Anda di halaman 1dari 58

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA NY.

E DENGAN MASALAH
PERILAKU KEKERASAN DI PANTI REHABILITASI MENTAL GRIYA
BHAKTI MEDIKA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktik Profesi


Ners Stase Keperawatan Jiwa

Pembimbing:
Ns. Sri Supami, S.Pd., S.Kep., M.Kes

Disusun Oleh:
Fathur Rahman Al-masyi, S.Kep Dwi Khaerunnisa, S.Kep
Eriawati, S.Kep Rahmawati Devi, S.Kep
Irvah Laelani, S.Kep Adhellia Ika Saputri, S.Kep
Ira Nurul Janah, S.Kep Asvin Rahayu Lestari, S.Kep

PRAKTIK KLINIK PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS ICHSAN SATYA
TANGERANG
SELATAN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan jiwa merupakan permasalahan kesehatan yang disebabkan oleh
gangguan biologis, sosial, psikilogis, genetik, fisik atau kimiawi dengan jumlah penderita
yang terus meningkat dari tahun ketahun (WHO, 2016).
Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah berbagai
karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang
mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. Kesehatan jiwa menurut UU No. 18 tahun
2014 adalah kondisi dimana seseorang individu tersebut menyadari kemampuan sendiri,
dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif dan mampu memberikan
kontribusi untuk komunitasnya. Gangguan jiwa merupakan sindrom atau pola perilaku
yang secara klinis bermakna yang berkaitan langsung dengan distress (penderitaan) dan
menimbulkan hendaya (disabilitas) pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia.
(Keliat. 2012)
Di Indonesia, kondisi kesehatan jiwa masih menjadi salah satu isu yang belum
mendapatkan perhatian yang optimal.. Padahal secara Jumlah, penderita gangguan jiwa
terus meningkat. Menurut WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60
juta orang terkena bipolar, 21 juta orang terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena
dimensia. Jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia saat ini adalah 236 juta orang,
dengan kategori gangguan jiwa ringan 6% dari populasi dan 0,17% menderita gangguan
jiwa berat, 14,3% diantaranya mengalami pasung. Tercatat sebanyak 6% penduduk
berusia 15-24 tahun mengalami gangguan jiwa. Dari 34 provinsi di Indonesia, Sumatera
Barat merupakan peringkat ke 9 dengan jumlah gangguan jiwa sebanyak 50.608 jiwa dan
prevalensi masalah skizofrenia pada urutan ke-2 sebanyak 1,9 permil. Data Riskesdas
2018 oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan (Kemenkes)
dilakukan pada 300.000 sampel rumah tangga (1.2 juta jiwa) di 34 provinsi, 416
kabupaten, dan 98 kota. Dari sejumlah data dan informasi kesehatan, poin tentang
gangguan jiwa Mengungkap peningkatan proporsi cukup signifikan. Sebab,jika
dibandingkan dengan Riskesdas 2013 naik dari 1.7 persen menjadi 7 persen. Artinya per
1.000 rumah tangga terdapat 7 rumah tangga yang ada ODGJ, sehingga jumlahnya
diperkirakan sekitar 450 ribu ODGJ berat.
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini maka perilaku
kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu saat sedang
berlangsung perilaku kekerasan atau riwayat perilaku kekerasan.( Dermawan dan Rusdi,
2013)
Perilaku kekerasan merupakan respon terhadap stressor yang di hadapi oleh
seseorang yang ditunjukkan dengan perilaku actual melakukan kekerasa, baik pada diri
sendiri orang lain maupun lingkungan secara verbal maupun nonverbal, bertujuan untuk
melukai orang lain secara fisik maupun psikologis (Menurut Berkowizt dalam buku
Yosep 2011)
Adapun dampak yang ditimbulkan oleh pasien yang mengalami perilaku
kekerasan yaitu kehilangan kontrol akan dirinya, dimana pasien akan dikuasi oleh rasa
amarahnya sehingga pasien dapat melukai diri sendiri, orang lain dan lingkungan, bila
tidak ditangani dengan baik maka perilaku kekerasan dapat mengakibatkan kehilangan
kontrol, risiko kekerasan terhadap diri sendiri, orang lain serta lingkungan, sehingga
adapun upaya-upaya penanganan perilaku kekerasan yaitu mengatasi strees termasuk
upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk
melindungi diri, bersama pasien mengidentifikasi situasi yang dapat menimbulkan
perilaku kekerasan dan terapi medik.
Peran perawat dalam membantu pasien perilaku kekerasan adalah dengan
memberikan asuhan keperawatan perilaku kekerasan.pemberian asuhan keperawatan
merupakan proses teraupetik yang melibatkan hubungan kerjasama antara perawat
dengan pasien, keluarga dan masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan masalah utama perilaku
kekerasan ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menjelaskan asuhan keperawatan tentang pasien keperawatan jiwa dengan masalah
utama perilaku kekerasa
2. Tujuan Khusus
Menjelaskan gambaran kasus dan asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan
masalah utama perilaku kekerasa
D. Manfaat
1. Bagi mahasiswa
Sebagai tambahan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada klien jiwa dengan
masalah utama perilaku kekerasa
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber informasi dan pedoman pada pembuat makalah atau penulisan
berikutnya
BAB II
TINJAUAN KASUS

2.1 Identitas Klien


Inisial : Ny. E
Alamat : Jl. Pulo Mas
Tanggal Pengkajian : 7 November 2023
Umur : 47 Tahun
Agama : Kristen
Status : Menikah
Informent : Pasien

2.2 Keluhan Utama


Pasien mengatakan pernah bertengkar dengan suami di tahun 2023 karena pernah di selingkuhi
kemudian menjadi korban kekerasan merasa tidak berguna dan menarik diri dari lingkungan dan
beliau tidak begitu suka mengobrol karena rumahnya juga di komplek, mengatakan merasa kesal
dan emosi dengan perempuan tersebut dan ketika dilakukan SP2 RPK klien mengamuk dengan
pasien lain yang menurutnya menjelekkan dirinya sehingga Ny. E merasa kesal memukul dan
menendangnnya ( menurut data beliau pernah melakukan prilaku kekerasan dengan asisten rumah
tangganya).

2.3 Faktor Predisposisi


Klien tidak pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya, tidak ada anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa. Dalam keluarga hanya pasien yang mengalami gangguan jiwa.
Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan

2.4 Fisik
Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik klien tidak memiliki keluhan, dan saat dilakukan TTV
didapatkan hasil:
- TD : 120/80 mmHg
- N : 75x/menit
- S : 36,5 oC,
- RR : 20x/menit
- TB :157cm
- BB : 58kg

2.5 Psikososial
2.5.1 Genogram

Keterangan :

Laki-Laki :

Perempuan :

Perempuan meninggal :

Lak-laki meninggal :

Pasien :

Yang tinggal satu rumah dg pasien : berwarna merah

Jelaskan : Klien merupakan anak ke 6 dari 6 bersaudara, pasien tinggal bersama suami dan ke

4 anaknya, kemudian pola komunikasi agresif, pola asuh pasien kepada anaknnya berupa

ucapan dan tindakan dalam berkomunikasi, beliau mengatakan dia yang selalu mengambil

keputusan.

Masalah Keperawatan : tidak ada

2.5.2 Konsep Diri


a. Gambaran diri : Klien mengatakan menyukai anggota seluruh anggota tubuhnya tanpa
terkecuali
b. Identitas : Klien mengatakan sebelumnya mengalami perselingkuhan
c. Peran : Klien mengatakan dia belum bisa menjadi istri yang baik dan sebagai ibu
yang tegas
d. Ideal diri : Klien mengatakan sudah tidak akan bisa pulang dan bingung kalau keluar
dari panti akan kemana
e. Harga diri : Klien mengatakan tidak percaya diri
Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah

2.5.3 Hubungan Sosial


a. Orang yang berarti : Orang tua dan keluarga klien
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat : Klien mengatakan pernah
berorganisasi padus di gereja dan aktif menjadi leader padus
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Klien mengatakan tidak ada masalah
Masalah keperawatan : tidak ada

2.5.4 Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Kristen
b. Kegiatan ibadah : klien mengatakan biasa melakukan berdoa dan membaca al-kitab
tetapi setelah disini klien tidak bisa pergi ke gereja lagi
Masalah keperawatan : tidak ada

2.5.5 STATUS MENTAL


1. Penampilan
 Tidak Rapih  Penggunaan pakaian  Cara
berpakaian tidak sesuai seperti
biasanya
Jelaskan : Cara berpakaian klien seperti biasanya namun pasien mandi biasanya 2x/hari.
Masalah Keperawatan : tidak ada
2. Pembicaraan
 Cepat  Kerasa  Gagap  Inkoheren  Apatis
 Lambat  Membisu
 Tidak mampu memulai pembicaraan
Jelaskan : Klien tampak kooperatif saat menceritakan tentang kondisinya, tetapi klien
gampang tersinggung dengan pertanyaan yang tidak ia sukai
Masalah Keperawatan : RPK
3. Aktivitas Motorik
 Lesu  Tegang  Gelisah  Agitasi  TIK  Grimasen  Tremor
 Kompulsif
Jelaskan : Klien tampak tegang saat menceritakan orang lain
Masalah Keperawatan : RPK
4. Alam Perasaan
 Sedih  Ketakutan  Putus Asa  Khawatir  Gembira
Jelaskan : klien mengatakan merasa sedih ketika mengingat hari ini adalah hari ulang
tahun anaknya dan sangat ingin bertemu dengan anaknya
Masalah Keperawatan : tidak ada
5. Afek
 Datar  Tumpul  Labil  Tidak
Sesuai Jelaskan : tidak ada
Masalah Keperawatan : tidak ada
6. Interaksi selama wawancara
 Bermusuhan  Tidak Kooperatif  Mudah Tersinggung
 Kontak Mata  Defensif
 Curiga
Jelaskan : Selama pembicaraan berlangsung klien kooperatif
Masalah Keperawatan : tidak ada
7. Persepsi
 Pendengaran  Penglihatan  Perabaan  Pengecapan  Penghidu
Jelaskan : klien tidak ada permasalahan
Masalah Keperawatan : tidak ada
8. Proses Pikir
 Sirkumtansial  Tangensial  Kehilangan Aasosiasi
 Flight of ideas  Blocking
 Pengulangan pembicaraan
Jelaskan : Tampak klien saat berbincang selalu menjawab pertanyaan secara berbelit-
berbelit namun tujuan pembicaraa tetap tercapai
Masalah Keperawatan : Tidak ada
9. Isi Pikir
 Obsesi  Fobia  Hipokondria  Depersonalisasi Waham
 Ide yang terkait  Pikiran Magis  Agama  Somatik
 Kebesaran  Curiga  Nihilistik  Sisip pikir  Siar pikir 
Kontrol pikir
Jelaskan : Tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada
10. Tingkat kesadaran
 Bingung  Sedasi  Stupor  Waktu  Tempat  Orang
Jelaskan : Klien tampak kooperatif dan cepat merespon
Masalah Keperawatan : tidak ada
11. Memori
 Gangguan daya ingat jangka panjang
 Gangguan daya ingat jangka pendek
 Gangguan daya ingat saat ini  Konfabulasi
Jelaskan : klien pernah bercerita/ memberikan informasi yang dibuat-buat (tanpa sengaja]
Masalah Keperawatan : tidak ada
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
 Mudah beralih  Tidak mampu  Tidak mampu
berhitung sederhana
Jelaskan : Klien mampu berhitung
Masalah Keperawatan : tidak ada
13. Kemampuan penilainan
 Gangguan ringan  Gangguan
bermakna Jelaskan :
Masalah Keperawatan : Tidak ada
14. Daya tilik diri
 Mengingkari penyakit yang diderita  Menyalahkan hal-hal
diluar dirinya
Jelaskan : Klien mengatakan sedih tidak bisa bertemu keluarga sehingga klien ingin
segera pulang
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah

2.6 KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
 Bantuan minimal  Bantuan total
2. BAB/BAK
 Bantuan minimal  Bantuan total
Jelaskan : Klien dapat melakukan kegiatan/kebutuhan personal secara
mandiri Masalah Keperawatan : tidak ada
3. Mandi
 Bantuan minimal  Bantuan total
4. Berpakaian/Berhias
 Bantuan minimal  Bantuan total
5. Istirahat dan tidur
 Tidur siang lama : 12.00 – 14.00
 Tidur malam lama : 19.00 s/d 05.30
 kegiatan sebelum/sesudah tidur :
6. Penggunaan obat
 Bantuan minimal  Bantuan total
7. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan lanjutan :  Ya  Tidak
Perawatan pendukung :  Ya 
Tidak
8. Kegiatan didalam rumah
Mempersiapkan makanan :  Ya  Tidak
Menjaga kerapihan rumah :  Ya  Tidak
Mencuci pakaian :  Ya  Tidak
Pengaturan keuangan :  Ya  Tidak
9. Kegiatan diluar rumah
Belanja :  Ya  Tidak
Transportasi :  Ya  Tidak
Lain-lain :  Ya  Tidak
Jelaskan : klien mengatakan tidak melakukan kegiatan selama di panti
Masalah Keperawatan : tidak ada

2.7 MEKANISME KOPING


Adaptif Maladaptif
 Bicara dengan orang lain  Minum alkohol
 Mampu menyelesaikan masalah  Reaksi lambat/berliebih
 Teknik relaksasi  Bekerja berlebihan
 Aktifitas konstruktif  Menghindar
 Olahraga  Mencederai diri
 Lainnya  Lainnya
Masalah Keperawatan : Tidak ada

2.8 MASALAH PSIKOSIS DAN LINGKUNGAN


 Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik Klien mengatakan hanya mengikuti kegiatan
yang di adakan oleh petugas panti.
 Masalah berhubungan dengan lingkungan, klien mengatakan tidak suka bersosialisai dengan
orang lain menurutnya tidak penting
Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik: klien mengatakan dukungan psokososial dan
lingkungan di Panti sangat baik
Masalah dengan pekerjaan, spesifik, Klien mengatakan dulu pernah bekerja disuatu
perusahaan sebagai marketing
Masalah dengan perumahan, spesifik, Klien mengatakan sebelumnya tinggal bersama
dengan suami, dan anaknya
Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik, klien mengatakan selama ini ada
riwayat hipertensi
Masalah Keperawatan : tidak ada
2.9 PENGETAHUAN KURANG TENTANG
 Penyakit jiwa  Sistem pendukung  Faktor presipitasi
 Penyakit fisik  Koping
 Obat-obatan  Lainnya
Masalah Keperawatan : tidak ada

2.10 Aspek Medis


1. PK: Perilaku Kekerasan
2. Harga Diri Rendah
3. Isolasi Sosial
4. Resiko Perilaku Kekerasan
5. Koping Keluarga Inefektif

Terapi Medik :

1. Pemberian minum obat secara teratur.


a. Tryhexypendyl 1x5mg
b. Trifluperazin 1x2mg

A. ANALISA DATA

No. Analisa Data Masalah Keperawatan


1. DS :
- Klien mengatakan pernah memukul teman satu
kamarnya, Ny. R. dengan alasan Ny. R menyebut
Ny. E “pelacur”, Ny. E sangat geram dan marah
hingga memukul, menjambak, menendang Ny. R.
- Klien juga mengatakan memiliki riwayat
melakukan kekerasan terhadap Asisten Rumah
Resiko Perilaku
Tangganya, hingga ART tersebut meninggal. Kekerasan
- Klien juga mengatakan sangat marah dan
emosi dengan selingkuhan suaminya
DO :
- Tangan klien mengepal, sorot mata klien tajam
dan memerah
- Pada tanggal 8 November klien melakukan
kekerasan dengan Ny. R karena tersinggung
dengan Ny. R
2. DS :
- Klien mengatakan mengalami perselingkuhan
rumah tangga sehingga klien merasa tidak berguna Harga Diri Rendah
DO :
- Kontak mata klien kurang, bicara klien lambat
Klien tampak sering menunduk

3. DS : Isolasi Sosial
- Klien mengatakan tidak suka mengobrol jika
tidak penting
- Klien mengatakan tidak bisa mengajak
ngobrol orang-orang disekitar
DO :
Klien tampak bingung

DS :
- Klien mengatakan sudah tidak pernah dijenguk KKIE
oleh keluarga
- Klien mengatakan ingin sekali di jenguk keluarga
karena aka nada natal di bulan desember
DO :
Klien tampak menunggu dijenguk oleh keluarga
B. POHON MASALAH

C. PRIORITAS MASALAH
1. PK: Perilaku Kekerasan
2. Harga Diri Rendah
3. Isolasi Sosial
4. Koping Keluarga Inefektif
5. Resiko Perilaku Kekerasan
BAB III
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Perilaku Kekerasan


1. Pengertian
Risiko perilaku kekerasan merupakan salah satu respon marah diekspresikan
dengan melakukan ancaman, mencederai diri sendiri maupun orang lain dan dapat
merusak lingkungan sekitar. Tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan dapat terjadi
perubahan pada fungsi kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan sosial. Pada aspek
fisik tekanan darah meningkat, denyut nadi dan pernapasan meningkat, mudah
tersinggung, marah, amuk serta dapat mencederai diri sendiri maupun orang lain
(Pardede, Siregar & Hulu, 2020)
Perilaku kekerasan terjadi karena adanya hasil akumulasi frustasi yang berulang
dan dikarenakan keinginan individu yang tidak tercapai atau bahkan gagal, sehingga
individu berperilaku agresif (Suerni & Livana, 2019).
Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis.Berdasarkan definisi tersebut maka
perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang
lain, dan lingkungan. Perilaku kekerasan pada orang lain adalah tindakan agresif yang
ditujukan untuk melukai atau membunuh orang lain. Perilaku kekerasan pada
lingkungan dapat berupa perilaku merusak lingkungan, melempar kaca, genting dan
semua yang ada di lingkungan. (Putri & Fitrianti, 2018)
2. Etiologi
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan-perubahan dalam perilaku
kekerasan menurut (Deden dan Rusdin, 2013) yaitu:
1. Faktor Predisposisi
Faktor-faktor yang mendukung terjadinya masalah perilaku kekerasan
adalah factor biologis, psikologis dan sosiokultural
1. Faktor Biologis
1) Instinctual Drive Theory ( Teori Dorongan Naluri) Teori ini menyatakan
bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu dorongan kebutuhan
dasar yang sangat kuat.
2) Psychosomatic Theory (Teori Psikosomatik) Pengalaman marah adalah
akibat dari respon psikologi terhadap stimulus eksternal, internal maupun
lingkungan. Dalam hal ini sistim limbik berperan sebagai pusat untuk
mengekspresikan maupun menghambat rasa marah (Deden dan Rusdin,
2013)
2. Factor Psikologis
1) Frustation Aggresion Theory (Teory Agresif-Frustasi) Menurut teori ini
perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari akumulasi frustasi. Frustasi
terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu gagal atau
menghambat. Keadaan tersebut dapat mendorong individu berprilaku
agresif karena perasaan prustasi akan berkurang melalui perilaku
kekerasan.
2) Behavior Theory (Teori Perilaku) Kemarahan adalah proses belajar, hal ini
dapat dicapai apabila tersedia fasilitas/situasi yang mendukung.
3) Eksistensial Theory ( Teori Eksistensi) Bertingkah laku adalah kebutuhan
dasar manusia, apabila kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi melalui
berprilaku konstruktif, maka individu akan memenuhi melalui berprilaku
destruktif.
3. Faktor Sosiokultural
1) Sosial Environment Theory (Teori Lingkungan Sosial) Lingkungan sosial
akan mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan marah. Norma
budaya dapat mendukung individu untuk merespon asertif atau agresif.
2) Sosial Learning Theory (Teori Belajar Sosial) Perilaku kekerasan dapat
dipelajari secara langsung maupun melalui proses sosialisasi(Deden dan
Rusdin, 2013)
a. Faktor Presipitasi
Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu
bersifat unik. Stressor tersebut dapat disebabkan dari luar (serangan fisik,
kehilangan, kematian) amaupun dalam (putus hubungan dengan orang yang
berarti, kehilangan rasa cinta, takut terhadap penyakit fisik). Selain itu 9
lingkungan yang terlalu rebut, padat, kritikan yang mengaruh pada penghinaan,
tindakan kekerasan dapat memicu perilaku kekerasan(Deden dan Rusdin, 2013)
b. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang sering muncul pada perilaku kekerasan menurut
Keliat (2009), yaitu sebagai berikut :
a. Displecement : pemindahan emosi dari seseorang atau objek dengan
mengarahkan yang netral atau yang kurang berbahaya
b. Sublimasi : mengganti sutu tujuan untuk tujuan yang tidak dapat
diterima pada lingkungan sosial dengan perilaku yang bisa ditekan
c. Projeksi : memindahkan pikiran atau dorongan atau impuls emosional
atau keinginan yang dapat diterima orang lain
d. Represi : secara tidak sadar menimbulkan ingatan pengalaman-
pengalaman, pikiran, impuls yang menyakitkan dari alam sadarnya
e. Reaksi formasi : perkembangan sikap dan pola tingkah laku yang
berlawanan dengan dorongan yang diinginkan oleh seseorang
c. Mekanisme terjadinya perilaku kekerasa
Kemarahan diawali adanya stresor yang berasal dari internal/eksternal. Stresor
internal seperti penyakit, hormonal dendam. Sedangkan stresor eksternal bisa
berasal dari lingkungan, ledekan cacian, dan makian. Hal tersebut akan
mengakibatkan gangguan pada sistem individu. Dal hal yang terpenting adalah
bagaimana cara individu memaknainya. Bila seseorang memaknainya dengan hal
negatif maka akan memicu timbulnya kemarahan. Kemarahan yang diekspresikan
dengan kegiatan dekstruktif dapat menimbulkan perasaan bersalah dan menyesal.
Kemarahan yang dipendam akan menimbulkan gejala psikomatis.

d. Perilaku
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain:
1. Menyerang atau Menghindar (Fight or Flight) Pada keadaan ini respon
fisiologis timbul karena kegiatan system syaraf otonom bereaksi terhadap
sekresi ephineprin yang menyebabkan TD meningkat, takikardia, wajah
merah, pupil melebar, mual, sekresi Hcl meningkat, peristaltic gaster
menurun, pengeluaran urin dan saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan
juga meningkat disertai ketegangan otot, seperti rahang terkatup, tangan
dikepal, tubuh menjadi kaku disertai reflek yang cepat.
2. Menyatakan secara asertif (assertiveness) Perilaku yang sering ditampilkan
individu dalam mengekspresikan kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif,
agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah cara yang terbaik untuk
mengekpresikan rasa marah tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun
psikologis. Disamping itu perilaku ini dapat juga untuk mengembangkan
diri klien.
3. Memberontak (acting Out) Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat
konflik perilaku “Acting Out” untuk menarik perhatian orang lain.
4. Perilaku Kekerasan Tindakan kekerasan atau amuk yang ditinjaukan kepada
diri sendiri, orang lain maupun lingkungan (Deden dan Rusdin, 2013)
3. Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan
a. Tanda dan gejala, marah, suka marah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi
berdebat, selalu memaksakan kehendak dan memukul bila tidak sengaja ditandai
dengan: Fisik, Mata melotot/ pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup,
wajah memerah dan tegang, seta postur tubuh kaku. Verbal, mengancam, mengumpat
dengan kata-kata kotor, berbicara dengan nada keras, kasar dan ketus (Keliat, 2013)
b. Perilaku, menyerang orang lain, melukai diri sendiri atau orang lain, merusak
lingkungan, amuk atau agresif. Emosi, tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa
terganggu, dendam, jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,
menyalahkan dan menuntut. Intelektual, mendominasi, cerewet, kasar berdebat,
meremehakan dan tidak jarang mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme. Spiritual,
merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral dan kreativitas
terhambat. Social, menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan 13
sindiran. Perhatian, bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual
(Keliat, 2013)
e. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk

Rentang Respon Marah (Habbi et al., 2017)


Keterangan :
1. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang lain,
atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.
2. Frustasi adalah respon yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan. Frustasi
dapat dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat dari ancaman tersebut dapat
menimbulkan kemarahan.
3. Pasif adalah respon dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang dialami.
4. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol oleh
individu. Orang agresif bisaanya tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia berpendapat
bahwa setiap orang harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan sendiri dan
mengharapkan perlakuan yang sama dari orang lain.
5. Amuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan control diri. Pada
keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.
f. Pohon Masalah

Risiko perilaku kekerasa

Core problem
Perilaku kekerasan

Harga diri rendah


4. Konsep Asuhan Keperawatan
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon terhadap stressor yang dihadapi
oleh seseorang. Respon ini dapat menimbulkan kerugian baik pada diri sendiri, orang
lain, maupun lingkungan. Melihat dampak dari kerugian yang ditimbulkan,
pengangan klien perilaku kekerasan perlu dilakukan secara cepat dan tepat oleh
tenaga yang professional (Akemat, 2009)
5. Pengkajian
Menurut Roman dan Walid (2012) pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam
proses keperawatan. Pengkajian merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap
berikutnya. Kegiatan dalam pengkajian adalah pengumpulan data. Samber data
terbagi menjadi dua yaitu sumber data primer yang berasal dari klien dan sumber data
sekunder yang diperoleh selain klien seperti keluarga, orang terdekat, teman, orang
lain yang tahu tentang status kesehatan klien dan tenaga kesehatan. Data pengkajian
kesehatan jiwa dapat dikelompokkan menjadi factor predisposisi, factor presipitas,
penilaian terhadap stressor, sumber kopin, dan kemampuan koping yang dimiliki
klien.
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Data-data
tersebut dikelompokkan menjadi factor predisposisi, presipitasi, penilaian terhadap
stressor sumber koping, dan kemampuan koping yang dimiliki klien. Data-data yang
diperoleh selama pengkajian juga dapat dikelompokkan menjadi data subjektif dan
data objektif (Deden dan Rusdi, 2013).
Menurut Keliat (2010), data yang perlu dikaji pada pasien dengan prilaku
kekerasan yaitu pada data subyektif klien mengancam, mengumpat dengan kata-kata
kotor, mengatakan dendam dan jengkel. Klien juga menyalahkan dan menuntut. Pada
data objektif klien menunjukkan tanda-tanda mata melotot dan pandangan tajam,
tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan tegang, postur tubuh kaku
dan suara keras. (Handayani et al., 2017)
6. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan dasar pemilihan intervensi dalam mencapai
tujuan yang telah di tetapkan oleh perawat yang bertanggung jawab. (Muhith, 2015)
Diagnosa keperawatan adalah identifikasi atau penilaian terhadap pola respons
klien baik aktual maupun potensial (Stuart, 2016)
7. Intervensi
Menurut Yusuf (2015), rencana keperawatan pada pasien dengan perilaku
kekerasan dapat berupa rencana tindakan pada pasien, sebagai berikut:
Rencana Tindakan Keperawatan Pada Klien Tindakan keperawatan perilaku
kekerasan mengacu pada SP pasien perilaku kekerasan sebagai berikut :
1. Tujuan
1) Klien dapat mengidentifikasi penyebab prilaku kekerasan
2) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3) Klien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya
4) Klien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya.
5) Klien dapat menyebutkan cara mencegah / mengontrol perilaku
kekerasannya.
6) Klien dapat mencegah / mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik,
spiritual, social, dan denga terapi psikofarmaka (kelliat, 2013)
2. Tindakan Keperawatan
1) Bina hubungan saling percaya, dalam membina hubungan saling percaya
perlu dipertimbangkan agar klien merasa aman dan nyaman saat
berinteraksi dengan perawat. Tindakan yang harus perawat lakukan dalam
membina hubungan saling percaya adalah:
a) Mengucapkan salam terapeutik
b) Berjabatan tangan
c) Menjelaskan tujuan interaksi
d) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu klien
2) Diskusikan bersama klien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang
lalu.
a) Diskusikan apa penyebab perilaku kekerasan dari diri klien
b) Diskusikan bersama klien apa yang menyebabkan prilaku kekerasan
timbul
3) Diskusikan perasaan klien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan.
a) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
b) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara psikologis.
c) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara social.
d) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual
e) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual
4) Diskusikan bersama klien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada
saat marah, yaitu secara verbal terhadap:
a) Orang lain
b) Diri sendiri
c) Lingkungan
5) Diskusikan bersama klien akibat perilakunya.
6) Dilakukan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:
a) Fisik: pukul kasur dan bantal, tarik nafas dalam.
b) Obat
c) Sosial/verbal: menyatakan secara asertif rasa marahnya.
d) Spiritual kegiatan ibadah sesuai keyakinan pasien
7) Latih klien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik:
a) Latihan nafas dalam dan pukul kasur bantal
b) Susun jadwal latihan nafas dalam dan pukul kasur – bantal
8) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara social/verbal.
a) Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik,
meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.
b) Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal
c) Latih mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual:
1. Dilakukan kegiatan ibadah yang pernah dilakukan pasien
2. Latih mengontrol marah dengan melakukan kegiatan ibadah yang
biasa dilakukan klien.
3. Buat jadwal latihan kegiatan ibadah.(Keliat, 2013)
8. Implementasi
Menurut Keliat (2012) implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan dengan memperhatikan dan mengutamakan masalah utama
yang aktual dan mengancam integritas klien beserta lingkungannya. Sebelum
melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan, perawat perlu
menvalidasi apakah rencana tindakan keperawatan masih dibutuhkan dan sesuai
dengan kondisi klien pada saat ini. Hubungan saling percaya antara perawat dengan
klien merupakan dasar utama dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
Dermawan (2013) menjelaskan bahwa tindakan keperawatan dengan pendekatan
strategi pelaksanaan (SP) perilaku kekerasan terdiri dari :
SP 1 (pasien) : membina hubungan saling percaya, membantu klien mengenal
penyebab perilaku kekerasan, membantu klien dalam mengenal tanda dan gejala dari
perilaku kekerasan.
SP 2 (pasien) : maembantu klien mengontrol perilaku kekerasan dengan memukul
bantal atau kasur.
SP 3 (pasien) : membantu klien mengontrol perilaku kekerasan seacara verbal
seperti menolak dengan baik atau meminta dengan baik.
SP 4 (pasien) : memabantu klien mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual
dengan cara sholat atau berdoa.
SP 5 (pasien) : membantu klien dalam meminum obat seacara teratur.
9. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respons klien
terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi proses atau
pormatif dilakukan setiap selesai melakukan tindakan. Evaluasi dapat dilakukan
dengan menggunakan SOAP sebagai pola pikirnya. (Keliat, 2011).
S : Respon subjektif klien terhadap intervensi keperawatan yang telah dilaksanakan.
O : Respon objektif keluarga terhadap tindakan keperawatan yang telah di
laksanakan.
A : Analisa ulang data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradikdif
dengan masalah yang ada
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasar hasil analisa pada respon keluarga.
BAB IV

TINDAKAN KEPERAWATAN

A. Alasan Masuk :

Awal masuk klien dikarenakan bertengkar dengan suami di tahun 2023, karena diselingkuhi
oleh suaminya kemudian merasa tidak berguna dan menarik diri dari lingkungan sekitar. Beliau
tidak begitu suka mengobrol, klien mengatakan merasa kesal dan emosi dengan selingkuhan
suaminya, beliau juga mengatakan pernah melakukan kekerasan dengan ART nya hingga
menyebabkan ART tersebut meninggal.
D. RENCANA KEPERAWATAN
Tanggal : 07 November 2023
Dx Keperawatan Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
1. Resiko Perilaku TUM: Setelah 9x interaksi klien Bina hubungan saling percaya dengan : Bila sudah terbina
Kekerasan Klien dapat meng menunjukkan tanda-tanda percaya 1. Beri salam setiap berinteraksi hubungan percaya
ontrol perilaku kepeda perawat : 2. Perkenalkan nama, nama panggilan saling diharapkan klien
kekerasan 1. Wajah cerah, tersenyum dan tujuan perawat berkenalan dapat kooperatif,
2. Mau berkenalan 3. Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien sehingga pelaksanaan
TUK 1: 3. Ada kontak mata 4. Tunjukkan sikap empati, jujur dan asuhan keperawatan
Klien dapat 1. Bersedia mencritakan perasaan menepati janji setiap kali interaksi dapat berjalan dengan
membina hubungan 5. Tanyakan perasaan klien dan masalah baik.
saling percaya yang dihadapi klien
6. Buat kontrak interaksi yang jelas
a. Dengarkan dengan penuh perhatian
ungkapan perasaan klien
TUK 2: 1. Setelah 9x pertemuan klien Bantu klien mengontrol marahnya : - Mengetahui kondisi
Klien dapat menceritakan penyebab 1. Mengevaluasi jadwal harian pasien klien saat itu dan
mengidentifikasi perilaku kekerasan yang mencegah perilaku kekerasan dengan mengurangi tekanan
penyebab perilaku dilakukannya : Tarik nafas dalam kemarahan klien.
kekerasan yang Menceritakan penyebab 2. Melatih pasien mengontrol - Mengidentifikasi
dilakukannya. perasaan kesalnya baik dari perilaku kekerasan dengan cara penyebab.
diri sendiri maupun fisik II
lingkungannya 3. Menganjurkan pasien memasukkan ke
dalam jadwal kegiatan harian
Setelah 4x interaksi klien - Untuk mengetahui
menyatakan perasaan dan koping yang
responnya : digunakan oleh
1. Marah klien
2. Takut
3. Sedih
4. Senang
5. Cemas
6. Jengkel
Tuk 3 : 1. Setelah 4x interaksi klien 1. Identifikasi jadwal kegiatan pasien - Memberikan
Klien dapat menyebutkan tindakan 2. Melatih cara mengontrol marah/ alternatif pilihan bagi
mengontrol marah yang biasanya dilakukan perilaku kekerasan dengan cara verbal klien untuk
dan kesal nya untuk mengendalikan 3. Menganjurkan memasukkan ke mengontrol
marah dan kesalnya jadwal harian lingkungan.
2. Setelah 4x interaksi klien
menyebutkan cara baru
mengontrol marah dan
kesal dengan bilang kepada
orang lain bahwa “Maaf,
saya lagi marah dan tidak
ingin di ganngu”
3. Setelah 4x interaksi klien
dapat memilih dan
memperagakan cara mengatasi
marah dan kesalnya
4. Setelah 4x pertemuan
klien mengikuti terapi
aktivitas
kelompok
Tuk 4 : 1. Setelah 4x pertemuan 1. Buat kontrak dengan keluarga untuk - Untuk mendapatkan
Klien dapat keluarga, keluarga pertemuan (waktu, tempat dan bantuan keluarga
dukungan dari menyatakan setuju untuk topic) mengontrol RPK
keluarga dalam mengikuti pertemuan dengan 2. Diskusikan dengan keluarga (pada - Untuk mengetahui
mengontrol marah/ perawat. saat pertemuan keluarga kunjungan pengetahuan keluarga
kesalnya 2. Setelah 4x interaksi keluarga rumah) dan meningkatkan
menyebutkan pengertian, - Pengertian RPK kemampuan
tanda dan gejala, proses - Tanda dan gejala RPK pengetahuan tentang
terjadinya prilaku kekerasan - Proses terjadinya PK RPK
dan tindakan untuk - Cara yang dapat dilakukan klien - Agar keluarga dapat
mengendalika marah/ kesalnya dan keluarga untuk memutus RPK merawat klien atau
. - Obat-obatan RPK
- Cara merawat anggota keluarga yag
halusinasi di rumah (beri kegiatan, anggota keluarga lain
jangan biarkan sendiri, makan bersama, yang RPK di rumah.
berpergian bersama, memantau obat- - Keluarga klien
obatan dan cara pemberiannya untuk menjadi tahu cara
mengatasi RPK mencari bantuan jika
- Beri informasi waktu control kerumah RPK tidak dapat
sakit dan bagaimana cara mencari bantuan diatasi dirumah.
jika RPK tidak dapat diatasi di rumah.
TUK 5: 1. Setelah 4x interaksi 1. Diskusikan dengan klien tentang - Dengan menyebutkan
Klien dapat klien menyebutkan : manfaat dan kerugian tidak minum obat, dosis, frekuensi dan
memanfaatkan obat - Manfaat minum obat warna, dosis, cara, efek terapi dan efek manfaat obat,
dengan baik - Kerugian tidak munum obat samping penggunaan obat. diharapkan klien
2. Setelah 4x interaksi klien 2. Pantau klien saat penggunaan obat. melaksanakan
mendemonstrasikan 3. Beri pujian jika klien menggunakan program pengobatan.
penggunaan obat dengan obat dengan benar. - Menilai kemampuan
benar 4. Diskusikan akibat berhenti minum obat klien dalam
3. Setelah 4x interaksi klien tanpa konsultasi dengan dokter.
menyebutkan akibat berhenti
minum obat tanpa konsultasi 5. Anjurkan klien untuk konsultasi kepada pengobatannya
dokter dokter/perawat jika terjadi hal-hal yang sendiri.
tidak diinginkan - Program pengobatan
dapat berjalan sesuai
rencana
- Dengan mengetahui
prinsip penggunaan
obat, maka
kemandirian klien
untuk pengobatan
dapat ditingkatkan
secara bertahap
2. Harga Diri TUM: Setelah 6x interaksi klien Bina hubungan saling percaya dengan - Menunjukkan
Rendah Klien memiliki diri menunjukkan ekspresi wajah menggunakan prinsip komunikasi terapeutik keramahan dan sikap
yang positif bersahabat, menunjukkan rasa : bertahan.
1. Sapa klien dengan ramah baik verbal
senang, ada kontak mata, maupun non verbal - Agar klien tidak
TUK 1: mau manjabat tangan, mau 2. Perkenalkan diri dengan sopan ragu kepada
Klien dapat menyebutkan nama, mau 3. Tanyakan nama lengkap dan perawat.
membina hubungan menjawab salam, klien mau nama panggilan yang disukai - Menunjukkan bahwa
saling percaya duduk berdampingan dengan klien perawat ingin kenal
dengan perawat perawat, mau mengutarakan 4. Jelaskan tujuan pertemuan dengan klien.
masalah yang dihadapi. 5. jujur dan menepati janji - Agar klien
6. Tunjukkan sikap empati dan menerima percaya kepada
apa adanya perawat.
7. Beri perhatian dan perhatikan - Penerimaan yangs
kebutuhan dasar klien sesuai dengan
keadaan yang
sebenarnya dapat
meningkatkan
keyakinan pada
keluarga serta
merasa adanya suatu
pengakuan
TUK 2: Setelah 6x interaksi klien 1. Diskusikan dengan klien tentang : - Pengertian tentang
Klien dapat menyebutkan: - Aspek positif yang dimiliki klien, dirinya akan
mengidentifikasi 1. Aspek positif dan keluarga, lingkungan memudahkan klien
aspek positif dan kemampuan yang dimiliki - Kemampuan yang dimiliki klien - Mengingatkan klien
kemampuan yang klien 2. Bersama klien buat daftar tentang : tentang hal positif
dimiliki. 2. Aspek positif keluarga - Aspek positif klien, keluarga, lingkungan dan nyata akan
3. Aspek positif lingkungan klien - Kemampuan yang dimiliki klien menambah percaya
3. Beri pujian yang realistis, diri
hindarkan memberi penilaian
negative
TUK 3: Setelah 6x interaksi klien 1. Diskusikan dengan klien kemampuan - Meningkatkan
Klien dapat menilai menyebutkan kemampuan yang yang dapat dilaksanakan percaya diri dan
kemampuan yang dapat dilaksanakan 2. Diskusikan kemampuan yang menumbuhkan
dimiliki untuk dapat dilanjutkan pelaksanaannya perasaan bahwa
dilaksanakan ia tidak selalu
gagal dan tidak
berguna.
- Memperkuat
kelebihan akan
membuat klien
melakukannya.
TUK 4: Setelah 6x interaksi klien 1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang - Menambah percaya
Klien dapat membuat rencana kegiatan dapat dilakukan setiap hari sesuai diri klien bahwa
merencanakan harian kemampuan klien : klien bertanggung
kegiatan sesuai - Kegiatan mandiri
dengan - Kegiatan dengan bantuan jawab terhadap
kemampuan yang 2. Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi klien dirinya.
dimiliki 3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan - Meningkatkan
yang dapat klien lakukan kemampuan klien
- Memberikan
gambaran
pelaksanaan
sehingga klien
dapat
melakukan
TUK 5: Setelah 6x interaksi klien 1. Ajurkan klien untuk melaksanakan -
Klien dapat melakukan kegiatan sesuai jadwal kegiatan yang telah direncanakan
melakukan yang dibuat 2. pantau kegiatan yang dilaksanakan klien
kegiatan sesuai 3. Beri pujian atas usaha yang dilakukan klien
rencana yang 4. Diskusikan kemungkinan
dibuat pelaksanaan kegiatan setelah pulang
TUK 6: Setelah 6x interaksi klien 1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga - Mempersiapkan
Klien dapat memanfaatkan system pendukung tentang cara merawat klien dengan harga keluarga agar dapat
memanfaatkan yang ada di keluarga diri rendah merawat klien yang
system pendukung 2. Bantu keluarga memberikan rendah diri.
yang ada dukungan selama klien di rawat - Perhatian keluarga
3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan merupakan
di rumah dukungan terhadap
klien
- Lingkungan
terapeutik akan
mendukung klien
dalam meningkatkan
harga dirinya
3.Isolasi Sosial TUM: Setelah 7x interaksi klien Bina hubungan saling percaya dengan : Hubungan saling
Klien dapat menunjukkan tanda-tanda percaya 1. Beri salam setiap berinteraksi percaya merupakan
kepeda perawat :
berinteraksi dengan 2. Perkenalkan nama, nama panggilan dasar yang kuat bagi
orang lain. 1. Wajah cerah, tersenyum dan tujuan perawat berkenalan klien dalam
2. Mau berkenalan 3. Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien mengekspresikan
TUK 1: 3. Ada kontak mata 4. Tunjukkan sikap jujur dan menepati perasaannya.
Klien dapat 4. Bersedia mencritakan perasaan janji setiap kali interaksi - Menunjukkan
membina hubungan 4. Bersedia mengungkapkan 5. Tanyakan perasaan klien dan masalah keramahan dan
saling percaya masalahnya yang dihadapi klien sikap bersahabat.
6. Buat kontrak interaksi yang jelas - Agar kita tidak
7. Dengarkan dengan penuh perhatian ragu kepada
ekspresi perasaan klien perawat
- Menunjukkan bahwa
perawat ingin kenal
dengan klien.
- Agar klien
percaya kepada
perawat.
- Penerimaan yang
sesuai dengan
keadaan yang
sebenarnya dapat
meningkatkan
keyakinan pada
klien serta merasa
adanya suatu
pengakuan.
- Perhatian yang
diberikan dapat
meningkatkan harga
diri klien.
- Respon mengkritik
atau menyalahkan
dapat menimbulkan
adanya sikap
penolakan.
Memberi info tentang
kontrak waktu.
TUK 2: Setelah 7x interaksi klien 1. Tanyakan pada klien tentang : - Mengidentifikasi
Klien dapat menyebutkan minimal satu - Orang yang tinggal penyebab klien
nyebutkan penyebab menarik diri dari serumah/teman sekamar klien bergaul atau dekat
penyebab menarik : - Orang yang paling dekat dengan degan orang lain
diri 1. Diri sendiri klien dirumah/diruang perawatan dan penyebab klien
2. Orang lain - Apa yang membuat klien dekat tidak dekat dengan
Lingkungan dengan orang tersebut orang lain serta
- Orang yang tidak dekat dengan mekanisme koping
klien dirumah/diruang perawatan yang digunakan
- Apa yang membuat klien tidak klien dalam
dekat dengan orang tersebut menghadapi
- Upaya yang sudah dilakukan agar masalahnya itu.
dekat dengan orang lain - Bila klien sudah
2. Diskusikan dengan klien penyebab menarik mengungkapkan
diri atau tidak mau bergau dengan orang masalahnya, akan
lain mempermudah
1. Beri pujian terhadap kemampuan klien perawat
mengungkapkan perasaannya melaksanakan
asuhan keperawatan
- Reinforcement
positif akan
meningkatkan harga
diri klien.
TUK 3: Setelah 7x interaksi dengan klien 1. Tanyakan pada klien tentang : - Tingkat pengetahuan
Klien mampu dapat menyebutkan keuntungan - Manfaat hubungan social klien, membantu
menyebutkan berhubungan social, misalnya : - Kerugian menarik diri perawat
keuntungan - Banyak teman 2. Diskusikan bersama klien tentang manfaat mengarahkan klien
berhubungan social - Tidak kesepian berhubungan social dan kerugian menarik berhubungan dengan
dan kerugian - Bisa diskusi diri orang lain.
menarik diri - Saling menolong 1. Beri pujian terhadap kemampuan klien - Diharapkan klien
Dan kerugian menarik mengungkapkan perasaannya mampu memilih
diri, misalnya: perilaku yang
- Sendiri adaptif setelah
- Kesepian mengetahui
1. Tidak bisa diskusi keuntungan
bersosialisasi dan
kerugian isolasi
sosial.
- Reinforcemet positif
akan meningkatkan
harga diri klien.
TUK 4: Setelah 7x interaksi klien dapat 1. Observasi perilaku klien saat - Melatih klien untuk
Klien dapat melaksanakan hubungan social berhubungan sosial bersosialisasi secara
melaksanakan secara bertahap dengan : 2. Beri motivasi dan bantu klien bertahap.
hubungan social - Perawat untuk berkenalan/berkomunikasi
secara bertahap - Perawat lain dengan :
- Klien lain - Perawat lain
- Klien lain
1. Kelompok - Kelompok
3. Libatkan klien dengan Terapi
Aktivitas Kelompok Sosialisasi
4. Diskusikan jadwal harian yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan klien bersosialisasi
5. Beri motivasi klien untuk melakukan
kegiatan sesuai dengan jadwal yang
telah dibuat
1. Beri pujian terhadap kemampuan klein
memperluas pergaulannya melalui aktivitas
yang dilaksanakan
TUK 5: Setelah 7x interaksi klien dapat 1. Diskusikan dengan klien tentang - Reinforcement
Klien mampu menjelaskan perasaannya setelah perasaannya berhubungan social dengan : diharapkan dapat
menjelaskan berhubungan social dengan : - Orang lain meningkatkan rasa
perasaannya setelah - Orang lain - Kelompok percaya diri klien
berhubungan sosial 1. Kelompok - Beri pujian terhadap kemampuan sehingga ingin
klien mengungkapkan perasaannya mengulangi
perbuatan yang
serupa.
Menyadarkan klien
bahwa bersosialisasi itu
lebih baik daripada
isolasi sosial.
TUK 6: Klien Setelah 7x pertemuan keluarga 1. Diskusikan pentingnya peran serta - Dukungan keluarga
dapat dukungam dapat menjelaskan tentang : keluarga sebagai pendukung untuk berpengaruh
keluarga dalam 1. Pengertian menarik diri mengatasi perilaku menarik diri terhadap perubahan
memperluas 2. Tanda dan gejala menarik diri 2. Diskusikan potensi keluarga untuk perilaku klien.
hubungan sosial 3. Penyebab dan akibat membantu klien mengatasi perilaku - Agar keluarga
menarik diri menarik diri mengenali prilaku
4. Cara merawat klien 3. Jelaskan pada keluarga tentang : isolasi sosial
menarik diri - Pengertian menarik diri sehingga dapat
Setelah 7x pertemuan keluarga - Tanda dan gejala menarik diri mengantisipasi jika
dapat mempraktekan cara - Penyebab dan akibat menarik diri ada kluerga yang
merawat klien menarik diri - Cara merawat klien menarik diri mengalami hal
4. Latih keluarga cara merawat klien yang serupa.
menarik diri - Mempersiapkan
5. Tanyakan perasaan keluarga kluerga untuk
setelah mencoba cara yang merawat klien.
dilakukan - Memberikan
6. Beri motivasi keluaraga agar dukungan moral
membantu klien untuk bersosialisasi bagi klien dan
- Beri pujian kepada keluarga atas keluarga.
keterlibatannya merawat klien di - Memotivasi keluarga
rumah sakit untuk melakukan
yang terbaik bagi
klien.
- Reinforcement
positif diharapkan
dapat menambah
motivasi keluarga.
Memberikan
dukungan moral
bagi klien dan
meningkatkan
- percaya dan harga
diri klien.
TUK 7: Setelah 7x interaksi klien 1. Diskusikan dengan klien tentang -
Klien dapat menyebutkan: manfaat dan kerugian tidak minum obat,
memanfaatkan obat - Manfaat minum obat warna, dosis, cara, efek terapi dan efek
dengan baik - Kerugian tidak munum obat samping penggunaan obat.
- Nama, warna, dosis, efek 2. Pantau klien saat penggunaan obat.
terapi dan efek samping obat 3. Beri pujian jika klien menggunakan
obat dengan benar.
Setelah 7x interaksi klien
4. Diskusikan akibat berhenti minum
mendemonstrasikan penggunaan
obat tanpa konsultasi dengan dokter.
obat dengan benar
Ajurkan klien untuk konsultasi kepada
Setelah 7x interaksi klien dokter/perawat jika terjadi hal-hal yang
menyebutkan akibat berhenti tidak diinginkan.
minum obat tanpa
konsultasi
dokter.
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
KEPERAWATAN MASALAH RISIKO PERILAKU
KEKERASAN
PERTEMUAN PERTAMA
Nama : Ny.E Jam : 10.00 WIB
Hari/Tanggal : 07 November 2023 Pertemuan :1

IMPLEMENTASI EVALUASI
DS : S:
- Klien mengatakan pernah - Klien I mengatakan “iya sus..
memukul teman satu kamarnya, silahkan datang lagi besok
Ny. R. dengan alasan Ny. R sekitar jam 10 pagi” -Klien 1
menyebut Ny. E “pelacur”, Ny. E mengatakan mengerti tentang
sangat geram dan marah hingga perilaku kekerasan -“ bisa sus
memukul, menjambak, menendang O:
Ny. R. - Klien 1 tampak tenang dan
- Klien juga mengatakan memiliki senang saat dikunjungi I -
riwayat melakukan kekerasan klien mampu mengulangi
terhadap Asisten Rumah yang peneliti jelaskan.
Tangganya, hingga ART tersebut - klien mampu
meninggal. meredemonstrasikan cara
- Klien juga mengatakan sangat mengendalikan perilaku
marah dan emosi dengan kekerasan dengan cara fisik
selingkuhan suaminya 1 tarik napas dalam
DO : A:
- Tangan klien mengepal, sorot mata SP 1 Pasien risiko perilaku kekerasan
klien tajam dan memerah teratasi
- Pada tanggal 8 November klien P:
melakukan kekerasan dengan Ny. Lanjutkan SP 2 pasien risiko perilaku
R karena tersinggung dengan Ny. kekerasan pada pertemuan berikutnya.
R
Diagnosa Keperawatan :
Risiko Perilaku Kekerasan
Tindakan Keperawatan :
- Membina hubungan saling
percaya
- Mendiskusikan penyebab
perilaku kekerasan
- Mendiskusikan tanda
dan gejala perilaku
kekerasan
- Mendiskusikan perilaku
kekerasan yang biasa
dilakukan
- Mendiskusikan akibat
perilaku kekerasan
- Melatih mencegah perilaku
kekerasan dengan cara fisik : tarik nafas dalam
Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

Rencana Tindak Lanjut :


Evaluasi SP 1
MASALAH RISIKO PERILAKU KEKERASAN
PERTEMUAN KEDUA
Nama : Ny. E Jam : 14.00 WiB
Hari/Tanggal : 08 November 2023 Pertemuan :2

IMPLEMENTASI EVALUASI
DS : S:
- Klien mengatakan -“bisa sus”
pernah berantem karena O:
perselingkuhan - klien mampu
- Klien mengatakan akan meredemonstrasikan cara
memukul orang tersebut mengendalikan perilaku kekerasan
jika membuatnya marah dengan cara fisik 2(pukul Kasur
DO : dan bantal).
- Tangan Klien mengepal A:
- Sorot Mata klien Tajam SP 2 pasien risiko perilaku kekerasan
dan merah teratasi.
- Klien tgl 8 Nov, sempat
P : Lanjutkan SP 3 pasien risiko
memukul Pasien Ny. R
karena membuat tersinggung perilaku kekerasan pada pertemuan
Diagnosa Keperawatan : berikutnya.
Risiko Perilaku Kekerasan
Tindakan Keperawatan :
- Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien mencegah
perilaku kekerasan secara fisik
: tarik nafas dalam
- Melatih pasien mengontrol
perilaku kekerasan dengan
cara fisik II
- Menganjurkan pasien
memasukkan ke dalam
jadwal kegiatan harian

Rencana Tindak Lanjut :


- Evaluasi SP 2
- Lanjutkan SP 3
- Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien
- Melatih cara mengontrol
perilaku kekerasan dengan
cara verbal
Menganjurkan memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
MASALAH RISIKO PERILAKU KEKERASAN
PERTEMUAN KETIGA

Nama : Ny.E Jam : 14.00 WIB


Hari/Tanggal : 10 November 2023 Pertemuan :3

IMPLEMENTASI EVALUASI
DS : S:
- Klien mengatakan jarang Bisa sus
berinteraksi dengan yang “Berbicara baik-baik. Meminta
lain dengan baik misalnya kawan saya
DO : mau minta makanan itu boleh kah?”
- Pasien terlihat “Menolak dengan baik misalnya
tenang Diagnosa maaf kawan saya sedang sibuk”
Keperawatan : Risiko “Mengungkapkan perasaan marah
Perilaku Kekerasan misalnya kawan jangan seperti itu
Tindakan Keperawatan : saya tidak suka dan jadi kesal kalau
1. Mengevaluasi jadwal kamu seperti itu”
kegiatan harian pasien O:
2. Melatih cara mengontrol klien mampu meredemonstrasikan
perilaku kekerasan dengan cara cara mengendalikan perilaku
verbal kekerasan dengan cara bicara
3. Menganjurkan memasukkan dalam yang baik bila sedang marah.
jadwal kegiatan harian A:
SP 3 pasien
Rencana Tindak Lanjut : teratasi. P :
1. Evaluasi SP 3 Lanjutkan SP 4 pasien risiko perilaku
2. Lanjutkan SP 4 kekerasan pada pertemuan berikutnya.
a. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien
b. Melatih klien mengontrol
perilaku kekerasan dengan
cara spiritual
c. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
MASALAH RISIKO PERILAKU KEKERASAN
PERTEMUAN KEEMPAT

Nama : Ny.E Jam : 14.00 WIB


Hari/Tanggal : 14 November 2023 Pertemuan :4

IMPLEMENTASI EVALUASI
DS : S:
- Klien mengatakan “Iya sus” “jika saya marah saya akan
sebelumnya jarang membaca banyak berdoa dan membaca al-
al-kitab kitab” O :
DO : Subyek mampu
- Kilen tampak lebih tenang meredemostrasikan cara
- Klien tampak membaca doa mengontrol perilaku kekerasan
Diagnosa Keperawatan : secara spiritual A :
Risiko Perilaku Kekerasan SP 4 pasien risiko perilaku kekerasan
Tindakan Keperawatan teratasi.
: P:
1. Mengevaluasi jadwal Lanjutkan SP 5 pasien risiko perilaku
kegiatan harian pasien kekerasan pada pertemuan berikutnya.
2. Melatih klien mengontrol
perilaku kekerasan dengan cara
spiritual
3. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Rencana Tindak Lanjut :
1. Evaluasi SP 4
2. Lanjutkan SP 5
a. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien
b. Melatih pasien mengontrol
perilaku kekerasan dengan
minum obat
c. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
MASALAH RISIKO PERILAKU KEKERASAN
PERTEMUAN KELIMA

Nama : Ny. E Jam : 10.00 WIB


Hari/Tanggal : 15 November 2023 Pertemuan :5

IMPLEMENTASI EVALUASI
DS : S:
- “Saya mengerti jadwal minum
DO : obat jam 5 sore, obatnya ada 2
- macam ” O :
Diagnosa Keperawatan : klien 1 mampu menyebutkan prinsip
Risiko Perilaku Kekerasan 5 benar minum obat. Dan telah
Tindakan Keperawatan mampu memasukkan kedalam jadwal
: harian pasien
a. Mengevaluasi jadwal A:
kegiatan harian pasien SP 5 pasien risiko perilaku kekerasan
b. Melatih pasien mengontrol teratasi sebagian.
perilaku kekerasan dengan minum P:
obat Lanjutkan SP 5 untuk pertemuan
c. Menganjurkan pasien selanjutnya
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Rencana Tindak Lanjut :
Evaluasi SP 5
MASALAH HARGA DIRI RENDAH
PERTEMUAN PERTAMA

Nama : Ny. E Jam : 10.00


Hari/Tanggal : 07 November 2023 Pertemuan :1
IMPLEMENTASI EVALUASI
DS : S:
Klien mengatakan pernah diselingkuhi - Klien mengatakan senang ketika
dan merasa tidak berguna diajak berbicara
- Klien mengatakan sedih karena
DO : tidak mampu merawat anaknya
1. Tampak klien berbicara yang berada di rumah
dengan lambat
2. Klien tampak menunduk O:
Ketika berinteraksi - Tampak klien berbicara
3. Klien tidak suka berinteraksi dengan tenang
- Klien tampak senang
Diagnosa Keperawatan : - Pasien bisa menyapu untuk
Harga Diri Rendah melatih kemampuan

Tindakan Keperawatan : A : SP 1 pasien teratasi


1. Mengidentifikasi kemampuan dan
aspek positif yang dimiliki
2. Membantu pasien menilai P : Menganjurkan klien untuk
kemampuan pasien yang memasukkan mengaji ke dalam
masih dilakukan jadwal harian
3. Membantu pasien memilih kegiatan
yang akan dilatih sesuai
kemampuan pasien
4. Melatih pasien sesuai
kemampuan yang dipilih
5. Memberikan pujian yang
wajar terhadap keberhasilan
pasien
6. Menganjurkan pasien memasukkan
ke dalam jadwal kegiatan harian

Rencana Tindak Lanjut :


1. Evalusasi SP 1
2. Lanjutkan SP 2 :
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
b. Melatih kemampuan kedua
c. Menganjurkan pasien
memasukkan ke dalam jadwal
kegiatan harian
MASALAH HARGA DIRI RENDAH
PERTEMUAN KEDUA
Nama : Ny. E Jam : 14.00 WIB
Hari/Tanggal : 08 November 2023 Pertemuan :2

IMPLEMENTASI EVALUASI
DS : S:
Klien merasa tidak bisa melakukan Klien mengatakan ingin kembali
apa apa karena sudah tidak bekerja pulang dan merayakan natal bareng
lagi dengan tantenya

DO : O:
1. Tampak klien berbicara - Klien tampak berbicara lambat
dengan lambat - Klien menunduk ketika berinteraksi
2. Klien tampak menunduk
Ketika berinteraksi
A : Harga diri rendah (+)
- Klien mampu membaca Al Kitab
Diagnosa Keperawatan : - Klien mampu
Harga Diri Rendah berdoa Masalah SP 2
Teratasi

Tindakan Keperawatan :
1. Mengevaluasi jadwal P : menganjurkan dan memotivasi
kegiatan harian pasien klien untuk berlatih setiap hari
2. Melatih kemampuan kedua
3. Menganjurkan pasien
memasukkan ke dalam jadwal
kegiatan harian

Rencana Tindak Lanjut :


Evaluasi SP 2
MASALAH ISOLASI SOSIAL
PERTEMUAN PERTAMA
Nama : Tn. P Jam : 14.00 WIB
Hari/Tanggal : 08 November 2023 Pertemuan : 1
IMPLEMENTASI EVALUASI
DS : S:
- Pasien mengatakan jika enggan Klien mengatakan nama nya dengan
berbincang- bincang dengan yang jelas
lain karena merasa tidak nyambung
DO :
- Pasien tampak menyendiri di Kasur O:
- Pasien tampak duduk sendiri - Klien tampak mau berjabat tangan
- Pasien tampak tidur meringkuk - Klien tampak menyebutkan
teman sekamarnya dan teman
Diagnosa Keperawatan : yang terdekatnya
Isolasi Sosial
A : Isolasi Sosial (+)
Tindakan Keperawatan : 1. Klien mampu diajak berdiskusi
1. Membina hubungan saling percaya tentang keuntungan dan kerugian
2. Mengidentifikasi penyebab isolasi jika berinteraksi dengan orang
sosial pasien lain
3. Mendiskusikan dengan pasien tentang 2. Klien mampu berkenalan
keuntungan berinteraksi dengan orang dengan baik
lain 3. Klien mampu menyebutkan
4. Mendiskusikan dengan pasien kerugian nama orang lain
tidak berinteraksi dengan orang lain Masalah SP 1 teratasi
5. Mengajarkan pasien cara
berkenalan dengan satu orang P:
6. Menganjurkan pasien memasukkan 1. Ajarkan pasien dalam jadwal harian
kegiatan latihan berbincang-bincang 2. Anjurkan pasien melakukan
dengan orang lain dalam jadwal kegiatan sesuai jadwal yang di
kegiatan harian buat

Rencana Tindak Lanjut :


1. Evaluasi SP 1
2. Lanjutkan SP 2
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien.
b. Memberikan kesempatan kepada
pasien mempraktekkan cara
berkenalan dengan satu orang.
c. Membantu pasien memasukkan
kegiatan berbincang-bincang dengan
satu orang ke dalam jadwal kegiatan
harian
MASALAH ISOLASI SOSIAL
PERTEMUAN KEDUA

Nama : Ny. E Jam : 14.00 WIB


Hari/Tanggal : 9 November 2023 Pertemuan :2
IMPLEMENTASI EVALUASI
DS : S:
- Pasien mengatakan sudah mau Klien senang memiliki teman
mengobrol dengan pasien berbincang
baru

DO : O:
Klien tampak sedang sendirian Tampak pasien melakukan kontak
di kamar mata saat berbincang

Diagnosa Keperawatan : A : Isolasi Sosial (+)


Isolasi Sosial 1. Pasien mampu mempraktekan
yang sudah dipelajari pada
pertemuan sebelumnya
Tindakan Keperawatan : 2. Pasien mampu mempraktekan
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan cara berkenalan dengan orang lain
harian pasien 3. Pasien mampu memasukan
2. Memberikan kesempatan kepada bercakap-cakap ke jadwal
pasien mempraktekkan cara kegiatan harian
berkenalan dengan satu orang Masalah SP 2 teratasi
3. Membantu pasien memasukkan
kegiatan berbincang-bincang dengan
satu orang ke dalam jadwal kegiatan P : Anjurkan pasien memasukan
harian bercakap cakap dengan orang lain
ke jadwal kegiatan harian
Rencana Tindak Lanjut :
1. Evalusasi SP 2
2. Lanjutkan SP 3:
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
b. Memberikan kesempatan kepada
pasien mempraktekkan cara
berkenalan dengan dua orang
atau lebih
c. Menganjurkan pasien
memasukkan ke dalam
jadwal
kegiatan harian
MASALAH ISOLASI SOSIAL PERTEMUAN
KETIGA
Nama : Ny. E Jam : 14.00
Hari/Tanggal : 13 November 2023 Pertemuan :3

IMPLEMENTASI EVALUASI
DS : S:
- tidakada Klien senang memiliki teman
berbincang
DO :
Klien tampak sendirian di ruang tengah
O:
Tampak pasien melakukan kontak
Diagnosa Keperawatan : mata saat berbincang
Isolasi Sosial

A : Isolasi Sosial (+)


Tindakan Keperawatan :
1. Pasien mampu mempraktekan
1. Mengevaluasi jadwal
yang sudah dipelajari pada
kegiatan harian pasien
pertemuan sebelumnya
2. Memberikan kesempatan kepada
2. Pasien mampu mempraktekan
pasien mempraktekkan cara
cara berkenalan dengan 2 orang
berkenalan dengan dua orang atau
lain
lebih
3. Pasien mampu memasukan
3. Menganjurkanpasien memasukkan
bercakap-cakap ke jadwal
ke dalam jadwal kegiatan harian
kegiatan harian

Rencana Tindak Lanjut :


P : Anjurkan pasien memasukan
Evaluasi SP 3
bercakap cakap dengan orang lain
lagi ke jadwal kegiatan harian
BAB 5
PEMBAHASAN

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan kepada Ny. E dengan Risiko perilaku
kekerasan di Panti Rehabilitasi Griya Bhakti Medika, maka penulis pada BAB ini akan
membahas kesenjangan antara teoritis dan tinjauan kasus. Pembahasan dimulai dari
tahapan proses keperawatan yaitu : pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi ,
implementasi, dan evaluasi.

a. Tahap Pengkajian
Selama pengkajian dilakukan pengumpulan data dari beberapa sumber yaitu dari
pasien dan pengawas panti. Mahasiswa mendapat sedikit kesulitan dalam
menyimpulkan data kerena keluarga pasien jarang mengkunjungi pasien di panti
jiwa. Maka mahasiwa melakukan pendekatan pada pasien melalui komunikasi
terapeutik yang lebih terbuka membantu pasien untuk memecahkan perasaannya dan
juga melakukan observasi kepada pasien. Adapun upaya tersebut yaitu :
1. Melakukan pendekatan dan membina hubungan saling percaya diri pada klien agar klien
lebih terbuka dan lebih percaya dengan menggunakan perasaan.
2. Mengadakan pengkajian pasien dengan wawancara dan tidak menemukan kesenjangan
karena di temukan hal sama seperti diteori bahwasanya Perilaku kekerasan merupakan
respon maladaptif dari kemarahan, hasil dari kemarahan yang ekstrim ataupun panik.
Perilaku kekerasan yang timbul pada klien skizofrenia diawali dengan adanya perasaan
tidak berharga, takut,dan ditolak oleh lingkungan sehingga individu akan menyingkir dari
hubungan interpersonal dengan oran lain (Pardede, Keliat & Yulia, 2015).
b. Diagnosa Keperawatan
Perencanaan dalam proses keperawatan lebih di kenal dengan asuhan keperawatan
yang merupakan tahap selanjutnya setlah pengkajian dan penentuan diagnosa
keperawatan. Pada tahap perencanaan mahasiswa hanyamenyusun rencana tindakan
keperawatan Risiko Perilaku Kekerasan dan Perilaku Kekerasan. Pada tahap ini
antara tinjauan teroritis dan tinjauan kass tidak ada kesenjangan sehingga mahasiswa
dapat melaksanakan tindakan seobtimal mungkin di dukung dengan seringnya
bimbingan dengan pembimbing. Secara teoritis digunakan secara strategi pertemua
sesuai dengan
diagnosa keperawatan yang muncul saat pengkajian. Adapun upaya yang digunakan
mahasiswa ialah :

Risiko Perilaku Kekersan

1. Mengidentifikasi isi Risiko Perilaku Kekerasan


2. Mengidentifikasi waktu terjadi Risiko Perilaku Kekerasan
3. Mengidentifikasi situasi pencetus Risiko Perilaku Kekerasan
4. Mengidentifikasi respon terhadap Risiko Perilaku Kekerasan
5. Membantu pasien mempraktekan latihan cara mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan
dengan tarik napas dalam dan pukul kasur bantal
6. Menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan minum obat
7. Melatih pasien mengontrol Risiko Perilaku Kekerasandengan berbicara baik-baik
dengan orang lain dan spritual
8. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

c. Tahap Implementasi

Pada tahap implementasi, penulis hanya mengatasi 1 masalah keperawatan yakni:


diagnosa keperawatan Risiko Perilaku Kekerasandi dikarenakan masalah utama yang
dialami klien. Pada diagnosa keperawatan Risiko Perilaku Kekerasan dilakukan
strategi pertemuan yaitu mengidentifikasi Perilaku Kekerasan, mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara tarik napas dan pukul kasur bantal. Strategi pertemuan ketiga
yaitu latihan dengan carakomunikasi secara verbal atau bicara baik-baik strategi
pertemuan ke empat yaitu Spritual.Strategi pertemuan yang kelima yaitu anjurkan
minum obar secara teratur,

d. Tahap Evaluasi

Pada tinjauan teoritis evaluasi yang diharapkan adalah :


 klien mempercayai perawat sebagai terapis
 klien dapat mengidentifikasi dan mengontrol risiko perilaku pekerasan
 klien dapat mengendalikan risiko perilaku kekerasan melalui latihan fisik
 klien dapat mengendalikan risiko perilaku kekerasan dengan cara minum obat secara
teratur
 klien dapat mengendalikan risiko perilaku kekerasan dengan berbicara baik-baik
 klien dapat mengendalikan risiko perilaku kekerasan dengan spritual yang
terjadwal.

Pada tinjauan kasus evaluasi yang dihasilkan adalah :


1. klien sudah dapat mengontrol dan mengidentifikasi risiko perilaku kekerasan
2. klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3. klien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukanya

4. klien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukkannya

5. klien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya

6. klien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik,


spritual. sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Telah dilakukan pengkajian sampai dengan Asuhan Keperawatan pada Ny. E
dimana ditemukan data bahwa Pasien mengatakan pernah bertengkar dengan suami di tahun
2023 karena pernah di selingkuhi kemudian menjadi korban kekerasan merasa tidak berguna
dan menarik diri dari lingkungan dan beliau tidak begitu suka mengobrol karena rumahnya
juga di komplek, mengatakan merasa kesal dan emosi dengan perempuan tersebut dan ketika
dilakukan SP2 RPK klien mengamuk dengan pasien lain yang menurutnya menjelekkan
dirinya sehingga Ny. E merasa kesal memukul dan menendangnnya ( menurut data beliau
pernah melakukan prilaku kekerasan dengan asisten rumah tangganya). Sehingga penulis
mengangkat diagnosa Resiko Perilaku Kekerasan.
Setelah dirumuskan diagnosa keperawatan kemudian disusun perencanaan tindakan
keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan lalu melakukan tindakan keperawatan sesuai
dengan perencanaan yang telah dibuat, tindakan yang telah dilakukan pada diagnosa
keperawatan Resiko perilaku kekerasan adalah membina hubungan saling percaya, melatih
cara mencegah perilaku kekerasan secara fisik: Tarik Napas Dalam, dan melatih cara
mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan sebanyak 3 kali klien mampu membina
hubungan saling percaya,klien mampu cara menghardik yaitu dengan mengontrol emosinya
dengan cara tarik napas dalam.mampu menyusun jadwal harian, mampu memilih kemampuan
yang dimiliki.

B. Saran

Akan lebih baik jika melakukan tindakan keperawatan ke pasien Resiko Perilaku
Kekerasan memberikan motivasi serta dalam memberikan penghargaan, karena penderita akan
merasa diri mereka dianggap di sayangi dan dihargai sehingga dapat meningkatkan
kesembuhan serta mengurangi peningkatan kekambuhan pada penderita gangguan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan dan Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa;Konsep Dan Kerangka Kerja


Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta ; Gosyen Publishing
Dermawan, R., & Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing.
Keliat (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta : EGC
Keliat dan akemat, 2013, Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa, Jakarta: EGC
Keliat, B. A. & Akemat. (2012). Keperawatan kesehatan jiwa komunitas. Jakarta :
EGC.
Pardede, J. A., Siregar, L. M., & Hulu, E. P. (2020).
Putri, V. S., & Fitrianti, S. (2018). Pengaruh Strategi Pelaksanaan Komunikasi
Terapeutik Terhadap Resiko Perilaku Kekerasan pada Pasien Gangguan Jiwa di
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jambi. Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi, 7(2), 138–
147.
Suerni, Titik dan Livana, PH. (2019). Respons Pasien Perilaku Kekerasan. Jurnal
Penelitia Perawat Profesional, Volume 1, Nomor 1, November 2019
World Health Organization (2016) The World Health Organization Report
2016. Yosep. 2011.Keperawatan Jiwa. Edisi 4. Jakarta : Refika Aditama
Yusuf, Ahmad Dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai