungan.

Pohon Masalah
Umumnya sejumlah masalah klien saling berhubungan dan dapat digambarkan sebagai pohon masalah. Adapun langka
h-langkahnya :
A. Core problem
B. Penyebab
C. Akibat
D. Susunan dengan tanda anak panah
E. Masalah keperawatan

Diagnosa Keperawatan
Dignosa keperawatan adalah proses menentukan gangguan pasien berdasarkan respon yang diamati melalui ondisi fisi
k maupun psikologis pasien yang dilakukan oleh seorang perawat dengan cara mengidentifikasikan sehingga dapat dila
kukan sebuah perencanaan untuk mengatasi respon pada distress spiritual.
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Tindakan Psikoterapeutik :
1. Tindakan keperawatan untuk pasien
Tujuan tindakan keperawatan gangguan spiritual untuk pasien adalah agar pasien :
a. Mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat.
b. Mengungkapkan perasaan dan pikiran tentang spiritual yang diyakininya.
c. Mampu mengungkapkan penyebab gangguan spiritual.

2. Tindakan keperawatan : 55%


. a. Bina hubungan saling percaya dengan pasien. 30%
b. Kaji factor penyebab gangguan spiritual pada pasien.
c. Bantu pasien mengungkapkan perasaan dan pikiran akan terhadap spiritual yang diyakininya.
15%
d. Bantu klien untuk mengembangkan skill untuk mengatasi perubahan spiritual dalam kehidupan.

Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah tindakan intelektual seorang perawat untuk melegkapi proses
keperawatan dengan diagnosa, intervensi, dan pelaksanaan pada kasus distress spiritual.
TRIGER CASE
 
Seorang Perempuan Ny. X usia 25 tahun, telah kehilangan penglihatannya dan merasa sedih, mengurung diri. Dia mengataka
n pada kedua orang tuanya. Tuhan memberi harapan bahwa bersama-Nya kehidupan dirinya akan lebih baik daripada ketika b
erada di dunia, dan dia menyatakan bahwa dia sudah siap untuk itu. Dia mengklarifikasikan pemikiran ini dengan menambahk
an “bukan saya yang merencanakan untuk mati atau lainnya, tetapi saya hanya siap menghadapi itu semua karena saya ingin
merasa lebih bahagia lagi“. Dengan hasil pemeriksaan, TTV: TD : 120/80 mmhg, RR : 18x/menit, N:80x/menit, S : 36.5C, TB :
155 cm, BB : 55 kg.
 
Pengkajian
IDENTITAS KLIEN
 
Nama : Ny. X (P) Tanggal MRS / Jam : 13 Januari 2017
Umur : 25 tahun Tanggal Pengkajian / Jam :
Alamat : Banyubang - Lamongan
Pendidikan : SMA
Agama : Islam Ruang Rawat : Kamboja
Status : Belum Kawin
Pekerjaan :
JenisKel. : Perempuan
No RM :

ALASAN MASUK
 
Data Primer : Dia merasa lebih baik mati daripada hidup.
 
Data sekunder : kehilangan penglihatannya dan merasa sedih, mengurung diri
PEMERIKSAAAN FISIK
Keadaan umum : Merasa bahwa dirinya lebih baik mati daripada hidup
Tanda vital:
TD : 120/80mm/Hg
N : 80x/m
S : 36,5
R : 18x/m
Ukur: BB 50 .kg TB : 155cm
Turun
 Keluhan fisik: kehilangan penglihatan

PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (Sebelum dan sesudah sakit)

 
 
Analisa data
NO. DATA MASALAH KEPERAWATAN
1. DS : Koping Tidak Efektif

-Kehilangan penglihatannya dan merasa sedih,


mengurung diri.
 
 
DO :
-Tidak mampu memenuhi peran yang diharapkan
(sesuai usia).
-Partisipasi social kurang.
 
 
2. DS : Klien mengatakan bahwa dirinya lebih memilih Distress Spiritual
mati daripada hidup.
 
DO :
-Tidak mampu beribadah
-Menolak berinteraksi dengan orang terdekat.
DAFTAR MASALAH / DIAGNOSA KEPERAWATAN

 
1. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan krisis situasional
2. Distress Spiritual Berhubungan dengan kehilangan fungsi tubuh.
No. Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan
Tujuan Dan Kriteria Hasil
Intervensi Rasional
1. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan Setelah di lakukan tindakan 3x24 jam oleh Koping tidak efektif  1. Untuk mngetahui kualitas diri terhadap lingkungan
krisis situasional perawat dengan 1. Promosi Harga Diri sekitar.
  Kriteria hasil : -meningktkan koping pasiaen Observasi:  
dengan situasional -Monitor verbilisasi yang merendahkan diri sendiri.  
- Ketersediaan program proteksi kesehatan.    
-Kepatuhan terhadap standar kesehatan Terapeutik :  
lingkungan. -Fasilitasi Lingkungan dan aktivitas yang 2.Untuk memfasilitasi aktivitasi diri dan lingkungan
meningkatkan harga diri.  
   
Edukasi :  
-Latih meningkatkan kepercayaan pada 3.Untuk meningkatkan kepercayaan diri dalam situasi
kemampuan dalam mengenai situasi. apapun.
   
Kolaborasi :  
-Kolaborasi mengikut sertakan keluarga dan peran  4.Untuk mengetahui kepercayaan diri pasien dengan
untuk meningkatkan kepercayaan diri pasien. keluarga dan lingkungan sekitar
   
   
2. Promosi Koping  
Observasi :  1.Untuk mengetahui kebutuhn dan keinginan dukungan
-Identifikasi kebetuhan dan keinginan terhadap social untuk pasien.
dukungan social.  
   
Terapeutik :  
-Motivasi untuk menentukan harapan yang realitis. 2.Untuk memberikan motivasi mengenai harapan yang
  realistis
Edukasi :  
-Latih keterampilan social, sesuai kebutuhan.
  3.Untuk melatih ketrampilan dan kebutuhan social.
Kolaborasi :  
-Kolaborasi keluarga dengan lingkungan sekitar  
agar pasien peprcaya diri.  4.Untuk meningkatkan kepercayaan diri pasien terhadap
  lingkungan
 
 
 
 
 
2. Distress Spiritual Berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Diatres spiritual  
kehilangan fungsi tubuh keperawatan 3x24 jam dengan 1. dukungan spiritual  
kriterial hasil : Observasi : 1.Untuk mengidentifikasi pandanga spiritual
-verbalisasi kepuasan terhadap -identifikasi pandangan tentang dan kesehatan klien
makna dan hidup hubungan antara spiritual dan  
-verbalisasi makna dan tujuan kesehatan.  
hidup    
-perbalisasi perasaan di abaikan Terapeutik:  2.Untuk memberikan kesempatan
-berikan kesempatan mengekspresikan mengekspresikan perasaan tentang penykit
perasaan tntang penyakit dan kematian. dan kematian yang akan dilalui
   
  3.Untuk menganjurkan interaksi dengan
Edukasi : keluarga danorang lain.
-anjurkan berinteraksi dengan  
keluarga ,teman, dan atau orang lain  
  4.Untuk mengatur kunjungan kerohanian
Kolaborasi : terhadap pasien.
-atur kunjungan dengan rohaniawan  
(missal ustadt, pendeta).  
   
2. Promosi Koping 1.Untuk mengidentifikasi kebutuhan dan
Observasi : keinginan terhadap dukungan social
-Identifikasi kebetuhan dan keinginan  
terhadap dukungan social.  
   
Terapeutik : 2.Untuk memotivasi harapan yang realistis
-Motivasi untuk menentukan harapan  
yang realitis.  
  3.Umtuk melatih ketrampilan social dengan
Edukasi : kebutuhan yang sesuai.
-Latih keterampilan social, sesuai  
kebutuhan. 4.Untuk mengkolaborasikan keluarga dan
  lingkungan dengan kepercayaan diri pasien.
Kolaborasi :
-Kolaborasi keluarga dengan
lingkungan sekitar agar pasien
peprcaya diri.
 
Pohon masalah
Resiko mencederai diri sendiri dan lingkungan

Resiko perubahan perpepsi sensori

Penurunan aktivitas motoric Isolasi diri Kerusakan komunikasi verbal

Gangguan konsep diri

Ketidakefektifakn koping individu

Distrees Spiritual
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
No Tanggal Dan Jam Implemetasi Keperawatan Evaluasi
DX
    Koping tidak efektif S: Klien mengatakan mulai bisa meningkatkan
1. Mepromosi Harga Diri kepercayaan diri dan lingkungan sekitar.
Observasi:  
-Memonitor verbilisasi yang merendahkan diri sendiri. O:Harga diri rendah terhadap pasien.
   
Terapeutik :  
-Memfasilitasi Lingkungan dan aktivitas yang meningkatkan harga diri.  
  A:Masalah teratasi sebagian
Edukasi :  
-Melatih meningkatkan kepercayaan pada kemampuan dalam mengenai situasi.  
   
Kolaborasi :  
-Mengkolaborasi mengikut sertakan keluarga dan peran untuk meningkatkan kepercayaan diri pasien. P:Kolaborasi dengan perawat dan keluarga
   
   
   
   
   
   
   
2. Promosi Koping  
Observasi :  
-Mengidentifikasi kebetuhan dan keinginan terhadap dukungan social. S : Klien mengatakan bisa memenuhi dan keinginan terhadap dukungan sosial dan keluarga.
   
Terapeutik : O:Dukugan dan harapan terhadap pasien
-Memotivasi untuk menentukan harapan yang realitis. A:Masalah teratasi sebagian
   
Edukasi :  
-Melatih keterampilan social, sesuai kebutuhan. P:Kolaborasi dengan keluarga dan teman sekitar
   
Kolaborasi :  
-Mengkolaborasi keluarga dengan lingkungan sekitar agar pasien peprcaya diri.  
   
  S:Klien mengatakan mulai bisa membedakan antara spiritual dan kesehatan
Diatres spiritual  
1. dukungan spiritual  
Observasi : O:Penyakit dan kematian yang dirasakan menurun
-Mengidentifikasi pandangan tentang hubungan antara spiritual dan kesehatan  
   
Terapeutik: A:Masalah teratasi
-Memberikan kesempatan mengekspresikan perasaan tentang penyakit dan kematian.  
   
Edukasi :  
-Meganjurkan berinteraksi dengan keluarga ,teman, dan atau orang lain  
  P:Kolaborasi dengan keluarga dan teman sekitar lingkungan
Kolaborasi :  
-Mengatur kunjungan degan rohaniawan (missal ustadt, pendeta).  
   
   
2. Promosi Koping S:Klien mengatakan bisa menentukan kebutuhan dan keingginannya sendiri
Observasi :  
-Mengidentifikasi kebetuhan dan keinginan terhadap dukungan social. O:Dukungan orang sekitar menurun
   
Terapeutik : A:Masalah teratasi
-Memotivasi untuk menentukan harapan yang realitis.  
   
Edukasi :  
-Melatih keterampilan social, sesuai kebutuhan. P:Pemberian dukungan terhadap pasien dan keluarga agar bis memulikan kesehatan pasien.
   
Kolaborasi :
-Mengkolaborasi keluarga dengan lingkungan sekitar agar pasien percaya diri.
 
Koping tidak efektif S : Klien mengatakan mulai bisa meningkatkan
1. Mepromosi Harga Diri kepercayaan diri dan lingkungan sekitar.
Observasi:  
-Memonitor verbilisasi yang merendahkan diri sendiri. O:Harga diri rendah terhadap pasien.
   
Terapeutik :  
-Memfasilitasi Lingkungan dan aktivitas yang meningkatkan harga diri.  
  A:Masalah teratasi sebagian
Edukasi :  
-Melatih meningkatkan kepercayaan pada kemampuan dalam mengenai situasi.  
   
Kolaborasi :  
-Mengkolaborasi mengikut sertakan keluarga dan peran untuk meningkatkan kepercayaan diri pasien. P:Kolaborasi dengan perawat dan keluarga
   
   
   
   
   
   
   
2. Promosi Koping  
Observasi :  
-Mengidentifikasi kebetuhan dan keinginan terhadap dukungan social. S : Klien mengatakan bisa memenuhi dan keinginan terhadap dukungan sosial dan keluarga.
   
Terapeutik : O:Dukugan dan harapan terhadap pasien
-Memotivasi untuk menentukan harapan yang realitis. A:Masalah teratasi sebagian
   
Edukasi :  
-Melatih keterampilan social, sesuai kebutuhan. P:Kolaborasi dengan keluarga dan teman sekitar
   
Kolaborasi :  
-Mengkolaborasi keluarga dengan lingkungan sekitar agar pasien peprcaya diri.  
   
  S:Klien mengatakan mulai bisa membedakan antara spiritual dan kesehatan
Diatres spiritual  
1. dukungan spiritual  
Observasi : O:Penyakit dan kematian yang dirasakan menurun
-Mengidentifikasi pandangan tentang hubungan antara spiritual dan kesehatan  
   
Terapeutik: A:Masalah teratasi
-Memberikan kesempatan mengekspresikan perasaan tentang penyakit dan kematian.  
   
Edukasi :  
-Meganjurkan berinteraksi dengan keluarga ,teman, dan atau orang lain  
  P:Kolaborasi dengan keluarga dan teman sekitar lingkungan
Kolaborasi :  
-Mengatur kunjungan degan rohaniawan (missal ustadt, pendeta).  
   
   
2. Promosi Koping S:Klien mengatakan bisa menentukan kebutuhan dan keingginannya sendiri
Observasi :  
-Mengidentifikasi kebetuhan dan keinginan terhadap dukungan social. O:Dukungan orang sekitar menurun
   
Terapeutik : A:Masalah teratasi
-Memotivasi untuk menentukan harapan yang realitis.  
   
Edukasi :  
-Melatih keterampilan social, sesuai kebutuhan. P:Pemberian dukungan terhadap pasien dan keluarga agar bis memulikan kesehatan pasien.
 
 
Kolaborasi :
-Mengkolaborasi keluarga dengan lingkungan sekitar agar pasien percaya diri.
 
Telaah Jurnal
IDENTITAS PENELAAH
Nama Kelompok :
Azizah Tin Nur Janah 18.11.2.149.097
Dewi Gita Purnamasari 18.11.2.149.101
Diva Ika Noviani 18.11.2.149.103
Elva Natasya Bilqish 18.11.2.149.104
Hafif Rihaldhi 18.11.2.149.108
 TELAAH JURNAL INTERNASIONAL
”GAMBARAN MOTIVASI DAN TINDAKAN KEPERAWATAN DALAM
PEMENUHAN KEBUTUHAN DISTRESS SPIRITUAL PASIEN DI RUANG ICU PKU
MUHAMMADIYAH GOMBONG”
 ABSTRAK
1. Pendahuluan : Perawatan holistik meliputi biologi, psikologi, sosiologi dan spiritual. Peran perawat dalam memenuhi
kebutuhan spiritual pasien adalah bagian dari peran dan fungsi perawat dalam asuhan keperawatan. Motivasi perawat
adalah kunci utama keberhasilan asuhan keperawatan.
2. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan gambaran motivasi dan tindakan keperawatan dalam perawa
tan spiritual di Unit Perawatan Intensif PKU Muhammadiyah Rumah Sakit Gombong.
3. Metode : Metode ini menggunakan instrument lembar kuesioner untuk motivasi perawat dan lembar observasi untu
k tindakan keperawatan spiritual yang dilakukan perawat.
4. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa 58,3% responden memiliki kategori motivasi sedang-sedang saja. 58,
3% responden memiliki kategori biasa-biasa saja dalam tindakan perawatan spiritual.
5. Keyword : motivation of nurses, nursing actions, spiritual  
JUDUL JURNAL
1. Penulis jurnal : Dwi Ristianingsih1, Cahyu Septiwi2, IsmaYuniar3
2. Instansi : STIKes Muhammadiyah Gombong
3. Tgl. publikasi jurnal : 2 Juni 2014
4. Pendahuluan : Manusia sebagai makhluk holistik memiliki makna bahwa manusia adalah makhluk yang utuh atau meny
eluruh yang terdiri atas unsur biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Teori holistik menjelaskan bahwa semua organisme hid
up saling berinteraksi. Dalam memberikan asuhan keperawatan, konsep manusia sebagai makhluk biologi, psikologi, sosial, s
piritual mutlak harus kita terapkan. Karena konsep ini memandang manusia atau individu sebagai suatu kesatuan yang utuh
dan bukan sebagai bagian atau sistem yang terpisah–pisah. Jika mempelajari suatu bagian dari manusia harus mempertimba
ngkan bagaimana bagian tersebut berhubungan atau mempengaruhi bagian yang lainnya disamping itu juga harus
mempertimbangkan interaksi atau hubungan individu dengan lingkungan eksternal (Wahit dan Nurul, 2008). Peran perawat
dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pasien merupakan bagian dari peran dan fungsi perawat dalam
pemberian asuhan keperawatan. Untuk itu diperlukan metode ilmiah untuk menyelesaikan masalah keperawatan, yang
dilakukan secara sistematis yaitu dengan pendekatan proses keperawatan yang diawali dari pengkajian data, penetapan
diagnosa, perencanaan, implementasi, evaluasi (Hamid, 2000). Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan tindakan yang
telah ditentukan, dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal (Depkes, 1994).
5. Tujuan penelitian : Tujuan untuk dilakukan tindakan keperawatan ini agar perawat lebih lebih menunjukan sikap motiva
si spiritual terhadap pasien.
6. Metode penelitian : Metode ini menggunakan instrument lembar kuesioner untuk motivasi perawat dan lembar obse
rvasi untuk tindakan keperawatan spiritual yang dilakukan perawat.
7. Populasi pratisipan : Tindakan keperawatan spiritual adalah motivasi baik sebanyak 1 responden (8.3%), motivasi
cukup sebanyak 7 responden (58.3%), dan motivasi kurang sebanyak 4 responden (33.3%). Hasil penelitian yang diperoleh
untuk motivasi perawat di Ruang ICU RS PKU Muhammadiyah Gombong sebagian besar termasuk dalam kategori cukup
8. Alat ukur : biologi, psikologi, sosial, spiritual mutlak harus kita terapkan
9. Prosedur Penelitian : keperawatan yang komprehensif meliputi biologi, psikologi, sosial, dan spiritual. Perawat harus
berupaya membantu memenuhi kebutuhan spiritual pasien sebagai bagian dari kebutuhan pasien secara komprehensif (Ha
mid, 2000).
10. Hasil penelitian : Hasil penelitian yang diperoleh untuk motivasi perawat di Ruang ICU RS PKU Muhammadiyah
Gombong sebagian besar termasuk dalam kategori cukup. Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan hal ini terjadi
karena faktor internal dari perawat sendiri yang mempunyai persepsi tentang pelaksanaan tindakan keperawatan spiritual
yang tidak sepenuhnya menjadi kewajiban perawat karena sudah ada pembimbing rohani di rumah sakit tersebut, sehingga
perawat ICU hanya melakukan tindakan keperawatan spiritual yang bisa mereka lakukan atau pun ringan seperti
mengingatkan waktu ibadah/sholat dan menganjurkan untuk berdoa serta perawat mempunyai factor persepsi dan kebutuha
n spiritual dalam diri mereka sendiri yang dapat mereka ukur dengan mereka melaksanakan tindakan keperawatan spiritual
pada
pasien. Dilihat dari beban kerja perawat ICU PKU Muhammadiyah Gombong masih belum ideal, perbandingan antara peraw
at dan pasien yaitu 1: 3 sedangkan idelnya 1 : 2 (Hanafie, 2007). Hanafie (2007)
11. Kesimpulan penelitian :
1.Gambaran karakteristik
(Usia, Jenis Kelamin, Pendidikan) motivasi dan tindakan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pasien, usia
perawat sebagian besar antara 32-38 tahun sebanyak 8 responden (66.7%), jenis kelamin yang mendominasi adalah per
empuan sebanyak 7 responden (58.3%), pendidikan perawat sebagian besar D3 keperawatan sebanyak 7 responden (5
8.3%).
2. Gambaran motivasi perawat dalam pelaksanaan tindakan keperawatan spiritual di Ruang ICU RS PKU Muhammadiya
h Gombong sebagian besar berkategori cukup (58.3%).
3. Gambaran pelaksanaan tindakan keperawatan spiritual di Ruang ICU RS PKU Muhammadiyah Gombong sebagian
besar berkategori cukup (58.3%).
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai