Perikarditis
Perikarditis Akut
menimbulkan tanda dan gejala tidak lebih dari 12 minggu, dengan trias sindroma klinis
yaitu nyeri dada, pericardial friction rub, dan perubahan gambaran elektrokardiografi (EKG).
Prevalensi diagnosis sekitar 0,1% pada saat masuk rumah sakit, dan terjadi lebih banyak pada
pria daripada wanita.2
Tabel 1. Etiologi dari perikarditis akut
Idiopati
Infeksi ( virus, tuberkulosis, jamur )
Uremia
Infark miokard akut ( akut, lambat )
Keganasan
Post-cardiac injury syndrome ( trauma, bedah kardiotoraks )
Penyakit autoimun sistemik ( SLE, rheumatoid arthritis, ankylosing spondylitis, systemic sclerosing periarteritis
nodosa, Reiters syndrome )
Pascaradiasi mediastinum
(Sumber: Little WC, 2006)1
Patofisiologi:
Ada 3 tahap :2
1.
Vasodilatasi lokal dengan transudasi cairan yang sedikit sel dan protein ke ruang perikardial.
2.
3.
Eksudasi lekosit, awalnya oleh netrofil kemudian terakhir diikuti oleh sel mononuklear.
Peranan lekosit pada patofisiologi dari perikarditis ini penting oleh karena membantu
dalam eliminasi dari bahan infeksius atau agen autoimun. Namun produk metaboliknya dapat
menyebabkan inflamasi yang berkepanjangan dan menimbulkan gejala seperti demam,
sehingga respon imun pada perikard memberikan kontribusi terhadap kerusakan jaringan dan
gejala klinis dari perikarditis.2
Gejala klinis:
1. Nyeri dada, nyeri perikardial mempunyai onset relatif cepat dan kadang kadang datang
dengan tiba tiba, biasanya di daerah sub sternal, namun dapat terjadi di dinding anterior dada
kiri atau epigastrium. Penjalaran ke lengan kiri jarang terjadi. Daerah penjalaran biasanya
daerah trapezius, yang sangat spesifik untuk perikarditis. Nyeri perikarditis biasanya
memburuk saat berbaring atau saat inspirasi dan membaik pada posisi duduk tegak atau
condong ke depan.2
2. Terdapat gejala prodromal seperti malaise, dan demam, (biasanya <39 C). Pada pasien usia
tua, biasanya tidak didapatkan demam.7
3. Sesak dapat terjadi akibat nafas yang dangkal karena nyeri dada.8
4. Pasien dengan perikarditis purulen dapat terlihat toksik dengan demam tinggi, menggigil,
dan keringat malam.8
Pemeriksaan Fisik:
1. Pericardial friction rub
Pericardial friction rub merupakan hal yang paling sering ditemukan, sekitar 85% pasien. 5
Auskultasi rub ini sering berubah-ubah kualitas dan intensitasnya, oleh karena itu, sangat
bermanfaat jika kita mendengarkan secara sering pasien yang dicurigai menderita
perikarditis, jika pada awal pemeriksaan tidak terdengar rub.8
Secara klasik, friction rub terdiri dari 3 komponen, yaitu bersamaan dengan sitolik
ventrikel, pengisian awal diastolik dan kontraksi atrium, suara yang dihasilkan seperti suara
saat berjalan diatas salju, biasanya terdengar paling keras di bagian bawah linea sternalis kiri,
menjalar ke apeks, dan lebih jelas didengar pada saat akhir ekspirasi dengan posisi pasien
menunduk ke depan.2,3,8 Terkadang pericardial friction rub hanya mempunyai satu atau dua
komponen. Hal ini harus didengarkan dengan teliti dan harus dibedakann dengan murmur.2
2. Denyut jantung, biasanya cepat dan reguler.7
Pemeriksaan Penunjang:
1. Elektrokardiografi, perubahan gambaran EKG meliputi 4 stadium. Perubahan tersebut
biasanya terjadi pada mayoritas pasien , namun tidak adanya perubahan ini, tidak
menyingkirkan diagnosa perikarditis akut.8
i. Stadium pertama biasanya terjadi dalam beberapa jam dari onset nyeri dada. Adanya
stadium 1 sangat berguna untuk mengkonfirmasi diagnosis perikarditis akut, walaupun
perubahan ini seringkali sulit untuk dibedakan dengan perubahan yang disebabkan oleh
repolarisasi awal dan infark akut. Perubahan elevasi segmen ST yang difus dengan
gelombang T upright pada semua lead kecuali aVR dan V1, depresi segmen PR di semua lead
kecuali aVR dan V1, dan biasanya disertai elevasi segmen PR di lead aVR (tanda knuckle).
8
ii. Stadium kedua, dimana terjadi beberapa hari kemudian, yang menggambarkan resolusi
segmen PR/ST ke baseline dan adanya pendataran gelombang T. 8
iii. Stadium ketiga, adanya inversi gelombang T. 8
iv. Stadium keempat, segmen T menjadi upright kembali, yang dapat terjadi beberapa hari
sampai beberapa minggu. 8
Gambar 2. EKG menunjukan gambaran yang khas pada perikarditis akut. Terlihat ST elevasi yang difus dan PR depresi
kecuali di aVR, yaitu ST depresi dan PR elevasi. 1
2. Foto toraks
Foto toraks biasanya normal pada perikarditis akut idiopatik tanpa komplikasi. Adanya
siluet jantung yang membesar, menandakan adanya efusi perikardial yang sedang atau besar.
Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi adanya infeksi tuberkulosis, jamur, penumonia atau
neoplasma.2
3. Ekokardiografi
Gambaran normal ekokardiogram terdapat hampir pada semua pasien perikarditis
idiopatik. Tujuan utama dari pemeriksaan ekokardiografi adalah untuk menyingkirkan adanya
efusi yang silent. Kebanyakan tidak menunjukkan adanya efusi, namun efusi yang sedikit
sering terjadi dan bukan merupakan suatu perhatian.7 Ekokardiografi harus dilakukan jika
gejala terjadi lebih dari satu minggu, untuk mengevaluasi adanya ketidakstabilan
hemodinamik. 8
4. Pemeriksaan darah
Peningkatan leukosit antara 11.00013.000 ml 3 dengan sedikit limfositosis biasanya
terjadi pada perikarditis akut idiopatik. Hasil yang lebih tinggi merupakan suatu tanda adanya
etiologi lain. Peningkatan laju endap darah yang tinggi merupakan suatu tanda adanya
etiologi berupa penyakit autoimun atau tuberkulosis.2
5. Pemeriksaan enzim jantung dan troponin
Banyak pasien dengan perikarditis akut tanpa miokarditis atau infark miokard, mempunyai
peningkatan CKMB dan atau troponin I. Ini merupakan
miokarditis silent.2
Penatalaksanaan:
Pasien harus di rawat di rumah sakit untuk skrining etiologi spesifik yang dapat merubah
penatalaksanaan, deteksi adanya efusi dan abnormalitas ekokardiografi, mengurangi gejala,
dan penatalaksanaan yang dibutuhkan jika etiologi spesifiknya telah diketahui.2
1. Pemberian golongan nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID), Ibuprofen
mempunyai tingkat keamanan yang baik, dosis 300-800 mg po, tergantung dari tingkat
keparahan penyakit, diberikan 34 x sehari selama beberapa hari sampai beberapa minggu.10
2. Kolkisin diberikan sebagai monoterapi atau sebagai tambahan NSAID, dosis 2 x 0,5 mg.
Kolkisin berguna sebagai terapi inisial dan mencegah terjadinya rekurensi.7
3. Pemberian kortikosteroid harus dibatasi hanya pada kasus-kasus perikarditis yang
berhubungan dengan penyakit jaringan ikat, autoimun, perikarditis uremikum, atau pada
kasus rekuren perikarditis yang mempunyai gejala persisten dengan pengobatan NSAID dan
Kolkisin. Pemberian secara intraperikardial dapat mengurangi efek samping sistemik.
Prednison merupakan kortikosteroid yang sering digunakan. Dengan dosis 11.5 mg/kb
setidaknya untuk satu bulan dan dosis diturunkan secara gradual.7
4. Antikoagulan, heparin merupakan pilihan, namun harus dengan observasi ketat.7
5. Perikardiosintesis diindikasikan untuk tamponade, kecurigaan tinggi adanya perikarditis
purulen atau neoplastik, atau adanya efusi simtomatik yang besar walaupun telah diberikan
terapi medis lebih dari satu minggu.7
Komplikasi:
Komplikasi perikarditis akut termasuk efusi perikardial, tamponade, dan perikarditis
konstriktif. Banyaknya pasien perikarditis akut dengan efusi perikardial sedang atau besar
tidak diketahui, namun diperkirakan kurang dari 5%. Terjadinya perikarditis konstriktif juga
tidak diketahui, namun diperkirakan berjumlah sangat sedikit.2
Prognosis yang buruk pada perikarditis akut, diperkirakan meliputi: demam >38 C, onset
subakut, penggunaan antikoagulan oral, efusi perikardial yang besar, respon yang jelek pada
inisial terapi aspirin dan NSAID.11
2.
Perikarditis Kronis
Perikarditis kronis merupakan inflamasi perikardium yang kronis, yaitu >3 bulan. Gambaran
dari perikarditis kronis meliputi efusif dan konstriktif. Gejala klinis biasanya ringan (nyeri
dada, palpitasi, lemah), tergantung dari derajat kompresi jantung dan residu inflamasi
perikardium.7
Alur diagnostik dan penatalaksanaan simtomatik sama dengan pada perikarditis akut.
Perikardiosintesis diperlukan untuk prosedur diagnostik dan terapeutik. Pada kasus efusi
besar yang kronis persisten atau rekuren, dipertimbangkan dilakukan perikardiotomi.7
3.
Perikarditis Rekuren
1.
Perikarditis Idiopatik
Penyebab utama perikarditis adalah idiopatik, dapat sembuh sendiri tanpa komplikasi atau
kambuh pada 7090 % pasien.2
2.
Perikarditis Virus
Terjadinya abnormalitas reaksi inflamasi ini disebabkan oleh serangan virus langsung atau
berupa respon imun, atau keduanya.7 Penyebab yang sering ada Coxsackie B dan Echovirus.2
Pada kebanyakan kasus dapat sembuh sendiri, namun dapat juga menyebabkan komplikasi
seperti mioperikarditis, perikarditis berulang, efusi perikardial, tamponade, dan perikarditis
konstriktif.8
Cara yang paling definitif untuk mendiagnosa perikarditis viral adalah dengan mendeteksi
DNA dengan PCR atau hibridasi in situ pada cairan perikardial atau jaringan, namun hal ini
jarang diperlukan untuk penatalaksanaan.2 Pada pasien dengan efusi perikardial simtomatik
yang kronik atau rekuren dan adanya konfirmasi bahwa penyebabnya adalah virus, maka
dapat diberikan:
(1) Perikarditis CMV: hiperimunoglobulin 1x sehari, 4 ml/kg pada hari 0, 4, 8, dan 2 ml/kg
pada hari 12, dan 16.
(2) Perikarditis Coxsackie B: interferon : 2.5 Mio IU/m2 subkutan 3x seminggu.
(3) Perimiokarditis adenovirus dan parvovirus B19: terapi imunoglibulin: 10 g intravena hari
1 dan 3, dalam 6-8 jam.1
3.
Perikarditis Bakterial
Perikarditis Tuberkulosa
Insiden perikardial tuberkulosis sangat menurun pada negara berkembang, namun hal ini
masih menjadi problem besar pada pasien dengan daya tahan tubuh yang melemah. 2,7
Gambaran klinis perikarditis tuberkulosis biasanya sub akut sampai kronik, dengan demam,
malaise, dan dispnea yang berhubungan dengan efusi perikardial. Batuk, keringat malam,
ortopnea, penurunan berat badan, dan edema lutut sering didapatkan. Hal ini berhubungan
dengan efusi besar, pulsus paradoksus, hepatomegali, peningkatan tekanan vena, efusi pleura,
suara jantung yang jauh, gangguan hemodinamik.2
Diagnosis perikarditis tuberkulosa adalah dengan ditemukannya Mycobacterium
tuberculosa pada cairan perikardial atau jaringan, atau adanya granuloma caseus pada
perikardium. Tes tuberkulin kulit dilakukan pada tersangka penderita perikarditis tuberkulosa.
Pemberian terapi anti tuberkulosa harus diberikan. Penggunaan kortikosteroid masih
kontroversial. Kortikosteroid tidak mempengaruhi resiko kematian dan progresivitas
konstriksi, tetapi mempercepat resolusi gejala dan menurunkan reakumulasi cairan.7
5.
Perikarditis pada pasien gagal ginjal terdapat 2 macam yaitu; perikarditis uremikum, terjadi
pada 610% pasien gagal ginjal stadium lanjut (akut atau kronik) sebelum dilakukan
hemodialisa, dan perikarditis pada pasien yang baru saja menjalani hemodialisa (HD). Hal
ini terjadi karena inflamasi perikardium parietal dan viseral dan berkorelasi dengan derajat
azotemia (BUN >60 mg/dl). Pada perikarditis yang lain, yaitu perikarditis berhubungan
dengan dialisis, terjadi pada 13% pasien yang rutin menjalani HD. Hal ini terjadi karena
dialisis yang tidak adekuat dan atau kelebihan cairan.2
Gambaran klinisnya umumnya asimtomatik, namun bisa demam atau nyeri pleuritik.
Denyut jantung dapat tetap lambat (6080 x/menit), walaupun terdapat demam dan hipotensi
karena adanya abnormalitas autonom. Gambaran patologis pada perikardium terdapat adanya
perlekatan antara perikardium yang tebal (bread and butter appearance).2,7 Penatalaksanaan
perikarditis pada gagal ginjal berupa dialisis. Pada pasien dengan tamponade jantung dan
efusi besar, kronis, yang resisten dengan dialisa, harus dilakukan perikardiosintesis.
Perikardiektomi dilakukan pada pasien yang refrakter dan dengan gejala yang berat.7
6. Perikarditis Paskainfark
Perikarditis paskainfark meliputi: early form dan late form (sindroma Dressler). Pada kasus
early form, disebabkan oleh eksudasi langsung, namun hal ini jarang ditemukan. 2 Sindroma
Dressler terjadi dalam beberapa minggu atau bulan setelah infark miokard. Gejala umumnya
berupa malaise, lemah, dan nyeri dada. Penyebab sindroma Dressler belum jelas, walaupun
kemungkinan disebabkan oleh autoimun, karena adanya sensitisasi pada sel miokardiun saat
terjadi infark.2,8 Hal yang kontras dengan perikarditis paskainfark yang awal, adalah inflamasi
yang difus dan tidak terlokalisir pada letak luka (injury) miokard.2
Gambaran EKG stadium I jarang terjadi, dan gambaran EKG yang menunjukkan gagalnya
evolusi
inverted
sebelumnya,
memprediksi
adanya
perikarditis
paskainfark.
menunjukkan adanya perubahan tipikal perikarditis akut. Pemeriksaan foto toraks didapatkan
gambaran jantung yang membesar. Analisa cairan efusi didapatkan protein yang tinggi,
glukosa yang rendah dan lekosit <10.000/ml3. Tindakan drainase tertutup dikombinasikan
dengan steroid, dilaporkan mempunyai hasil yang baik.2
III.1.3 Klasifikasi Perikarditis berdasarkan kriteria lain
1.Efusi Perikardial
Etiologi:
Perikarditis idiopatik dan infeksi, neoplasma, autoimun, dan proses inflamasi (termasuk
paskaradiasi dan obat) dapat menyebabkan perikarditis, juga dapat menyebabkan efusi. Efusi
perikardial dapat berupa eksudat, pioperikardium, atau hemoperikardium.7
Patofisiologi:
Perikardium mempunyai struktur yang relatif kaku. Terdapat tiga faktor yang menentukan
efusi tersebut bersifat silent atau terdapat simtom kompresi jantung, yaitu:
(1) volume cairan
(2) kecepatan akumulasi cairan
(3) karakteristik komplians perikardium.
Hubungan antara volume internal dan tekanan dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4. (A) Pada level paling bawah, adanya peningkatan volume yang sedikit, menghasilkan peningkatan tekanan yang
sedikit. Saat peregangan perikardial mencapai batas (tanda panah), kurva menjadi lebih curam, dan peningkatan volume
yang sedikit mengakibatkan peningkatan tekanan yang signifikan.
(B) peningkatan akumulasi cairan yang kronis dan bertahap mengakibatkan perikardium teregang secara perlahan, maka
menyebabkan volume terakumulasi lebih banyak dan tekanan yang diakibatkan lebih rendah. 6
Presentasi Klinis :
1. Efusi perikardial yang terjadi secara perlahan, tanpa elevasi tekanan intraperikardial,
biasanya asimtomatik.10 Terkadang
Gambar 5. Gambaran EKG terlihat elektrikal alternana dan voltase yang rendah. 12
Gambar 6. Klasifikasi Horowitz pada efusi perikardial. Tipe A: Tidak ada efusi; Tipe B: epikardium dan perikardium terpisah
(316 ml); Tipe C 1: epikardium dan perikardium terpisah pada saat sistolik and diastolik (efusi sedikit >16 ml); Tipe C 2:
epikardium dan perikardium terpisah pada saat sistolik and diastolik dengan gerakan perikardial melemah; Type D:
epikardium dan perikardium terpisah dengan ruang bebas echo yang besar; Tipe E: penebalan perikardial (>4 mm). 13
2. Foto Toraks
Gambaran siluet jantung tetap normal sampai pada saat efusi sedang (moderate).
Gambaran kardiomegali terjadi jika cairan yang terakumulasi sedikitnya 250 ml.
Kardiomegali dengan vena kava dan vena azygous yang membesar dan menonjol, dan adanya
penurunan vaskular pulmonar menggambarkan adanya efusi perikardium.8
Gambar 8. Gambaran khas foto toraks pada efusi perikardial yaitu water-bottle sign merupakan gambaran efusi yang besar
seperti kardiomegali globular dengan batas yang jelas, pembesaran densitas jantung, pulmonary olegemia, dan garis
perikardial lemak pada foto lateral.14
Sistol
Diastol
Gambar 9. Gambaran echocardiogram dua-dimensi dari potongan apikal 4 ruang pada pasien dengan tamponade jantung.
Terdapat gambaran efusi perikardial yang besar, sebagai ruang bebas gema di sekitar jantung. Pada saat diastol, terlihat
kolaps pada atrium kanan (panah).1
Besar
Volume (mL)
Lokasi
Lebar (cm)
>500
Mengelilingi jantung
>2
<100
terlokalisir
<1
100-500
Mengelilingi jantung
1-2
(Sumber: Jacob,2010)15
dalam kurva tekanan ventrikel kanan dan/atau ventrikel kiri sama dengan tekanan
akhir diastolik ventrikel kanan dan/atau ventrikel kiri sekitar 5 mmHg atau kurang.7
7. Perikardiosintesis Diagnostik
Pemeriksaan ini harus dipertimbangkan pada pasien dengan efusi yang besar tanpa
etiologi yang jelas.8
8. Pemeriksaan Cairan Perikardial
Penilaian rutin cairan perikardial harus meliputi jumlah sel darah putih, hematokrit, dan
adanya protein.2
Tabel 3. Perbedaan eksudat dan transudat cairan efusi perikardial
Parameter
Eksudat
Penyebab
Berat jenis (g/mL)
Protein total (g/dL)
Rasio cairan terhadap serum protein
Rasio cairan terhadap serum LDH
Rasio cairan terhadap serum glukosa
Keganasan, infeksi,
postpericardiotomy syndrome,
penyakit vaskular kolagen
>1.015
>3.0
>0.5
>0.6
<1.0
Transudat
(Sumber: Meyers,1997)16
Terapi:
Penatalaksanaan efusi perikardial tergantung dari etiologi yang mendasari, volume, dan
keperluan hemodinamik.
Gambar 10. Algoritma untuk mengelola pasien dengan efusi perikardial moderat sampai besar.17
1. Perikardiosentesis
Perikardiosintesis diindikasikan:3
- Pada kasus yang dicurigai keganasan, bakteri, mikrobakterial, dan efusi karena jamur
- Adanya efusi perikardial yang besar yang berhubungan dengan tamponade jantung
- Efusi yang persisten (>3 bulan), besar dan progresif, dan tidak diketehui penyebabnya.
Gambar 11. Dalam kondisi aseptik, kulit dan jaringan dianestesi dengan lidokain subkutan. Dengan panduan ekokardiografi,
perikardiosentesis dilakukan menggunakan jarum 75 mm , 16-gauge, terpasang melalui stopcock 3-way dengan jarum suntik
30 atau 50 mL.
Tempat penusukan perikardium melalui sudut xiphocostal kanan atau kiri
atau dari ujung
prosesus xiphoideus dengan jarum diarahkan ke dalam, ke atas, dan dekat dengan dinding dada. Jarum yang masuk ditarik
dengan konstan sampai masuk ke rongga perikardial.18
2. Antikoagulan
Pemberian antikoagulan dihindarkan sampai efusi teratasi. 6 Jika pasien dalam terapi
kronik antikoagulan oral, dapat digunakan heparin, karena efeknya yang dapat cepat
menghilang.3
3. Efusi yang besar dapat berespon baik dengan pemberian NSAID, kortikosteroid, atau
kolkisin.3
2. Tamponade Jantung
Tamponade jantung adalah fase dekompensasi dari kompresi jantung yang disebabkan oleh
akumulasi efusi dan peningkatan tekanan intraperikardial.7 Tamponade jantung merupakan
hal yang mengancam nyawa.19
Etiologi:
Etiologi yang menyebabkan perikarditis akut, dapat menyebabkan tamponade, namun
penyebab yang paling sering adalah neoplasma, virus, perikarditis uremikum.3
Presentasi Klinis:
Angiografi RV/LV
Angiografi koroner
Computer tomography
Patofisiologi
Cairan perikardial yang banyak akan menyebabkan jantung terkompresi. Tekanan
diastolik pada semua ruang menjadi tinggi dan sama dengan tekanan intraperikardial. Hal ini
akan mengakibatkan ruang jantung tidak dapat mengakomodasi aliran balik vena, maka
tekanan vena pulmonar dan sistemik meningkat.2,19 Penurunan pengisian ventrikel saat diastol
mengakibatkan penurunan sistolik isi sekuncup dan menyebabkan penurunan curah jantung
(cardiac output).3,6
Terapi:7
1.
2. Pasien dengan dehidrasi atau hipovolemia memerlukan cairan intravena untuk meningkatkan
pengisian ventrikel.
3. Penatalaksanaan harus berdasarkan etiologi yang mendasari.
4. Pembedahan dilakukan hanya pada pasien dengan efusi yang besar dan kronis (dengan atau
tanpa simtom), dimana perikardiosintesis atau terapi intraperikardial tidak berhasil.
Kolaps jantung kanan saat diastol yang ditemukan dengan ekokardiografi, tidak
memerlukan perikardiosentesis emergensi jika tidak adanya bukti klinis tamponade. Sebagai
contoh pada kasus efusi perikardial nontraumatik dengan kolaps jantung kanan jika tekanan
darah stabil (sistolik >110 mm Hg) tanpa pulsus paradoksus ( <10 mmHg variasi tekanan
sistolik pada pernafasan).1
Namun demikian, pasien harus diobservasi dengan hati-hati karena penambahan sedikit
cairan
saja
ekokardiografi
dapat
menyebabkan
telah terbukti
tamponade. Perikardiosentesis
merupakan prosedur
yang
dengan
panduan
Struktur dan fungsi miokardium umumnya normal, maka fungsi sistolik tetap normal.2
Fungsi diastolik sangat terganggu karena proses konstriktif. Saat diastolik, ventrikel
mengembang dengan normal, dan terjadi pengisian cepat karena peningkatan tekanan
pulmonal dan sistemik. Saat ventrikel mencapai batas dari perikardium yang kaku, maka
terjadi peningkatan tekanan ventrikel secara tiba tiba, sehingga terjadi penghentian pengisian
diastolik secara tiba tiba.2
-
Akibatnya, pengisian ventrikel hampir semua terjadi saat fase kedua (pengisian awal),
dengan tambahan yang sedikit pada fase ke-3 (diastasis), dan ke-4 (sistol atrium).8
Penurunan curah jantung merupakan hasil dari pengisian ventrikel yang abnormal dan
menyebabkan cepat lelah dan penurunan berat badan. 2
Gejala Klinis:2,8
Gejala awal berupa keluhan yang tidak spesifik, seperti malaise, lelah.
Sesuai dengan berkembangnya penyakit, gejala berhubungan dengan kongesti sistemik dan
penurunan curah jantung, seperti asites, edema perifer, dan menurunnya toleransi latihan.
Gejala dan tanda karena peningkatan tekanan vena pulmonal meliputi dispnea saat aktifitas,
batuk, dan ortopnea pada penyakit yang progresif.
Pemeriksaan Fisik:2,5,8
Gambaran y desenden yang menonjol, hal ini disebabkan oleh pengisian ventrikel yang
cepat saat diastolik awal.
Tanda Kussmaul.
suara jantung yang melemah (muffled), yang diakibatkan menurunnya transmisi melalui
perikardium yang tebal.
Suara S1 yang lemah (soft), karena katup mitral dan katup trikuspid yang berdekatan saat
diastolik akhir
Pericardial knock, yang merupakan akibat penghentian pengisian diastolik secara tiba tiba
yang terjadi karena relaksasi ventrikel dihalangi oleh perikardium yang kaku (rigid)
3.
Pada pemeriksaan pulmonal, bisa didapatkan suara paru yang melemah pada basis yang
diakibatkan oleh adanya efusi pleura.
4.
Pada pemeriksaan abdomen, terdapat tanda gagal jantung kanan seperti hepatomegali,
splenomegali, saat penyakit menjadi lebih parah, kongesti hepar memburuk dan
menyebabkan asites, anasarka, dan jaundice akibat kardiak sirosis.
Pemeriksaan Penunjang:
1. Elektrokardiogram
Tidak ada gambaran EKG yang spesifik. Abnormalitas gelombang T yang nonspesifik dan
penurunan voltase dapat ditemui. Fibrilasi atrial terdapat pada banyak pasien.2,8
2. Foto toraks
Gambaran jantung normal atau dapat sedikit membesar, karena bersamaan dengan
terjadinya efusi perikardial. Kalsifikasi perikardial terlihat pada minoritas pasien dan harus
dicurigai adanya perikarditis tuberkulosa, namun kalsifikasi saja bukan merupakan tanda
diagnostik fisiologi konstriktif.
Septal bounce, dikarenakan penghentian tiba tiba dari pergerakan septum saat pengisian
jantung terhenti tiba tiba karena perikardium yang kaku (rigid).
Ventricular interdependence, hal ini karena adanya ruang yang tetap (fixed) saat pengisian
jantung. Pada inspirasi, pengisian pada ventrikel kanan membuat septum bergerak ke arah
kiri, sedangkan pada ekspirasi, penambahan volume ke ventrikel kiri menyebabkan septum
ke arah kanan.
Dilatasi vena kava inferior dan tidak kolaps, karena meningkatnya tekanan jantung kanan.
4. Computed Tomography dan Magnetic Resonance Imaging
Computed tomography menyediakan gambaran detail perikardium dan berguna untuk
mendeteksi kalsifikasi perikardial, bahkan yang hanya sedikit. Pemeriksaan MRI merupakan
pemeriksaan yang lebih detail dan komprehensif pada perikardium, tanpa kebutuhan kontras
iodin atau radiasi iodin, namun kurang sensitif untuk mendeteksi kalsifikasi dibandingkan
CT. 2
5. Kateterisasi Jantung 2,6,7
Adanya elevasi dan ekualisasi tekanan diastolik pada semua ruang jantung
Gambaran dip and plateu saat diastolik awal pada ventrikel kanan dan kiri, hal ini terjadi
karena adanya aliran darah ke ventrikel saat diastolik awal, diikuti dengan penghentian yang
tiba tiba karena ekspansi ventrikel terhenti oleh perikardium yang kaku.
Saat siklus respirasi, adanya perpecahan (diskordans) antara tekanan sistolik ventrikel kanan
dan ventrikel kiri, dimana tekanan sistolik ventrikel kanan meningkat saat inspirasi,
sedangkan tekanan ventrikel kiri menurun.
Penatalaksanaan:2,8
1. Terapi medis.
-
Pasien dengan NYHA kelas I dapat diterapi dengan diuretik dan diet rendah garam.
Terapi medis diperlukan pada pasien dengan penyakit komorbid yang berat, yang membatasi
ekspektasi hidup dan atau mempunyai resiko tinggi jika dilakukan operasi
2. Terapi bedah
-
Pilihannya adalah perikardiektomi. Lebih dari 90% pasien mempunyai perbaikan simtom
setelah dilakukan prosedur tersebut.
Perbedaan Perikarditis Konstriktif dari Kardiomiopati Restriktif
Membedakan perikarditis konstriktif dan kardiomiopati restriktif merupakan hal yang
sangat penting, karena penatalaksanaannya sangat berbeda. Hal ini dapat dilihat pada tabel
berikut.
Biasanya ada
Ekokardiogram/Doppler7
Miokardial LV
Normal
Pembesaran atrium +/Restriktif
>25 %
>8 cm/s
Miokardial Sparkling
amiloid
Pembesaran atrium
Restriktif
<20 %
<8 cm/s
<200 pg/mL
>600 pg/mL
Prominen
<50 mmHg
0
Variabel
>60 mmHg
5 mmHg
Ukuran atrium
Pola aliran mitral
Variasi gelombang E pada respirasi
Kecepatan diastolik anulus mitral
Biomarker7
B-type natriuretic peptide
Hemodinamik7
Y descent
Tekanan sistolik arteri pulmonal
Tekanan PCW-RA
S3 (low pitched)
<2 mm
pada
Ada
Tidak ada
Ya (25-30% pasien)
Tidak ada
Ya
Variasi berlebihan
Tidak
Normal
Ya
Jarang
Sering
Diskordan:ventrikel kiri
ventrikel kanan
Normal
Konkordan:
ventrikel
kiri
ventrikel kanan
Tidak normal (misanya amyloid)
4.
Perikarditis efusif-konstriktif
Pasien dengan penyakit perikardial mempunyai sindrom kombinasi yang terdiri dari
efusi/tamponade dan konstriksi, yang pada awalnya bersifat sub akut.
Gambaran efusi
Ringkasan
Penyakit perikardial meliputi: perikarditis akut, perikardial tamponade, perikardial
konstriktif, dan perikarditis efusif konstriktif. Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang dan observasi hemodinamik diperlukan dalam menegakkan diagnosis dan
tatalaksana penyakit perikardial. Banyak pasien biasanya merupakan campuran efusi dan
konstriksi dan dapat berubah dengan berjalannya waktu sesuai dengan berkembangnya
gejala. Diagnosis memerlukan pemeriksaan cairan perikardial dan biopsi, jika etiologinya
tidak jelas.
DAFTAR PUSTAKA
1. Little WC, Freeman GL. Pericardial disease. Circulation 2006;113;1622-32
2.
LeWinter MM. Pericardial diseases. Dalam: Zipes, Libby, Bonow, Braunwald, editors.
Braunwalds heart disease a textbook of cardiovascular medicine. Edisi ke-8. Philadelphia:
Elsevier saunders; 2008. h. 1829-51.
3. Hoit BD. Pericardial diseases. Dalam: Fuster, Walsh, ORourke, editors. Hursts: The Heart.
Edisi ke-12. Mc Graw Hill; 2008. h.1951-74.
4.
Medscape.2009
(diunduh
24
September
2010).
Tersedia
dari
http://www.nature.com/nrcardio/journal/v6/n12/full/nrcardio.2009.185.html
5. Lange R, Hillis DL. Acute Pericarditis. N Engl J Med 2004 (diunduh 25 September 2010);
351:2195-202. Tersedia dari: http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMcp041997
6. Lily SL, Ramos Y. Diseases of the pericardium. Dalam: Lily SL, editor. Patophysiology of
heart disease. Edisi ke-4. Lippincott Williams & Wilkins; 2007. h. 334-48.
7. Maisch B, Seferovic PM, Ristic AD, Erbel R, Rienmuller R, Adler Y, et al. Guidelines on the
diagnosis and management of pericardial diseases. Eur Heart J. 2004 (diunduh 15 September
2010). Tersedia dari: http://eurheartj.oxfordjournals.org/content/25/7/587.full
8. Kwon HD. Pericardial disease. Dalam: Brian PG, Eric JT, editors. Manual of cardiovascular
medicine. Edisi ke-3. Lippincot williams & wilkins; 2009. h. 393-414
http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMoa035630
11. Imazio M, Cecchi E, Demichelis B, Ierna S, Demarie D, Ghisio A,et al. Pericardial disease.
Circ aha journals 2007 (diunduh 23 September 2010);115:2739-44. Tersedia dari :
http://circ.ahajournals.org/cgi/content/full/115/21/2739
12. Krainin FM,
Chandrasekhar,
AJ.
Chest
X-ray
atlas.
2002.
Tersedia
dari:
http://www.meddean.luc.edu/lumen/meded/medicine/pulmonar/cxr/atlas/cxratlas_f.htm
15. Jacob R, Grimm RA . 2010. Tersedia dari: http://www.clevelandclinicmeded.com/
medicalpubs/diseasemanagement/cardiology/pericardial-disease/#cetable3
16. Meyers DG, Meyers RE, Prendergast TW. The usefulness of diagnostic tests on
pericardial fluid. Chest. 111: 1997; 1213-21.
17. Hoit BD. Management of effusive and constrictive pericardial heart disease. Circulation.
2002;105:2939 42.
18. Hoit BD. Cardiovascular disorders: Merck manual professional. September 2006.
19. Spodick HD. Acute cardiac tamponade. N Engl J Med. 2003 (diunduh 22 September 2010);
349:684-90. Tersedia dari URL: http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMra022643
20. Tsang TS, Enriquez-Sarano M, Freeman WK, Barnes ME, Sinak LJ, Gersh BJ, et al.
Consecutive 1127 therapeutic echocardiographically guided pericardiocenteses: clinical
profile, practice patterns, and outcomes spanning 21 years. Mayo Clin Proc. 2002;77:42936.
21. Elamin FW, Hannan K. Pericardial cyst. Cases journal. 2008 (diunduh 22 September 2010).
Tersedia dari: http://casesjournal.com/content/1/1/26