Anda di halaman 1dari 27

VENTRIKEL SEPTUM DEFEK

KELOMPOK IV
Achmad sopian sory2 JEK 12.002
Anjar setiadi
12.006
Intan karina
12.015
Intan meilanda sari
12.016
Irma Maesyaroh 12.017
Wahyu oni kurniawan
12.036

VENTRIKEL SEPTUM DEFEK


A. DEFINISI
Defek Septum Ventrikel adalah
kelainan jantung bawaan berupa lubang
pada septum interventrikuler, lubang
tersebut hanya satu atau lebih yang
terjadi akibat kegagalan fungsi septum
interventrikuler semasa janin dalam
kandungan. Sehingga darah bisa mengalir
dari ventrikel kiri ke kanan ataupun
sebaliknya.

B. KLASIFIKASI
Klasifikasi Defek Septum
Ventrikel berdasarkan kelainan
Hemodinamik

1.

Defek kecil dengan tahanan paru normal


Defek sedang dengan tahahan vaskuler
paru normal
Defek besar dengan hipertensi pulmonal
hiperkinetik
Defek besar dengan penyakit
obstruksivaskuler paru

2. Klasifikasi Defek Septum


Ventrikel berdasarkan letak
anatomis
Defek

didaerah pars membranasea septum,


yang disebut defek membran atau lebih baik
perimembran (karena hampir selalu mengenai
jaringan di sekitarnya). Berdasarkan perluasan
(ekstensi) defeknya, defek peri membran ini
dibagi lagi menjadi yang dengan perluasan ke
outlet, dengan perluasan ke inlet, dan defek
peri membran dengan perluasan ke daerah
trabekuler.
Defek muskuler, yang dapat dibagi lagi
menjadi : defek muskuler inlet, defek muskuler
outlet dan defek muskuler trabekuler.

Defek subarterial, terletak tepat dibawah


kedua katup aorta dan arteri pulmonalis, karena
itu disebut pula doubly committed subarterial
VSD. Defek ini dahulu disebut defek
suprakristal, karena letaknya diatas
supraventrikularis. Yang terpenting pada defek
ini adalah bahwa katup aorta dan katup arteri
pulmonalis terletak pada ketinggian yang sama,
dengan defek septum ventrikel tepat berada di
bawah katup tersebut. (dalam keadaan normal
katup pulmonal lebih tinggi daripada katup
aorta, sehingga pada defek perimembran
lubang terletak tepat di bawah katup aorta
namun jauh dari katup pulmonal)

C. ETIOLOGI

Lebih dari 90% kasus penyakit jantung


bawaan penyebabnya adalah multifaktor.
Faktor yang berpengaruh adalah :
1. Faktor eksogen : ibu mengkonsumsi
beberapa jenis obat penenang dan jamu.
Penyakit ibu (penderita rubella, ibu menderita
IDDM) dan Ibu hamil dengan alkoholik.
2. Faktor endogen : penyakit genetik
(Sindrom Down), anak yang lahir sebelumnya
menderita PJB, ayah dan ibu menderita PJB
dan lahir dengan kelainan bawaan yang lain.

D.

GAMBARAN KLINIS

1. VDS Kecil
a. Biasanya asimtomatik
b. Defek kecil 5 10 mm
c. Tidak ada gangguan tumbang
d. Bunyi jantung normal, kadang
ditemukan bising pansistolik yang
menjalar keseluruh tubuh prekardium
dan berakhir pada waktu diastolik
karena terjadi penurunan VSD

2. VSD Sedang
a. Sesak nafas pada saat aktivitas
b. Defek 5 10 mm
c. BB sukar naik sehingga
tumbang terganggu
d. Takipnoe
e. Retraksi
f. Bentuk dada normal
g. Bising pansistolik

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Auskultasi

jantung : mur-mur pansistolik


keras dan kasar , umumnya paling jelas
terdengar pada tepi kiri bawah sternum
Pantau tekanan darah
Foto rontgen toraks : hipertrofi ventrikel
kiri
Elektrocardiografi
Echocardiogram : hipertrofi ventrikel kiri
MRI

E. KOMPLIKASI

Gagal

jantung
Endokarditis
Insufisiensi aorta
Stenosis pulmonal
Hipertensi pulmonal (penyakit
pembuluh darah paru yang progresif)

F.PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Pembedahan :
menutup defek dengan dijahit melalui
cardiopulmonary bypass
pembedahan Pulmonal Arteri Bunding
(PAB) atau penutupan defek untuk
mengurangi aliran ke paru.
2. Non pembedahan : menutup defek
dengan alat melalui kateterisasi jantung

Pemberian vasopresor atau


vasodilator
1.Dopamin ( intropin )
Memiliki efek inotropik positif pada miocard,
menyebabkan peningkatan curah jantung dan
peningkatan tekanan sistolik serta tekanan nadi ,
sedikit sekali atau tidak ada efeknya pada tekanan
diastolik ;digunakan untuk gangguan hemodinamika
yang disebabkan bedah jantung terbuka (dosis diatur
untuk mempertahankan tekanan darah dan perfusi
ginjal)
2.Isopreterenol ( isuprel )
Memiliki efek inotropik positif pada miocard,
menyebabkan peningkatan curah jantung :
menurunan tekanan diastolik dan tekanan rata-rata
sambil meningkatkan tekanan sisitolik.

1. Pre Operative Testing:

Heart / Cardiac Cateterisation


Pulmonary Function Test
Arterial Blood Gases
ECG

2. Incisi :
Median Sternotomy
Thoracotomy
Extracorporeal Circulation : Alat
pengganti sementara kerja jantung

Fisioterapi Sebelum operasi


Problem yang mungkin terjadi:
Tanda-tanda vital: HR > 80/min, RR> 20/min BP: <80/60
>120/90 mmHg
Gangguan jalan nafas Seperti adanya sputum.
Ventilasi rendah a. Bentuk thorak (barel chest, dada
burung). b. Gerakan nafas (ritmis cepat, tidak ritmis
antara cepat dan dalam) c. Terbatasnya ROM thorak
Gangguan sirkulasi: Cyanosis saat aktivitas ringan
sampai sedang.
Sesak nafas (ventilasi rendah )
Gangguan gerak dan fungsi
Pengetahuan tentang penyakitnya dan kesehatan
kurang. Tidak tahu tentang penyakitnya,rencana
operasinya, apa yang harus dipersiapkan dan Tidak tahu
apa yang harus dilakukan setelah operasi.

Assesment

Anamnesa.:Jam ,Tanggal, bulan th


pemeriksaan, identitas Pasien. Riwayat
keluhan, faktor dan yang mengurangi keluan,
Lingkungan, Sosial dan Pekerjaan.
Examination : 1. Tanda-tanda vital.a. HR 1).
Palpasi nadi radialis. 2). Auskultasi jantung. 3).
Membaca monitor EKG, Pulse oxi meter. 4).
Hitung frekwensi dan irama jantung, 5) Pola
pernafasan. a. BP lebih rendah dari 80/60
mmHg atau lebih tinggi 120/90 mmHg. b. RR
> 20/min atau <10.

Gangguan jalan nafas Seperti adanya


sputum, betuk sangkar thorak dan
gerakan pernapasan
Gangguan sirkulasi. Cyanosis saat
aktivitas ringan sampai sedang. a.
Inspeksi warna kulit pucat . b. Periksa
hasil Lab : Hb kurang dari 10, Lihat
Analisa gas darah

TUJUAN
Persiapan operasi
a. Meningkatkan kemampuan paru. Tingkatkan
ventilasi, kebersihan jalan nafas, cara batuk efektif,
cara nafas dalam, cara menahan daerah operasi saat
bernafas atau batuk agar tidak sakit.dan manfaat
latihan.
b. Peningkatan pengetahuan tentang penyakitnya,
singkat operasi, apa yang harus dilakukan sebelum
dan sesudah operasi meningkat.
c. Kurangi rasa takut, cemas , gelisah , tidak
nyaman & aman.

Rencana Fisioterapi
Meningkatkan kemampuan paru denganmelatih/
mengajarkan:
1). Pengaturan posisi yang menguntungkan dan efisien. 2).
Deep , Pursed lips , lokal , diaprahgmatik breathing. 3).
Latihan batuk efektif. 4). Pemberian tahanan saat batuk dan
nafas pada daerah operasi.
Dosis:
1. Frekuensi tiap hari.2. Intensitas HR naik 10-20 dari rest.3.
Time ((Waktu) 5- 15 menit.4. Tipe : Posisioning, bantuan
nafas, latihan aerobik dll.5. Repetisi: Satuan/min(irama
normal). Repetisi breathing 12-20/menit
Mobilisasi torak
Edukasi : Tentang penyakit, tehnik operasi, yang harus
dilakukan sebelum /sesudah ops serta yang tidak boleh
dilakukan

Problem Post bedah


1. Sputum yang bertambah.
2. Penurunan fungsi paru dan jantung.
3. Gerakan nafas dan fungsi nafas.terganggu.
4. Ventilasi thorak menurun.
5. Gerakan sendi thorak menurun.
6. Gelisah,cemas, takut bergerak atau bernafas bebas
bahkan merasa tidak aman.
7. Pengetahuan latihan yang menurun, yang
memperberat dan memperingan keluan.
8. Kemampuan aktivitas : Self care, self dreesing, ADL
menurun.
9. Komplikasi : a). Gagal nafas, insulfisiensi b). cardiac
arest , c). Aritmia, d. Infeksi. d). Gagal ginjal. e).
Penurunan fungsi syaraf. f). TIA. g). Emboli paru/
pembuluh darah. h). Tidak stabilnya tulang sternum

Rencana Fisioterapi Post bedah

Tahap I. Masa akut hari ke dua


sampai 5.
Tahap II. Masa penyembuhan 5 s/d 14
hari.
Tahap III. Masa dirumah 15 2
bulan).
Tahap IV. Masa pemeliharaan dan
penyesuaian kerja. Setelah 2 bulan.

Fase/Tahap I di ICCU (ICU)

Bebaskan jalan nafas. Bersihkan dari


sputum dengan suction atau posisikan semi
ektensi dan rotasi leher, bila mungkin
pengasatan dan latihan batuk dengan
menahan daerah sakit. Dilakukan pada hari
kedua setelah ops
Lakukan pasif movement dari sendi
proksimal baru distal dan usahakan banyak
sendi bergerak.Sedangkan latihan aktif
dimulai dari distal baru sendi proksimal. Bila
latihan nafas dari diaprahgmatik breathing
baru segmental

Menyesuaikan aktivitas dengan


kemampuan fungsi paru dan jantung.Bila
diberikan latihan breathing nadi naik tidak
lebih 20 dari nadi awal pada hari ke dua
sudah boleh duduk, lakukan gerak dinamik
dan mulai dari distal menuju proksimal
dengan metode 10 macam gerakan
masing- masing lima gerakan.Latihan
dihentikan apabila:
1). Ada aritmia lebih dari 6 x /min.
2). Tanda vital mencapai target,
3). Ada keluhan didukung tanda vital

Melatih mobilisasi : Pada hari ke 3


sudah boleh dudu bahkan bila target
belum ada gangguan sudah boleh
berdiri dengan bantuan.
Berikan bantuan suport agar pasien
perjaya diri, tampa mengabaikan
keluan sakit
Edukasi tentang yang yang
memperingan dan memperberat
kondisinya

Fase II

Bentuk pada Phase I dapat dipakai,


Tingkatkan ke phase II secara progresif dengan
dosis phase II.
Modivikasi bentuk latihan misalnya latihan deep
breathing dengan jumlah latihan nafas ditambah
atau ripitasi latihan lebih sedikit atau lebih dalam
dengan ekspirasi lebih lama
Jumlah gerakan sendi ditingkatkan dan
perhatikan prinsif bernafas jangan menimbulkan
latihan dengan menahan nafas. Pada prinsipnya
semua gerakan yang menimbulkan kompresi
thorak disertai ekspirasi dan gerakan yang
mingkatkan ventilasi disertai inspirasi.

Fase III

.Latihan di klinik 3 x seminggu untuk latihan bersama,


sesama kundisi bedah jantung untuk lebih percaya diri
Didik untuk dapat memahami latihan dengan benar dan
dilakukan dengan baik.
Latihan disesuaikan dengan aktivitas kerjanya dan dosis
latihan lihat kolom diatas serta. Hindarkan faktor
pemberat dan lakukan yang memperbaiki kondisi fisik
dengan teratur dan terukur.
Atur jadwal latian dan anjurkan masuk kelompok senam
jantung.datang.
Didik latihan aerobik yang benar, teratur, terukur.
Hindarkan emosional pengin cepat kuat kembali dengan
latihan over dosis, bahaya lebih besar dan sangat fatal

Fase IV

Phase setelah dua bulan dirumah atau


masa pemeliharaan
Dalam kelompok ini dibedakan tiga tahap
terutama bedah jantung koroner, karena
untuk bedah jantung bawaan biasanya
anak berkembang sesuai pertumbuhanya.
Kelompok I. Kelompok kemampuannya
baik dan memeng sudah terlatih
Kelompok II. Kelompok kemapuan sedang
karena baru pulang rawat.

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai