Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan baik. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam
makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Terima kasih
Penulis
i
Daftar Isi
Kata pengantar
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Simpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2.4 Bagaimana penatalaksanaan dari prematuritas?
1.3 Tujuan
Tujuan umum dalam pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang
asuhan keperawatan dari prematuritas.
1.4 Manfaat
Manfaat yang bisa didapatkan penulis dalam pembuatan makalah ini adalah
penulis mendapat wawasan pengetahuan tentang prematuritas.
Bagi instansi bisa menjadikan makalah ini sebagai referensi dan untuk
menambah wawasan tentang prematuritas.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Menurut definisi WHO, bayi premature adalah bayi lahir hidup sebelum usia
kehamilan minggu ke 37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). Bayi
premature atau bayi preterm adalah bayi yang berumur kehamilan 37 minggu
tanpa memperhatikan berat badan, sebagian besar bayi premature lahir dengan
berat badan kurang daari 2500 gram (Surasmi,dkk,2003).
2.2 Etiologi
1. Umur ibu
Usia ibu saat melahirkan merupakan salah satu faktor resiko kematian
perinatal, dalam kurun waktu reproduksi sehat diketahui bahwa usia aman
untuk kehamilan dan persalinan adalah 20 - 35 tahun (Depkes RI, 2009).
Usia wanita mempengaruhi resiko kehamilan. Anak perempuan berusia
kurang dari 20 dan rentan terhadap terjadinya preeklamsi (suatu keadaan
yang ditandai dengan tekanan darah tinggi, kenaikan berat badan, edema dan
terdapat proteinuria) dan eklamsi (kejang akibat preeklamsi). Mereka juga
lebih mungkin melahirkan prematur atau bayi dengan berat badan rendah
atau bayi kurang gizi. Wanita yang berusia 35 tahun atau lebih, rentan
terhadap tekanan darah tinggi, preeklamsi dan eklamsia, perdarahan
antepartum (plasenta previa, solusio plasenta) diabetes atau fibroid di dalam
1
rahim serta lebih rentan terhadap gangguan persalinan sehingga mudah
terjadi partus prematur (Dardiantoro, 2007).
Kurun waktu reproduksi sehat adalah usia 20 - 35 tahun usia kurang dari 20
tahun atau lebih dari 35 tahun meningkatkan risiko terjadinya komplikasi
dalam kehamilan salah satunya solusio plasenta. Pada solusio plasenta
komplikasi pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas
dan lama berlangsungnya, komplikasi yang dapat terjadi ialah perdarahan,
kelainan pembekuan darah, oliguria dan gawat janin sampai kematiannya
sehingga pada solusio plasenta akan merangsang untuk terjadi persalinan
prematur, perdarahan antepartum pada solusio plasenta hampir tidak dapat
dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera (Wiknjosastro,
2007).
Ibu yang jarak kehamilannya saat ini dengan sebelumnya antara 18-24 bulan
berisiko 3,07 kali untuk melahirkan prematur dibandingkan ibu yang jarak
kehamilannya >24 bulan. Pada ibu yang jarak kehamilan saat ini dengan
sebelumnya<18 bulan berisiko 2,56 kali untuk melahirkan prematur
dibandingkan dengan ibu yang jarak kehamilannya >24 bulan.(Irmawati,
2010).
2
kecenderungan dari tenaga kesehatan yang menolong persalinan untuk
segera mengakhiri kehamilan jika seorang ibu hamil mengalami preeklamsia
walaupun usia kehamilan ibu belum memasuki usia aterm dalam upaya
untuk menyelamatkan ibu (Saifuddin, 2009).
4. Kurang Gizi
Selama proses kehamilan bayi sangat membutuhkan zat zat penting yang
hanya dapat dipenuhi dari ibu. Kurang gizi akan menimbulkan banyak
komplikasi yang dapat berakibat fatal pada kehamilan (Sulistyawati, 2009).
Zat gizi yang tidak mencukupi diyakini dapat mengganggu pertumbuhan
janin. Ibu dan janin dengan gizi kurang dapat mengalami stres dan berakhir
dengan persalinan prematur (Krisnadi et al, 2009).
5. Anemia
6. Infeksi
3
2.2.2 Faktor Kehamilan
1. Pendarahan Antepartum
2. Hidroamnion
4
dari trias preeklamsia yaitu kenaikan berat badan sampai oedema, kenaikan
tekanan darah dan terdapat proteinuria, kelanjutan preeklamsia berat menjadi
eklamsia dengan tambahan gejala kejang-kejang dan atau koma. Diagnosis
preeklamsia dan eklamsia penyebab kematian bayi antara 45% sampai 50%
adalah asfiksia dan persalinan prematur (Wiknjosastro, 2007).
2. Merokok
Ibu hamil yang merokok akan mengakibatkan bayi kekurangan oksigen dan
racun yang dihisap melalui rokok dapat ditransfer melalui plasenta ke dalam
tubuh bayi. Proses tersebut dapat menyebabkan gangguan pada pemenuhan
kebutuhan nutrisi janin dalam kandungan. Salah satu akibat yang
ditimbulkan dari kondisi tersebut adalah risiko terjadinya persalinan
prematur yang meningkat (Sulistyawati, 2009).
Pekerjaan yang terlalu berat pada ibu hamil akan dapat menimbulkan
kontraksi rahim yang dapat memicu terjadinya persalinan (Sulistyawati,
5
2009). Jika usia kehamilan belum mencapai usia aterm, maka dapat
berakibat pada terjadinya persalinan prematur. Jam kerja yang panjang dan
kerja fisik yang berat pada ibu hamil dapat meningkatkan risiko kelahiran
kurang bulan (Cunningham et al, 2013). Kejadian persalinan prematur lebih
rendah pada ibu hamil yang bukan pekerja dibandingkan dengan ibu pekerja
yang hamil. Pekerjaan ibu dapat meningkatkan kejadian persalina prematur
baik melalui kelelahan fisik atau stres yang timbul akibat pekerjaannya
(Krisnadi et al, 2009).
1. Gemelli
2.3 Patofisiologi
1. Manuaba (2008: 264) menjelaskan bahwa stress dapat terjadi pada ibu dan
janin. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi stress pada ibu yaitu tingkat
sosial ekonomi yang rendah, anemia, gizi kurang, hamil tua tetap kerja,
infeksi, grandemultipara, atau jarak hamil yang pendek yang dapat
meningkatkan stress pada ibu sehingga meningkatkan hormon prostaglandin
yang dapat menyebabkan uterus mudah terangsang untuk berkontraksi
(irritable) dan menyebabkan perubahan serviks (serviks menjadi lunak)
sehingga meningkatkan hormon oksitosin yang akhirnya menyebabkan
kontraksi uterus dan mengakibatkan ketuban pecah spontan sehingga terjadi
persalinan prematur.
6
perdarahan. Beberapa faktor tersebut menyebabkan stress pada janin yang
merangsang hipotalamus melepas hormon Corticotropin Releasing Hormone
(CRH) yang kemudian CRH akan merangsang hipofisis anterior melepas
hormon 21adrenokortikotropin (ACTH). ACTH akan bersekresi menjadi
dehidroepiandrosteron sulfat (DHEAS) dan kortisol. DHEAS kemudian
masuk ke hati, sedangkan kortisol akan merangsang CRH plasenta. CRH
plasenta ada dan ditambah dengan adanya CRH janin, maka akan merangsang
hormon prostaglandin E (PGE2/ PGF2a) yang menyebabkan kotraksi uterus
sehingga mengakibatkan ketuban pecahspontan dan terjadi persalinan
prematur.
3. Faktor kedua prematuritas menurut Norwitz (2007: 54) yaitu infeksi. Infeksi
bisa disebabkan oleh beberapa hal. Misalnya ketuban pecah dini (KPD), ibu
hamil dengan penyakit akut (tifus abdominalis atau malaria), ibu dengan
infeksi (rubeolla, toksoplasmosis), ibu yang mempunyai tumor (mioma uteri,
sistoma). Faktor-faktor tersebut dapat merangsang hormon sitokin sebagai
respon terhadap stimulus sistem imun yang kemudian merangsang CRH
plasenta dan mengakibatkan timbulnya hormon PGE2 yang kemudian
mengakibatkan kontraksi uterus, lalu menyebabkan ketuban pecah spontan
dan terjadi persalinan prematur.
7
Factor yang mempengaruhi: Factor yang Factor yang Factor yang
Factor yang mempengaruhi:
mempengaruhi: mempengaruhi: mempengaruhi:
1. Social ekonomi rendah
1. Grande multipara
1.Hipoksia karena 1.Ketuban pecah 1.Trauma masa
2. Anemia insufiensi plasenta kehamilan 2. Hamil<20 tahun
2.Ibu hamil dengan
atau >35 tahun
3. Gizi kurang 2.Infeksi penyakit akut 2.Solusio
plasenta 3. Uterus bikornis
4. infeksi 3.perdarahan 3.Ibu dengan
infeksi 4. Polihidramnion
5. hamil tua tetap kerja
5. Hamil kembar
6. grande multipara Stress janin perdarahan
infeksi
7. jarak hamil pendek
regangan
Hipotalamus
thrombin PGE2 (PGF2a)
melepas CRH sitokin
Stress ibu
Oksitosin meningkat
CRH masuk ke
hipofisis interior CRH
prostaglandin plasenta
Melepas ACTH
Uterus irritable PGE2 (PGF2a)
ACTH masuk ke
Oksitosin intern kelenjar adrenal
meningkat
DHEAS kortisol
CRH plasenta
PGE2 (PGF2a)
kontraksi
Ketuban pecah
spontan
Persalinan premature
(bayi premature) 8
2.4 Penatalaksanaan
2.4.1 Penatalaksanaan pada Bayi Prematur Menurut Rukiyah & Yulianti (2012),
beberapa penatalaksanaan atau penanganan yang dapat diberikan pada bayi
prematur adalah sebagai berikut:
2. Mencegah infeksi dengan ketat. Bayi prematur sangat rentan dengan infeksi,
perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan
sebelum memegang bayi.
5. Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan bersih serta
pertahankan suhu tetap hangat.
10
2.5 Asuhan Keperawatan
2. Kardiovaskular
3. Gastrointestinal
4. Integumen
Pada bayi prematur kulit berwarna merah muda atau merah, kekuning-
kuningan, sianosis, atau campuran bermacam warna, sedikit vernix
caseosa dengan rambut lanugo di sekujur tubuh, kulit tampak
transparan, halus dan mengkilap, edema yang menyeluruh atau pada
bagian tertentu yang terjadi pada saat kelahiran, kuku pendek belum
melewati ujung jari, rambut jarang atau bahkan tidak ada sama sekali,
terdapat petekie atau ekimosis.
12
2) Menentukan tekstur dan turgor kulit apakah kering, halus, atau
bernoda.
5. Muskuloskeletal
6. Neurologis
Pada bayi prematur reflek dan gerakan pada tes neurologis tampak
resisten dan gerak reflek hanya berkembang sebagian. Reflek menelan,
mengisap dan batuk masih lemah atau tidak efektif, tidak ada atau
menurunnya tanda neurologis, mata biasanya tertutup atau mengatup
apabila umur kehamilan belum mencapai 25-26 minggu, suhu tubuh
tidak stabil atau biasanya hipotermi, gemetar, kejang dan mata
berputarputar yang bersifat sementara tapi bisa mengindikasikan adanya
kelainan neurologis.
13
7. Pernapasan
8. Perkemihan
9. Reproduksi
14
Pada bayi perempuan klitoris menonjol dengan labia mayora yang
belum berkembang atau belum menutupi labia minora. Pada bayi
lakilaki skrotum belum berkembang sempurna dengan ruga yang kecil
dan testis belum turun ke dalam skrotum.
Tujuan :
Kriteria Hasil :
1) Suara nafas bersih, tidak ada sianosis, tidak ada dispneu, bayi
mampu bernapas dengan mudah.
Suhu : 36,6˚C-37,2˚C
Intervensi :
1. Airway Management
2. Oxygen Therapy
Tujuan :
16
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam termoregulasi
bayi menjadi seimbang.
Kriteria Hasil:
Suhu : 36,6˚C-37,2˚C
3) Hidrasi adekuat.56
4) Tidak menggigil.
Intervensi :
17
10) Gunakan matras sejuk dan mandikan bayi dengan air hangat untuk
menyesuaikan dengan suhu tubuh dengan tepat.
1. Bantuan penapasan.
3. Pencegahan infeksi.
5. Penghematan energi.
6. Perawatan kulit.
7. Pemberian obat.
Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang
dilakukan dengan mengevaluasi selama proses perawatan berlangsung
18
(evaluasi proses) dan kegiatan melakukan evaluasi dengan target tujuan
yang diharapkan (evaluasi hasil).
Fokus pada evaluasi ini adalah aktivitas dari proses keperawatan dan
hasil kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Evaluasi ini harus
dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan
diimplementasikan untuk membantu menilai efektifitas intervensi
tersebut.
BAB III
PENUTUP
19
3.1 Simpulan
Menurut definisi WHO, bayi premature adalah bayi lahir hidup sebelum usia
kehamilan minggu ke 37 (dihitung dari hari pertama haid terakhir). Etiologi dari bayi
lahir premature ada 4 faktor antara lain, yang pertama factor ibu yang meliputi: umur
ibu, jarak hamil pendek, hipertensi, kurang gizi, anemia, dan infeksi. Factor yang
kedua ada factor kehamilan yang meliputi: perdarahan antepartum, hidroamnion,
preeklamsi dan eklamsi, ketuban pecah dini. Factor yang ketiga ada factor hidup yang
meliputi: konsumsi obat narkotik, merokok, pekerjaan yang terlalu berat saat hamil.
Factor yang keempat ada factor janin yang meliputi gemelli.
Bayi premature adalah bayi yang lahir karena persalinan premature. Persalinan
premature menunjukkan adanya kegagalan mekanisme yang bertanggung jawab
untuk mempertahankan kondisi uterus selama kehamilan atau disebabkan karena
adanya gangguan yang menyebabkan singkatnya kehamilan. Kondisi tersebut
memicu dimulainya proses persalinan secara dini. Empat jalur penyebab prematuritas
terpisah yaitu stress, infeksi, perdarahan dan regangan (Norwitz dan John, 2007 : 54)
3.2 Saran
Semoga dengan penulisan makalah ini masyarakat umumnya dan kita sebagai tenaga
medis khususnya lebih memahami tentang hal-hal yang berhubungan dengan
prematuritas, dan menyadari betapa pentingnya penanganan bayi premature untuk
menghindari bahaya yang bisa mengancam keselamatan bayi premature. Berbagai
upaya pencegahan prematuritas dan penanganan bayi premature secara intensif secara
langsung bisa menurunkan angka morbiditas dan mortalitas bayi di Indonesia.
20
5. Meningkatkan pengetahuan mengenai baham-bahan makanan /zat-zat tertentu
yang bisa meningkatkan akualitas bayi premature sehingga bisa tumbuh dan
berkembang seperti layaknya bayi normal yang dilahirkan matur.
DAFTAR PUSTAKA
21
Wening,Dl.2018. Etiologi
Prematuritas.http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/23313/6.
%20BAB%20II.pdf?sequence=6&isAllowed=y . Diakses Pada Tanggal 4
november 2019,Pukul 13.00 WITA
Rizkia,Devi.Tt.Patofisiologi Prematuritas.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/151/jtptunimus-gdl-devirizkia-7507-2-
11.babii.pdf. Diakses Pada Tanggal 4 november 2019,Pukul 14.00 WITA.
Wening,Dl.2018.Penatalaksanaan
Prematuritas.http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/23313/6.
%20BAB%20II.pdf?sequence=6&isAllowed=y .Diakses Pada Tanggal 4
november 2019,Pukul 14.30 WITA.
Supimantari,Cahya.Tt. Definisi
Prematuritas.http://eprints.undip.ac.id/44517/3/Cahya_Suspimantari_22010110
120024_BAB_2_KTI.pdf . Diakses Pada Tanggal 4 november 2019,Pukul
15.00 WITA.
Jasmine,Kamila.2017.Asuhan Keperawatan Bayi premature.
http://perpustakaan.poltekkes-
malang.ac.id/assets/file/kti/1401100050/13._BAB_2_.pdf. Diakses pada 4
november 2019. Pukul 16.00 WITA
22